You are on page 1of 11

LABORATORIUM GEOFISIKA PADAT

PROGRAM STUDI GEOFISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR


KAB. GOWA SULAWESI SELATAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Ilapadila
Mughny hasan
Arum wahyuni
Harmita lestari
Moch. Aksa setiadi harun

PROGRAM STUDI GEOFISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karuniaNya
kami berhasil menyelesaikan Laporan Perjalanan dalam rangka kuliah lapangan
mata kuliah Geologi Struktur yang dilaksanakan pada Hari Sabtu,11 November
2017.
Dalam laporan ini kami akan menjelaskan tentang perjalanan dan kegiatan
serta tempat yang menjadi tujuan. Lewat laporan ini juga kami mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang berperan dalam pelaksanaan kegiatan ini,
sehingga kuliah lapangan ini dapat berjalan dengan baik.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan ini masih
banyak kekurangan, maka dari itu saran dan kritik yang membangun, sangat kami
harapkan dari pembaca demi menyempurnakan laporan ini.
Harapan kami semoga penyusunan laporan ini diterima dan dimengerti serta
bermanfaat bagi kami khususnya maupun pembaca.

Makassar, 22 November 2017

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I. GEOLOGI REGIONAL ................................................................ 4
BAB II. DATA HASIL PENGUKURAN ................................................. 5
BAB III. ANALISIS STRUKTUR ........................................................... 9
BAB IV. PENUTUP ................................................................................ 11
IV.1 KESIMPULAN ................................................................................ 11
IV SARAN ............................................................................................... 11

iii
BAB I
GEOLOGI REGIONAL
Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia Pasifik
dan Eurasia, Pasifik dan Indo Australia serta sejumlah lempeng lebih kecil
(Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat komlpeks.
kumpulan batuan dari busur kepulauan, kepulauan batuan bancuh, bancuh ofiolit,
dan bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses penunjaman, tubrukan,
serta proses tektonik lainnya. Struktur geologi yang berkembang di daerah ini
terdiri atas sesar naik, sesar mendatar, naik mendatar sesar normal dan lipatan yang
pembentukannya berhubungan dengan tektonik regional Sulawesi dan sekitarnya.
(Van Leeuwen, 1994).
Salah satu kabupaten di Sulawesi yang memiliki bentang alam yang
menarik adalah Kabupaten Gowa. Kenampakan bentang alam di daerah Gowa
umumnya merupakan daerah perbukitan dan pegunungan. Batuan yang merupakan
struktur utama pembentuk kerak bumi di Kabupaten ini memiliki susunan yang
tidak beraturan. Adanya perlapisan batuan yang miring dan menjurus serta lipatan
dan sesar pada daerah ini menandakan bahwa daerah ini telah mengalami deformasi
pada lapisan kerak bumi. Begitu besarnya manfaat yang diperoleh dalam
mempelajari struktur geologi, maka dilakukanlah kuliah lapangan ini.
Satuan batuan tertua adalah Formasi Tonasa (Temt), terdiri dari
batugamping pejal dan berlapis, koral, bioklastik, kalkarenit dengan sisipan napal,
batugamping pasiran dengan umur berkisar dari Eosen sampai Miosen Tengah. Di
atasnya ditindih oleh Formasi Camba (Tmc) terdiri dari batuan sedimen laut
berselingan dengan batuan gunungapi, batupasir tufaan berselingan dengan tufa,
batupasir dan batu lempung bersisipan napal, batugamping, konglomerat, breksi
gunungapi dan batubara. Formasi Camba (Tmc) ini menjemari dengan batuan
gunungapi Formasi Camba (Tmcv), yang terdiri dari breksi gunungapi, lava,
konglomerat dan tufa berbutir halus hingga lapili berumur Miosen Tengah sampai
Pliosen
Batuan Gunungapi Baturappe-Cindako (Tpbv) terjadi secara setempat
terdiri dari lava dan breksi bersusunan basal dengan sisispan sedikit tufa dan
konglomerat, umumnya batuan didominasi oleh lava (Tpbl) berumur Pliosen

4
Akhir. Satuan batuan gunungapi termuda adalah Batuan Gunungapi Lompobatang
(Qlv), terdiri dari aglomerat, lava, breksi, endapan lahar dan tufa. Sebagian besar
terkompaksi, andesit dan basal berumur Plistosen. Sedimen termuda berupa
endapan aluvial dan pantai (Qac), berumur Holosen.
Batuan terobosan diorit (d) berupa stok dan sebagian retas atau sill
menerobos Formasi Tonasa (Temt), Formasi Camba (Tmcv) dan batuan
Gunungapi Baturappe – Cindako yang membuat batuan di sekitar nya terubah
kuat, berumur Miosen Akhir (JD. Obradovich,1974). Batuan terobasan andesit /
trakhit (a/b) berupa retas dan stok menerobos batuan gamping Formasi Camba
(Tmcv) dan Batuan Gunungapi Baturappe–Cindako (Tpbv). Batuan terobosan
basal (b) berupa retas, sill dan stok, beberapa mempunyai tekstur gabro.
Terobosan basal di Jenebarang merupakan kelompok retas berpola radier yang
memusat ke Baturappe dan Cindako, sedangkan yang di sebelah utara Jeneponto
berupa stok, berumur Miosen Akhir sampai Pliosen Akhir (Indonesian Galf Oil
Co, 1972) dan JD. Obradovich, 1974).
BAB II
DATA HASIL PENGUKURAN
Berangkat dari Basecamp pukul 07.50.
II.1 . Lokasi 1
Pukul : 09.35 WITA
Cuaca : Cerah
Tempat : Tanah Karaeng
Koordinat : S 0.531219 ̊
E 119,62587 ̊
Elevasi : 229 m
a. Singkapan 1
Foto Lokasi dan Batuan

