You are on page 1of 4

B.

Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran IPS


Menurut LAWSON, 1991 (dalam Pendekatan Pembelajaran.(www.google.com) diakses 28 desember
2011 jam 09.50 ”pendekatan adalah segala strategi atau cara yang digunakan siswa dalam
menunjang keefektifan dan efisien proses pembelajaran materi tertentu”. Masalah pendekatan
dalam pengajaran IPS, merupakan masalah yang penting, bahkan merupakan masalah yang
mendasar. Yang dimaksud dengan pendekatan (approach) adalah sudut pandang yang digunakan
dalam menghadapi atau memecahkan suatu masalah. ”Pendekatan (approach) memiliki
pengetahuan yang berbeda dengan strategi” Sanjaya Wina (dalam Pendekatan
Pembelajaran.(www.google.com) diakses 28 desember 2011 jam 09.50
Misalnya, pengajaran IPS berdasarkan pendekatan kemasyarakatan (Community Approach), ialah
sudut pandang (dimensi) yang dipergunakan dalam mengajarkan atau mempelajari IPS, dengan
mengambil masyarakat (community) sebagai fokus (titik pusat) peninjauan pembahasan. Oleh
karena itu, topik yang diambil (dipilih), biasanya diangkat dari kehidupan masyarakat sehari-hari
(Contemporary Society).
Pengajaran IPS berdasarkan pendekatan “Exppanding Environment” (pendekatan berdasarkan
perluasan lingkungan hidup). Artinya, sudat pandang yang digunakan dalam
mempelajari/mengajarkan IPS dengan prinsip, mengawali dari lingkungan hidup yang paling kecil.
Misalnya, keluarga, kemudian diperluas sampai pada IPS dunia.
Perlu difahami bahwa suatu program pengajaran IPS tidak hanya mempergunakan suatu jenis
pendekatan tertentu, tetapi secara bersama dapat menggunakan dan beberapa pendekatan, sesuai
dengan kebutuhan dan relevannya. Beberapa jenis (macam) pendekatan dapat disebutkan secara
skematis sebagai berikut:

