Professional Documents
Culture Documents
Farmakologi
Dilakukan apabila : formula sediaan uji dicurigai mengandung zat yang dapat menimbulkan efek
khusus, formula sediaan uji potensial digunakan untuk perempuan usia subur dan ditakutkan
meimbulkan efek teratogenik, dan melihat kondisi epidemiologi di masyarakat terkait penyakit yang
berhubungan dengan konsumsi obat tradisional tersebut.
Fitokimia
1. Singkat cerita yang sudah dilakukan
a. Pengumpulan bahan
b. Determinasi bahan
c. Pengolahan menjadi serbuk simplisia
d. Penapisan fitokimia
e. Pemeriksaan karakteristik simplisia
f. Pembuatan ekstrak etanol biji petai cina
g. Penyiapan hewan percobaan
h. Penyiapan dan pembuatan sediaan uji
i. Pengujian aktivitas
2. Metode pengujian
Metode uji toleransi glukosa
Prinsip : mencit yang telah dipuasakan selama 16-18 jam namun tetepa diberi air minum
kemudian diberi glukosa secara peroral setengah jam stelah pemberian sediian obat yang diuji
Parameter : penurunan kadar glukosa darah mencit uji dibandingkan dengan kelompok kontrol
positif
Hewan uji : mencit jantan
Hasil : ekstrak uji dinyatakan memiliki efek antihiperglikemia bila terdapat penurunan kadar
glukosa darah mencit kelompok uji yang berbeda secara bermakna dibandingkan dengan
kelompok kontrol positif
3. Ekstraksi
Proses penarikan atau pelarutan senyawa metabolit yang terdapat pada campuran (simplisia)
menggunakan pelarut yang cocok secara selektif
Cairan pelarut : etanol 96%
Senyawa terlarut : komponen polar, semi polar, non polar
4. Penapisan fitokimia
adalah prosedur yang dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder di
dalam simplisia
5. Hasil penapisan
Semuanya positif : alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, kuinon, steroid/triterpenoid
6. Prosedur penapisan
a. Alkaloid
2 gr serbuk simplisia dilembabkan dengan amoniak 25% kemudian digerus dalam mortar lalu
ditambahkan 20 ml kloroform. Setelah itu disaring dan filtrate yang diperoleh (lar.A)
diteteskan pada kertas saring kemudian ditambahkan pereaksi dragondrof.
Filtrate semula kemudian diekstraksi kembali dengan HCL kemudian disaring dan dibuang
bagian airnya, filtrate yang diperoleh ditambahkan dengan pereaksi meyer.
Hasil : dengan pereaksi dragondorf = warna merah bata (kompleks N-Bi)
Dengan pereaksi meyer = endapan putih (kompleks N-Hg)
b. Flavonoid
1 bram serbuk simplisia ditambahkan 100 ml aquades kemudian dididihkan selama 15 menit
dan dinginkan kemudian disaring, filtrak (lar. C) sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung
reaksi kemudian ditambah dengan serbuk Mg dan larutan (alcohol:HCl) (1:1) setelah itu
ditambah dengan amil alcohol lalu dikocok kuat dan dibiarkan memisah
Hasil : terdapat warna kuning pada lapisan amilalkohol
c. Saponin
6
(lar. C) dimasukkan ke dalam tabung reaksi sekitar 10 ml kemudian dikocok vertical selama
10 detik setelah itu didiamkan selama 10 menit.
Hasil : terbentuk busa yang stabil
d. Tannin
(lar.C) dibagi menjadi 3 bagian. Bag. 1 ditambhan FeCl3 1%,(positif seny. Polifenol bila
terbentuk warna biru tinta. Bag.2 ditambah gelatin (positif tannin bila ada endapan putih).
Bag.3 ditambah pereaksi steasny lalu dipanaskan pada suhu 90oC bila terbentuk endapan
merah muda (tannin katekat), lalu endapan tersebut disaring, filtrate yang diperoleh
ditambah Na-asetat dan FeCl3 bila terbentuk warna biru kehitaman (tannin galat)
e. Quinon
Sejumlah serbuk simplisia dimaserasi dengan 10 ml HCl 10% kemudian disaring dan dibagi 2
bagian. Bag.1 diekstraksi dengan benzene, Bag.e diekstraksi dengan eter:kloroform (2:1).
