You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana kedaulatan

tertinggi berada di tangan rakyat. Adapun, secara etimologis demokrasi

berasal dari bahasa Yunani, yaitu “demos” yang berarti rakyat dan “kratos

atau kratein” yang berarti kekuasaan atau berkuasa. Demokrasi dapat

diartikan rakyat berkuasa atau “government or rule by the people”

(pemerintahan oleh rakyat).

Dengan kata lain, demokrasi berarti pemerintahan yang dijalankan oleh

rakyat, baik secara langsung maupun tidak langsung, umum, bebas, rahasia,

jujur, dan adil (Luber dan Jurdil). Menurut Abraham Lincoln, “Demokrasi

adalah suatu pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk

rakyat”.

Dapat disimpulkan bahwa pemegang kekuasaan yang tertinggi dalam

suatu sistem demokrasi yaitu ada di kuasa rakyat dan rakyat memiliki hak,

kesempatan dan suara yang sama untuk mengontrol dan mengatur kebijakan

pemerintah melalui keputusan yang terbanyak. Demokrasi merupakan sebuah

proses perkembangan kehidupan politik yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor, baik faktor ekonomi, sosial, budaya, maupun faktor eksternal yang

didukung oleh perkembangan teknologi informasi.

1
2

Heru Nugroho dalam Pengantar Publikasi Versi Indonesia tentang

Demokrasi dan Demokratisasi mengatakan bahwa abad ke-21 merupakan

“musim semi demokrasi”, baik yang berlangsung di Negara-negara penganut

paham sosialisme, maupun Negara-negara berkembang menuju masyarakat

industri.

Sejarah menunjukkan bahwa pemuda dan mahasiswa selalu menjadi

bagian dari pilar demokrasi, sebagai pelopor, penggerak, bahkan pengambil

keputusan. Hal ini dibuktikan pada era Sumpah Pemuda 1928, pergerakan

1945, angkatan 1966 yang membidani Tritura, Malari 1974, dan Reformasi

1998.

Maka peran mahasiswa sering kali disebut sebagai transformer atau

pembawa perubahan atau digelari sebagai "agent of change". Namun dengan

adanya perkembangan politik yang dilatarbelakangi demokrasi sebagai sistem

politik, peran pemuda khususnya mahasiswa mulai dihadapkan pada

persimpangan pemikiran dan gerakan, sehingga tujuan untuk membangun

perubahan ke situasi yang lebih baik justru yang terjadi sebaliknya.

Berbagai aksi demonstrasi yang dianggap suatu bentuk gerakan yang

dilakukan mahasiswa akhir-akhir ini sebagai wujud kritik terhadap

pemerintahan mulai mengalami kemorosotan kepercayaan dari masyarakat,

bahkan aksi demonstrasi seringkali disinyalir sudah dikooptasi oleh

kepentingan-kepentingan elit yang berkuasa.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa Indonesia

adalah negara demokrasi, dengan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat


3

dan rakyat memiliki peranan penting dalam aspek kehidupan bernegara. Oleh

karena itu sangatlah penting bagi masyarakat untuk mengetahui tentang cara

berkehidupan, berbangsa dan bernegara atau dengan kata lain berdemokrasi.

Tanpa adanya kesadaran demokrasi, maka tingkat partisipasi politik

masyarakat juga rendah yang dapat berdampak pada terhambatnya

pembangunan nasional. Kesadaran demokrasi dapat diperoleh melalui

beberapa hal, salah satunya adalah dengan mengikuti organisasi, terutama bagi

para mahasiswa untuk mengikuti organisasi kemahasiswaan.

