You are on page 1of 13

Makalah

Penegakan Hukum setelah Tax Amnesty

Mata Kuliah : Kapita Selekta Hukum Administrasi Negara

Dosen Pengampu : Dr. Budi Ispriyarso, S.H., M.Hum.

DI SUSUN OLEH :

Marsekal Tondy

(11010114130401)
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4

1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 4

LANDASAN TEORI ...................................................................................................................... 5

2.1 Pajak ................................................................................................................................. 5

2.2 Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) ................................................................................. 5

2.3 Penegakan Hukum............................................................................................................ 5

PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 7

3.1 Hasil Tax Amnesty ............................................................................................................ 7

3.2 Penegakan Hukum Pasca Tax Amnesty ............................................................................ 9

PENUTUP..................................................................................................................................... 12

4.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 12

4.2 Saran ............................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 13

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2016 Pemerintah Indonesia melaksanakan Tax Amnesty, yang diharapkan menambah
pendapatan Negara dari segi pemungutan pajak. Pemerintah berharap dengan adanya Tax Amnesty
ini akan membuat masyarakat sadar akan tindakan mengemplang pajak dengan cara menaruh atau
menyembunyikan harta mereka untuk menghindari pajak baik di dalam maupun di luar negeri.

Karena dirasa dirugikan oleh tindakan yang dilakukan sejumlah pengusaha Indonesia tersebut
maka pemerintah melakukan langkah berupa Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan
Rancangan Undang-Undang. Pengampunan Pajak Tax Amnesty dan Rancangan Undang-Undang
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara 2016 beserta Nota Perubahannya (RAPBN-P 2016) dalam sidang paripurna, 28
Mei 2016.

Melalui undang-undang tersebut, para wajib pajak yang belum melaporkan pajaknya akan
mendapat tarif tebusan yang lebih rendah. Tarif tersebut dibagi menjadi tiga kategori, yakni bagi
usaha kecil menengah, bagi wajib pajak yang bersedia merepatriasi asetnya di luar negeri, serta
deklarasi aset di luar negeri tanpa repatriasi.

Untuk wajib pajak usaha kecil menengah yang mengungkapkan harta sampai Rp10 miliar akan
dikenai tarif tebusan sebesar 0,5%, sedangkan yang mengungkapkan lebih dari Rp 10 miliar
dikenai 2%. Lalu, untuk wajib pajak yang bersedia merepatriasi asetnya di luar negeri akan
diberikan tarif tebusan sebesar 2% untuk Juli-September 2016, 3% untuk periode Oktober-
Desember 2016, dan 5% untuk periode 1 Januari 2017 sampai 31 Maret 2017.

Terakhir, wajib pajak yang mendeklarasikan asetnya di luar negeri tanpa repatriasi akan dikenai
tarif 4% untuk periode Juli-September 2016, 6% untuk periode Oktober-Desember 2016, dan 10%
untuk periode Januari-Maret 2017. Penetapan periode menjadi penting karena UU Pengampunan
Pajak hanya berlaku hingga akhir Maret 2017.

3
Hasil dari Tax Amnesty mencapai Rp 135 triliun. Terdiri dari uang tebusan Rp 114 triliun,
pembayaran bukti permulaan Rp 1,75 triliun, dan pembayaran tunggakan Rp 18,6 triliun. Adapun
total tebusan tersebut terdiri dari orang pribadi non-UMKM sebesar Rp 91,1 triliun, dan orang
pribadi UMKM sebesar Rp 7,73 triliun. Kemudian, uang tebusan dari badan non-UMKM Rp 14,6
triliun, dan badan UMKM Rp 656 miliar.

Setelah di adakan Tax Amnesty pemerintah mulai menjalankan penegakan hukum terhadap
pengemplang pajak yang tidak mengikuti Tax Amnesty. Dengan di keluarkannya pelbagai
peraturan terkait dengan penegakan hukum penarikan pajak pasca Tax Amnesty.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hasil dari Tax Amnesty ?