Kedua fase dikeringkan dengan Na2SO4 kemudian diuapkan, lalu dikocok dengan NaOH.
Hasil : terbentuk warna kuning
f. Steroid/triterpenoid
Sejumlah serbuk simplisia dimaserasi dengan eter (n-heksan), lalu disaring. Filtrate yg
diperoleh diuapkan hingga menyisakan sedikit residu, residu tersebut ditambah pereaksi
Liebermann burchard.
Hasil : terbentuk warna biru hijau (+ steroid)
7. Reaksi warna pada penapisan
a. Alkaloid : Merah bata dg dragondorf, endapan putih dengan meyer
b. Flavonoid : Lapisan kuning pada amil alcohol
c. Saponin : -
d. Tannin : biru violet
e. Kuinon : kuning
f. Steroid /triterpenoid : biru-hijau
8. Prinsip alkaloid
a. Penambahan amoniak : untuk mengubah alkaloid bentuk garam (dalam simplisia) menjadi
alkaloid bebas yang bersifat basa.
b. Penambahan HCl : untuk mengubah kembali alkaloid bebas menjadi alkaloid dalam bentuk
garam
c. Penambahan kloroform : untuk menarik alkaloid
d. Sifat alkaloid : basa
e. Klasifikasi
True alkaloid : terbiosintesis dari asam amino dan atom N nya terletak di dalam cincin
heterosiklik. Contoh : nikotin
Proto alkaloid : terbiosintesis dari asam amino dan atom N nya terletak diluar cincin
heterosiklik. Contoh : efedrin
Pseudo alkaloid : terbiosintesis buka dari asam amino. Contoh : kafein
9. Golongan flavonoid :
a. Flavon
b. Flavonol
c. Isoflavon
d. Flavanon
e. F;avononols
f. Katekin
g. Antosianidin
h. Leucoantosoanidin
i. Kalkon
7
j. Dihidrokalkon
k. Aurons
l. Flavon
10. Rumus flavonoid
2 benzen dihubungkan oleh propane
11. Reaksi flavonoid
Mg + HCl = MgCl2 + H2
Atom hydrogen hasil dari reaksi tsb akan menyerang atom oksigen pada gugus keton struktur
flavonoid. Hingga membentuk kerangka sianida yang pada lapisan amil alcohol berwarna kuning
12. Saponin
Merupakan suatu glikosida yang terdiri dari :
Glikon (gula) ex : glukosa
Aglikon (bukan gula) ex : netral : steroid, asam : triterpenoid
13. Tannin
Senyawa polifenol dengan berat molekul yang besar
14. Klasifikasi tannin
a. Tannin galat
b. Tannin katekat
15. Bedanya
a. Tannin galat (tannin terhodrolisis) : adalah tannin yang ketika dihidrolisis oleh adanya air
akan menghasilkan asam galat
b. Tannin katekin (tannin terkondensasi) : adalah tannin yang terbiosintesis dari katekin
16. Glikosida
Adalah golongan metabolit sekunder yang terdiri dari komponen glikon (gula) dan aglikon (bukan
gula)
17. Glikosida tannin
Glikon : gula
Aglikon : Asam galat/katekin
18. Polifenol senyawa aromatic dengan gugus OH
19. Steroid/triteropenod
Metabolit sekinder yang tersusun dari 6 satuan isoprene (C30)
20. Isi pereaksi
a. LB : 8 gr Bi(NO3)3 + 30% b/v HNO3 dan 2,72 gr KI dalam 10 mL air
b. PM : 1,36 g KI dalam 60 ml air + 5 gr KI dalam 10 ml air
c. PS : formaldehid 30% : HCL (2:1)
d. LB : 2tetes asam asetat anhidrat + 1 tetes H2SO4 pekat
21. Karakterisasi simplisia
a. Kadar air : untuk menentukan kadar air yg dikandung simplisia, diharapkan <10% untuk
menghindari reaksi enzimatis yang dapat merusak senyawa aktif
b. Kadar abu total : untuk mengetahui kandungan mineral anorganik baik internal maupun
eksternal dalam simplisia sejak awal proses sampai dengan diperoleh ekstrak
c. Kadar abu larut air : mengetahui jumlah logam alkali tanah (He, Li, Na, K, Ca, dll)
d. Kadar abu tdk larut asam : mengetahui jumlah logam berat (Pb, Hg, dll)
e. Susut pengeringan : untuk mengetahui jumlah / kadar senyawa yang bersifat mudah
menguap atau mudah hilang selama proses pemanasan.
