You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia diciptakan Allah SWT begitu mulia, karena selain bentuk yang
sempurna manusia juga dibekali piranti-piranti berupa akal, fitrah, qolbu, dan
nafsu sehingga ia (manusia) mampu mentransformasikan segala anugerah itu
untuk dapat mengaktualisasikan diri dalam mencapai kesempurnaan sebagai
khalifah di muka bumi. Untuk dapat mencapai itu semua manusia butuh
proses atau kegiatan yang ilmiah yaitu pendidikan.
Pendidikan merupakan bentuk usaha sadar dan terencana yang
berfungsi untuk mengembangkan potensi yang ada pada manusia agar bisa
digunakan untuk kesempurnaan hidupnya di masa depan nanti. Jika dilihat
dalam sudut pandang Islam, pendidikan adalah untuk membentuk manusia
menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) dan menciptakan bentuk
masyarakat yang ideal di masa depan. Dari istilah insan kamil ini maka segala
aspek dalam pendidikan haruslah sesuai dengan idealitas Islam.
Setiap kegiatan yang akan dilakukan apa lagi untuk mencapai sesuatu
dari yang dilakukan tersebut memerlukan suatu perencanaan atau
pengorganisasian yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur.
Demikian juga dalam suatu pendidikan baik jenis dan jenjangnya pasti
memerlukan suatu program yang terencana dan sistematis sehingga dapat
menghantarkan pada tujuan yang diinginkan, yang proses perencanaan ini
dalam istilah pendidikan disebut dengan kurikulum.
Dalam kurikulum, tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu
pengetahuan yang harus diajarkan oleh pendidik kepada peserta didik, tetapi
juga segala kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu karena
mempunyai pengaruh terhadap peserta didik dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan Islam. Di samping itu, kurikulum juga hendaknya dapat dijadikan
ukuran kualitas proses dan keluaran pendidikan sehingga dalam kurikulum

1
sekolah / madrasah telah tergambar berbagai pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai-nilai yang diharapkan dimiliki setiap lulusan sekolah /
madrasah.
Tujuan pendidikan Islam yang akan dicapai harus direncanakan atau
diprogramkan melalui kurikulum. Oleh karena itu kurikulum merupakan
faktor yang sangat penting dalam proses pendidikan pada lembaga
pendidikan islam. Dengan demikian akan menjadi jelas dan terencana tentang
bagaimana dan apa yang harus diterapkan dalam proses belajar mengajar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka fokus pembahasan dari makal ini
adalah “Bagaimana Kurikulum dalam Perspektif Al-Qur’an ?”

C. Tujuan
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penyusunan makalah ini adalah
untuk mengetahui bagaimana kurikulum dalam perspektif Al-Qur’an.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat yang diberikan oleh suatu lembaga
pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada
peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan (Mahmud, 2010 : 408).
Dalam kosa kata Arab, istilah kurikulum dikenal dengan
kata manhaj yang berarti jalan yang terang atau jalan terang dilalui oleh
manusia pada berbagai bidang kehidupan. Apabila pengertian ini dikaitkan
dengan pendidikan, maka manhaj atau kurikulum berarti jalan terang yang
dilalui pendidik atau guru bersama orang yang dididik (murid) untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan atau sikap mereka.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum
adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga
pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan. Atau
kurikulum adalah landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing
peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui
akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap mental.
Namun, konsep dasar kurikulum ini jika ditelusuri lebih jauh,
sebenarnya kurikulum tidaklah sesederhana itu, tetapi kurikulum dapat
diartikan menurut fungsinya sebagaimana dalam pengertian berikut ini :
1. Kurikulum sebagai Program Studi. Pengertian ini adalah seperangkat
mata pelajaran yang mampu dipelajari oleh peserta didik di sekolah atau
di pendidikan lainnya.
2. Kurikulum sebagai Konten. Pengertiannya adalah data atau informasi
yang tertera dalam buku kelas tanpa dilengkapi dengan data atau
informasi lain yang memungkinkan timbulnya belajar.

