Professional Documents
Culture Documents
Biopestisida Fix
Biopestisida Fix
BakteriMerah, Serratia Sp
Tugas ini disusun untuk memenuhi syarat salah satu mata kuliah Biopeestisida
Disusun oleh
Kelompok 5/ Kelas A :
1. Moh. Hairul Anam (151510501066)
2. Fitria Putri Alviani (151510501060)
3. Denis Ardwi Hantoko (151510501072)
4. Ahmad Faried Ardiansyah (151510501203)
5. Cici Fitriyani Andam Sari (151510501216)
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui teknik produksi masal dari biopestisida berbahan
bakteri merah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri merah atau serratia sp merupakan salah satu agen hayati yang
sangat disukai oleh petani karena termasuk agen hayati yag paling berhasil
mengendalikan dan mengurangi tingkat populasi dari hama. Selain itu bakteri
merah ini juga ramah terhadap lingkungan atau tidak menyebabkan kerusakan
pada lingkungan. Bakteri ini merupakan bakteri fakulatif anaerobic yang tidak
terlalu membutuhkan oksigen. Selain itu bakteri merah ini dapat menghasilkan
beberapa enzim hidrolik seperti protease, kitinase, nuclease, dan lipase. Karena
bakteri ini bisa menhgasilkan enzim protease jadi dapat membantu proses
pencernaan, contohnya pada lambng ikan (Dalahi dkk, 2014).
Bakteri merah ini dapat memproduksi prodigiosin dan enzim kitinolitik
sebagai zat anticendawan. Serratia sp juga merupakan salah satu organisme yang
dapat menghasilkan enzim kitinase dan menjadi salah satu dari bakteri yang
paling efektif untuk mendegradasi kitin. Struktur dari dinding sel cendawan
tersusun atas kitin, dengan demikian kitinase dari Serratia sp dapat menjadi
biopestisida untuk mengontrol organisme pengganggu tanaman yang disebabkan
oleh cendawan. Tetapi petani harus bisa menggunakan agen hayati ini denga ijak
dan benar, apabila pengguanaannya tidak bijak dan tidak benar maka akan
menimbulkan hal yang tidak diingikan, contohnya adalah hama yang resisten
terhadap agen hayati tersebut. Sehingga petani harus terpaksa menggunakan
pestisida yang beresiko mencemari lingkungan (Nasiroh dkk, 2015).
Selain enzim kitinolitik, Serratia sp juga memproduksi pigmen merah yang
disebut prodigiosin. Prodigiosin telah dilaporkan memiliki aktivitas antifungi,
antibakteri, algicidal, antiprotozoal, antimalaria, antikanker dan imunosupressif.
Aktivitas antifungi atau fungitoxic inilah yang berperan dalam menghambat
pertumbuhan. Dengan demikian Serratia memiliki mekanisme ganda dalam
menghambat pertumbuhan. Aktivitas penghambatan yang sinergis dari
prodigiosin dan enzim kitinolitik inilah yang menyebabkan pertumbuhan
cendawan patogen terhambat (Sinaga dkk,2014).
Prodigosin merupakan salah satu zat yang anticendawan yang bisa
diproduksi oleh bakteri merah atau serratia sp. Produksi prodigiosin dipengaruhi
oleh konsentrasi fosfat anorganik di dalam media. Produksi prodigiosin sangat
bervariasi antara spesies dan strain Serratia, serta dipengaruhi oleh komposisi
media dan waktu inkubasi. Apabila produksi dari prodigiosin ini rendah maka
akan mempengaruhi daya efektifitas dari bakteri merah. Produksi prodigiosin
yang tinggi terjadi pada konsentrasi fosfat kurang dari 0,3 mM, sedangkan pada
konsentrasi antara 10 mM dan 250 mM pigmentasi serratia akan terhambat
(Manzilla dkk, 2014).
Produksi enzim protease pada serratia sp dilakukan ketika biakan berumur
27 jam yang diperkirakan berada pada fase stasioner. Serratia sp dapat tumbuh
dengan cepat dan menyebar karena termasuk organisme yang mampu bergerak
cepat (motil) kerena mempunyai flagella peritrik. Bakteri ini juga dapat
menghasilkan zat serrawetin yaitu senyawa surfaktan yang membantu dalam
proses kolonisasi permukaan (Artika, 2013).