2. Bagaimana penegakan hukum pasca Tax Amnesty ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui hasil dari Tax Amnesty.


2. Mengetahui penegakan hukum setelah Tax Amnesty ?

4
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Pajak

Menurut UU No. 28 Tahun 2007 Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang – undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung.

2.2 Pengampunan Pajak (Tax Amnesty)

Menurut UU Tax Amnesty No 11 tahun 2016 Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) adalah
pengampunan atau pengurangan pajak terhadap properti yang dimiliki oleh perusahaan dalam
bentuk penghapusan pajak terutang, penghapusan sanksi pajak terutang, penghapusan sanksi
pidana tertentu yang harus diharuskan membayar dengan uang tebusan. Pengampunan pajak ini
bukan hanya properti yang disimpan di luar negeri tetapi juga berasal dari dalam negeri yang
laporannya tidak diberikan secara benar.

2.3 Penegakan Hukum

Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide keadilan, kepastian hukum
dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Jadi penegakan hukum pada hakikatnya adalah proses
perwujudan ide-ide.

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau berfungsinya norma-norma
hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

5
Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep hukum yang
diharapkan rakyat menjadi kenyataan. Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan
banyak hal.1

Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-
nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah/pandangan nilai yang mantap dan mengejawantah
dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara
dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.

Penegakan hukum secara konkret adalah berlakunya hukum positif dalam praktik sebagaimana
seharusnya patut dipatuhi. Oleh karena itu, memberikan keadilan dalam suatu perkara berarti
memutuskan hukum in concreto dalam mempertahankan dan menjamin di taatinya hukum materiil
dengan menggunakan cara prosedural yang ditetapkan oleh hukum formal.2

Menurut Satjipto Raharjo penegakan hukum pada hakikatnya merupakan penegakan ide-ide
atau konsep-konsep tentang keadilan , kebenaran, kemanfaatan sosial, dan sebagainya. Jadi
Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide dan konsep-konsep tadi menjadi
kenyataan.

Hakikatnya penegakan hukum mewujudkan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang memuat keadilan
dan kebenaran, penegakan hukum bukan hanya menjadi tugas dari para penegak hukum yang
sudah di kenal secara konvensional , tetapi menjadi tugas dari setiap orang. Meskipun demikian,
dalam kaitannya dengan hukum publik pemerintahlah yang bertanggung jawab.

1
Dellyana,Shant.1988,Konsep Penegakan Hukum. Yogyakarta: Liberty hal 32
2
Ibid hlm 33

6
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Hasil Tax Amnesty

Pada Periode Pertama, Jumlah realisasi uang tebusan program amnesti pajak atau pengampunan
pajak periode I yang berakhir pukul 00.00 Sabtu, 1 Oktober 2016 mencapai Rp97,2 triliun atau
sebesar 59% dari target penerimaan uang tebusan amnesti pajak sebesar Rp165 triliun. Realisasi
amnesti pajak itu didasarkan pada nominal surat setoran pajak (SSP) yang meliputi pembayaran
uang tebusan amnesti pajak, pembayaran tunggakan pajak, dan pembayaran atas penghentian
pemeriksaan bukti permulaan, dengan rincian, uang tebusan amnesti pajak Rp 93,7 triliun,
tunggakan pajak Rp354 miliar, dan pembayaran bukti permulaan Rp3,06 triliun (data diambil
tanggal 1 Oktober 2016). Adapun, jumlah harta yang dilaporkan melalui surat pernyataan harta
amnesti pajak (SPH) mencapai Rp 3.621 triliun dengan jumlah uang tebusan amnesti pajak Rp
93,7 triliun. Dari jumlah harta itu, jumlah repatriasi Rp 137 triliun atau 13,7% dari target Rp 1.000
triliun, deklarasi harta dalam negeri Rp 2.533 triliun, dan deklarasi harta luar negeri Rp 951 triliun.