3
3. Kurikulum sebagai Kegiatan Berencana. Pengertiannya adalah kegiatan
yang direncanakan tentang hal-hal yang akan diajarkan dan dengan cara
bagaimana hal itu dapat diajarkan dengan berhasil.
4. Kurikulum sebagai Hasil Belajar. Pengertiannya adalah seperangkat
tujuan yang utuh untuk memperoleh suatu hasil tertentu tanpa
menspefikasikan cara-cara yang dituju untuk memperoleh hasil itu, atau
seperangkat hasil belajar yang direncanakan dan diingikan.
5. Kurikulum sebagai Pengalaman Belajar. Pengertiannya adalah
keseluruhan pengalaman belajar yang direncanakan di bawah pimpinan
sekolah.
6. Kurikulum sebagai Reproduksi Kultural. Pengertiannya adalah transfer
dan reflseksi butir-butir kebudayaan masyarakat, agar dimiliki dan
dipahami anak-anak / generasi muda masyarakat tersebut.
7. Kurikulum sebagai Produksi. Pengertiannya adalah seperangkat tugas
yang harus dilakukan untuk mencapai hasil yang ditetapkan terlebih
dahulu.

Dari beberapa definisi di atas, baik dilihat dari fungsi kurikulum


maupun tujuannya, hakekat kurikulum adalah kegiatan yang mencakup
berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentu-bentuk
bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan-
pengaturan program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada
kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan.

B. Komponen Kurikulum
Hilda Taba (1962) merumuskan bahwa kurikulum terdiri dari beberapa
komponen yang saling berkaitan diantaranya sebagai berikut :
1. Tujuan
Tujuan merupakan arah atau sasaran yang ingin dicapai dalam
penyelenggaraan pendidikan. Tujuan pendidikan dalam pandangan Islam
hanya semata-mata untuk mencari ridho Allah SWT.

4
Secara khusus pakar pendidikan asal Iran, Dr. Khosrow Bagheri
menulis satu bab tentang The Aims of Education dalam bukunya Islamic
Education. Ia menyebutkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
nasehat (rushd), penyucian total (tatharl), kehidupan yang baik (hayat al-
Taybah), petunjuk (hidayah), ibadah, taqwa, mendekat pada Allah
(qurb), surga (ridwan), keadilan (qist), keselamatan (falah), tafakkur,
kejayaan (Izzah), kebersamaan (ta’awun), kebersihan hati (tazkiya), kuat
dan bersih (quwwah dan Nizafah).
Dari keseluruhan tujuan di atas, Bagheri membaginya kepada dua
kategori tujuan, yaitu tujuan sementara (intermediate aims) dan tujuan
akhir (final aims). Pembagian kategori tersebut didasarkan pada dimensi
manusia yang horizontal (mendatar) dan vertikal (tegak lurus). Tujuan
sementara masuk pada dimensi horizontal, artinya bahwa tidak ada
hubungan antar dimensi kecuali dimensi yang tertentu saja. Sedangkan
tujuan akhir masuk dalam kategori vertikal, artinya bahwa adanya
hubungan dimensi ini dengan kesemua dimensi manusia, atau dengan
kata lain adanya hubungan dengan tujuan sementara. Dijelaskan secara
singkat, bahwa tujuan sementara masing-masing memilki satu dimensi,
sedangkan dalam tujuan akhir semua dimensi masuk dalam setiap
kategori.
1.a.) Tujuan Sementara (Intermediate Aims)
Tujuan sementara itu adalah tafakkur, kebersihan hati
(tazkiya), keadilan (qisth), kebersamaan (ta’awun), kejayaan
(Izzah), kuat dan bersih (quwwah dan Nizafah). Bahwa setiap
kategori tadi berhubungan dengan satu dimensi manusia. Tafakkur
berhubungan dengan dimensi intelektul manusia, kesucian hati
(tazkiya) berhubungan dengan dimensi moral, keadilan (qisth)
berhubungan dengan dimensi ekonomi, kebersamaan (ta’awun)
berhubungan dengan dimensi sosial, kejayaan (Izzah) berhubungan
dengan dimensi politik, dan terkahir kuat dan bersih (quwwah dan

5
Nizafah) berhubungan dengan aspek jasmani. Tafakkur disebutkan
dalam surah al-Hasr ayat 21, sebagai berikut :

ۡ‫اۡمن‬
ِ ٗ‫صدِع‬َ َ ‫لَوۡ ۡأَنزَ لنَاۡ َٰ َهذَاۡٱلقُر َءانَۡ ۡ َعلَ َٰى ۡ َج َب ٖل ۡلَّ َرأَيت َ ۡهۥُ ۡ َٰ َخش ِٗعاۡ ُّمت‬
ۡ٢١ۡ َ‫اسۡلَ َعلَّ ُهمۡيَتَفَ َّك ُرون‬ ِ َّ‫لۡنَض ِربُ َهاۡ ِللن‬ ُۡ َ ‫ٱللِۡ َوتِل َكۡٱۡلَم َٰث‬
ۡ‫خَشيَ ِةۡ َّه‬
Artinya : “Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada
sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah
disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-
perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka
berfikir.” (QS. Al-Hasr : 21)