5
Litologi : Granit adalah batuan beku berwarna terang dengan biji-
bijian yang cukup besar untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Ini terbentuk
dari kristalisasi magma lambat di bawah permukaan bumi (Intrusif). Granit
terdiri terutama dari kuarsa dan feldspar dengan sejumlah kecil dari mika,
amphiboles dan mineral lainnya. Komposisi mineral ini biasanya memberikan
granit warna merah, pink, abu-abu atau putih dengan butiran mineral gelap
terlihat di seluruh batu.
Granit bersifat felsik (Asam), Batuan beku yang umum dan banyak ditemukan.
Granit mempunyai tekstur Faneritik artinya mempunyai butiran-butiran Kristal
yang ukurannya relative seragam dan besar-besar, Struktur batuannya masif
sehingga batuan ini tidak mempunyai retakan atau lubang-lubang
gas(Vaskuler). Granit kebanyakan berbentuk besar, keras dan kuat, oleh karena
itu banyak digunakan sebagai batuan untuk konstruksi. Kepadatan rata-rata
granit adalah 2,75 gr/cm³ dengan jangkauan antara 1,74 dan 2,80. Kata granit
berasal dari bahasa Latin granum.
Strike : N 15 ̊ E
Dip : N 85 ̊ W
Deskripsi :

Pada spot selanjutnya, yaitu Spot 1 yang berada di Tanah


Karaeng dengan letak koordinat S 0.531219 ̊ E 119,62587 ̊.
Di daerah ini terdapat suatu singkapan batu granit yang
merupakan hasil dari suatu pengangkatan batuan hasil dari
proses pengangkatan membentuk singkapan dari dalam
permukaan bumi karena adanya gaya yang bekerja pada
batuan baik tenaga endogen maupon eksogen.Pada batuan
juga di temukan adanya sesar yang telah mengalami
pergeseran dari posisi awalnya.Dengan strike yang
mengarah ke kiri batuan dan Dip yang kearah bawah
membentuk sudut dengan kedudukan strike. Di daerah ini
pula terdapat sesar yang memotong suatu batuan. Pada pos
ini juga tidak diamati perlapisan batuannya, hanya
dilakukan pengukuran strike-dip. Tetapi dapat diketahui
bahwa batuan tersebut merupakan baruan hasil dari graben
sesar Parangloe.
Selesai : 10.10 WITA

6
II.2 Lokasi 2
Pukul : 10.33 WITA
Cuaca : Cerah
Tempat : Sungai Jenelata
Koordinat : S 0,05249427 ̊
E 119,59618 ̊
Elevasi : 53 m
a. Singkapan 1
Foto Lokasi dan Batuan

Litologi : Pada Pos 2 merupakan daerah sungai dengan pola


pengaliran dendritic yang merupakan cabang dari sunga
Jene’berang. Formasi batuan yang menyusun daerah ini
adalah Formasi Baturappe-Cindako. Di daerah ini
dijumpai adanya lava bantal dan persebaran batuan beku
Depresi Jenelata yang merupakan wilayah DAS (daerah
aliran sungai) Jenelata adalah hasil dari aktivitas tektonik
di lengan Selatan Sulawesi. Pada umumnya litologi halus
berlapis dapat menyebabkan terbentuknya kepingan dari
batuan tersebut. Kenampakan breksi gunungapi pada jurus
kekar cenderung mengikuti atau mengelilingi fragmen
batuan. Warna kemerahan pada sebagian batuan tersebut
merupakan hasil dari adanya efek bakar karena batuan
mengandung Fe dan Mg. Batu Breksi adalah istilah dari
batuan sedimen klastik yang tersusun atas fragmen
bersudut besar (angular). Ukuran fragmen breksi lebih
besar dari 2mm, dimana ruang antara fragmennya dapat
diisi dengan partikel yang lebih kecil (biasa disebut
matriks) atau semen berupa mineral yang mengikat batuan

