You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PERCOBAAN DUA

IDENTIFIKASI LIPID

Disusun oleh :

Ferisa Riferty (10060313121)

Feresta Riferty (10060313122)

Ismah Indri Sudiyanti (10060313123)

Shift :E

Kelompok :3

Nama Asisten : Lisnawati, S.Farm

Tanggal Praktikum : 25 Februari 2015

Tanggal Penyerahan : 04 Maret 2015

LABORATORIUM TERPADU UNIT B

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2015
PERCOBAAN DUA
IDENTIFIKASI LIPID

I. TUJUAN PERCOBAAN
Diharapkan dapat memahami metode identifikasi lipid.

II. TEORI DASAR


Definisi Lipid
Lipid (Yunani, lipos = lemak) adalah sekelompok besar senyawa alam yang
tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti n-heksan,
kloroform, dan dietil eter. Sifat inilah yang membedakan lipid dari karbohidrat,
protein, asam nukleat, dan kebanyakan molekul hayati lainnya (Tim Dosen Kimia
UPT MKU, 2011).
Lipid adalah senyawa organic berminyak atau berlemak yang tidak larut
dalam air, dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti
kloroform dan eter. Asam lemak adalah komponen unit pembangunan pada
hampir semua lipid. Asam lemak adalah asam organic berantai panjang yang
mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak memiliki gugus karboksil
tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang. Hal ini membuat
kebanyakan lipid bersifat tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau
berlemak (Lehninger, 1982).
Sifat Fisika Lipid
1. Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut
organic misalnya eter, aseton, kloroform, benzena disebut “pelarut lemak”.
2. Ada hubungan dengan asam-asam lemak atau esternya.
3. Mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup.
Kesepakatan ini telah disetujui oleh Kongres Internasional Kimia Murni dan
Terapan (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009 :51).
Fungsi Lipid
Fungsi utama lemak adalah sebagai penyekat, bantalan dan cadangan
energi. Fungsi penyekat tampak jelas pada membran sel. Seluruh sel makhluk
hidup dibungkus oleh membrane yang antara lain terdiri dari molekul-molekul
lemak yang tersusun sedemikian rupa sehingga isi sel terpisah dari dunia luar.
Fungsi sebagai bantalan misalnya pada jaringan dibawah kulit, yang menebal
ditempat-tempat tertentu dan juga disekitar berbagai alat di dalam rongga tubuh
dan di belakang bola mata. Lemak merupakan bentuk cadangan energi tubuh.
Senyawa ini dibentuk bila tubuh kelebihan makanan dan dipecah bila tubuh
kekurangan energi (Irham, 2013: 3).