1.b.) Tujuan Akhir (Final Aims)


Menurut Dr Khosrow Bagheri, nasehat (rushd), penyucian
total (tatharl), kehidupan yang baik (hayat al-Taybah), petunjuk
(hidayah), ibadah, taqwa, mendekat pada Allah (qurb), dan
kerelaan (ridwan) adalah tujuan akhir dari pendidikan dalam Islam.
Kesemua kategori memiliki hubungan yang terkait dengan seluruh
dimensi manusia, mulai dari itelektual, moral, sosial, politik,
ekonomi, dan jasmani. Nasehat (rushd) disebutkan di dalam surah
al-Baqarah : 186 :

ۡ‫َّاعِ ۡ ِإذَا‬ ُ ‫يب ۡأ ُ ِج‬


ۡ ‫يب ۡدَع َوة َ ۡٱلد‬ ٌۖ ‫عنِي ۡفَإِنِي ۡقَ ِر‬
َ ۡ ‫سأَلَ َك ۡ ِعبَادِي‬
َ ۡ ‫َو ِإذَا‬
ۡ١٨٦ۡ َ‫شدُون‬ ُ ‫يۡوليُؤ ِمنُواْۡبِيۡلَعَلَّ ُهمۡيَر‬
َ ‫انۡفَليَست َ ِجيبُواْۡ ِل‬
ِ ٌۖ ‫دَ َع‬
Artinya : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah : 186)

Terakhir Dr. Bagheri memberikan sebuah kesimpulan atas


keterhubungan antara tujuan semenara dengan tujuan akhir, bahwa
keduanya dipertemukan pada sebuah titik pusat yaitu Ubudiyah, wujud
penghambaan hamba pada Tuhannya. Bagheri menegaskan seluruh
dimensi manusia harus dikembalikan utuk semata-mata mengabdikan diri

6
pada Allah SWT, sama halnya sebagai sebuah tujuan akhir yang
disebutkan di dalam Al-Qur’an.

2. Isi
Dalam konteks tertentu, isi atau materi pelajaran merupakan inti
dari proses pembelajaran (Wina Sanjaya, 2009 : 205). Isi atau materi
pelajaran haruslah relevan dengan tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan.
Sejalan dengan tujuan pendidikan dalam pandangan Islam, yaitu
hanya semata-mata untuk mencari ridho Allah SWT maka Abdul Mujib
dan Jusuf Mudzakkir dalam bukunya menawarkan isi kurikulum dalam
pendidikan Islam dengan tiga orientasi, yang berpijak pada firman Allah
SWT :

ۡ‫ق ۡأ َ َو‬
ُّۡ ‫ق ۡ َوفِ ٓي ۡأَنفُ ِس ِهم ۡ َحت َّ َٰىۡيَت َ َبيَّنَ ۡلَ ُهم ۡأَنَّهُۡٱل َح‬
ِۡ ‫سنُ ِري ِهمۡ ۡ َءا َٰ َيتِنَاۡفِيۡٱۡلٓفَا‬
َ
ۡ ۡ٥٣ۡ‫ش ِهيد‬ َ
َ ۡ‫فۡ ِب َر ِب َكۡأنَّ ۡهۥُۡ َعلَ َٰىۡ ُك ِلۡشَي ٖء‬ ِ ‫لَمۡ َيك‬
Artinya : “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda
(kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri,
hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah
cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala
sesuatu?” (QS. Fusshilat : 53)

Ayat tersebut terkandung tiga isi kurikulum pendidikan Islam, yaitu :


2.a.) Isi kurikulum yang berorientasi pada “ketuhanan”
Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan ketuhanan,
mengenal dzat, sifat, perbuatan-Nya, dan relasinya terhadap
manusia dan alam semesta. Bagian ini meliputi ilmu kalam, ilmu
metafisika alam, ilmu fiqih, ilmu akhlak (tasawuf), ilmu-ilmu
tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah (tafsir, mushtholah, linguistic,
ushul fiqh, dan sebagainya). Isi kurikulum ini berpijak pada wahyu
Allah SWT.
2.b.) Isi kurikulum yang berorientasi pada “kemanusiaan”
Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan perilaku
manusia, baik manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial,

7
makhluk berbudaya dan makhluk berakal. Bagian ini meliputi ilmu
politik, ekonomi, kebudayaan, sosiologi, antropologi, sejarah
lenguistik, seni, arsitek, filsafat, psikologi, paedagogis, biologi,
kedokteran, pedagangan, komunikasi, administrasi, matematika,
dan sebagainya.
2.c.) Isi kurikulum yang berorientasi pada “kealaman”
Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan fenomena
alam semesta sebagai makhluk yang diamanatkan dan untuk
kepentingan manusia. Bagian ini meliputi ilmu fisika, kimia,
pertanian, perhutanan, perikanan, farmasi, astronomi, ruang
angkasa, geologi, geofisika, botani, zoology, biogenetik, dan
sebagainya.