7
secara bersama-sama. Breksi dapat berwarna apapun
karena warna dari matriks, semen dan fragmennya sangat
menentukan warna keseluruhan batu breksi, sehingga
breksi bisa menjadi batuan yang sangat berwarna-
warni.Komposisi batuan breksi biasanya tersusun dari
mineral rijang, granit, kuarsa, batu gamping dan lain-lain
Strike :
Dip :
Deskripsi :
Pada spot 2 yang merupakan spot terakhir yang mana
daerah ini merupakan daerah aliran sungai Jenelata.
Formasi batuan yang menyusun daerah ini adalah Formasi
Baturappe-Cindako. Secara geografis Daerah Aliran
Sungai Jenelata terletak pada koordinat S 0,05249427 ̊ E
119,59618 ̊. Sungai ini diprediksi merupakan aliran letusan
gunungapi purba Sapaya yang bermula dari terbentuknya
formasi gunungapi Sapaya kemudian terjadi erupsi. Erupsi
ini kemudian menyebabkan keluarnya material-material
tertentu dari perut bumi, membawa batu dan abu hasil
erupsi ini. Di daerah ini dijumpai adanya lava bantal dan
persebaran batuan beku Depresi Jenelata yang merupakan
wilayah DAS (daerah aliran sungai) Jenelata adalah hasil
dari aktivitas tektonik di lengan Selatan Sulawesi.
Aktivitas tektonik itu juga menimbulkan beberapa kekar.
Pembentukan kekar-kekar tersebut berasosiasi dengan
pembentukan struktur lainnya seperti pada pembentukan
struktur sesar dan perlipatan. Pada kenampakan kekar di
DAS Jenelata terdiri dari kekar tarikan dan kekar gerus.
Kenampakan kekar tarikan di DAS Jenelata bercirikan
bidang yang tidak rata, arah yang tidak teratur.Pada
umumnya litologi halus berlapis dapat menyebabkan
terbentuknya kepingan dari batuan tersebut. Kenampakan
breksi gunungapi pada jurus kekar cenderung mengikuti
atau mengelilingi fragmen batuan. Warna kemerahan pada
sebagian batuan tersebut merupakan hasil dari adanya efek
bakar karena batuan mengandung Fe dan Mg. Pegunungan
sapaya tersebut membentang dari arah timur ke barat
mengikuti aliran sungai sekitarnya.
Selesai : 13.30 WITA

8
BAB III

ANALISA STRUKTUR
Lokasi 1
- Hasil Diagram Roset

- Pembahasan
Tujuan diagram ini dimaksudkan untuk mengetahui arah kelurusan umum dari
unsur – unsur struktur yang data – datanya hanya memiliki satu pengarahan.
Tabulasi data –data pengukuran lapangan yang terkumpul dimasukan kedalam
suatu table dengan tujuan untuk mempermudah pembuatan diagramnya.
Pembuatan diagram roset
Pada prinsipnya cara pembuatan diagram roset ini sama dengann cara
pembuatan diagram kipas . perbedaanya hanya terletak pada bentuknya,

9
diagram kipas berbentuk setengah lingkaran sedangkan diagram roset
merupakan lingkaran penuh.
Dari nilai direction berupa strike-dip yang diperoleh dari lapangan kemudian
dimasukkan ke software Dips, maka kita dapat menampilkan diagram rosetnya.
Dari diagram tersebut dapat ditentukan tegasan maksimum, tegasan medium,
dan tegasan minimumnya serta arah tegasannya. Akan tetapi pada saat
pengukuran di lapangan, direction yang diukur hanya dari satu arah sehingga
tidak dapat ditentukan tegasan maksimum, medium dan minimumnya. Dari data
yang diperoleh di lapangan hasil pengukuran strike dan dip menggunakan
kompas geologi adalah: strike = N 150⁰E dan dip =N 85 ⁰W

- Hasil Diagram Kontur

Diagram kontur, yaitu pengolahan data jurus dan kemiringan lapisan batuan dengan
memproyeksikan data tersebut secara stereografi. Proyeksi ini digunakan untuk
memecahkan masalah hubungan sudut baik garis dan bidang di dalam ruang.
Dengan cara ini selanjutnya akan diketahui gambaran dari suatu geometri lipatan
dan selanjutnya digunakan untuk mengetahui jenis lipatannya (klasifikasi lipatan).
Pengolahan data dilakukan secara komputasi dengan mempergunakan program
“dip”.

10
BAB IV
PENUTUP
IV.I KESIMPULAN
Geologi struktur merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana struktur dan
geometri dari batuan yang membentuk permukaan bumu sampai pada struktur
bagian dalam bumi. Geologi struktur mengkaji bumi dalam bentuk fisiknya,
arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses
pembentukannya. Pada praktikum lapangan yang telah dilakukan dimana
terdapat 2 pos, pos pertama di desa Pattalikang ditemukan batuan yang telah
tersingkap dan mengalami kekar. Sedangkan pada pos 2 ditemukan adanya
batuan hasil erupsi dari pegunungan Sapaya, kenampakan batuan berupa lava
bantal dan berbagai jenis formasi batuan beku.

IV.II SARAN
Sebaiknya praktikum di lapangan bisa lebih terarah, dimana materi yang
didapatkan di kelas dapat benar-benar ditinjau dengan baik di lapangan.

11

You might also like