Diantara bentuk-bentuk pendekatan itu yang penting untuk di ketahui, karena sanngat relevan
dengan Program IPS masa sekarang adalah pendekatan struktur.
Pendekatan ini berorientasi pada jenis disiplin (cabang) ilmu sosial yang digunakan sebagai
komponen, dan sebagai dasar penyusun Program Pengajaran IPS, serta bagaimana status dan
antara hubungan disiplin-disiplin tersebut. Pendekatan ini meliputi :
1. Pendekatan Struktural (Struktural Approach)
Yaitu pendekatan dimana pengajaran IPS diberikan dalam bentuk penyajian bermacam-macam
disiplin Ilmu Sosial (Sejarah, Geografi, Ekonomi, Antropologi, dan lain-lain) secarah terpisah, tanpa
mempersatukan satu sama lain. Sebagai contoh adalah pengajaran ilmu-ilmu sosial di SD, SMP, dan
SMA menurut kurikulum 1968. Dimana tiap-tiap cabang (disiplin) ilmu sosial diajarkan secara
terpisah, sering kali oleh guru yang berbeda dengan nilai yang masing-masing berdiri sendiri dalam
buku laporan murid.
Alasan-alasan penggunaan pendekatan struktur (disiplin)
1. Pengaruh disiplin ilmu-ilmu social didalam IPS sangatlah besar
- Sumbangan disiplin kepada IPS yang berupa ide-ide dasar, konsep-konsep,
generalisasi,generalisasi serta teori-teori daripada disiplin itu sendiri.
- Metodologi ilmu social yang dibawa masuk kedalam IPS
2. Untuk mendapatkan gambaran tentang kontinuitas antara konsep-konsep ilmu-ilmu social
dengan konsep-konsep IPS
3. untuk mendapatkan gambaran tentang struktur dari ilmu-ilmu social tertentu.
4. Untuk mendapatkan kedalaman pembahasan tentang konsep-konsep ilmu-ilmu social
5. keperluan siswa untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih dalam sebagai bekal untuk
melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi/universitas.
6. pada sekolah-sekolah tertentu jurusan-jurusan khusus membutuhkan pendalaman tentang suatu
konsep dari suatu disiplin sehingga memerlukan kekhusukan dalam penyampaian.
7. pengaruh program mengajar yang tersedia (dengan latar belakang pendidikannya)
8. adanya sumber-sumber bahan buku-buku teks yang tersedia.
9. metode-metode yang ada banyak dikenal masih bersifat “subject centered”
10. Alat-alat peraga yang ada di sekolah-sekolah pada umumnya tersedia untuk mata-mata
pelajaran tertentu.
b. Pelaksanaan Penggunaan Pendekatan Struktur Disiplin dalam IPS
1. Memilih pokok-pokok bahasan/sub pokok bahasan dalam kurikulum yang tidak disampaikan
melalui pendekatan inter disiplin, multidisiplin atau kemasyarakatan.
2. menyusun pokok bahasan/sub pokok bahasan dari kurikulum yang mempunyai
hubungan/relevansi yang erat menjadi suatu unit (subject matter unit)
3. mengambil pokok-pokok bahasan yang dianggap kunci (key-concept) untuk dijadikan inti (inti
“topicweb”) yang kemudian didukung oleh konsep-konsep lainnya.
4. mempertautkan sesuatu pokok bahasan/sub pokok bahasan yang berupa konsep dari suatu
disiplin dengan beberapa konsep dari disiplin lain yang terdapat dalam bagian lain dari kurikulum.
c. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi
1. penyusunan suatu satu pembelajaran dengan pendekatan ini adalah sangat sulit, karena tidak
adanya pedoman yang tegas untuk memilih pokok bahasan kunci dan pokok-pokok bahasan
pendukung.
2. pandangan tiap-tiap pengajar tentang sesuatu konsep, kedalaman maupun keleluasaannya,
sangat tergantung pada latar belakang pendidikannya
3. keterampilan guru untuk mempertautkan konsep-konsep sangatlah terbatas dan dipengaruhi
oleh berbagai factor (antara lain waktu, kesempatan, refrence, dan dsb). Ini dapat mengakibatkan
pelajaran IPS menjadi “kering” dan menjadi “separated subject”
Pendekatan struktural, disebut dengan bermacam-macam istilah, yaitu: Pendekatan Tradisional
(Traditional Approach), Pendekatan Monodisiplin (Moni/single Dicipline Approach), Pendekatan
Terpisah (Separated Approach). Disebut pendekatan tradisional, karena cara atau sistem
pendekatan ini sudah lama sekali dilaksanakan secara tradisional, tanpa mengalami
perubahan/pembaharuan.
Dinamakan Pendekatan Monodisiplin dan Pendekatan Terpisah, karena dalam sistem pendekatan
ini kenyataannya yang diajarkan adalah monodisiplin yang terpisah satu sama lain.
Sedangkan kurikulum yang disusun/diorganisir berdasarkan pendekatan ini (tiap-tiap disiplin ilmu
sosial disusun sebagai mata pelajaran yang terpisah satu sama lain) disebut dengan nama subject
matter curriculum atau separated curriculum.
Kurikulum 1968 (untuk SD, SMP, SMA), adalah contoh subject matter curriculum atau separated
curriculum. Sepeerti telah dijelaskan sistem pendekatan struktural (pendekatan tradisional,
pendekatan monodisiplin) pada dewasa ini sudah dianggap tidak relevan.
Pertama:
Pendekatan ini dianggap tidak efektif dalam penggunaan alokasi waktu. Karena dengan
mengajarkan disiplin-disiplin ilmu sosial secara terpisah maka banyak konsep-konsep yang disajikan
secara berulang-ulang, sebab seperti dijelaskan banyak sekali konsep-konsep (core concept) yang
dimiliki oleh beberapa disiplin Ilmu Sosial secara bersama-sama.
Kedua:
Dalam masyarakat modern yang sangat kompleks, maka kehidupan sosial saling berkaitan satu
sama lain. Demikian pula permasalahan-permasalahan sosial yang timbul bersumber dari aspek
sosial yang timbul bersumber dari aspek sosial yang saling berkaitan pula. Oleh karena itu,
pemecahan terhadap problem-problem sosial harus dilakukan dari bemacam-macam aspek sosial
secara bersama pula. Dengan demikian Ilmu Pengetahuan Sosial yang bertujuan memberi dasar-
dasar pengertian, pemahaman, bahkan bertujuan memberi dasar-dasar keterampilan kepada anak
untuk memecahkan problem-problem sosial tidak mungkin lagi mengajarkan disiplin-disiplin ilmu
sosial secara terpisah satu sama lain.