Penggolongan Lipid
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa
golongan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid
dalam tiga golongan besar, yakni (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009 :52):
(1) Lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya
lemak atau gliserida dan lilin (waxes);
Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan menghasilkan alcohol, biasanya
berupa gliserol, serta menghasilkan asam lemak. Contoh yang paling banyak
ditemukan adalah Triasigliserol atau Trigliserida, yang ditemukan dakam
serum, minyak kelapa dan dalam berbagai minyak lain yang berasal dari
makhluk hidup. Minyak adalah lemak yang dalam suhu ruang berada dalam
bentuk cair, lemak yang dalam suhu ruang masih berbentuk padat disebut
lemak. Konsistensi cair ata padat pada suhu ruang ditentukan dari jumlah atom
C yang menyusun asam lemak dari TG. Makin panjang atom C, biasanya
makin padat. Makin banyak ikatan rangkap, konsistensi makin cair (Irham,
2013 :4).
(2) Lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan,
contohnya fosfolipid, serebrosida;
Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan menghasilkan alcohol, asam
lemak, dan senyawa lain seperti fosfat, asam amino, basa organik, seperti
kolin atau betain. Umumnya lemak majemuk mengandung listrik, sehingga
menjadi lebih udah berinteraksi dengan air (Irham, 2013 :5).
(3) Derivat lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid,
contohnya asam lemak, gliserol, dan sterol.
Yaitu berbagai senyawa yang diperoleh dari hidrolisis atau pemecahan
kedua jenis lemak terdahulu. Contoh kelompok ini adalah gliserol dan alcohol
lain yang ikut menyusun lemak, asam lemak, ikatan rangkap (ikatan tak jenuh)
dan asam lemak tanpa ikatan rangkap (jenuh), kolesterol dan berbagai macam
senyawa steroid (Irham, 2013 :5).
Di samping itu, berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam
dua golongan yang besar, yakni lipid yang dapat disabunkan, yakni dapat
dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak, dan lipid yang tidak dapat disabunkan,
contohnya steroid (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009 :52).
 Lemak
Struktur
Yang dimaksud dengan lemak adalah suatu ester asam lemak dengan gliserol.
Gliserol ialah suatu trihidroksi alcohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Jadi tiap
atom karbon mempunyai gugus –OH. Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat
tiga molekul asam lemak, oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida
(Poedjiadi dan Supriyanti, 2009 :59).
Sifat
Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan, sedangkan
lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak yang mempunyai titik
lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak cair disebut
minyak mengandung asam lemak tidak jenuh. Pada umumnya lemak apabila
dibiarkan lama di udara akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak. Hal ini
disebabkan oleh proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas. Oksidasi
asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan peroksida dan akan terbentuk
aldehida. Kelembaban udara, cahaya, suhu tinggi dan adanya bakteri perusak
adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketengikan lemak (Poedjiadi
dan Supriyanti, 2009 :61).
 Sterol
Sterol sering ditemukan bersama-sama dengan lemak. Sterol dapat dipisahkan
dari lemak setelah penyabunan. Oleh karena sterol tidak tersabunkan maka
senyawa ini terdapat 3 dalam residu. Lebih dari 30 jenis sterol telah dijumpai di
alam, terdapat pada jaringan binatang dan tumbuhan, ragi, jamur, tetapi jarang
ditemukan dalam bakteri. Persenyawaan sterol yang terdapat dalam minyak terdiri
dari kolesterol dan fitostrerol. Senyawa kolesterol umumnya terdapat dalam lemak
hewani, sedangkan fitosterol terdapat dalam minyak nabati (Budimarwanti, 2015
:2).
 Kolesterol
Kolesterol adalah salah satu sterol yang penting dan terdapat banyak di alam.
Dari rumus kolesterol dapat dilihat bahwa gugus hidroksil yang terdapat pada
atom C nomor 3 mempunyai posisi  oleh karena dihubungkan dengan garis
penuh.

Kolesterol terdapat pada hampir semua sel hewan dan semua manusia. Pada
tubuh manusia, kolesterol terdapat dalam darah, empedu, kelenjar adrenal bagian
luar (adrenal cortex), dan jaringan syaraf. Mula-mula kolesterol diisolasi dari batu
empedu karena kolesterol ini merupakan komponen utama batu empedu tersebut.
Kolesterol dapat larut dalam pelarut lemak, misalnya eter, kloroform, benzena,
dan alkohol panas. Apabila terdapat dalam konsentrasi tinggi, kolesterol
mengkristal dalam bentuk kristal yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak
berbau, serta mempunyai titik lebur 150-151C. Endapan kolesterol apabila
terdapat dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah
karena dinding pembuluh darah menjadi makin tebal. Hal ini mengakibatkan juga
berkurangnya elastisitas pembuluh darah. Dengan demikian, maka aliran darah
akan terganggu (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009: 74).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
 Tabung reaksi
 Pipet tetes
 Bunsen
 Kertas saring
Bahan:
 Air
 Alkohol panas dan dingin
 Kloroform
 Minyak
 Olive oil
 Gliserol
 Minyak jelantah
 Minyak rebusan daging
 KHSO4
 Asam asetat anhidrid
 Asam sulfat pekat

IV. PROSEDUR KERJA


1. Uji kelarutan
Disediakan 4 tabung reaksi lalu pada tabung 1 ditambahkan 2 ml air,
pada tabung 2 ditambahkan 2 ml alcohol dingin, lalu pada tabung 3
ditambahkan 2 ml alcohol panas, dan pada tabung 4 ditambahkan 2 ml
kloroform. Dimasukkan 0,2 ml minyak ke dalam tiap tabung lalu
dikocok hati-hati. Kemudian diambil 2-3 tetes dari masing-masing
tabung dan diteteskan kertas saring. Adanya noda yang tertinggal pada
kertas saring menunjukkan adanya lemak yang terlarut dalam pelarut
tersebut.

2. Uji akrolein
Disediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu dimasukkan 10
tetes gliserol, olive oil, minyak, minyak daging, dan minyak jelantah ke
dalam tabung. Kemudian ditambahkan sejumlah sama volume KHSO4,
lalu dipanaskan pelan-pelan diatas api. Diperhatikan bau akrolein yang
menusuk hidung, bedakan dengan bau SO4.