Organisasi gerakan mahasiswa telah banyak berpengaruh terhadap

perkembangan dan praktek demokrasi di Indonesia yang mempengaruhi

kebijakan pemerintah melalui aksi atau demo yang mereka lakukan yang

terkadang bersifat anarkhis. Menurut Silvia Sukirman (2004:72-73),

organisasi kemahasiswaan terdiri dari:

“Organisasi kemahasiswaan intra-universiter, disebut juga organisasi


kemahasiswaan di perguruan tinggi, adalah organisasi kemahasiswan
yang berkedudukan di dalam perguruan tinggi yang bersangkutan,
seperti; Senat mahasiswa perguruan tinggi (SMPT), Unit Kegiatan
Kemahasiswaan (UKM), Himpunan Mahasiswa Jurusan”.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi

kemahasiswaan dibagi menjadi dua, yaitu organisasi intra kampus dan ekstra

kampus. Organisasi mahasiswa intra kampus adalah organisasi mahasiswa

yang berada di lingkungan perguruan tinggi dan mendapat pendanaan kegiatan

kemahasiswaan dari pengelola perguruan tinggi atau dari

Kementrian/Lembaga. Misalnya seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM),


4

Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Himpunan Mahasiswa Jurusan, dan

Unit Kegiatan Kemahasiswaan (UKM).

Sedangkan organisasi ekstra kampus merupakan organisasi mahasiswa

yang aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi.

Organisasi mahasiswa ekstra kampus di Indonesia antara lain adalah Gerakan

Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Perhimpunan

Mahasiswa Katolik Indonesia (PMKI), dan lain-lain.

Organisasi-organisasi kemahasiswaan tersebut baik intra kampus

maupun ekstra kampus telah memberikan peran positif dalam memberikan

pemahaman terhadap kehidupan demokrasi di lingkungan kampus. Mahasiswa

merupakan golongan masyarakat yang mendapatkan pendidikan tertinggi,

mempunyai perspektif luas untuk bergerak diseluruh aspek kehidupan serta

merupakan generasi yang bersinggungan langsung dengan kehidupan

akademis dan politik.

Oleh karenanya, mahasiswa berorganisasi dengan membentuk student

government dalam rangka pengembangan dirinya. Seperti yang disampaikan

oleh M. Rusli Karim (1985:318)

“Bahwa berorganisasi mahasiswa adalah proses dalam menyiapkan diri


untuk memasuki organisasi yang lebih besar setelah keluar dari
perguruan tinggi. Jika saat berorganisasi mahasiswa telah tertanam
kebiasaaan disiplin dan patuh terhadap segala tata karma di dalam
organisasi diharapkan tumbuh pula kesadaran semacam itu kelak
setelah terjun ke masyarakat.”

Eksistensi organisasi kemahasiswaan (Ormawa) adalah salah satu

nilai strategis untuk memupuk jiwa kepemimpinan, keberanian,


5

mengungkapkan pendapat, serta keberanian dalam mengambil keputusan.

Salah satu contoh misalnya dilakukan melalui kegiatan musyawarah

mahasiswa atau lazim dikenal dengan istilah MUMAS.

Keikutsertaan mahasiswa dalam sebuah perkumpulan/organisasi

kemahasisaan (Ormawa) merupakan hak yang melekat dalam diri mahasiswa

yang diatur dalam dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999

Tentang Perguruan Tinggi pasal 109 ayat 1 point (h) dan (i).

(h) Memanfaatkan sumberdaya perguruan tinggi melalui


perwakilan/organisasi kemahasiswaan untuk mengurus dan
mengatur kesejahteraan, minat dan tata kehidupan bermasyarakat.
(i) Ikut serta dalam kegiatan organisasi mahasiswa perguruan tinggi
yang bersangkutan

Keberadaan organisasi kemahasiswaan (Ormawa) di perguruan tinggi

merupakan hal penting dalam rangka pengembangan diri mahasiswa

terutama dalam hal kepemimpinan. Sebagaimana yang tertuang dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Perguruan Tinggi

tepatnya pasal 111 yang menyatakan bahwa:

(1) Untuk melaksanakan peningkatan kepemimpinan, penalaran, minat,


kegemaran dan kesejahteraan mahasiswa dalam kehidupan
kemahasiswaan pada perguruan tinggi dibentuk organisasi
kemahasiswaan.
(2) Organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diselenggarakan
dari, oleh dan untuk mahasiswa.