2. Pendekati Integratif atau Broadfield


Pendekatan ini, sekarang dianggap sebagai pendekatan yang paling tepat untuk bidang studi IPS
yang berfokus pada kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan ini sedang dikembangkan
dalam Program Pengajaran IPS, mulai ditingkat SD sampai Perguruan Tinggi. Pendekatan ini
merupakan pendekatan dimana Program Pengajaran IPS diberikan dalam bentuk penyajian bahan-
bahan (materi) atau konsep disiplin-disiplin ilmu sosial yang saling dipertautkan. Hasilnya pada
topik “Transmigrasi”. Maka pembahasannya akan diisi deng materi-materi disiplin ilmu sosial
sebanyak mungkin. Sejarah, Geografi, Ekonomi, Antropologi, Sosiologi, dan sebagainya, akan
memberi sumbangan dalam pembahasan tersebut.
Sehingga pembahasan topik “Transmigrasi” tersebut benar-benar merupakan hasil paduan
(ramuan) bermacam-macam disiplin ilmu sosial, sehingga membentuk suatu IPS sebagai bidang
studi “areas of study” yang bersifat integratif atau boardfield. Seperti yang telah disebutkan
diatas, bahwa pendekatan ini, dianggap pendekatan yang paling relevan, oleh karena itu
dikembangkan dalam Program Pengajaran IPS. Tetapi, kesulitan dari pelaksanaan penggunaan
pendekatan ini, di Indonesia dapat dikatakan belum ada guru IPS yang generalis, yang kita miliki
baru guru-guru ilmu sosial yang spesialis. Sebagaimana transisi, maka kesulitan tersebut ditempuh
dengan jalan membentuk “Team Teaching” antara guru-guru ilmu sosial.
Didalam Program Pengajaran Bidang Studi IPS yang bersifat integratif atau boardfield, melihat
tingkat-tingkat pemaduan (pengintegrasian) disiplin-disiplin ilmu sosial yang menjadi komponen
IPS, dapat dibedakan berapa jenis pendekatan, yakni:
3. Pendekatan Korelasi (Corelated Approach),
Pada pendekatan ini sebenarnya disiplin-disiplin ilmu sosial seperti Sejarah, Geografi, Ekonomi,
Antropologi, dan lain lain. Masing-masing masih berdiri sendiri dan terpisah penyajiannya. Tetapi,
disisi lain Ilmu Sosial fokusnya sama, yakni:
”Masyarakat manusia beserta lingkungan hidupnya”, maka disiplin-disiplin ilmu sosu-ial itu
dikorelasikan dalam satu bidang studi. Tahap korelasi ini dianggap sebagai tahap peralihan dari
pendekatan struktural kearah pendekatan integratifyang sebenarnya.