3. Metode
Metode adalah komponen yang juga memegang peranan penting
dan sangat menentukan bagi keberhasilan dalam pencapaian tujuan
pengajaran. Maka dari itu, penggunaan metode yang tepat akan sangat
membantu keberhasilan dalam mencapai tujuan pengajaran. Sebaliknya,
penggunaan metode yang tidak tepat dalam proses pembelajaran tentu
berdampak pada tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran yang
kurang memuaskan.
Berikut beberapa metode pembelajaran yang diajarkan oleh
Rosulullah SAW di antaranya :
3.a.) Keteladanan
Mendidik dengan contoh (keteladanan) adalah satu metode
pembelajaran yang dianggap besar pengaruhnya. Segala yang
dicontohkan oleh Rosulullah SAW dalam kehidupannya
merupakan cerminan kandungan Al-Qur’an secara utuh,
sebagaimana firman Allah SWT :

8
َۡ‫ٱلل‬ َ ‫ٱللِ ۡأُس َوة ۡ َح‬
َّۡ ۡ ْ‫َة ِۡل َمنۡ َكانَ ۡيَر ُجوا‬ٞ ‫سن‬ َّۡ ۡ ‫سو ِل‬ َ ِ‫لَّقَدۡ ۡ َكانَ ۡلَ ُكم ۡف‬
ُ ‫يۡر‬
ۡ ۡ٢١ۡ‫ٱللَۡ َكثِ ٗيرا‬ َّۡ ۡ‫َۡوٱليَو َۡمۡٱۡل ٓ ِخ َۡرۡ َوذَ َك َر‬
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah”(QS. Al-Ahzab : 21)

Makna “uswatun hasanah” menurut Al-Baidhawi (Juz 5 : 9)


adalah perbuatan baik yang dapat dicontoh. Dengan demikian,
keteladanan menjadi penting dalam pendidikan, keteladanan akan
menjadi metode yang ampuh dalam membina perkembangan anak
didik. Keteladanan sempurna, adalah keteladanan Rasulullah SAW,
yang dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama,
sehingga diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang
dapat dijadikan panutan.
3.b.) Lemah lembut / kasih sayang
Dengan sikap lemah lembut yang ditampilkan pendidik,
peserta didik akan terdorong untuk akrab dengan pendidik dalam
upaya pembentukkan kepribadian.
3.c.) Deduktif
Menurut Abi Jamrah, metode deduktif (memberitahu secara
global) suatu materi pelajaran akan memunculkan keingintahuan
peserta didik tentang isi materi pelajaran, sehinggal lebih mengena
di hati dan memberi manfaat yang lebih besar.
3.d.) Tanya-jawab
Metode tanya-jawab sering dilakukan oleh Rosulillah SAW
dalam mendidik akhlak para sahabat. Dengan adanya dialog tanya-
jawab akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya tentang sesuatu yang tidak mereka pahami.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian penilaian untuk mengetahui seberapa
jauh tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran (A.Tafsir,

9
2008 : 54-55). Evaluasi juga dapat digunakan oleh para pemegang
kebijakkan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih
dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan
pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Landasan mengenai evaluasi berpijak pada firman Allah SWT
berikut ini :

ۡ‫ۡوٱتَّقُوۡاْ ۡ َّه‬
َۡ‫ٱلل‬ َۡ ‫س ۡ َّماۡقَ ۡدَّ َمت ۡ ِلغ ٖ ٌَۖد‬
ٞ ‫ظر ۡنَف‬ َّۡ ۡ ْ‫َٰ ٓيَأَيُّ َها ۡٱلَّذِينَۡ ۡ َءا َمنُواْ ۡٱتَّقُوۡا‬
ُ ‫ٱللَ ۡ َولتَن‬
ۡ ۡ١٨ۡ َ‫يرۡ ِب َماۡتَع َملُون‬ ُ ُۢ ‫ٱللَۡ َخ ِب‬
َّۡ ۡ‫ِإ َّن‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18)