III. PEMBAHASAN
Cara Kerja :
1. Kupas kentang sampai bersih dari kulit, luka lubang dan luka busuk
2. Potong-potong secara dadu sepanjang 1 cm
3. Kemudian bersihkan potongan kentang sampai bersih dan tidak berbusa
4. Langkah selanjutnya isikan air sebanyak 36 liter ke dalam baskom kemudian
rebus di atas kompor sampai mendidih
5. Masukkan kentang yang telah bersih ke dalam baskom tersebut dan tunggu
sampai kentang menjadi lunak
6. Ambil kentangnya dari dalam baskom dan tinggalkan air rebusan kentangnya
untuk digunakan sebagai media pembiakan massal
7. Langkah selanjutnya adalah membagi gula menjadi 2 bagian masing-masing
360 gram, kemudian masukkan ke dalam 2 galon aqua yang telah bersih
8. Masukkan air rebusan kentang ke dalam 2 galon aqua sama banyak dengan
disaring menggunakan saringan kemudia ditutup serapat mungkin
9. Sterilisasi galon dan air rebusan kentang yang berada di dalamnya selama 3
jam menggunakan api yang stabil dengan cara galon dimasukkan ke dalam
ember besar
10. Setelah sterilisasi kemudian dinginkan dengan tetap menutup bagian atas
galon (waktu yang dibutuhkan untuk mendinginkan kurang lebih sekitar 30
jam sampai benar-benar dingin)
11. Isolat bakteri merah siap dibiakkan dengan mengawali sterilisasi semua
lingkungan tempat pembiakan menggunakan alkohol 75%
12. Masukkan 4 isolat bakteri merah pada tabung reaksi menggunakan jarum ose
yang telah disterilkan menggunakan bunsen disetiap masing-masing galon
13. Hubungkan penutup galon dengan aerator udara yang berfungsi memberikan
oksigen dan mengeluarkan gas CO2 dari proses pembiakan bakteri merah
14. Tunggu proses pembiakan sampai kurang lebih 15 hari
15. Setelah 15 hari biakan bakteri merah siap diaplikasikan atau dikemas
16. Aplikasi bakteri merah dilapang menggunakan konsentrasi 10 ml/l air
Jika akan ditambahkan Urin sapi, kelinci atau kambing , pemakain air dan Urin 1 :
1, artinya jika akan membuat 2 galon yang total volumenya 36 liter, maka 18 liter
air dan 18 liter urin. Perebusan kentang atau kedelai tetap menggunakan air biasa
tanpa ditambahkan urin terlebih dahulu, urin dimasukkan ketika air rebusan
kentang atau kedelai sudah dimasukkan ke dalam galon yang sama banyak. Jadi,
fermentasi Urin hanya menggunakan isolat bakteri merah, dan jangan
ditambahkan mikroorganisme lain seperti PGPR atau EM, supaya hasil yang
didapat hanya mengandung bakteri merah. Penambahan urin bermanfaat untuk
POC yang juga mengandung bakteri merah, jadi POC yang sekaligus menjadi
Bioinsektisida.
Kesimpulan :
1. Bakteri merah yang digunakan untuk biopestisida dapat memproduksi
prodigiosin dan enzim kitinolitik sebagai zat anticendawan
2. Produksi massal yang dilakukan dengan bahan aktif bakteri merah
menunjukkan skala yang menguntungkan
3. Aktivitas Serratia sp dapat menghambat pertumbuhan cendawan patogen
terhambat.
Saran :
Sebaiknya dalam produksi massal dan formulasi biopestisida ini dapat dilakukan
dengan cara lebih efisien guna untuk bisa mengahsilkan biopestisida jangka
panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Artika, W. 2013. Produksi dan Pengukuran Aktivitas Protease dari Isolat Bakteri
BKL-1 dan BKU-31. Agronomi, 2(3): 77-87.
Dalahi, F., S. Subekti dan Agustono. 2014. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Yang
Terdapat Pada Saluran Pencernaan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)
Dengan Pemberian Pakan Komersil Yang Berbeda. Ilmiah Perikanan dan
Kelautan, 6(1): 55-66.