You are on page 1of 7

TUGAS TEKNIK SUMBER DAYA AIR

PENERAPAN IWRM WILAYAH DAERAH ALIRAN SUNGAI


(DAS) KARAJAE SECARA TERPADU &
BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang


unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta
sumberdaya manusia sebagai pelaku pemanfaat sumberdaya alam tersebut. DAS di
beberapa tempat di Indonesia memikul beban amat berat sehubungan dengan
tingkat kepadatan penduduknya yang sangat tinggi dan pemanfaatan sumberdaya
alamnya yang intensif sehingga terdapat indikasi belakangan ini bahwa kondisi DAS
semakin menurun dengan indikasi meningkatnya kejadian tanah longsor, erosi dan
sedimentasi, banjir, dan kekeringan.
Sebagai suatu kesatuan tata air, DAS dipengaruhi kondisi bagian hulu
khususnya kondisi biofisik daerah tangkapan dan daerah resapan air yang di banyak
tempat rawan terhadap ancaman gangguan manusia. Hal ini mencerminkan bahwa
kelestarian DAS ditentukan oleh pola perilaku, keadaan sosial-ekonomi dan tingkat
pengelolaan yang sangat erat kaitannya dengan pengaturan kelembagaan
(institutional arrangement).
Pengelolaan DAS terpadu dilakukan secara menyeluruh mulai keterpaduan
kebijakan, penentuan sasaran dan tujuan, rencana kegiatan, implementasi program
yang telah direncanakan serta monitoring dan evaluasi hasil kegiatan secara
terpadu. Pengelolaan DAS terpadu selain mempertimbangkan faktor biofisik dari
hulu sampai hilir juga perlu mempertimbangkan faktor sosial-ekonomi,
kelembagaan, dan hukum.

1
II. PEMBAHASAN

2.1. Ruang Lingkup Pengelolaan Wilayah DAS

Sasaran wilayah pengelolaan DAS adalah wilayah DAS yang utuh sebagai
satu kesatuan ekosistem yang membentang dari hulu hingga hilir. Penentuan
sasaran wilayah DAS secara utuh ini dimaksudkan agar upaya pengelolaan
sumberdaya alam dapat dilakukan secara menyeluruh dan terpadu berdasarkan
satu kesatuan perencanaan yang telah mempertimbangkan keterkaitan antar
komponen-komponen penyusun ekosistem DAS (biogeofisik dan sosekbud)
termasuk pengaturan kelembagaan dan kegiatan monitoring dan evaluasi.

2.2. Prinsip dan Kebijakan Dasar Pengelolaan DAS

Prinsip-prinsip dasar pengelolaan DAS pada utamanya adalah sebagai berikut:


a) Pengelolaan DAS berupa pemanfaatan, pemberdayaan, pengembangan,
perlindungan dan pengendalian sumberdaya dalam DAS.
b) Pengelolaan DAS berlandaskan pada asas keterpaduan, kelestarian,
kemanfaatan, keadilan, kemandirian (kelayakan usaha) serta akuntabilitas.
c) Pengelolaan DAS dilakukan melalui pendekatan ekosistem yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip “satu sungai, satu rencana, satu sistem pengelolaan”
dengan memperhatikan sistem pemerintahan desentralistik sesuai jiwa otonomi
daerah secara luas, nyata, dan bertanggung jawab.
d) DAS merupakan Kesatuan Wilayah Hidrologi yang mencakup beberapa.
wilayah administratif yang ditetapkan sebagai satu kesatuan wilayah
pengelolaan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
e) Dalam satu sungai hanya berlaku Satu Rencana Kerja yang terpadu (program
dan tujuan/sasaran), menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
f) Dalam satu sungai diterapkan Satu Sistem Pengelolaan yang dapat menjamin
keterpaduan kebijakan, strategi perencanaan serta operasionalisasi kegiatan
dari hulu sampai dengan hilir suatu DAS.

