Professional Documents
Culture Documents
Mes 110 - 2b - Utama - 201454094 - Wachid Abdi Septiyari
Mes 110 - 2b - Utama - 201454094 - Wachid Abdi Septiyari
SEPEDA MOTOR
DISUSUN OLEH:
2.2 Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari makalah ini dalah sebagimana beikut :
1. Menjelaskan Tujuan Heat Treatmen
2. Menjelaskan prosedur proses heat Tretmen
3. Menjelaskan bahan dan peralatan yang digunakan
4. Menjelaskan jenis-jenis proses heat Treatmen
BAB II
PEMBAHASAN
4. Tempering
Proses tempering adalah pemanasan baja sampai temperature sedikit
di bawah temperature kritis, kemudian didiamkan dalam tungku dan suhunya
dipertahankan sampai merata selama 15 menit. Selanjutnya didinginkan
dalam media pendingin. Jika kekerasan turun, maka kekuatan tarik turun pula.
Dalamhal ini keuletan dan ketangguhan baja akan meningkat. Meskipun
proses ini akan menghasilkan baja yang lebih lemah. Proses ini berbeda
dengan anneling karena dengan proses ini belum tentu memperoleh baja yang
lunak, mungkin berupa pengerasan dan ini tergantung oleh kadar karbon.
Tempering dibagi dalam:
a. Tempering pada suhu rendah(150-300˚C).
Tujuannya hanya untuk mengurangi tegangan tegangan kerut dan
kerapuhan dari baja. Proses ini digunakan untuk alat alat kerja yang tidak
mengalami beban yang berat, seperti misalnya alat alat potong mata bor yang
dipakai untuk kaca dan lain lain.
b. Tempering pada suhu menengah(300-500˚C)
Tujuannya menambah keuleatan dan kekerasannya menjadi sedikit
berkurang. Proses ini digunakan pada alat alat kerja yang mengalami beban
berat seperti palu, pahat, pegas pegas(Mustofa Ahmad Ary,2006)
c. Tempering pada suhu tinggi(500-650˚C)
Tujuannya untuk memberikan daya keuletan yang beasar dan
sekaligus kekerasan menjadi agak rendah. Proses ini digunakan pada roda
gigi, poros, batang penggerak dan lain lain
4. Setelah rentang waktu 3,5 sampai 4 menit maka coran velg alumunium
diangkat dari cetakan dengan menggunkan system mekanik dan
hidrolik. Kemudian pemanasan dengan menggunakan brender pada
cpran diberiakan sedikit 30 detik untuk menpermudah memisahkan
hasil coran dengan cetakan atas.
2.6 Machining
Proses machining merupakan pekerjaan lanjutan dari proses
pembuatan velg recing setelah proses casting. Gambaran umum proses
permesinan antara lain pemotongan sisa antisipasi penyusutan coran,
penyentrisan velg, pembubutan bentuk bulat dengan diameter 426 mm,
pembubutan sudut 15˚, pembubutan profil velg ban, pembubutan disk dan
tromol, pembubutan sudut 3˚ dan pengeboran dob. Tahap machining
memanfaatkan dua jenis mesin yaitu CNC bubut dan CNC borring.
a) CNC Bubut
Pemotongan dan penggerindaan
Pemotongan dalam proses permesinan dilakukan pada unit potong dan
gerinda. Pemotongan dalam hal ini merupakan pemotongan sisa lubang
pemasukan dan penggerindaan terhadap hasil rembesan cairan sewaktu
dicetak. Pemotongan ini menggunakan mesin gergaji putar dengan gigi
gergaji dari cutter HSS. Karena dari pemotongan ini masih terdapat
permukaan – permukaan yang taqjam maka penggerindaan permukaan tadi
diperlukan sebelum velg ini dimesinkan. Setelah pemotongan sisa luabang
tuang, langkah berikutnya adalah pemotongan dengan alokasi penyusutan
dan luabang tuang pada poros senter velg. Pemotongan berikunya adalah
pemotongan terhadap diameter velg menjadi diameter 462 mm, hasil
pemotongan ini masih diberikan toleransi karena pengerjaan permesinan
lain masih perlu dikerjakan.
