Isu corporate governance semakin berkembang ketika beberapa peristiwa
ekonomi penting terjadi. Krisis Keuangan Asia pada tahun 1997, dilanjut dengan kejatuhan perusahaan besar seperti Enron dan Worldcom tahun 2002, serta adanya isu terbaru yaitu krisis subprime mortgage di Amerika Serikat pada tahun 2008. Di Negara Indonesia, isu mengenai good corporate governance mengemuka setelah Indonesia mengalami krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Corporate governance yang lemah menjadi salah satu penyebab terjadinya peritiwa-peristiwa penting tersebut. Ciri utama dari lemahnya corporate governance adalah adanya tindakan mementingkan diri sendiri di pihak manajer perusahaan (Darmawati dkk, 2004). Investor sebagai principal, mempercayakan dananya kepada perusahaan dan tidak ertanggung jawab dalam pengambilan keputusan dan operasional perusahaan. Tetapi manajer sebagai agent, melakukan manipulasi demi kepentingannya sendiri, sehingga membuat investor kehilangan kepercayaan dan menyebabkan penarikan dana oleh investor atas dana yang telah ditanam sebelumnya.. Sehingga perlu suatu mekanisme untuk meminimalkan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Konsep corporate governance muncul awal mula ketika dua pakar hukum, yaitu Adolf Augutus Berle dan Gardiner C. Means menerbitkan monograf berjudul “The Modern Corporation and Private Property”, disusul oleh Eugene Fama dan Michael Jense dalam tulisan “Separation of Ownership and Control” dengan Principal Agency Theory-nya. Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Kirana, 2007). Agency theory menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan berperilaku, karena pada dasarnya antara pemilik dan pengelola (manajer) memiliki perbedaan kepentingan. Manajer berkewajiban untuk memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham, namun di sisi lain manajer juga menginginkan kesejahteraan mereka. Penyatuan kepentingan pihak pihak ini seringkali menimbulkan konflik yang disebut masalah keagenan (agency conflict). Adanya konflik keagenan yang berasal dari perbedaan tersebut memungkinkan perilaku manipulasi oleh manajer. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham. Sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemegang saham. Akan tetapi informasi yang disampaikan manajer kepada pemegang saham terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimmetry information (Iskandar, 2007). Dalam kondisi asimetri tersebut, manajer dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba. Sri Sulistyanto (2008:48) berpendapat bahwa Manajemen Laba merupakan upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui para pemegang saham yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan.. Tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajer terhadap informasi laba dapat merubah kandungan informasi yang dihasilkan perusahaan. Adanya perubahan informasi atas laba suatu perusahaan akan memberikan dampak yang cukup berpengaruh terhadap tindak lanjut para pengguna informasi yang bersangkutan. Hal ini perlu diantisipasi oleh pengguna laporan keuangan karena informasi yang telah dimanipulasi tersebut dapat menyesatkan keputusan yang diambil dan merugikan pemegang saham. Mekanisme yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Good corporate governance merupakan bentuk pengelolaan perusahaan yang baik, didalamnya tercakup suatu bentuk perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham (publik) sebagai pemilik perusahaan. Menurut The Indonesian Institute for Corporate Governance, corporate governance didefinisikan sebagai serangkaian mekanisme untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan, agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para stakeholder. Corporate governance merupakan konsep yang mengatur keselarasan hubungan organ-organ perusahaan, antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi yang mengelola perusahaan. Menurut Muh Arief (2009:3) prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang dikembangkan oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) mencakup lima hal, diantaranya; perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham, peranan pemangku kepentingan berkaitan dengan perusahaan, pengungkapan dan transaparasi, serta tanggung jawab dengan dewan komisaris atau direksi. Penerapan prinsip good corporate governance secara konkret memiliki beberapa tujuan, antara lain memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing, mendapatkan cost of capital yang lebih murah, memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan, meningkatkan keyakinan dan kepercayaan stakeholder terhadap perusahaan, melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum serta melindungi hak pemegang saham minoritas. Mekanisme Good Corporate Governance diproksikan dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen serta komite audit, dalam penelitian Abduh (2017). Abduh (207) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berperan sebagai pihak yang menyatukan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham, karena proporsi saham yang dimiliki manajer dan direksi mengidentifikasikan menurunnya kecenderungan adanya tindakan manipulasi oleh manajemen, berbeda dengan kepemilikan institusional berperan sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Sriwedari (2012) mengenai mekanisme good corporate governance dan manajemen laba menyimpulkan bahwa mekanisme good corporate governance secara bersama-sama (kepimilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan. Penelitian ini mengambil data sekunder dari beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan alat analisis regresi berganda. Penelitian yang dilakukan oleh Amaechi (2015) mengenai pengaruh corporate governance terhadap praktik manajemen laba (studi di beberapa perusahaan di Nigeria) menunjukan bahwa mekanisme good corporate yang diproksikan dewan komisaris independen dan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Wahyuni (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh corporate governance terhadap praktik manajemen laba yang mengambil data dari perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2005-2008. Penelitian ini menunjukan bahwa secara bersama-sama mekanisme good corporate governance mempengaruhi manajemen laba perusahaan di sektor perbankan. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini dimotivasi oleh adanya hasil yang berbeda pada sektor yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan sampel pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012- 2016. Berdasarkan uraian latar belakang yang sebelumnya di bahas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 – 2016)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah mekanisme good corporate governance, dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit berpengaruh secara empiris baik secara bersama-sama maupun individual terhadap manajemen laba perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini tidak mengkaji seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba. Penelitian ini hanya mengkaji pengaruh good corporate governance dengan proksi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan dewan komisaris independen serta komite audit terhadap tingkat manajemen laba melalui manipulasi akrual.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: 1. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance yang diproksikan dengan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit secara simultan maupun parsial terhadap Manajemen Laba pada perusahaan Sektor Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan, tidak hanya di dapatkan oleh penulis tetapi juga diharapkan dapat berguna bagi akademis, perusahaan/ manajemen, investor maupun bagi pihak lainnya. Kegunaan penelitian ini, diantaranya: 1. Bagi Penulis Mengetahui pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance yang diproksikan dengan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit secara simultan maupun parsial terhadap Manajemen Laba pada perusahaan Sektor Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016. 2. Bagi Akademis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam pengembangan ilmu ekonomi dan bisnis. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan untuk penelitian- penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan perusahaan. 3. Bagi Pihak Perusahaan/ Manajemen a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan manajemen keuangan. b. Mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan pelaksanaan Good Corporate Governance. 4. Bagi Calon Investor Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang laporan keuangan tahunan serta kondisi manajemen keuangan perusahaan sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk pembuatan keputusan investasi. 5. Bagi Peneliti selanjutnya Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan referensi untuk memungkinkan peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian mengenai topik-topik yang berkaitan dengan penelitian ini, baik yang bersifat melanjutkan atau melengkapi.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN Pada pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika yang menguraikan bagaimana penelitian ini akan dipaparkan. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka memuat landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis. BAB III: METODE PENELITIAN Pada bagian ini memuat metode penelitian yang berisi mengenai definisi operasional dan variabel penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis data. BAB IV: HASIL DAN ANALISIS Pembahasan memuat tentang deskripsi objek penelitian, analisis data serta pembahasan hasil analisis tersebut. BAB V: PENUTUP Pada bagian ini memuat kesimpulan dari hasil penelitian tersebut serta saran saran untuk memberi solusi mengenai permasalahan