Professional Documents
Culture Documents
91 192 1 SM PDF
91 192 1 SM PDF
2 Juli 2014
oleh :
Ellisa Tirayoh*) dan Arista Muhartanto**)
*)
Alumni Prodi T. Geologi
**)
Dosen Tetap, Prodi T. Geologi
Fakultas Teknologi Kebumian & Energi, Usakti
Gedung D, Lantai 2, Jl. Kyai Tapa No.1, Grogol, Jakarta 11440
Abstrak
Daerah operasional penambangan PT Freeport Indonesia ialah penambang bawah tanah dan open pit. Daerah
penambangan bawah tanah, meliputi area GBT (Gunung Bijih Timur) 1 dan 2, DOZ (deep ore zone), IOZ (intermediate ore
zone). Metoda tambang bawah tanah yang diaplikasikan adalah block caving.
Operasional block caving adalah melakukan undercutting pada level undercut yang bertujuan untuk membuat initial cave,
apabila terbentuk, maka akan diikuti oleh amblesan dari block bijih di level panel.
Amblesan dari cave disebabkan sistem penambangan PT Freeport Indonesia, sedangkan kondisi geologi di permukaan,
gaya tegasan dan pergesaran dari sesar, sehingga membentuk rekahan dan hanya memperlihatkan penyebaran batas cave.
13
Analisis Struktur Geologi dan Penambangan Bawah Tanah terhadap Propagasi Subsidence di daerah Ertsberg PT Freeport Indonesia, Papua
Ellisa Tirayoh dan Arista Muhartanto
2. Zona Skarn Ertsberg. Zona ini, meliputi : berkomposisi intermediet yang dikenal sebagai
a. Zona Gunung Bijih Timur (East Ertsberg) intrusi diorit Ertsberg. Secara kompleks, litologinya
b. Zona Mineralisasi Bijih Dalam atau Deep Ore dibagi dua kelompok besar, terdiri dari kelompok
Mineralized (DOM) formasi dan batuan intrusi.
c. Zona Bijih Menengah atau Intermediate Ore Kelompok formasi, Formasi Waripi (Tw),
Zone (IOZ) berumur Paleocene dengan ketebalan mencapai 300
d. Zona Bijih Dalam atau Deep Ore Zone (DOZ) m yang merupakan lapisan Mg dolomite dengan
e. Zona Gossan Besar atau Big Gossan sisipan silt dan sand. Formasi Faumai (Tf), berumur
Eocene dengan ketebalan antara 120-150 m terdiri
Geologi Daerah Penelitian dari lapisan massive limestone. Formasi Sirga (Ts),
berumur Oligocene dengan ketebalan 30-50 m yang
Struktur Geologi tersusun oleh quartzone sandston dengan semen
Dua sistem deformasi utama diketahui didaerah berupa calcite,silstone dan sandy limestone.
GBT (Gunung bijih timur). Lipatan berskala Kelompok batuan intrusi Ertsberg. Satuan
kilometer (kilometers scale folds) dengan arah N 1100 intrusi meliputi 35% dari daerah penelitian.