Pembubutan Velg
Proses machining banyak didominasi oleh poros bubut. Proses
pembubutan yang dilakukan yaitu :
1. Pembubutan 15˚
Pada profil velg terdapat bagian sudut 15˚, profil ini mendapat perlakuan
awal yaitu pembubutan karena nantinya akan dijadikan dasar pembubutan
untuk kesimetrisan bagian lainnya.
2. Pembubutan profil diameter tengah poros.
Setelah pembubutan profil 15˚, pemesinan berikutnya b erfungsi untuk
menbentuk poros tenga velg. Proses pembubutan ini tetap menggunkan
basic sentrisasi dari permukaan bersudut ban.
3. Pembubutan profil ban
Tahapan pembubutan berikutnya adalah pembub utan profil ban. Bagian
ini mengalami perlakuan finishing dengan pahat tenga setelah proses
pembubutan selesai.
4. Pengerjaan lubang leher atau rumah leher.
Proses ini merupakan proses yang memiliki tingkat kesulitan paling tinggi,
karena kebutuhan ketelitian tinggi dan menggunakan toleransi
internasional karena untuk leher itu sendiri telah memiliki standar
internasional baik ukuran maupun kekerasan permukaannya.
5. Pembubutan tromol dan tempat cakram.
Velg terbagi ats dua komponen tambahan terutama dalam aksesories
kendali atau ren yaitu memakai disk atau rem cakram dan tromol. Untuk
velg yang menggunkan cakram sebagai pelengkap maka poros tengah akan
dibubut dengan mal yang telah ada terutama sesuai denga jenis velg motor
yang diproduksi. Tentang proses pembubutaqn tromol, lubang tromol yang
ada hanya tinggal di bubut hinggga diameter sesuai ukuran yang beredar di
pasaran. Proses pembubutan tromol dan cakram dilakukan dengan system
termal.
6. Pembubutan profil 3˚.
Bentuk profil yang terakhir dibubut adalah pembubutan bersudut 3˚. Dan
merupakan tahap akhir proses pembubutan.
b) CNC Boring
1. Pengefresan Velg
Pekerjaan pemesinan dalam proses pembubutan velg sebagian besar
dilakukan pada mesin bubut, namun dalam proses tertentu missal unutk
menbersihkan sisa bagian lubang pembuangan, pembuatan lubang baut
pada cakram maka digunakan mesin freis unutk kesempurnaan hasil,
kemudahan dan ketelitian yang diharapkan.
2. Pengeboran
Pengeboran dalam proses machining diutamakan untuk menbantu proses
yang sederhana seperti pengeboran cop. Proses akhir machining sebelum
masuk pada unit finishing adalah pembuatan ulir pada lubang penempat
baut cakram.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembuatan makalah proses pengecoran alumunium tentang
pembuatan velg sepeda motor yang telah dilakukan maka bisa diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari beberapa pengujian yang memiliki sifat mekanik paling optimal
pada komposisi 25% PB + 75 ADC 12 + suhu Penuangan 700C +
insert alumunium cor
2. Insert yang memiliki sifat mekanik paling baik pada alumunium cor
karena memiliki titik lebur mendekati temperatur pemanasan awal
3. Temperatur penuangan semakin rendah, kekerasan semakin meningkat,
ikatan interface
semakin rapat.
4. Nilai kekerasan daur ulang velg paling tinggi yaitu 113.2 HVN jika
dibandingkan dengan kekerasan material velg original Daihatsu 139
HVN masih dibawahnya. Dan dari uji komposisi terdapat perbedaan
komposisi unsure Si 8,7 wt % (velg daur ulang) dan Si 10,7 wt % (velg
Daihatsu). Karena sifat mekanik daur ulang velg masih dibawah
standar maka perlu dilakukan perlakuan panas (Heat treatment).
3.2 Saran
Pengecoran velg pada makalah ini menggunakan metode pengecoran
gravitasi, sehingga masih banyak diperlukan data-data lanjutan untuk
mendalami proses pengecoran sentrifugal, cetak tekan, die casting
yang dapat meningkatkan sifat mekaniknya.
Pada penelitian ini hanya terbatas tiga parameter yaitu komposisi
paduan, insert alur ring dan suhu penuangan, sehingga sifat mekanik
masih kurang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA