Professional Documents
Culture Documents
net/publication/320892174
CITATIONS READS
0 315
4 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Bioecological aspects of the endemic oranism in Matano, Towuti, Malili Lakes Complex View project
All content following this page was uploaded by Sulistiono Sulistiono on 07 November 2017.
Abstrak
Kabupaten Indramayu merupakan salah satu wilayah pesisir yang memiliki potensi
sumberdaya perikanan dan kelautan yang cukup besar. Beberapa wilayah tersebut adalah
Desa Majakerta, Balongan dan Limbangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status
sosial-ekonomi masyarakat pesisir di daerah Indramayu. Pengamatan dilakukan melalui
survey dan pengisian kuesionair sebanyak 30 responden pada Oktober 2014 dan November
2015. Data yang dihasilkan disampaikan secara deskriptif. Dari hasil pengamatan tersebut
dapat disampaikan bahwa masyarakat pesisir di tiga desa tersebut umumnya adalah
masyarakat asli Indramayu, dengan pekerjaan utama umumnya adalah nelayan, petani dan
petambak. Pendidikan masyarakat umumnya tidak tamat Sekolah Dasar (23-55%) dan tamat
Sekolah Dasar (33-47%), namun beberapa masyarakat berpendidikan sarjana (7%).
Masyarakat umumnya memiliki rumah sendiri (bersertifikat dan tidak bersertifikat),
memakai bahan bakar gas untuk keperluan memasak (87-100%), dan mempergunakan PLN
sebagai sumber penerangan (97-100%). Penghasilan masyarakat pesisir umumnya Rp 1 - 3
juta per bulan (20-72%). Budaya gotong royong masih melekat pada masyarakat pesisir,
begitu juga tradisi masyarakat yang berupa pesta laut, sedekah bumi, unjungan, buyutan,
dan mapagsri. Berdasarkan pengamatan tersebut, kondisi social ekonomi masyarakat pada
tahun 2014 dan 2015 tidak menunjukkan perbedaan secara nyata.
Pendahuluan
Kabupaten Indramayu memiliki potensi wilayah dan sumberdaya alam yang
sangat strategis, sebab berada di jalur pantura yang merupakan jalur perekonomian
nasional. Wilayah Indramayu merupakan hilir dari sungai besar yaitu Sungai
Cimanuk dan Cipunegara dan menjadi salah satu sentra pertanian dan hasil
perikanan nasional. Pengembangan potensi wilayah Kabupaten Indramayu terbagi
dalam dua kawasan strategis yaitu kawasan strategis propinsi (KSP) yaitu Kilang
Minyak Balongan, Pesisir Pantura dan Pertanian berlahan basah dan beririgasi
teknis Pantura Jawa Barat; dan kawasan strategis kabupaten (KSK) yaitu
Prajapolitan, Minapolitan, Agropolitan, serta Wanapolitan (Bappeda Kabupaten
Indramayu 2011).
cukup besar, yaitu industri kilang minyak Pertamina dan industri limbah plastik
Polytama. Desa-desa yang dimaksud adalah Desa Balongan, Majakerta (Kecamatan
Balongan) dan Limbangan (Kecamatan Juntinyuat) yang umumnya masyarakatnya
memiliki mata pencaharian nelayan, petambak dan petani.
Informasi kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir di sekitar wilayah
operasional perusahaan kilang minyak pertamina dan industri limbah plastik
belum banyak dipublikasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati status
sosial dan ekonomi masyarakat pesisir di sekitar wilayah operasional perusahaan
kilang minyak pertamina dan industri limbah plastik di Desa Majakerta, Balongan
dan Limbangan, Indramayu, Jawa Barat. Kondisi sosial ekonomi yang diamati
meliputi matapencaharian, tingkat pendidikan, perumahan, penggunaan bahan
bakar, penerangan, pendapatan dan pengeluaran, dan sosial budaya.
Metode
Kegiatan penelitian dilakukan melalui metode survei pada sekitar 30
responden pada masing-masing desa (Majakerta 10 responden, Balongan 10
responden, Limbangan 10 responden). Data yang diukur dan dianalisis merupakan
persepsi masyarakat terhadap diri dan lingkungannya terkait aspek sosial dan
ekonomi. Data sosial ekonomi dikumpulkan melalui wawancara dengan acuan
kuesionair yang meliputi asal daerah, pekerjaan, status dalam keluarga, pendidikan,
kondisi perumahan, luas tanah tempat tinggal, bahan bakar yang digunakan dalam
memasak, sumber penerangan, pendapatan, pengeluaran, dan kegiatan sosial
masyarakatnya. Hasil wawancara disampaikan secara deskriptif dalam bentuk tabel
dan juga gambar yang diolah melalui program Excell.
Jilid 2 887
Ekonomi dan Sosial Perikanan
keduanya. Budaya masyarakat menjadi lebih beragam dengan pola hidup yang
sederhana. Keragaman tersebut dapat dikenali dari beberapa identitas masyarakat,
baik suku bangsa/tempat asal; pekerjaan, serta lama tinggal. Di antara daerah di
Indramayu yang memiliki keragaman pola hidup masyarakatnya adalah Desa
Majakerta, Balongan dan Limbangan.
Hasil pengamatan selama kegiatan disajikan pada Tabel 1. Dari table tersebut
tampak tidak terjadi perbedaan yang nyata antara kondisi penduduk pada tahun
2014 dibandingkan tahun 2015. Masyarakat pantaiumumnya adalahmasyarakat asli
Indramayu yang merupakan Suku Jawa dan Sunda yang sudah lama mendiami
wilayah tersebut (>15 tahun). Hal ini dikarenakan letak desa-desa bersangkutan
yang secara geokultur berada di perlintasan dua kebudayaan besar, yaitu Sunda di
sebelah Barat dan Selatan, serta Jawa di sebelah Timur dan Utara. Pengaruh Sunda,
dalam sejarahnya lebih bersifat politis karena Cirebon (Ciayumaja) dijadikan
sebagai bagian dari wilayah kekuasaan (geopolitik) kerajaan-kerajaan Budha-Hindu
Kuno, seperti Galuh,Pajajaran danSumedang Larang. Sementara pengaruh Jawa
lebih bersifat kebudayaan (geokultur)melalui interaksi sosial yang terbentuk karena
letak geografis pesisir pantura yang strategis sebagai sentra perdagangan melalui
syiar Islam Sunan Gunung Djatipada abad ke-15 sampai ke-16 yang menggunakan
bahasa Jawa dan seolah mempertegas pengaruh Jawa secara kebudayaan di wilayah
tersebut
Masyarakat Desa Majakerta, Balongan dan Limbangan masih dikenal sebagai
masyarakat agraris karena sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani dan
nelayan Namun seiring dengan berkembangnya informasi dan kebutuhan dasar
harian, maka saat ini Pola matapencaharian bergeser menjadi perdagangan.Hampir
semua masyarakat desa pantai memiliki satu pekerjaan utama. Dengan satu
pekerjaan, masyarakat menganggap eksistensi waktu untuk memenuhi kebutuhan
hidup sebagai manusia telah tercukupi. Hal ini dikarenakan lama waktu dalam
bekerja memilikiporsi lebih banyak dari kebutuhan waktu lainnya. Sedikit ragam
pekerjaan juga dianggap lebih mudah dijalankan karena dapat lebih terkonsentrasi
dalam pelaksanaan dan pengembangannya.
Letak geografis Desa Limbangan, Balongan dan Majakerta yang berada di
pesisir Pantai Utara menjadikan masyarakat umumnya berprofesi sebagai nelayan.
Dengan kekayaan laut yang cukup beragam, pekerjaan nelayan dianggap yang
paling memungkinkan di ketiga desa tersebut. Ikan tenggiri, selar, kakap merah,
udang rajungan dan jenis ikan laut lainnya merupakan kekayaan laut yang mudah
ditemukan di wilayah Indramayu.
Tabel 1. Identitas responden berdasarkan suku bangsa dan lama menetap di desa
pantai, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat
Desa (%)
Karakteristik Balongan Majakerta Limbangan
A B A B A B
Suku Bangsa/Asal
a. Asli Indramayu 100 100 100 80 97 67
b. Pendatang dari Luar Indramayu 0 0 0 20 3 33
Lama Menetap
a. < 5 Tahun 0 7 0 17 0 7
b. 6 – 10 tahun 0 23 10 23 0 7
c. > 10 Tahun 100 70 90 60 100 84
Keterangan : A = Kondisi Tahun 2014 B = Kondisi Tahun 2015
Jilid 2 889
Ekonomi dan Sosial Perikanan
2014 2015
Multijob 33 53
Pedagang/Wirausaha 43 10
Petani 24 27
Nelayan 0 10
2014 2015
Multijob 21 0
Pedagang/Wirausaha 14 30
Petani 10 20
Nelayan 55 50
2014 2015
Multijob 3 10
Pedagang/Wirausaha 0 21
Petani 0 17
Nelayan 97 52
Jilid 2 891
Ekonomi dan Sosial Perikanan
pantai didominasi oleh status rumah milik sendiri dengan sertifikat dan tidak
bersertifikat pada Desa Balongan (sekitar 52%).Data pada Tabel 3 menunjukkan
bahwa Desa Majakerta, dan Limbangan didominasi oleh masyarakat yang tinggal di
rumah pada tanah sendiri namun belum bersertifikat (sekitar 43%).
Tabel 4 menunjukkan bahwa luas tanah untuk rumah masyarakat secara
umum ≤150 m2. Masyarakat di Desa Balongan dan Limbangan yang cukup banyak
memiliki luas tanah untuk rumah >150 m2 dengan persentase antara 50 – 88%.
Masyarakat Desa Majakerta memiliki luas tanah <100 m2 dengan persentase
masing-masing 66% dan 48%.Luas tanah yang tersisa dari bangunan rumah
biasanya dijadikan sebagai pekarangan yang dapat ditanami tanaman buah-buahan
atau sayur mayur. Selain itu beberapa masyarakat juga menjadikan lahan yang
tersisa sebagai kandang binatang peliharaan atau gudang peralatan. Relatif tidak
terjadi perubahan dalam hal luas tanah untuk tempat tinggal penduduk pada tahun
2015 dibandingkan dengan kondisi tahun 2014. Jumlah responden yang memiliki
sertifikat tanah sendiri atau tanpa sertifikat mengalami peningkatan dibandingkan
pada Tahun 2015. Penurunan terjadi pada responden yang memiliki sertifikat tanah
dan rumah sendiri daripada Tahun 2014.
Tabel 4. Luas Tanah untuk Tempat Tinggal Penduduk desa pantai, Kabupaten
Indramayu, Provinsi Jawa Barat
Desa (%)
Luas Tanah (m2) Balongan Majakerta Limbangan
A B A B A B
< 100 62 8 80 66 97 40
100 – 150 21 4 12 18 0 10
> 150 17 88 8 16 3 50
Keterangan: A = Kondisi Tahun 2012, B = Kondisi Tahun 2014
Jilid 2 893
Ekonomi dan Sosial Perikanan
rumahtangga yang mengkonsumsi pangan kurang dari nilai tukar 240 kg beras
setahun per orang di pedesaan atau 360 kg di perkotaan yang nantinya akan
diperoleh angka kecukupan pangan yakni 2.172 kalori per orang per hari. Angka
yang berada di bawah itu termasuk kategori miskin”. Kemudian dengan
memasukkan harga beras setempat dalam hal ini Rp. 12.000,00, maka dapat
dihitung jumlah rupiah pengeluaran sebagai indikator batas kemiskinan atau
dikenal dengan garis kemiskinan. Penyesuaian studi dalam menentukan garis
kemiskinan di desa pantai yaitu dengan mengklasifikasikan bahwa:
< 240 Kg/tahun = Miskin
240 - 360 Kg/tahun = Nyaris Miskin
360 – 480 Kg/tahun = Tidak Miskin
480 – 720 Kg/tahun = Sejahtera
> 720 Kg/tahun = Lebih Sejahtera
Tabel 6. Sumber listrik di desa pantai, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat
Desa (%)
Sumber penerangan rumah Balongan Majakerta Limbangan
A B A B A B
Listrik PLN 100 97 100 97 97 100
Listrik Non PLN 0 3 0 0 3 0
Petromak 0 0 0 0 0 0
Tanpa Penerangan 0 0 0 3 0 0
Keterangan : A = Kondisi Tahun 2014, dan B = Kondisi Tahun 2015
relatif tidak terjadi suatu perubahan dalam pembangunan yang berdampak secara
langsung pada perekonomian masyarakat dalam kurun waktu 2014 – 2015. Namun
demikian data tersebut juga menunjukan bahwa ada peningkatan pendapatan per
kapita penduduk pada kisaran Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00 masyarakat Desa
Balongan, dan peningkatan pendapatan per kapita pada semua desa dalam angka
Rp 1.000.000,00-Rp 3.000.000,00 per bulan pada masyarakat Majakerta dan
Limbangan.
Jilid 2 895
Ekonomi dan Sosial Perikanan
maka daerah desa pantai juga ikut berpartisipasi dalam memproduksi hasil
pertanian.
Pendapatan nelayan tidak terlalu besar diperkirakan karena degradasi
lingkungan yang terjadi di perairan Indramayu sehingga menyebabkan turunnya
kualitas dan kuantitas ikan yang disediakan alam Indramayu.