Mengacu kepada peraturan tersebut, penyelenggaraan organisasi

kemahasiswaan (Ormawa) sebesar-besar dilaksanakan oleh mahasiswa, maka

landasan hukum penyelenggaraannya pun merupakan hasil dari kesepakatan

anggota yang berhimpun dalam organisasi tersebut dengan tidak

bersinggungan dengan aturan dari lembaga (universitas).


6

Salah satu fungsi dari organisasi kemahasiswaan (Ormawa) adalah

sebagai sarana pembelajaran demokrasi dikalangan mahasiswa. Seperti yang

diungkapkan oleh Dodi Rudianto (2010: 12), sejak 1978 kehidupan intra

kampus sangat umum ditandai oleh arena kebebasan mimbar akademik yang

demokratis.

Salah satunya adalah wahana pembelajaran mahasiswa untuk belajar

berpolitik didalam kampus dengan instrumen sistem organisasi

kemahasiswaan yang egaliter disebutnya sebagai pemerintahan mahasiswa

(student government). Dalam struktur organisasi kemahasiswaan terdapat

pula pembagian kekuasaan sesuai dengan trias politica Montesque.

Pembagian kekuasaan tersebut terdiri atas badan eksekutif sebagai

pelaksana pemerintahan (Badan Eksekutif Mahasiswa), badan legislatif

(Dewan Perwakilan Mahasiswa) sebagai pembuat peraturan bersama

eksekutif dan badan yudikatif dipegang oleh Majelis Permusyawaratan

Mahasiswa (MPM) dengan melaksanakan Musyawarah Mahasiswa atau

Sidang Umum yang berfungsi untuk meminta laporan pertanggung jawaban

pengurus selama satu periode, membahas Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga organisasi, serta menyelenggarakan sidang istimewa ketika

ditenggarai ada penyimpangan yang dilakukan oleh badan eksekutif (BEM)

maupun badan legislatif (DPM).

Selain sebagai miniature state yang menerapkan trias politica,

organisasi kemahasiswaan memiliki nilai yang amat strategis terutama dalam

hal kebebasan mengeluarkan pendapat dan menerima pendapat orang lain.


7

Hal tersebut dapat dilihat dalam pelaksanaan forum tertinggi organisasi

kemahasiswaan yaitu musyawarah mahasiswa atau sidang umum.

Dalam organisasi kemahasiswaan ada beberapa nilai demokrasi yang

harus tumbuh dalam badan organisasi. Henry B Mayo dalam bukunya

“Introduction to Demokratic Theory” merinci beberapa nilai yang terdapat

dalam demokrasi, yaitu:

1. Menyelesaikan persoalan secara damai dan melembaga.


2. Menjamin terselenggaaranya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang sedang berubah.
3. Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur.
4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai taraf yang minimum.
5. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman
(diversity).
6. Menjamin tegaknya keadilan.

Mengejawantahkan nilai-nilai demokrasi di organisasi

kemahasiswaan tujuan utamanya adalah untuk mengajarkan tindakan yang

mandiri, melatih rasa toleransi terhadap pendapat, kepentingan dan bentuk

kehidupan yang berbeda dan untuk mengenali budaya berselisih secara

demokratis di mana aturan main standarnya adalah mampu menjadi

pendengar, membiarkan orang lain berbicara dan fairplay.

Fokus dari sebuah masyarakat demokratis adalah tanggungjawab

terhadap diri sendiri dan ikut serta bertanggungjawab yang dapat dilakukan

dalam banyak bentuk, salah satunya melalui aktivitas dalam perkumpulan

atau organisasi. Akan tetapi pelaksanaan nilai-nilai demokrasi di organisasi

kemahasiswaan sebagai miniature state tidak berjalan sebagai mana

mestinya.
8

Jika mengacu pada konsep penyelenggaraan pemerintahan yang

demokratis, maka pemilihan umum menjadi salah satu cirinya. Sebagaimana

diungkapkan oleh Teuku May Rudy (2007: 87) bahwa “melalui pemilihan

umum rakyat memilih wakilnya untuk duduk dalam parlemen dan dalam

struktur pemerintahan”. Artinya dengan pemilu masyarakat memberi mandat

bagi parlemen dan pemerintah untuk mengurus negara. Hal ini sesuai dengan

prinsip demokrasi “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”,

yang mana dalam konteks penelitian ini yang menjadi rakyat adalah

mahasiswa sebagai anggota organisasi.