2.3. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan DAS

Partisipasi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana pihak yang akan
memperoleh dampak (positif dan/atau negatif) ikut mempengaruhi arah dan

2
pelaksanaan kegiatan, tidak hanya menerima hasilnya.Bentuk partisipasi
masyarakat dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu partisipasi dalam:
1. Tahap pembuatan keputusan. Dalam hal ini, sejak awal masyarakat telah
dilibatkan dalam proses perencanaan dan perancangan kegiatan serta dalam
pengambilan keputusan atas rencana yang akan dilaksanakan.
2. Tahap implementasi. Keterlibatan masyarakat juga diupayakan pada tahap
pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian, masyarakat dapat mengontrol
bagaimana kegiatan dilaksanakan di lapangan.
3. Tahap evaluasi. Evaluasi secara periodik umumnya dilaksanakan pada tahap
pelaksanaan dan pada akhir pelaksanaan kegiatan.
4. Partisipasi untuk memperoleh manfaat suatu kegiatan.

2.4. Pengelolaan Sumberdaya Air


2.4.1. Manajemen Kuantitas Air (Penyediaan Air)
a. Pembangunan Sumberdaya Air
Menyiapkan rencana induk pengembangan sumberdaya air termasuk di
dalamnya neraca air, yang melibatkan berbagai instansi terkait serta
melaksanakan pembangunan prasarana pengairan (sesuai dengan penugasan
yang diberikan) dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya air.
b. Prediksi Kekeringan
Melakukan pemantauan dan pengolahan data hidrologis, membuat prediksi
kemungkinan terjadinya kekeringan (mungkin menggunakan fasilitas telemetri
dan bantuan simulasi komputer yang dihubungkan dengan basis data nasional
dan internasional).
c. Penanggulangan Kekeringan
Secara aktif bersama Dinas/Instansi terkait dalam Satkorlak-PBA melakukan
upaya penanggulangan pada saat terjadi kekeringan yang tidak dapat terelakkan.
d. Perijinan Penggunaan Air
Memberikan rekomendasi teknis atas penerbitan ijin penggunaan air dengan
memperhatikan optimasi manfaat sumber daya yang tersedia.
e. Alokasi Air
Menyusun konsep pola operasi waduk/alokasi air untuk mendapatkan optimasi
pengalokasian air.
f. Distribusi Air
3
Melakukan pengendalian distribusi air bersama Dinas/Instansi terkait dengan
bantuan telemetri untuk melaksanakan ketetapan alokasi air.

2.4.2. Manajemen Kualitas Air

a. Perencanaan Pengendalian Kualitas Air


Bersama Dinas/Instansi terkait menyiapkan rencana induk dan program kerja
jangka menengah dan tahunan pengendalian pencemaran air dan peningkatan
kualitas air.
b. Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Air
Berdasarkan rencana induk, melakukan pemantauan dan pengendalian kualitas
air yang melibatkan berbagai instansi terkait. Pemantauan dilakukan secara
periodik (baik kualitas air sungai maupun buangan limbah cair yang dominan) dan
melaksanakan pengujian laboratorium serta evaluasi terhadap hasil uji tersebut.
c. Penyediaan Debit Pemeliharaan Sungai
Berdasarkan pola operasi waduk dan/atau kondisi lapangan, dapat disediakan
sejumlah debit pemeliharaan sungai setelah mendapatkan pengesahan alokasi
dari Dewan DAS Propinsi.
d. Peningkatan Daya Dukung Sungai
Pelaksanaan peningkatan daya dukung sungai dengan melaksanakan upaya
pengendalian di instream (penggelontoran, penyediaan debit pemeliharaan,
peningkatan kemampuan asimilasi sungai) dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pengendalian di off-stream (pada sumber pencemar) melalui instrumen hukum
maupun instrumen ekonomi di samping melaksanakan kegiatan penyuluhan
untuk meningkatkan kontrol sosial dari masyarakat.

2.4.3. Pengelolaan Lingkungan Sungai


a. Perencanaan Peruntukan Lahan Daerah Sempadan Sungai
Bersama dinas/instansi terkait menyusun penetapan garis sempadan dan
rencana peruntukan lahan daerah sempadan sungai sesuai dengan Rencana
detail Tata Ruang Daerah dalam rangka pengamatan fungsi sungai.
b. Pengendalian Penggunaan Lahan Sempadan Sungai
Melakukan pengendalian dan penertiban penggunaan lahan di daerah sempadan
sungai bersama dinas/instansi terkait.
c. Pelestarian biota air

4
Mengupayakan peningkatan kondisi sungai yang kondusif untuk pertumbuhan
biota air.
d. Pengembangan pariwisata, olah raga, dan trasnportasi air
Mengembangkan pemanfaatan sungai dan waduk untuk keperluan wisata, olah
raga,dan transportasi air bekerja sama dengan pihak-pihak terkait.