Rincian Uang Tebusan Amnesti Pajak Rp 93,7 triliun itu, bersumber pada statistik amnesti pajak
oleh Ditjen Pajak, dari orang pribadi non-UMKM yaitu Rp 76,6 triliun, disusul badan non UMKM
Rp 9,7 triliun, lalu orang pribadi UMKM Rp 2,64 triliun, dan terakhir badan UMKM Rp.170
miliar.

Hingga akhir periode pertama amnesti pajak, yang diakumulasi pada tanggal 1 Oktober 2016, telah
diterima total 372.430 SPH, dengan jumlah SSP 341.928 dan jumlah WP 367.134

Di Periode kedua, Jumlah realisasi uang tebusan program amnesti pajak atau pengampunan pajak
hingga periode kedua yang berakhir pukul 00.00 minggu, 1 Januari 2017 mencapai Rp110 triliun
atau sebesar 66,6 % dari target penerimaan uang tebusan amnesti pajak sebesar Rp165 triliun.
Realisasi amnesti pajak itu didasarkan pada nominal surat setoran pajak (SSP) yang meliputi
pembayaran uang tebusan amnesti pajak, pembayaran tunggakan pajak, dan pembayaran atas
penghentian pemeriksaan bukti permulaan, dengan rincian, uang tebusan amnesti pajak Rp 103
triliun, tunggakan pajak Rp 5,58 Triliun, dan pembayaran bukti permulaan Rp 739 miliar (data
diambil tanggal 6 Januari 2017). Adapun, jumlah harta yang dilaporkan melalui surat pernyataan
7
harta amnesti pajak (SPH) mencapai Rp 4.300 triliun dengan jumlah uang tebusan amnesti pajak
Rp 103 triliun. Dari jumlah harta itu, jumlah repatriasi Rp 141 triliun atau 14,1% dari target Rp
1.000 triliun, deklarasi harta dalam negeri Rp 3.147 triliun, dan deklarasi harta luar negeri Rp
1.013 triliun.

Rincian Uang Tebusan Amnesti Pajak Rp 103 triliun itu, bersumber pada statistik amnesti pajak
oleh Ditjen Pajak, dari orang pribadi non-UMKM yaitu Rp 85,78 triliun, disusul badan non
UMKM Rp 12,45 triliun, lalu orang pribadi UMKM Rp 4,77 triliun, dan terakhir badan UMKM
Rp 339 miliar.

Hingga akhir periode kedua amnesti pajak, yang diakumulasi pada tanggal 6 Januari 2017, telah
diterima total 640.340 SPH, dengan jumlah SSP 682.876 dan jumlah WP 618.623.

Pada akhir Periode Ketiga, jumlah realisasi uang tebusan program amnesti pajak atau
pengampunan pajak hingga periode III yang berakhir jumat, 31 Maret 2017 mencapai Rp 135
triliun atau sebesar 81,82% dari target penerimaan uang tebusan amnesti pajak sebesar Rp165
triliun.

Realisasi amnesti pajak itu didasarkan pada nominal surat setoran pajak (SSP) yang meliputi
pembayaran uang tebusan amnesti pajak, pembayaran tunggakan pajak, dan pembayaran atas
penghentian pemeriksaan bukti permulaan, dengan rincian, uang tebusan amnesti pajak Rp 114
triliun, tunggakan pajak Rp 18,6 triliun, dan pembayaran bukti permulaan Rp1,75 triliun. Adapun,
jumlah harta yang dilaporkan melalui surat pernyataan harta amnesti pajak (SPH) mencapai Rp
4.855 triliun dengan jumlah uang tebusan amnesti pajak Rp 114,1 triliun. Dari jumlah harta itu,
jumlah repatriasi Rp 147 triliun atau 14,7% dari target Rp 1.000 triliun, deklarasi harta dalam
negeri Rp 3.676 triliun, dan deklarasi harta luar negeri Rp 1.031 triliun.