Sikap yang harus dikembangkan untuk membudayakan perilaku yang

mendukung tegaknya prinsip demokrasi di dalam organisasi, antara lain

seperti yang disampaikan oleh M. Rusli Karim (1991:70) yaitu :

1. Terbuka dan transparan untuk memupuk kepercayaan terhadap


satu sama lain.
2. Terbiasa melakukan dialog untuk menyelesaikan masalah,
sehingga timbul sikap toleransi.
3. Menghargai pendapat orang lain.
4. Toleransi atau belajar menerima keberagaman.
5. Menghargai kelompok minoritas.
6. Menutamakan kepentingan umum.

Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh penulis pada tanggal

31 Mei 2016, Ketua Ketua HIMA PKnH Fazar Kurniawan mengemukakan

pendapat bahwa masih terdapat beberapa masalah yang kiranya perlu

diperbaiki atau ditingkatkan sehingga tujuan terciptanya demokrasi di

lingkungan kampus dapat tercapai secara maksimal. Masalah-masalah

tersebut antara lain:

1. Pemilihan ketua kelembagaan yang mana partisipasi dari mahasiswa


9

dinilai masih 50%.

2. Kegiatan perlombaan seperti Liga angkatan (antar angkatan), FKIP

Fair (antar jurusan), dan BEM Cup (antar fakultas) yang dalam proses

perlombaan terkadang tak luput dari perilaku tidak sportif mahasiswa

sehingga terjadi perkelahian atau sikap anarkis.

3. Forum diskusi yang diadakan oleh organisasi maupun himpunan

sebagai wahana pembelajaran termasuk didalamnya pembelajaran

demokrasi bagi mahasiswa, ternyata tidak dapat menarik minat

mahasiswa terhadap program dari himpunan yang mana jumlah

peserta yang terlibat masih sedikit. Kondisi demikian menjadikan

ormawa sebagai laboratorium demokrasi tidak berjalan maksimal.

Melihat data-data dan fakta-fakta yang telah penulis uraikan diatas,

maka penulis merasa tertarik untuk meneliti sejauh mana penerapan nilai-

nilai demokrasi di mahasiswa apakah sudah berjalan dengan baik ataukah

belum sepenuhnya terlaksana. Maka dari itu penulis akan melakukan sebuah

penelitian dengan judul: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI

DALAM ORGANISASI MAHASISWA (Studi Deskriptif Terhadap

Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan Bandung).

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasikan

masalah yang timbul antara lain:


10

1. Kurangnya perhatian mahasiswa akan kontribusi terhadap pelaksanaan

nilai-nilai demokrasi di lingkungan kampus.

2. Mahasiswa masih ada yang melakukan demonstrasi secara anarki dan

tidak sesuai dengan nilai-nilai demokrasi yang sesungguhnya.

3. Ketidak pahaman dan ketidak tanggungjawabnya mahasiswa sebagai

pelaksana dari nilai-nilai demokrasi.

C. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, penulis merumusakan

masalah sebagai berikut: “Bagaimana implementasi nilai-nilai demokrasi

dalam organisasi mahasiswa?”

D. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat dijabarkan sejumlah

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan nilai-nilai demokrasi di lingkungan Himpunan

Mahasiswa PKnH di FKIP UNPAS Bandung?

2. Bagaimana bentuk pelaksanaan program implementasi nilai-nilai

demokrasi di Himpunan Mahasiswa PKnH FKIP UNPAS Bandung?

3. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan program tersebut dalam usaha

menerapkan nilai-nilai demokrasi di Himpunan Mahasiswa PKnH

FKIP UNPAS Bandung?

4. Apa upaya untuk mengatasi hambatan dalam implementasi nilai-nilai

demokrasi dalam organisasi mahasiswa di Himpunan Mahasiswa

PKnH FKIP Universitas Pasundan Bandung?