4. Pendekatan Multidisiplin (Multi Diciplinary Approach),


Pada Pendekatan Multi Disiplin ini Program Pengajaran IPS sudah menyajikan bermacam-macam
disiplin Ilmu Sosial dalam sajtu kesatuan. Sehingga IPS sudah merupakan suatu bidang studi yang
terdiri dari beberapa kompenen Ilmu Sosial, tetapi komponen-komponen (disiplin-disiplin Ilmu
Sosial) itu tidak menyumbang secara sama. Pada pendekatan multidisiplin, biasanya salah satu
disiplin ilmu sosial bersifat dominan (memeberi sumbangan paling banyak/ paling kuat), sedangkan
disiplin-disiplin yang lain bersifat melengkapi. Misalnya pada topik “Lingkungan Hidup”, maka
komponen yang bersifat dominan adalah Geografi. Sedangakn komponen lainnya seperti Sejarah,
Ekonomi, Antropologi, dan Sosiologi, hanyan sekedar melengkapi,dan turut ambil bagian saja.
Biasanya pada pendekatan multidisiplin, yang dijadikan topik adalah key concept (konsep kunci)
dari suatu disiplin ilmu sosial. Dan dengan sendirinya, disiplin yang memiliki kec concept itulah
yang bersifat dominan. Sedang disiplin-disiplin ynag lain hanya bersifat menambah dan
mengekapinya.
Di Amerika Serikat misalnya, banyak model pengajaran IPS (Social Studies) berdasarkan
pendekatan multidisiplin yang bertumpu pada Antropologi dalam mempelajari topok-topik disiplin-
disiplin lainnya, seperti Sejarah, Ekonomi, Geografi, Sosiologi, hanya dipergunakan sebagai ilmu-
ilmu bantu yang juga diperlukan (ingat Amerika Serikat merupakan Negara Multirasial dengan
masalah Negroes dan Indians yang hampir tak terselesaikan).
Pendekatan Multidisipli mengarah pada pendekatan topik secara cross cultural, atau mendekati
topok dari perspektif multikultural.
5. Pendekatan Interdisiplin (Inter Diciplinary Approach)
Pada hakekatnya, model pembelajaran dengan pendekatan interdisiplin tidak berbeda secara
prinsipiel dengan mode pengajaran berdasarkan pendekatan multidisiplin. Hanya pada pendekatan
interdisiplin, tiap disiplin yang menjadi komponen IPS menyumbang secara sama banyak (sama
kuat).
Olek karena itu, topik-topiknya yang dijadikan pokok pembahasan pada pendekatan interdisiplin
bukanlah key concept, melainkan core concept yang seringkali dimiliki secara bersama-sama oleh
sejumlah disiplin Ilmu Sosial yang menjadi komponen bidang studi IPS.
Dasar pemikiran yang melatarbelakangi penggunaan pendekatan interdisiplin ialah adanya
demikian banyak konsep dasar yang harus dibatasi jumlahnya agar dapat dikembangkan dalam
pengajaran selama masa sekolah. Kesukaran terletak pada pemilihan konsep dasar yang paling
efektif untuk digunakan. Pendekatan interdisiplin menunjukkan bahwa beberapa konsep yang
terpakai oleh disiplin ilmu-ilmu sosial adalah sama. Konsep ini disebut konsep inti atau “care
concept”. Dalam kenyataanya konsep ini merupakan dasar bagi lebih dari satu disiplin, karena itu
dipandang merupakan konsep yang penting untuk dikembangkan dalam kurikulum.
Pendekatan ini juga berisi unsur-unsur “cross cultural” dengan tujuan agar para siswa menyadari
kesamaan-kesamaan diantara orang diseluruh dunia. Unsur-unsur cross cultural juga akan
memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memahami bahwa perilaku yang unik dari orang
itu kebanyakan perilaku hasil belajar. Penanganan konsep-konsep di dalam mode spiral harus juga
dikembangkan dalam pendekatan ini. Misalnya, pembahasan topik “Kehidupan Masyarakat Desa”
secara interdisiplin, topik tersebut dapat menjadi core concept dari berbagai disiplin Ilmu Sosial
(khususnya Ekonomi, Geogafi, Sosiologi, dan Antropologi) secara bersamaan. Oleh sebab itu,
disiplin-disiplin tersebut dapat menyumbang materi pada pembahasan topik yang sama
banyak/sama kuat. Ekonomi membahas/meninjau dari segi pemenuhan kebutuhan hidup, Geografi
dari aspek lingkungan alam, sosiologi dari kemasyarakatan, dan antropologi dari segi sosio-
budayanya, sedangkan Sejarah dapat melengkapinya dari pandangan historinya. Dengan demikian,
pada pembahasan topik tersebut, tidak ada suatu komponen atau disiplin sosial (tertentu yang
bersifat menonjol).
6. Pendekata Fusi (Integrated Approach)
Pendekatan Fusi sebenarnya sama dengan Pendekatan Interdisiplin. Hanya pada pendekatan fusi,
komponen-komponen IPS yang menyumbang sama besar dan sama kuat, disiplin disiplin ilmu-ilmu
sosial yang menjadi komponen IPS itu terpadu secara sempurna (luluh). Sehingga dapat dikatakan
tidak terlihat sama sekali batasan-batasannya. Hal ini dapat dibandingkan denga luluhnya pasir,
semen merah, kapur, semen, dan air yang membentuk adonan baru. Model pendekatan ini
digunakan dalam program IPS Sekolah Dasar.
7. Pendekatan Pradisiplin (Prediciplinary Approach)
Pendekatan inimungkin dapat digunakan pada program pengajaran IPS Sekolah Dasar. Pemberian
nama pendekatan predisiplin, mencerminkan bahwa untuk siswa-siswa tingkat Sekolah Dasar,
ajaran IPS berisi panduan konsep-konsep (aspek-aspek) waktu, peristiwa, ruang, lingkungan hidup,
pemenuhan kebutuhan hidup, kependudukan, dan sebagainya, dalam acuan yang sederhana, sesuai
dengan tingkat psikologis serta rasionalnya anak.
Kepada siswa-siswa Sekolah Dasar tersebut, tidak diharuskan memahami bahwa konsep-konsep
(aspek-aspek) tersebut merupakan konsep-konsep disiplin ilmu sosial seperti Geografi, Sejarah,
Ekonomi, Antropologi, dan sebagainya.
Pendekatan yang lain seperti:
8. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep merupakan pendekatan yang mementingkan hasil daripada proses perolehan
hasil. Untuk itu pendekatan ini terkesan hanya merupakan pemberian informasi, sehingga hasilnya
kurang bermakna dan kurang bertahan lama. Kondisi demikian cenderung memperlihatkan modus
pembelajaran yang lebih expository.
9. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan ketrampilan proses merupakan pendekatan yang mengembangkan keterampilan
memproseskan pemerolehan, sehingga peserta didik mampu menemukan dan mengembangkan
secara bebas dan kreatif fakta dan konsep serta mengaitkannya dengan sikap dan nilai yang
diperlukan. Hal ini dapat dilakukan karena pendekatan keterampilan proses dilakukan sebagaimana
layaknya ilmuan menemukan pengetahuan (menggunakan langkah-langkah metode ilmiah),
sehingga kevalidannya dapat diandalkan

You might also like