Rincian Uang Tebusan Amnesti Pajak Rp 114,1 triliun itu, bersumber pada statistik amnesti pajak
oleh Ditjen Pajak, dari orang pribadi non-UMKM yaitu Rp 91,1 triliun, disusul badan non UMKM
Rp 14,6 triliun, lalu orang pribadi UMKM Rp 7,73 triliun, dan terakhir badan UMKM Rp 656
miliar.

Hingga akhir periode ketiga, jumlah peserta amnesti pajak mencapai 965.983 peserta.

8
Komitmen repatriasi yang dinyatakan wajib pajak sebesar Rp147 triliun. Namun, baru sekitar
Rp121 triliun yang sudah diparkir di dalam negeri. Perbedaan antara komitmen dan realisasi ini
karena sebagian harta wajib pajak yang ada di luar negeri sudah masuk sebelum implementasi
pengampunan pajak.

Dari statistik di atas, banyak kalangan yang kemudian menyatakan bahwa program Tax Amnesty
di Indonesia kali ini adalah yang paling berhasil dibandingkan program yang lalu ataupun program
serupa di negara lainnya. Untuk menilai berhasil atau tidaknya, kita kembali menilik tujuan awal
Tax Amnesty, yakni mengembalikan dana-dana besar dan potensial yang selama ini tidak disimpan
atau dilaporkan di Indonesia. Namun, pada akhirnya data menunjukkan bahwa sebagian besar
deklarasi harta dan pembayaran justru berasal dari dalam negeri sendiri. Dari sisi uang tebusan,
jumlah yang diterima negara hanya sebesar Rp114,02 triliun atau sekitar 69% dari target yakni Rp
165 triliun. Selain itu, pencapaian repatriasi sebesar Rp 147 triliun yang berarti hanya 14,7% dari
total target Rp 1.000 triliun menandakan adanya ketidaksesuaian antara ekspektasi pemerintah
dengan hasil yang diterima sampai penutupan tanggal 31 Maret 2017.3

3.2 Penegakan Hukum Pasca Tax Amnesty

Program Tax Amnesty, selain sebagai memperbesar penerimaan Negara juga memiliki tujuan
untuk meningkatkan kepatuhan pajak dan untuk memperbaiki basis pajak di Indonesia yang lebih
baik. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana pemerintah dalam hal ini Ditjen Pajak menyiapkan
strategi penegakan hukum pasca Tax Amnesty, Berikut ini beberapa strategi yang akan dilakukan
Ditjen Pajak dalam upayanya memenuhi target penerimaan Negara :

a. Reformasi Aturan Perpajakan

Terdapat lima Undang-undang (UU) yang akan dibahas setelah masa program Tax Amnesty
berakhir. Kelima UU tersebut antara lain, UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(KUP). Pertama, KUP akan di sempurnakan dalam hal hak dan kewajiban wajib pajak dan

3
Safyra Primadhyta. CNN Indonesia. Tax Amnesty Kelar, Sri Mulyani Akui Tak Puas
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170401033621-78-204214/tax-amnesty-kelar-sri-mulyani-akui-takpuas/
diakses pada 23 Februari 2018

9
DJP. Termasuk sanksi, dan seterusnya termasuk transformasi kelembagaan DJP dibahas di
UU KUP. Kedua, melakukan pembahasan terhadap UU Pajak Penghasilan (PPh), dalam
ketentuan tersebut pemerintah akan merapikan struktur perpajakan. Ketiga, UU Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). Selanjutnya, pemerintah juga melakukan pembahasan terkait
UU Bea Materai dan terakhir RUU Pajak Bumi Bangunan (PBB).

b. Pemeriksaan Wajib Pajak

Sebagaimana pernah diungkap mantan Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan,