11

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini ditunjukan untuk mengetahui gambaran dan

memperoleh data tentang implementasi nilai-nilai demokrasi dalam

organisasi mahasiswa di Himpunan PKnH Universitas Pasundan

Bandung.

2. Tujuan Khusus

Sedangkan secara khusus penelitian ini dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang:

1) Penerapan nilai-nilai demokrasi di lingkungan Himpunan

Mahasiswa PKnH di FKIP UNPAS Bandung.

2) Pelaksanaan program implementasi nilai-nilai demokrasi di

Himpunan Mahasiswa PKnH FKIP Universitas Pasundan

Bandung.

3) Hambatan dalam menerapkan nilai-nilai demokrasi di Himpunan

Mahasiswa PKnH FKIP Universitas Pasundan Bandung.

4) Upaya dalam menerapkan nilai-nilai demokrasi dalam Himpunan

Mahasiswa PKnH FKIP Universitas Pasundan Bandung.

F. Manfaat Penelitian

Selain memiliki tujuan, sebuah penelitian haruslah memiliki manfaat.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah


12

ilmu pendidikan mengenai penerapan nilai-nilai demokrasi melalui

organisasi mahasiswa.

2. Manfaat kebijakan

Secara kebijakan penelitian ini diharapkan dapat mengurangi

pemikiran dasar orang banyak yang menganggap bahwa pendidikan

demokrasi di Indonesia hanya sebatas hapalan semata dan tidak di

aplikasikan. Apabila masalah ini dibiarkan saja maka ditakutkan

masyarakat tidak akan percaya lagi kepada pendidikan di Indonesia.

3. Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini berguna untuk sebagai berikut:

a. Diketahuinya nilai-nilai demokrasi telah diterapkan dengan

baik di Organisasi Mahasiswa khususnya Himpunan Mahasiswa

PKnH Universitas Pasundan Bandung.

b. Diketahuinya partisipasi dan peranan pengurus organisasi

mahasiswa dalam konteks pembinaan kehidupan demokrasi di

Himpunan Mahasiswa PKnH Universitas Pasundan Bandung.

c. Diketahuinya upaya yang diterapkan organisasi mahasiswa agar

mahasiswa mampu belajar untuk berada di kehidupan demokrasi

di Himpunan Mahasiswa PKnH Universitas Pasundan Bandung.

d. Diketahuinya kendala yang dihadapi dalam usaha menerapkan

kehidupan demokrasi di Himpunan Mahasiswa PKnH.


13

G. Kerangka Pemikiran

Eksistensi organisasi kemahasiswaan (Ormawa) adalah salah satu

nilai strategis untuk memupuk jiwa kepemimpinan, keberanian

mengungkapkan pendapat serta keberanian dalam mengambil keputusan.

Salah satu contoh misalnya dilakukan melalui kegiatan musyawarah

mahasiswa atau lazim dikenal dengan istilah MUMAS.

Keberadaan organisasi kemahasiswaan (Ormawa) di perguruan tinggi

merupakan hal penting dalam rangka pengembangan diri mahasiswa

terutama dalam hal kepemimpinan. Sebagaimana yang tertuang dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Perguruan Tinggi

tepatnya pasal 111 yang menyatakan bahwa:

(1) Untuk melaksanakan peningkatan kepemimpinan, penalaran,


minat, kegemaran dan kesejahteraan mahasiswa dalam kehidupan
kemahasiswaan pada perguruan tinggi dibentuk organisasi
kemahasiswaan.
(2) Organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diselenggarakan
dari, oleh dan untuk mahasiswa.

Mengacu kepada peraturan tersebut, penyelenggaraan organisasi

kemahasiswaan (Ormawa) sebesar-besar dilaksanakan oleh mahasiswa, maka

landasan hukum penyelenggaraannya pun merupakan hasil dari kesepakatan

anggota yang berhimpun dalam organisasi tersebut dengan tidak

bersinggungan dengan aturan dari lembaga (universitas).