3. Uji Lieberman-burchard untuk kolesterol


Beberapa kolesterol (minyak, minyak jelantah, gliserol, dan minya
daging) dilarutkan dalam kloroform hingga larut seluruhnya. Lalu
ditambahkan 10 tetes asam asetat anhidrid dan dua tetes asam sulfat
pekat, kocok perlahan-lahan dan biarkan beberapa menit. perubahan
warna yang terjadi diperhatikan.

V. DATA PENGAMATAN
No Uji Lipid Perubahan yang terjadi Gambar
1 Uji kelarutan Tabung 1 Setelah ditambahkan minyak
(air) dan dikocok:
Minyak berada diatas dan tidak
bercampur dengan air.
Setelah ditetesi pada kertas
saring:
Tidak ada bercak
Tabung 2 Setelah ditambahkan minyak
(alkohol dan dikocok :
dingin) Minyak berada di bawah
permukaan dan tidak
bercampur dengan air. Lama-
kelamaan minyak menggumpal
dibawah.
Setelah ditetesi pada kertas
saring:
Tidak ada bercak
Tabung 3 Setelah ditambahkan minyak
(alkohol dan dikocok:
panas) Minyak berada dibawah
permukaan menggumpal dan
tidak larut.
Setelah ditetesi pada kertas
saring:
Tidak ada bercak
Tabung 4 Setelah ditambahkan minyak
(klorofom) dan dikocok:
Minyak larut dalam klorofom
Setelah ditetesi pada kertas
saring:
Ada bercak minyak

2 Uji Akrolein Tabung 1 Sebelum dipanaskan :


Minyak jelantah + KHSO4 =
minyak berada diatas (kuning)
dan tidak bercampur
Setelah dipanaskan :
Bau minyak jelantah
Tabung 2 Sebelum dipanaskan :
Gliserol + KHSO4 = bening
dan tidak ada bau
Setelah dipanaskan :
Baunya khas

Tabung 3 Sebelum dipanaskan :


Olive oil + KHSO4 = tidak ada
bau (minyak diatas tidak
bercampur)
Setelah dipanaskan:
Bau olive oil

Tabung 4 Sebelum dipanaskan :


Minyak + KHSO 4= tidak ada
bau (tidak bercampur)
Setelah dipanaskan :
Bau minyak

Tabung 5 Setelah dipanaskan :


Minyak daging + KHSO4 = bau
minyak daging.

3 Uji Tabung 1 Daging + asam asetat anhidrat


Lieberman-
+ asam sulfat pekat = putih
Burchard
keruh ada gelembung kecil
diatasnya.
Tabung 2 Minyak + asam asetat anhidrat
+ asam sulfat pekat = putih
kekuningan putih di atasnya.

Tabung 3 Gliserol + asam asetat anhidrat


+ asam sulfat pekat = putih
jernih ada 2 lapisan bening.

Tabung 4 Minyak jelantah + asam asetat


anhidrat + asam sulfat pekat
ke orange kecoklatan ada
endapan coklat sedikit.
Ket: semuanya tidak berwarna
hijau  tidak mengandung
kolestrol.

VI. PEMBAHASAN
Uji kelarutan
Pada uji kelarutan tabung 1 yang berisi 2 ml air ditambahkan dengan 0,2
ml minyak, hasilnya air dan minyak tidak larut karena sifat kepolaran yang
berbeda. Air bersifat polar sedangkan minyak bersifat non polar. Umumnya zat
yang polar larut di dalam pelarut atau zat bersifat polar, namun tidak dapat larut
didalam pelarut nonpolar. Hal ini dikarenakan adanya momen dipol pada zat
atau pelarut sehingga dapat berikatan dan berinteraksi dengan sesamanya.
Sedangkan pada pelarut nonpolar tidak memiliki momen dipol, sehingga tidak
bisa berinteraksi dengan zat yang polar, jadi tidak dapat larut. Ketika dikocok
minyak berada diatas, karena minyak ini mempunyai bobot jenis yang lebih
rendah dari pada air yaitu 0,903 gr/ml dan pada saat diteteskan pada kertas
saring tidak menimbulkan noda minyak karena minyak tersebut tidak larut air
kemungkinan yang terambil adalah airnya, maka dari itu pada kertas saring
tidak terdapat noda minyak.
Pada tabung 2 berisi 2 ml alkohol dingin yang ditambahkan 0,2 ml
minyak, hasilnya alkohol dingin dengan minyak tidak dapat larut, dikarenakan
alkohol dingin bersifat semipolar dan minyak bersifat polar. Ketika dikocok
minyak berada dibawah membentuk gumpalan, karena minyak mempunyai BJ
yang lebih besar dengan alkohol dingin yaitu alkohol 0,8119 – 0,8139 gr/ml dan
minyak 0,903 gr/ml dan pada saat diteteskan pada kertas saring tidak terdapat
noda minyak karena minyak ini tidak dapat larut alkohol panas sehingga
kemungkinan yang terambil adalah airnya.
Pada tabung 3 berisi alkohol panas yang ditambahkan 0,2 ml minyak,
hasilnya alkohol panas dengan minyak sedikit lebih larut daripada alkohol
dingin, kemungkinan dikarenakan faktor suhu pada alkohol tersebut. Tetapi
ketika dikocok minyak berada dibawah membentuk gumpalan dan menjadi tidak
larut dengan alkoholnya. Ketika diteteskan pada kertas saring tidak terdapat
noda minyak.
Pada tabung 4 berisi 2 ml klorofom yang ditambahkan 0,2 ml minyak,
hasilnya kloroform dan minyak dapat larut karena kloroform mempunyai sifat
nonpolar dan minyak mempunyai sifat nonpolar dan ketika diteteskan pada
kertas saring terdapat noda minyak, dikarenakan minyak tersebut dapat larut
dalam kloroform. Kloroform termasuk ke dalam pelarut organik yang bersifat
nonpolar.