Sosial budaya
Tiga desa yang berada di pantai masih memiliki kondisi sosial budaya yang
kental. Kultur masyarakat yang dikenal dengan perpaduan dua suku bangsa yaitu
Sunda dan Jawa, menjadikan wilayah ini khas dengan masyarakat indramayon-nya.
Berbaurnya dua suku ini memberikan kekayaan nilai sosial budaya. Terdapat
banyak tradisi dan adat yang masih dijalani oleh masyarakat dan menjadi potensi
unggulan dari setiap desa(Gambar 2).
Tradisi yang masih melekat dari masyarakat desa sekitar adalah unjungan,
sedekah bumi dan gotong royong. Unjungan atau ngunjung merupakan kegiatan
berziarah masyarakat Balongan ke makam para leluhur terutama yang mendirikan
desa dan makam nenek-moyang dengan membawa sesajen dan biasanya dengan
acara pertunjukan Tari Topeng, Wayang Kulit, Tari Ronggeng dan Wayang Golek.
Nadran adalah sebuah tradisi tahunan yang rutin dilaksanakan setiap dua minggu
setelah lebaran Idul Fitri. Hal tersebut dilakukan masyarakat Majakerta sebagai rasa
syukur atas rezeki melimpah yang telah diberikan Tuhan kepada masyarakat
nelayan baik berupa keselamatan ketika berlayar di laut maupun hasil ikan yang
melimpah sepanjang tahun yang lalu. Kegiatan gotong royong dilakukan
masyarakat Indramayu dalam berbagai kesempatan baik upacara adat maupun
kegiatan kemasyarakatan. Gotong royong juga dijadikan sebagai media silaturahmi
masyarakat sekitar guna menumbuhkan kerjasama antar masyarakat desa.
2014 2015
Tidak Ada 0 0
Pesta Laut 0 0
Sedekah Bumi 28 0
Pesta Laut dan Sedekah
0 0
Bumi
Lainnya (Unjungan, Buyutan,
72 100
Mapagsri,dan lainnya)
2014 2015
Tidak Ada 11 0
Pesta Laut 0 83
Sedekah Bumi 0 10
Pesta Laut dan Sedekah
50 7
Bumi
Lainnya (Unjungan, Buyutan,
39 7
Mapagsri,dan lainnya)
2014 2015
Tidak Ada 0 0
Pesta Laut 93 43
Sedekah Bumi 0 11
Pesta Laut dan Sedekah
7 36
Bumi
Lainnya (Unjungan, Buyutan,
0 10
Mapagsri,dan lainnya)
Jilid 2 897
Ekonomi dan Sosial Perikanan
2014 2015
Gotongroyong 36 100
Tidak Tahu 4 0
Tidak Ada 60 0
2014 2015
Gotongroyong 33 64
Tidak Tahu 4 13
Tidak Ada 63 23
2014 2015
Gotongroyong 93 100
Tidak Tahu 0 0
Tidak Ada 7 0
Jilid 2 899
Ekonomi dan Sosial Perikanan
2014 2015
Tokoh Agama 88 0
Kepala Desa 12 100
Pemerintah Lainnya 0 0
Guru 0 0
Ketua KUD 0 0
Ketua Kelompok 0 0
Tidak Ada 0 0
2014 2015
Tokoh Agama 7 17
Kepala Desa 93 23
Pemerintah Lainnya 0 0
Guru 0 7
Ketua KUD 0 3
Ketua Kelompok 0 13
Tidak Ada 0 37
2014 2015
Tokoh Agama 49 20
Kepala Desa 45 40
Pemerintah Lainnya 3 7
Guru 0 0
Ketua KUD 0 20
Ketua Kelompok 0 13
Tidak Ada 3 0
Pembahasan
Desa Majakerta, Balongan, dan Limbangan merupakan tiga desa terdekat dari
wilayah operasional kilang minyak pertamina Balongan dan industri pengolahan
limbah plastik Polytama. Keberadaan industri kilang minyak dan pengolahan
limbah plastik memberi dampak pada kondisi sosial ekonomi dan lingkungan
masyarakat di Desa Majakerta, Balongan, dan Limbangan. Interaksi antara industri
berbasis pertambangan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi nasional dengan
penurunan kualitas lingkungan dan kesenjangan sosial di dalam masyarakat
menjadi isu penting dalam pembangunan masyarakat di wilayah pesisir (Mutti et al.