Salah satu fungsi dari organisasi kemahasiswaan (Ormawa) adalah

sebagai sarana pembelajaran demokrasi dikalangan mahasiswa. Seperti yang

diungkapkan oleh Dodi Rudianto (2010: 12), sejak 1978 kehidupan intra

kampus sangat umum ditandai oleh arena kebebasan mimbar akademik yang
14

demokratis. Salah satunya adalah wahana pembelajaran mahasiswa untuk

belajar berpolitik didalam kampus dengan instrumen sistem organisasi

kemahasiswaan yang egaliter disebutnya sebagai pemerintahan mahasiswa

(student government).

Berdasarkan landasan teori dan beberapa definisi yang ada, maka

kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1.1

Paradigma Sederhana

Variabel (X) H1
Variabel (Y)
Implementasi nilai-nilai
Organisasi Mahasiswa
demokrasi

Nilai-nilai Demokrasi
1. Menyelesaikan persoalan
secara damai dan melembaga.
2. Menjamin terselenggaaranya
perubahan secara damai dalam
suatu masyarakat yang sedang
berubah.
3. Menyelenggarakan pergantian
pemimpin secara teratur.
4. Membatasi pemakaian
kekerasan sampai taraf yang
minimum.
5. Mengakui serta menganggap
wajar adanya keanekaragaman
(diversity).
6. Menjamin tegaknya keadilan.
15

Keterangan :

Variabel X = Variable independen (variable bebas) merupakan variable yang

menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variable dependen

(variable terikat) jadi variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi.

Variabel Y = Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

H. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah penafsiran dan pengertian terhadap

beberapa istilah yang ada dalam permasalahan ini, maka penulis memberikan

penjelasan yang dirumuskan ke dalam definisi operasional sebagai berikut:

1. Implementasi

Menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks

Implementasi Berbasis Kurikulum, “Implementasi adalah bermuara pada

aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem.

Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana

dan untuk mencapai tujuan kegiatan”(Usman, 2002:70). Yang dimaksud

implementasi dalam penelitian ini adalah aktivitas, aksi, dan tindakan

untuk mencapai tujuan pelaksanaan nilai-nilai demokrasi.

2. Nilai-nilai Demokrasi

Henry B Mayo dalam bukunya “Introduction to Demokratic Theory”

merinci beberapa nilai yang terdapat dalam demokrasi, yaitu:

1. Menyelesaikan persoalan secara damai dan melembaga.


16

2. Menjamin terselenggaaranya perubahan secara damai dalam


suatumasyarakat yang sedang berubah.
3. Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur.
4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai taraf yang minimum.
5. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman.
6. Menjamin tegaknya keadilan.

3. Organisasi Mahasiswa

Yang dimaksud organisasi mahasiswa dalam penelitian ini adalah

Himpunan Mahasiswa PKnH di FKIP Universitas Pasundan Bandung.

I. Struktur Organisasi Skripsi

Gambaran lebih jelas tentang isi dari keseluruhan skripsi disajikan

dalam strukturorganisasi skripsi berikut dengan pembahasanya. Struktur

organisasi skripsi tersebut disusun sebagai berikut:

1. Bab I pendahuluan, Berisikan tentang latar belakang penelitian,

identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, definisi

operasional, dan struktur organisasi skripsi.

2. Bab II kajian teori, Berisikan tentang konsep-konsep atau teori-teori

utama dan pendapat para ahli yang terkait dengan bidang yang dikaji,

yaitu tinjauan tentang nilai-nilai demokrasi dan tinjauan organisasi.

3. Bab III metode penelitian, Berisikan penjabaran yang rinci mengenai

metode penelitian dan beberapa komponen, komponen yang dimaksud

adalah desain penelitian, partisipan, tempat penelitian, pengumpulan

data, dan analisis data.

4. Bab VI hasil penelitian dan pembahasan, Berisi tentang hasil temuan

dan pembahasan mengenai hasil penelitian.


17

5. Bab V kesimpulan dan saran, Berisi tentang simpulan dari hasil

penelitian dan juga saran atau rekomendasi ditujukan kepada pembuat

kebijakan, pengguna hasil penelitian, dan penelitian berikutnya.

You might also like