Berdasarkan ayat di atas, pengertian evaluasi dapat dijelaskan


ُ ‫ َولت َن‬yang artinya sepadan dengan kata
dengan memperhatikanۡ ‫ظر‬
menimbang, memikirkan, memperkirakan, dan membandingkan serta
mengukur. Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan dapat
diartikan sebagai penilaian dengan (bidang) pendidikan atau penilaian
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan sebagai
cara menilai hasil akhir dari proses pendidikan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

10
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulan beberapa hal sebagai
berikut :
1. kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar
lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang
diinginkan. Atau kurikulum adalah landasan yang digunakan pendidik
untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan yang
diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan
sikap mental.
2. Komponen kurikulum (Hilda Taba, 1962) :
 Tujuan, yaitu arah atau sasaran yang ingin dicapai dalam
penyelenggaraan pendidikan. Tujuan pendidikan dalam pandangan
Islam hanya semata-mata untuk mencari ridho Allah SWT.

ۡ‫ۡمن‬ َ َ ‫لَو ۡأَنزَ لنَا ۡ َٰ َهذَا ۡٱلقُر َءانَ ۡ َعلَ َٰى ۡ َج َب ٖل ۡلَّ َرأَيت َ ۥهُ ۡ َٰ َخش ِٗعا ۡ ُّمت‬
ِ ‫صدِعٗ ا‬
ۡ٢١ۡ َ‫اسۡلَ َعلَّ ُهمۡ َيتَفَ َّك ُرون‬ ِ َّ‫ۡوتِل َكۡٱۡلَم َٰث َلُۡنَض ِربُ َهاۡ ِللن‬ ‫خَش َي ِة َّ ه‬
َ ِ‫ۡٱلل‬
Artinya : “Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada
sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah
disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-
perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.”
(QS. Al-Hasr : 21)

 Isi, yaitu inti dari proses pembelajaran (Wina Sanjaya, 2009 : 205). Isi
kurikulum dalam pendidikan Islam dengan tiga orientasi, yang
berpijak pada firman Allah SWT :

ۡ‫ۡو ِف ٓي ۡأَنفُ ِس ِهم ۡ َحت َّ َٰى ۡيَت َ َبيَّنَ ۡلَ ُهم ۡأَنَّهُۡٱل َح ُّق‬
َ ‫ق‬ِ ‫سنُ ِري ِهم ۡ َءا َٰ َيتِنَاۡ ِفيۡٱۡلٓفَا‬
َ
ۡ٥٣ۡ‫ش ِهيد‬ َ ۡ‫فۡ ِب َر ِب َكۡأَنَّهُۥۡ َعلَ َٰىۡ ُك ِلۡشَي ٖء‬ِ ‫أ َ َوۡلَمۡ َيك‬
Artinya : “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda
(kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka
sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar.
Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas
segala sesuatu?” (QS. Fusshilat : 53)

Ayat tersebut terkandung tiga isi kurikulum pendidikan Islam, yaitu :


a.) Isi kurikulum yang berorientasi pada “ketuhanan”
b.) Isi kurikulum yang berorientasi pada “kemanusiaan”
c.) Isi kurikulum yang berorientasi pada “kealaman”

11
5. Metode, yaitu komponen yang memegang peranan penting dan sangat
menentukan bagi keberhasilan dalam pencapaian tujuan pengajaran.
6. Evaluasi, yaitu bagian penilaian untuk mengetahui seberapa jauh
tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran (A.Tafsir,
2008 : 54-55).

ْۡ‫ۡوٱتَّقُوا‬
َ ‫س ۡ َّماۡقَدَّ َمت ۡ ِلغ ٖ ٌَۖد‬ ُ ‫ۡولتَن‬
ٞ ‫ظر ۡنَف‬ َّ ْ‫َٰ ٓيَأَيُّ َهاۡٱلَّذِينَ ۡ َءا َمنُواْ ۡٱتَّقُوا‬
َ َ‫ۡٱلل‬
ۡ١٨ۡ َ‫يرۡ ِب َماۡتَع َملُون‬ ُ ُۢ ِ‫ۡٱللَۡ َخب‬ ‫َّ ه‬
َّ ‫ٱللَۡ ِإ َّن‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18)

B. Saran
Terbatasnya sumber data yang penulis dapatkan untuk menyusun
makalah ini tentu saja berdampak pada isi materi dari makalah ini, untuk itu
penulis sangat menyarankan kepada pembaca untuk mencari dan membaca
dari sumber-sumber bacaan lainnya untuk menambah wawasan mengenai
kurikulum dalam perspektif Al-Qur’an.

12

You might also like