Ken Dwijugiastedi bahwa setelah program amnesti pajak berakhir, maka Direktorat Jendral
Pajak akan melakukan penegakan hukum terhadap wajib pajak yang belum
mendeklarasikan hartanya. Direktorat Jendral Pajak akan menerapkan penegakan hukum
sesuai dengan Pasal 18 ketentuan UU Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak.
Wajib pajak yang selama ini menolak membereskan catatan perpajakan masa lalu dengan
mengikuti program Tax Amnesty akan menghadapi risiko pengenaan pajak dengan tarif
serta sanksi atas harta yang tidak diungkap dan kemudian diketahui oleh otoritas. Pasal 18
UU Nomor 11 Tahun 2016 merupakan wujud keadilan bagi wajib pajak yang patuh dan
telah ikut melaporkan hartanya dalam program amnesti pajak.

Direktorat Jendral Pajak memiliki kebijakan yakni akan memprioritaskan penggunaan


Pasal 18 UU Nomor 11 Tahun 2016 lantaran wajib pajak yang bersangkutan telah diimbau
untuk ikut amnesti pajak sebelumnya. bagi wajib pajak yang telah mengikuti program Tax
Amnesty tetap akan dilakukan tindak lanjut.

Sebelumnya telah ada kerja sama Direktorat Jendral Pajak dengan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) terkait permintaan akses data nasabah perbankan yang dapat dilakukan lebih cepat,
yakni dalam waktu kurang lebih 14 hari. Nota kesepahaman yang telah disetujui kedua
belah pihak dengan salah satu poinnya, penerapan pembukaan rahasia nasabah bank dalam
rangka pemeriksaan, pemeriksaan bukti permulaan, penyidikan, dan penagihan di bidang

10
perpajakan. Direktorat Jendral Pajak sudah menyiapkan berbagai strategi dan prosedur
untuk memeriksa para wajib pajak. Salah satunya adalah pembekalan data yang kuat
kepada pegawai pajak sebelum melakukan pemeriksaan kepada para wajib pajak. Data
yang digunakan untuk pemeriksaan tersebut berasal dari data Direktorat Jendral Pajak serta
sumber data lainnya.

c. Membuka Rahasia Bank

Indonesia akan ikut serta dalam Automatic Exchange of Information (AEoI), program
keterbukaan informasi secara otomatis antarnegara yang akan berlangsung September
2018 mendatang. Dalam AEoI nanti, data-data wajib pajak WNI akan semakin terbuka
sekalipun telah melakukan penghindaran pajak ke negara lain. Indonesia akan dimudahkan
ketika membutuhkan data wajib pajak WNI di negara tertentu karena program AEoI
menerapkan prinsip resiprokal satu negara dengan negara lainnya. Direktorat Jendral Pajak
akan menegakkan Pasal 18 UU Nomor 11 Tahun 2016. Indonesia juga telah berkomitmen
untuk menerapkan prinsip penghindaran, yakni Base Erosion dan Profit Shifting (BEPS).4

Langkah pertama dari implementasi membuka rahasia Bank adalah Ditjen akan
mewajibkan perbankan melaporkan informasi keuangan nasabah yang bersumber dari
kartu kredit. Ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
39/PMK.03/2016, berlaku setelah program pengampunan pajak. Dalam PMK Nomor
39/PMK.03/2016 mengatur tentang Rincian Jenis Data dan Informasi Serta Tata Cara
Penyampaian Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan. Dalam beleid
tersebut, lembaga jasa keuangan diwajibkan melaporkan data nasabah dan akan dikenakan
sanksi penjara selama dua tahun atau denda Rp 1 miliar jika tidak memenuhi kewajiban
itu. Untuk langkah awal para penerbit kartu kredit akan diminta melaporkan data pokok
pemegang kartu dan transaksi kartu pada periode Juni 2016 hingga Maret 2017. Data akan
dicocokan dengan tingkat kepatuhan dari penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
(SPT) Wajib Pajak untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut atas data yang
telah didapatkan.

