Professional Documents
Culture Documents
Definisi
DVT adalah pembekuan darah di dalam pembuluh darah vena yang menyebabkan
terganggunya aliran darah pada vena yang sebagian besar terjadi pada tungkai bawah. 1,5
2.3. Epidemiologi
DVT terjadi pada ± 800.000 pasien per tahun, dalam 80% kasus terjadi pada vena
daerah betis. Di Amerika Serikat, dilaporkan 2 juta kasus DVT yang dirawat di rumah sakit
dan diperkirakan pada 600.000 kasus terjadi emboli paru dan 60.000 kasus meninggal karena
proses penyumbatan pembuluh darah. 1, 2, 3, 6
DVT
1. Statis Vena
Aliran darah pada vena cenderung lambat, bahkan dapat terjadi statis terutama pada
daerah-daerah yang mengalami immobilisasi dalam waktu yang cukup lama.
Statis vena merupakan predisposisi untuk terjadinya trombosis lokal karena dapat
menimbulkan gangguan mekanisme pembersih terhadap aktivitas faktor pembekuan darah
sehingga memudahkan terbentuknya trombin. 1, 2, 3, 6
2. Kerusakan pembuluh darah
Kerusakan pembuluh darah dapat berperan dalam pembentukan trombosis vena, melalui:
a. Trauma langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan diaktifkan.
b. Aktivitas sel endotel oleh sitokin yang dilepaskan sebagai akibat kerusakan jaringan dan
proses peradangan.
Permukaan vena yang menghadap ke lumen dilapisi oleh sel endotel. Endotel yang utuh
bersifat non-trombogenetik karena sel endotel menghasilkan beberapa substansi seperti
prostaglandin (PG12), proteoglikan, aktifator plasminogen dan trombo-modulin, yang dapat
mencegah terbentuknya trombin. 1, 2, 3, 6
Apabila endotel mengalami kerusakan, maka jaringan sub-endotel akan terpapar.
Keadaan ini akan menyebabkan sistem pembekuan darah diaktifkan dan trombosit akan
melekat pada jaringan sub-endotel terutama serat kolagen, membran basalis dan mikro-fibril.
Trombosit yang melekat ini akan melepaskan adenosin difosfat dan tromboksan A2 yang
akan merangsang trombosit lain yang masih beredar untuk berubah bentuk dan saling
1, 2,
melekat. Kerusakan sel endotel sendiri juga akan mengaktifkan sistem pembekuan darah.
3, 6
2.6. Diagnosis
Gejala klinis DVT bervariasi dan 90% diantaranya tanpa gejala klinis. Pada anamnesis
rasa nyeri, bengkak, perubahan warna, dan fungsi pada anggota tubuh yang terkena
berkurang. Dari pemeriksaan fisik dijumpai edema, eritema, peningkatan suhu lokal tempat
yang terkena dan pembuluh darah vena teraba. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan D-dimer dan penurunan antitrombin. Peningkatan D-dimer merupakan indikator
adanya trombosis yang aktif. Pemeriksaan ini spesifik tetapi tidak sensitif, dan sebenarnya
lebih berperan dalam menyingkirkan trombosis jika hasilnya negatif. Pemeriksaan ini
memlilki sensitivitas 93% dan spesifitas 77% dan nilai prediksi negatif 98% seta untuk DVT
daerah betis sensitivitas hanya 70%. 3, 5, 7
Ada 3 jenis pemeriksaan yang akurat, yang dapat menegakkan diagnosis DVT, yaitu:
venografi, sampai saat ini venografi masih merupakan pemeriksaan standar untuk trombosis
vena. Akan tetapi teknik pemeriksaannya relatif sulit, mahal dan bisa menimbulkan nyeri dan
terbentuk trombosis baru sehingga tidak menyenangkan penderitanya. Prinsip pemeriksaan
ini adalah menyuntikkan zat kontras ke dalam di daerah dorsum pedis dan akan kelihatan
gambaran sistem vena di betis, paha, inguinal sampai ke proksimal ke vena iliaca.
Flestimografi impendans, prinsip pemeriksaan ini adalah mengobservasi perubahan volume
darah pada tungkai. Pemeriksaan ini lebih sensitif pada trombosis vena femoralis dan iliaca
dibandingkan vena di betis. Pada akhir abad ini, penggunaan Ultrasonography (USG)
Doppler berkembang dengan pesat, sehingga adanya trombosis vena dapat dideteksi.
Pemeriksaan ini memberikan hasil sensitivitas 60,6% dan spesifisitas 93,9%. Metode ini
dilakukan terutama pada kasus-kasus trombosis vena yang berulang, yang sukar dideteksi
dengan cara objektif lain. 3, 5, 7
2.7. Diferensial Diagnosis
Beberapa penyakit yang menjadi differensial diagnosis DVT diantaranya:
- Ruptur otot,
- Trauma,
- Hemoragik, ruptur kista popliteal,
- Lymphedema,
- Arthritis,
- Tendinitis dan lain-lain. 1, 2, 7, 8
Lama pemberian antikoagulan oral adalah 6 minggu sampai 3 bulan apabila DVT
timbul disebabkan oleh faktor risiko yang reversibel. Sedangkan untuk trombosis vena
idiopatik dianjurkan pemberian antikoagulan oral selama 3-6 bulan, bahkan biasa lebih lama
lagi apabila ditemukan abnormal inherited moleculer. 1, 2, 7, 8
Kontra indikasi pemberian antikoagulan adalah :
1. Hipertensi : sistolik > 200 mmHg, diastolik > 120 mmHg.
2. Perdarahan yang baru di otak.
3. Alkoholisme.
4. Lesi perdarahan traktus digestif.
Pemberian trombolitik selama 12-14 jam dan kemudian diikuti dengan heparin, akan
memberikan hasil lebih baik bila dibandingkan dengan hanya pemberian heparin tunggal.
Peranan terapi trombolitik berkembang dengan pesat pada akhir abad ini, terutama sesudah
dipasarkannya streptokinase, urokinase dan Tissue Plasminogen Activator (TPA). TPA
bekerja secara selektif pada tempat yang ada plasminogen dan fibrin, sehingga efek samping
perdarahan relatif kurang. Brenner menganjurkan pemberian TPA dengan dosis 4
μgr/kgBB/menit, secara intravena selama 4 jam dan Streptokinase diberikan 1,5 x 106 unit
intravena kontiniu selama 60 menit. Kedua jenis trombolitik ini memberikan hasil yang
cukup memuaskan. Efek samping utama pemberian heparin dan obat-obatan trombolitik
adalah perdarahan dan akan bersifat fatal bila terjadi perdarahan serebral. Untuk mencegah
terjadinya efek samping perdarahan, maka diperlukan monitor yang ketat terhadap waktu
tromboplastin parsial dan waktu protombin, jangan melebihi 2,5 kali nilai kontrol. 1, 2, 7, 8
Penatalaksanaan non-farmakologis, tinggikan posisi ekstremitas yang terkena 15-20°
untuk melancarkan aliran darah vena, kompres hangat untuk meningkatkan sirkulasi
mikrovaskular, latihan lingkup gerak sendi (range of motion) seperti gerakan fleksi-ekstensi,
menggenggam, dan lain-lain. Tindakan ini akan meningkatkan aliran darah di vena-vena
yang masih terbuka (patent), pemakaian kaus kaki elastis (elastic stocking), karena alat ini
dapat meningkatkan aliran darah vena. 3, 4, 6