Uji Akrolein
Uji akrolein adalah uji untuk mendeteksi keberadaan adanya gliserol atau
senyawa yang mengandung gliserol. Akrolein mudah dikenali dengan baunya
yang menusuk dengan kuat. 10 tetes minyak jelantah, gliserol, olive oil, minyak
dan minyak daging dicampur dengan KHSO4. Fungsi penambahan KHSO4 adalah
sebagai senyawa pendehidrasi yang akan menarik molekul air dari gliserol.
Pemanasan tabung dimaksudkan untuk menghilangkan keberadaan air.
Dari percobaan didapatkan bahwa apabila gliserol dicampur dengan KHSO4
dan dipanaskan hati-hati, timbul bau yang tajam dan khas. Bau yang khas itu
terbentuk dari aldehid akrilat atau akrolein atau 2-propenal (aldehid tak jenuh).
Hal ini terjadi karena struktur gliserol yang tidak memiliki ekor, sehingga ekornya
yang kosong itu terisi oleh gugus SO4 dari KHSO4 dan membentuk senyawa
dalam bentuk gas (2H2). Gliserol merupakan senyawa yang mempunyai gugus
hidroksil lebih dari dua atau merupakan tiga senyawa alcohol yang saling
berkaitan dengan nama 1,2,3-propanatriol.

CH2OH CH2
KHSO4
CHOH 2H2 + CH

CH2OH C=O

H
Gliserol Akrialdehida (Akrolein)
Pada umumnya lemak apabila dibiarkan lama di udara akan menimbulkan
rasa dan bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang
mengahasilkan asam lemak bebas. Oksidasi asam lemak tidak jenuh akan
menghasilkan peroksida dan selanjutnya akan terbentuk aldehida. Inilah yang
menyebabkan terjadinya bau dan rasa yang tidak enak atau tengik. Kelembaban
udara, cahaya, suhu tinggi, dan adanya bakteri perusak adalah faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya ketengikan lemak (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009 :61).