2.5. Implementasi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Karajae

Pengelolaan Terpadu DAS Karajae pada dasarnya merupakan


pengelolaan partisipasi berbagai sektor/sub sektor yang berkepentigan dalam
pemanfaatan sumberdaya alam pada DAS Karajae, sehingga di antara pemangku
kepentingan saling mempercayai, ada keterbukaan, mempunyai rasa tanggung
jawab dan saling mempunyai ketergantungan (inter-dependency).
Dalam sistem ekologi DAS Karajae, komponen masukan utama terdiri atas
curah hujan sedang komponen keluaran terdiri atas debit aliran dan muatan
sedimen, termasuk unsur hara dan bahan pencemar di dalamnya. DAS yang terdiri
atas komponen-komponen vegetasi, tanah, topografi, air/sungai, dan manusia
berfungsi sebagai prosesor.

2.6. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air (catchment area).


Bentuk kegiatan pemanfaatan dan konservasi sumberdaya alam di DTA
diutamakan untuk meningkatkan produktivitas lahan dalam memenuhi kebutuhan
barang dan jasa bagi masyarakat dan sekaligus memelihara kelestarian ekosistem
DAS Karajae. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui tataguna lahan (pengaturan
tataruang), penggunaan lahan sesui dengan peruntukannya (kesesuaian lahan,
rehabilitasi hutan dan lahan yang telah rusak, penerapan teknik-teknik konservasi
tanah, pembangunan struktur untuk pengendalian daya rusak air, erosi dan longsor.
Dilakukan pula kegiatan monitoring kondisi daerah tangkapan air dan evaluasi
terhadap pelaksanaan rencana pengelolaan DAS Karajae.

5
III. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan perlunya pengelolaan daerah aliran
sungai (DAS) secara terpadu dan berkelanjutan sebagai berikut:

a) Perlunya pengelolaan ruang melalui usaha pengaturan penggunaan lahan


(landuse) dan konservasi tanah.
b) Pentingnya pengelolaan sumberdaya air melalui konservasi, pengembangan,
penggunaan dan pengendalian daya rusak air.
c) Pengelolaan vegetasi yang meliputi pengelolaan hutan dan jenis vegetasi
terestrial lainnya memiliki fungsi produksi dan perlindungan terhadap tanah dan
air.
d) Pembinaan kesadaran dan kemampuan manusia termasuk pengembangan
kapasitas kelembagaan dalam pemanfaatan sumberdaya alam secara
bijaksana, ikut berperan dalam upaya pengelolaan DAS.

IV. DAFTAR PUSTAKA

[1]. Agus Maryono (2008), Eko-Hidraulik Pengelolaan Sungai Ramah


Lingkungan, Gadjah Mada University Press
[2]. Benedetti C et al, (et.al, 2008), 4th ECRR Confrence on River Restoration, Italy,
Venice S. Servolo Island 16-21 June 2008.
[3]. Chay Asdak (2010), Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai,
Gadjah Mada Univeresity Press.
[4]. Dufour S et al, Can Flood Risk Management Restore Eco Geomorphologic
Function of Fluvial Margins Along the Lower Rhone River, 4th ECRR
Confrence on River Restoration, Italy, Venice S. Servolo Island 16-21 June
2008
[5]. Gilligan R, Hydromorphology and River Enhanchement for Flood Risk
Management in Ireland, 4th ECRR Confrence on River Restoration, Italy,
Venice S. Servolo Island 16-21 June 2008
[6]. Kristjan Piirimae et al, Adaptation of method for involving environmentan
aspects in spatial planning of river basin management – a case study of
the Narva River basin, Estonian Journal of Ecology, 2010, Vol 59,No. 4, PP
302 – 320
[7]. Suripin, Dr, M.Eng, Ir (2004), Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air,
Penerbit Andi Yogyakarta.
[8]. T.T. HUYEN LE et al, An Ecohydrological, Ecohydraulic Model System For
Water Management of The Saigon River System Under Tide Effect,
Proceeding, 9th ISE 2012, Vienna, Austria.

6
[9]. _______________PERATURANMENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN
RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR.
[10]. http://sda.pu.go.id/index.php/berita-sda/datin-sda/item/200-upaya-mengurangi-
resiko-dampak-banjir (download 10 Maret 2014).

You might also like