4
Ortax. Automatic Exchange of Information (AEOI) Paling Lambat Mulai 2018? Wacana atau Realita? Dalam
http://taxamnesty.ortax.org/?mod=forum&page=show&idtopik=64558 diakses pada 23 Februari 2018

11
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Hasil dari Tax Amnesty oleh Direktorat Jendral Pajak dikatakan cukup berhasil namun untuk
menilai berhasil atau tidaknya, kita kembali menilik tujuan awal Tax Amnesty, yakni
mengembalikan dana-dana besar dan potensial yang selama ini tidak disimpan atau dilaporkan di
Indonesia. Namun, pada akhirnya data menunjukkan bahwa sebagian besar deklarasi harta dan
pembayaran justru berasal dari dalam negeri sendiri. Dari sisi uang tebusan, jumlah yang diterima
negara hanya sebesar Rp114,02 triliun atau sekitar 69% dari target yakni Rp 165 triliun. Selain itu,
pencapaian repatriarsi sebesar Rp 147 triliun yang berarti hanya 14,7% dari total target target Rp
1.000 triliun menandakan adanya ketidaksesuaian antara ekspektasi pemerintah dengan hasil yang
diterima sampai penutupan tanggal 31 Maret 2017.

Penegakan hukum pasca Tax Amnesty juga memiliki potensi untuk memperbaikin sistem
penegakan hukum penarikan pajak di Indonesia. Perbaikan dalam sistem penegakan hukum
penarikan pajak dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Kembali tergantung pada
bagaimana Direktorat Jendral Pajak melaksanakannya.

4.2 Saran

Direktorat Jendral Pajak selaku otoritas dalam bidang perpajakan di Indonesia seharusnya lebih
dapat bekerjasama dengan pelbagai macam instansi-instansi pemerintah lainnya dalam
melaksanakan penengakan hukum penarikan pajak. Direktorat Jendral Pajak telah memulai hal
tersebut dengan bekerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan, namun kerjasama tersebut dapat
ditingkatkan dengan tujuan bersama demi kemajuan negara Indonesia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Istianur Praditya, Ilyas. Resmi Berakhir di 31 Maret, Ini Hasil Tax Amnesty
http://bisnis.liputan6.com/read/2906371/resmi-berakhir-di-31-maret-ini-hasiltax-
amnesty diakses pada 23 Februari 2018.

Lembagapajak.com. Hasil Amnesti Pajak Periode Pertama


http://www.lembagapajak.com/2016/10/hasil-amnesti-pajak-periodepertama.html
diakses pada 23 Februari 2018.

Lembagapajak.com. Statistik Amnesti Pajak Periode Kedua http://www.lemb


agapajak.com/2017/01/statistik-amnesti-pajak-periode-kedua.html diakses pada 23
Februari 2018.

Primadhyta, Safyra. CNN Indonesia. Tax Amnesty Kelar, Sri Mulyani Akui Tak Puas
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170401033621-78-204214/taxamnesty-
kelar-sri-mulyani-akui-tak-puas/ diakses pada 23 Februari 2018
Ortax. Automatic Exchange of Information (AEOI) Paling Lambat Mulai 2018? Wacana
atau Realita? Dalam
http://taxamnesty.ortax.org/?mod=forum&page=show&idtopik=64558 diakses pada
23 Februari 2018.

Ragimun. Analisis Implementasi Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) Di Indonesia. Dalam


http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Analisis%20Implementasi%20Tax%2
0Amnesty%20di%20Indonesia.pdf/ diakses pada 23 Februari 2018.
Republik Indonesia. 2016. Undang-Undang Nomor 11 Tentang Pengampunan Pajak Tahun
2016, Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2017. Undang-Undang Nomor 36 Tentang Pengenaan Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan Tertentu Berupa Harta Bersih Yang Diperlakukan
Atau Dianggap Sebagai Penghasilan Tahun 2017, Sekretariat Negara. Jakarta.

13

You might also like