E (dikenal Yellow Sincline) merupakan struktur Berdasarkan pengamatan di lapangan dan deskripsi
geologi utama yang melalui districk GBT ini. secara megaskopik diketahui diorit di daerah
Lokasi penelitian pada surface subsidence terletak penelitian terdiri atas 2 tipe. Tipe pertama adalah
pada daerah Irian Jaya mobile belt yang merupakan diorit dicirikan oleh warna abu-abu terang, tekstur
bagian perbatasan antara Lempeng Indo-Australia equigranular, holokristalin, butir subhedral-
dan Lempeng Pasifik bagian baratlaut. anhedral, ukuran butir halus sampai sedang (1-2
Lempeng Indo-Australia mengandung batuan mm) terdiri atas plagioklas, klinopiroksen,
klastik yang nerupakan bagian grup Kambelangan hornblende, biotit, kuarsa. Tipe kedua adalah
dan mengandung batuan karbonat. Diorite Altered dengan ciri-ciri warna abu-abu
Struktur yang berkembang di daerah subsidence terang-kemerahan, tekstur porfiritik, inequi-
adalah sesar, kekar dan rekahan., Left strike-slip fault granular, butir subhedral-anhedral, fenokris terdiri
berarah N 2550 E-N 700 E merupakan batas antara atas hornblende, biotit, plagioklas dan kuarsa
daerah skarn yang mengandung bijih dibagian berukuran 0,5 – 1,5 mm dengan matriks terdiri atas
selatan dengan daerah diorit alterd di bagian utara k-feldspar dan plagioklas. Diorit jenis kedua ini
yang mengandung mineral. Patahan bersudut besar memeotong tubuh diorit tipe pertama, sehingga
dan memotong sistem skarn gunung bijih timur disimpulkan bahwa diorit tipe kedua berumur lebih
(EESS) sepanjang baratlaut sampai tenggara dari muda. Lokasi E 737496, N 9548738
batas mineralisasi. Marmer, putih-abu-abu, semen karbonatan
Penyebaran batuan dasar pada daerah pemilahan baik, bentuk butir halus sampai sedang,
subsidence mempunyai strike dan dip N 280o E/45o kemasnya tertutup, porositas baik, kekompakan
dengan penyebaran batuan: sangat kompak, besar butir >1 mm. Lokasi: E
- sebelah utara : limestone 376378 N 9549146.
- sebelah timur : zona mineralisasi (skarn)
- sebelah selatan : Etsberg diorit Metode Penambangan
Pada tambang bawah tanah di PT Freeport
Sesar Ertsberg 1 dan 2 Indonesia digunakan metode block caving. Lokasi
Sesar Ertsberg (SE) 1 berarah baratdaya- penambangan DOZ berada di bawah tambang
timurlaut melewati atau pada bagian tambang IOZ (Gambar 1). Pada tambang DOZ digunakan
bawah tanah IOZ (Intermediet Ore Zone) dan DOZ metode block caving berdasarkan hal-hal sebagai
(Deep Ore Zone). Sesar geser menganan N 120 E berikut:
slickenside-nya N 800 E - N 900 E. Sesar ini adalah 1. Letak tubuh bijih DOZ berada jauh di dalam
sesar penyerta antitetic faul perut bumi sehingga tidak ekonomis apabila
SE 2 ditemukan bagian timur daerah penelitian. ditambang dengan sistem tambang terbuka.
Sesar ini dengan pergerakan sesar geser mengiri 2. Biaya produksi relatif lebih murah bila
(sinistral strike slip fault) mempunyai arah N 2050 E, dibandingkan dengan sistem tambang bawah
cermin sesarnya N 700 E, struktur ini termasuk tanah yang lain.
dalam sesar penyerta (synthetic fault). Batuan diorit 3. Kondisi batuan di DOZ mempunyai rock
ditemukan di lapangan pada bagian timur terlihat strength lemah dan mempunyai banyak retakan
banyak rekahan akibat dilewati sesar. Kekar pada sehingga mudah hancur oleh bebannya sendiri.
diorit di lokasi ini, umumnya berarah NE. 4. Geometri dari tubuh bijih Cu skarn yang besar,
tidak berpencar-pencar dengan kemiringan
Stratigrafi Regional yang hampir tegak, sehingga memenuhi syarat-
Dua formasi yang ditemukan telah mengalami syarat metode block caving.
ubahan akibat adanya intrusi batuan beku
14
MINDAGI Vol. 8 No.2 Juli 2014
Block caving adalah metode penambangan yang teknik yang ada di permukaan tanah dan dapat
bertujuan untuk memotong bagian bawah dari blok terjadi pada daerah yang relatif luas, yaitu dari
bijih sehingga blok bijih tersebut mengalami beberapa puluh meter sampai beberapa puluh
keruntuhan dengan sendirinya disebabkan oleh kilometer persegi, sedangkan settlement adalah
beban beratnya dan dengan adanya gaya gravitasi pergerakan material ke bawah akibat adanya beban
bumi. Konsep kerja penambangan dengan metode bagunan teknik, dan beban yang lain yang ada di
ambrukan blok adalah meruntuhkan tubuh bijih di permukaan tanah. Dengan demikian, hanya terjadi
atas level undercut secara massal, dengan cara pada daerah yang relatif sempit, yaitu di daerah
membuat gua-gua ambrukan, sehingga nantinya yang telah ada bangunan-bangunan, dan kisaran
akan terjadi perambatan ambrukan pada bijih ukurannya adalah dari beberapa meter persegi
akibat beban dari pada bijih itu sendiri. Batu-batuan sampai beberapa ratus meter persegi.