Uji Liebermann-Burchard
Uji Liebermann-burchard digunakan untuk mengidentifikasi adanya
kolesterol. Pada perobaan ini digunakan beberapa sampel yaitu gliserol, daging,
minyak, dan minyak jelantah. Pada percobaan ini akan diuji apakah dari keempat
sampel tersebut mengandung kolesterol atau tidak. Pertama sampel (gliserol,
daging, minyak, dan minyak jelantah) dilarutkan dalam kloroform. Tujuan
penambahan kloroform untuk melarutkan kolesterol yang terkandung di dalam
sampel. Fungsi dari kloroform adalah untuk melarutkan lemak karena sifat dari
lemak atau lipid adalah non polar. Sesuai dengan prinsip “like disolve like” maka
senyawa non polar akan larut pada pelarut non polar.
Setelah itu, di dalam kloroform yang mengandung kolesterol ditambahkan
asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. Tujuan ditambahkan asetat anhidrat
adalah untuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk
turunan asetil yang akan bereaksi dengan asam sulfat pekat membentuk larutan
berwarna. Jadi, penambahan H2SO4 ini berfungsi untuk memutuskan ikatan ester
pada lemak dan membentuk kompleks warna. Seharusnya Jika ada kolesterol
larutan akan menjadi berwarna kemerahan setelah ditambahkan asam sulfat pekat
yang setelah didiamkan akan berubah menjadi warna biru dan hijau akibat
pembentukan polimer tak jenuh. Dimana warna hijau yang terjadi sebanding
dengan kadar kolesterol. Namun, ketika ditambahkan 10 tetes asam asetat anhidrat
dan 2 tetes asam sulfat pekat maka dihasilkan larutan dengan warna putih keruh,
putih bening dibawah dan ada gelembung kecil dan banyak diatas. Kalau minyak
dihasilkan larutan berwarna putih kekuningan keruh diatas, putih bening dibawah.
Kalau gliserol dihasilkan warna putih jernih. Sedangkan minyak jelantah
dihasilkan warna larutan orange kecoklatan dan ada endapan coklat sedikit.
Seharusnya pada minyak jelantah dihasilkan warna larutan yang berwarna
hijau yang menunjukkan bahwa minyak jelantah terdapat kolesterol yang
mengandung gugus steroid. Hal itu terjadi karena minyak jelantah sudah banyak
digunakan untuk menggoreng makanan misalnya daging maka otomatis sedikit
serat-serat dari daging tersebut tertinggal sehingga itu menyebabkan minyak
jelantah mengandung kolesterol. Bila kolesterol direaksikan dengan asam asetat
anhidrit dan asam sulfat pekat dalam lingkungan bebas air, maka akan terbentuk
warna hijau biru yang intens akibat pembentukan polimer hidrokarbon tak jenuh.
Menurut (Supriyanti dan Anna, 2005: 75) bahwa “Adanya kolesterol dapat
ditentukan dengan menggunakan beberapa reaksi warna. Salah satunya ialah
reaksi Salkowski. Apabila kolesterol dilarutkan dalam kloroform dan larutan ini
ditambahkan larutan asam sulfat pekat, maka bagian asam berwarna kekuningan
dengan fluoresensi hijau bila dikenai cahaya. Bagian kloroform akan berwarna
biru dan yang berubah menjadi merah dan ungu. Larutan kolesterol dalam
klorofom bila ditambahkan anhidrida asam asetat dan asam sulfat pekat, maka
larutan tersebut mula-mula akan berwarna merah, lalu biru dan hijau. Ini disebut
reaksi Liebermann Burchard. Warna hijau yang terjadi ini ternyata sebanding
dengan konsentrasi kolesterol”.
Menurut pustaka lain bahwa adanya kandungan kolesterol terlihat jika
warna tersebut dimulai dari merah, biru sampai warna hijau. Warna ini
disebabkan karena adanya gugus hidroksi (−OH) dari kolesterol bereaksi dengan
pereaksi Lieberman Burchard dan meningkatkan konjugasi dari ikatan tak jenuh
dalam cincin yang berdekatan. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air maka
asam asetat anhidrat akan berubah menjadi asam asetat sebelum reaksi berjalan
dan turunan asetil tidak akan terbentuk. Karena itu jugalah digunakan kloroform
yang merupakan senyawa non polar sehingga tidak mengandung air yang bersifat
polar.
VII. KESIMPULAN
1. Uji kelarutan minyak dapat larut dalam zat bersifat non polar yaitu
kloroform dan tidak larut pada zat yang bersifat non polar atau yang semi
polar yaitu air dan alcohol.
2. Uji akrolein adalah uji untuk mendeteksi keberadaan adanya gliserol.
Akrolein mudah dikenali dengan baunya yang tajam/kuat. Timbul bau
yang tajam dan khas berasal dari aldehid akrilat atau akrolein (aldehid tak
jenuh).
3. Uji Liebermann-burchard digunakan untuk mengidentifikasi adanya
kolesterol yang ditandai dengan adanya warna hijau. Warna hijau spesifik
menunjukkan adanya gugus steroid yang berasal dari sterol.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Budimarwanti, C. 2015. Analisis Lipid. Dalam
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131877177/analisis%20lipid.pdf.
Diunduh tanggal 26 Februari 2015 pukul 16.30 WIB.
Irham. 2013. Identifikasi Lemak. Dalam
https://www.scribd.com/doc/129530790/Identifikasi-Lemak. Di unduh
tanggal 26 Februari 2015 pukul 19.40 WIB.
Lehninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Maggy Thenawijaya,
penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of
Biochemistry.
Poedjiadi, Anna dan Supriyanti, F.M. Titin. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Tim Dosen Biokimia. 2010. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar : UPT
MKU Universitas Hasanuddin.

You might also like