2010)
Sebagai entitas wilayah pesisir di Kabupaten Indramayu, di Desa Majakerta,
Balongan, dan Limbangan terjadi relasi, serta interaksi yang dominan antara
aktifitas ekonomi berbasis pertambangan yaitu kilang minyak Balongan Pertamina
dengan aktiftas ekonomi berbasis perikanan, pertanian, dan usaha produktif
lainnya seperti perdagangan, jasa, dan sektor informal. Tanggungjawab sosial
(corporate social responsibility) Pertamina sebagai operator kilang minyak
Balongan tidak hanya menjaga manfaat dan kepentingan usahanya melalui
peningkatan efisiensi, biaya dan limbah lebih rendah, mengurangi resiko,
menambah nilai, produk-produk baru, izin, dan reputasi; tetapi juga menjaga
manfaat sosial yaitu situasi masyarakat yang kondusif dan antusias, hubungan
yang kuat dengan masyarakat, dan produktifitas dan kesejahteraan pekerja (O’Brien
2001).
Dari hasil penelitian yang disajikan di atas menunjukkan adanya dinamika
perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang positif di Desa Majakerta,
Balongan, dan Limbangan. Sebagai contoh, dalam hal matapencaharian, masyarakat
tidak hanya bergantung pada profesi sebagai nelayan dan petani tetapi juga
berprofesi sebagai pedagang. Matapencaharian masyarakat tidak tunggal (single)
tetapi bervariasi atau lebih dari satu (multi). Matapencaharian masyarakat yang
yang tidak tunggal atau multi pekerjaan dapat meningkatkan pendapatan atau
penerimaan masyarakat.
Tingkat pendapatan responden yang dominan berkisar antara 1-3 juta rupiah
per bulan. Dari sisi pengeluaran cukup mengkuatirkan, sebab tingkat pengeluaran
masyarakat sudah melewati tingkat pendapatan. Rata-rata tingkat pendapatan
rumahtangga 2,99 juta rupiah per bulan, sedangkan rata-rata pengeluaran 3,57 juta
rupiah per bulan (Tabel 9). Hal ini disebabkan oleh pola dan gayahidup masyarakat
telah bergeser kearah pola kehidupan masyarakat perkotaan yang konsumtif
(Devadas & Manohar 2011).
Jilid 2 901
Ekonomi dan Sosial Perikanan
Tabel 9. Rata-rata tingkat pendapatan dan pengeluaran rumahtangga per bulan (Rp
Juta)
N Minimum Maksimum Rataan Standar deviasi
Pendapatan 85 1 5 2,99 0,982
Valid N (listwise) 84
Simpulan
Masyarakat sekitar pantai Indramayu sebagian besar bermatapencaharian
tunggal (74%), terutama sebagai petani dan petambak. Sebagian besar penduduk
sekitar pantai Indramayumemiliki masa tinggal >10 tahun (68%). Tingkat
pendidikan penduduk sebagian besar rendah (dari tidak tamat SD sampat tamat
SMP) menyebabkan ketergantungan penduduk yang tinggi kepada pekerjaan-
pekerjaan yang merupakan sektor primer (petani dan petambak) serta informal
(buruh, pedagang dan jasa lainnya) yang tidak memerlukan suatu keahlian yang
terukur. Secara keseluruhan masyarakat berada dalam tingkat ekonomi yang
tergolong tidak miskin, tetapi tidak dapat disebut kaya atau berkecukupan. Hampir
semua kebutuhan dasar penduduk, seperti pangan, sandang, pendidikan dan
perumahan dapat dipenuhi dengan sederhana (di atas Garis Kemiskinan Sajogyo).
Pengeluaran rumahtangga masyarakat lebih banyak untuk pemenuhan
kebutuhan primer berupa makan dan minum anggota keluarga yang rata-rata
mencapai sekitar 60% dari total pengeluaran rumahtangga. Sisanya (sekitar 40%)
Jilid 2 903
Ekonomi dan Sosial Perikanan
Daftar pustaka
[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Indramayu. 2011.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Indramayu 2011-
2015. Pemerintah Kabupaten Indramayu.
Devadas A & Manohar HL. 2011. Shopping behavior of rural consumer migrated to
urban area in the India context – an emerging market. African journal of business
management 5(6): 2276-2282.
Klick MT. 2009. The Political Economy of Corporate Social Responsibility and Community
Development. Fridtjof Nansen Institute. Norway.
McWilliams A & Siegel D. 2001. Corporate Social Responsibilty: a theory of the firm
perspective. Academy of Management Review 26(1): 117-127.
Mutti D, Yakovleva N, Brust DV, Di Marco MH. 2012. Corporate social
responsibility in the mining industry: perspectives from stakeholder groups in
Argentina. Resources Policy 37(2): 212-222.
O'Brien D. 2001. Integrating Corporate Social Responsibility with Competitive Strategy.
The Center for Corporate Citizenship at Boston College.