antara level undercut dan level produksi yang tidak
diruntuhkan disebut sebagai pilar. Metode ini II. Metodologi
diterapkan terutama pada blok badan bijih yang
Metode digunakan dalam studi ini adalah:
besar, karena tingkat produksinya yang sangat
tinggi. a. Metode pengamatan
Secara umum ada beberapa syarat untuk - studi literatur
menerapkan metode block caving dalam aktivitas - kondisi geologi daerah subsidence
penambangan bawah tanah yaitu: - pengambilan sampel
1. Memiliki endapan bijih yang tebal lebih dari 30 b. Metode analisis
m, memiliki kekuatan batuan yang seragam - perhitungan analisis kekar dengan software
dari lemah sampai medium (25 – 100 kpa), dips
dengan batas bijih dan batuan jelas. - pengambilan sampel guna untuk mengetahui
2. Memiliki kekuatan bijih yang lemah sampai daya dukung batuan.
kuat (25-250 kpa), diutamakan massa bijih yang Hasil dalam metode pengamatan, berupa
mempunyai rekahan atau kekar bukan pemetaan dan pengamatan struktur geologi dan
berbentuk block sehingga dapat runtuh dengan subsidence dengan lembaran foto radar, sedangkan
sendirinya. dalam metode analisis, antara lain :
3. Bentuk deposit/cadangan masif dan tebal.
4. Penunjaman cadangan (deposit dip) agak curam - mengelompokkan kekar dan dihitung arah
(lebih besar dari 60o) atau vertikal, dapat juga dominan dengan menggunakan schmid net.
agak rata jika cadangan tebal. - mengintepretasi dari metode pengamatan yang
5. Ukuran cadangan meliputi daerah yang sangat ada.
luas, mempunyai ketebalan lebih dari 30 m.
6. Memiliki keseragaman bijih yang homogen dan III. Hasil dan Pembahasan
seragam. Kedalaman sedang antara 600 m Pengamatan Struktur Geologi
sampai 1200 m, sehingga cukup kuat untuk
menimbulkan tekanan dari overburden yang Pengamatan dan pemetaan struktur Geologi,
melebihi kekuatan batuan. dilakukan di lokasi amblesan, yaitu di empat level
Subsidence adalah pergerakan materialnya tanpa penambangan, yaitu : GBT 1 dan 2, IOZ, DOZ
memandang ada tidaknya bagunan-bangunan dan DOM yang mempunyai ketinggian rata-rata
15
Analisis Struktur Geologi dan Penambangan Bawah Tanah terhadap Propagasi Subsidence di daerah Ertsberg PT Freeport Indonesia, Papua
Ellisa Tirayoh dan Arista Muhartanto
16
MINDAGI Vol. 8 No.2 Juli 2014
17
Analisis Struktur Geologi dan Penambangan Bawah Tanah terhadap Propagasi Subsidence di daerah Ertsberg PT Freeport Indonesia, Papua
Ellisa Tirayoh dan Arista Muhartanto
Area yang berpengaruh langsung adalah Periode II (Mei 2004 - Desember 2004)
material batuan dengan sudut berasal dari cave
Foto udara periode II adalah alat monitor
boundary secara vertikal dan horizontal atau yang
perkembangan permukaan subsidence; terutama gua
disebut angel of draw dan angel of break atau
yang menembus sampai ke permukaan dimple. Foto
subsidence.
3 dan 4 foto perkembangan daerah subsidence
dari periode I ke periode II Bulan Maret hingga
Juni 2004, foto ini menunjukan pergerakan
bagian Timur subsidence meliputi Guru Ridge;
dan rekahan di Yellow Valley.
Level tambang DOZ menunjukan telah
menerobos permukaan, sehingga pada
permukaan berbentuk dimple.
18
MINDAGI Vol. 8 No.2 Juli 2014
tempat penampungan, dan ada juga yang baratdaya, sedangkan arah kemiringan batuan
dijadikan konsentrat. ke arah utara. Arah jatuhan material ke arah
3. Level Truck Haulage. Level ini adalah jalan truk dominasi kekar yang terbanyak, yaitu arah
pengangkutan yang membawa ore pada timur.
permukaan menuju ke bagian pengahancur 5. LP-5 yang tersingkap adalah batuan marmer
batuan. dan sebaran batuan berarah timurlaut-
4. Level Ventilasi. Level ini berguna untuk baratdaya, sedangkan arah kemiringan batuan
memberikan udara masuk dan keluar pada ke arah utara. Arah jatuhan material ke arah
setiap level. dominasi kekar yang terbanyak, yaitu arah
timur.
6. LP-6 yang tersingakap adalah
batuan diorit dan arah sebaran lapisan
batuan timurlaut-baratdaya, sedangkan
arah kemiringan batuan ke arah utara.
Jatuhan material akan dominan 2 arah,
yaitu timurlaut-baratdaya dan baratlaut-
tenggara.
7. LP-7 yang tersingkap batupasir
fosterite magnetite skarn dan sebaran batuan
berarah timurlaut-baratdaya dan baratlaut-
tenggara, arah kemiringan lapisan ke utara.
Arah jatuhan material ke arah dominasi
kekar yang terbanyak, yaitu arah timur.
8. LP-8 yang tersingkap adalah
batuan marmer, arah kemiringan lapisan
timurlaut-baratdaya, kemiringan lapisan
mempunyai 2 arah, yaitu arah utara dan
Gambar 6. 3D dari posisi Dimple yang relatif di atas tambang selatan, jatuhan materaial dominan berarah
IOZ, GBT dan DOZ dan beberapa kondisi permukaan timurlaut.
19
Analisis Struktur Geologi dan Penambangan Bawah Tanah terhadap Propagasi Subsidence di daerah Ertsberg PT Freeport Indonesia, Papua
Ellisa Tirayoh dan Arista Muhartanto
permukaan akan terlihat gua yang menembus setempat, khususnya berupa struktur kekar dan
daerah permukaan. Subsidence yang terjadi pada sesar.
permukaan dikontrol dengan kondisi struktur 2. Daerah subsidence ini di waktu yang akan
geologi, dimana Sesar Ertsberg-1 dan Sesar datang dapat berkembang dan meluas
Ertsberg-2 melewati daerah subsidence, dan rekahan mengikuti arah pola struktur geologi dan arah
di sekitar struktur ini banyak yang searah dengan pengembangan penambangan daerah PT
sesar, kemungkinan besar subsidence melebar Freeport Indonesia.
searah dengan struktur geologi.
20
MINDAGI Vol. 8 No.2 Juli 2014
keterangan:
: Cave line on April
2003 (870.127 m3)
: Cave line on July
2003 (939.971 m3)
: Cave line on
September 2003
(997.048 m3)
: Cave line on
December 2003
(1.125.463 m3)
: Cave line on March
2004 (1.232.013
m3)
keterangan:
: Crack line on April
2003 (1.209.965
m3)
: Crack line on July
2003 (1.311.411
m3)
: Crack line on
September 2003
(1.364.430 m3)
: Crack line on
December 2003
(1.572.149 m3)
: Crack line on
March 2004
(1.864.676 m3)
21
Analisis Struktur Geologi dan Penambangan Bawah Tanah terhadap Propagasi Subsidence di daerah Ertsberg PT Freeport Indonesia, Papua
Ellisa Tirayoh dan Arista Muhartanto
Foto 3. Kondisi terakhir Daerah Subsidence pada Periode-I Bulan Maret 2004
22