f. Kadar sari larut air : untuk mengetahui senyawa yang dapat larut dalam pelarut air (bersifat
polar)
g. Kadar sari larut etanol : untuk mengetahui senyawa yang dapat larut dalam pelarut organic
(bersifat universal polar, semipolar, nonpolar)
8
22. Spektroskopi IR
Prinsip : interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik
Fungsi : untuk mengetahui gugus fungsi senyawa yang dianalisis
23. Prinsip KLT
Partisi
Fase diam : silica gel
Fase gerak : pelarut organic
24. Macam-macam minyak atsiri
a. M. atsiri hidrokarbon : minyak terpentin
b. M. atsiri alcohol : minyak peppermint
c. M. atsiri fenol : minyak adas
d. M. atsiri oksida : minyak kayu putih
e. M. atsiri ester : minyak gandapura
25. Kenapa disebut minyak atsiri
Karena bersifat mudah menguap dan berbau aromatic
Bersifat larut dalam pelarut organik
26. Terpenoid
a. Monoterpenoid : 2(C5H8)
b. Sesquiterpenoid : 3 (C5H8)
c. Diterpenoid : 4 (C5H8)
d. Triterpenoid : 6 (C5H8)
e. Tetraterpenoid : 8(C5H8)
f. Sesterpenoid : 10 (C5H8)
27. Selulosa
Tergolong polisakarida yang terdiri dari rantai panjang glukosa dengan ikatan beta-(1,4)
28. Bedanya pati dengan glukosa
Pati (polisakarida)
Glukosa (monosakarida)
29. Macam-macam pati
a. Amilosa (rantai lurus)
b. Amilopektin (rantai bercabang)
30. Jenis ekstraksi
a. Berdasarkan bentuknya :
Ekstraksi cair-padat : maserasi, refluks, soklet
Ekstraksi cair-cair : ektraksi bertahap (corong pisah) dan ekstraksi sinambung (craig)
b. Beradarkan waktu kontak:
Ekstraksi bertahap : maserasi, refluks, ecc (corong pisah)
Ekstraksi sinambung : ecc (alat craig)
c. Berdasarkan energy
Cara panas : ektraksi untuk senyawa yang sudah diketahui sifatnya yaitu termolabil
Contoh : refluks, soxlet
Cara dingin : ekstraksi untuk senyawa yang belum diketahui sifatnya atau yang sudah
diketahui sifatnya dan bersifat termolabil
31. Definisi jenis ekstraksi
a. Sokletasi : proses penyarian simplisia secara berkesinambungan, dimana cairan penyari akan
dipanaskan kemudian menguap, uap penyari akan terkondensasi melalui pendingin dan akan
menjadi molekul-molekul air dan masuk untuk menyari simplisia kemudian kembali lagi ke
dalam labu dasar bulat
9
b. Perkolasi : cara penyarian dengan cara mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang
telah dibasahi. Penyari akan menjadi dingin sehingga proses penarikan senyawa tidak efisien
32. Prosedur isolasi simplisia
a. Preparasi sampel :
Simplisia dioleh hingga menjadi bentuk serbuk dengan tujuan untuk memperbesar luas
permukaan serbuk agar dapat dengan mudah kontak dengan larutan penyari pada saat
proses ekstraksi
b. Ekstraksi :
Proses penarikan senyawa dari simplisia menggunakan pelarut yang cocok. Pemilihan proses
ektraksi juga perlu diperhatikan. Disesuaikan dengan sifat senyawa yang akan diisolasi
c. Fraksinasi :
Proses memisahkan menjadi fraksi-fraksi berdasarkan kepolaran pelarut, dimana dilakukan
secara bertahap dimulai dari pelarut non poar (missal n-heksan) kemudian semipolar (missal
etilasetat) dan polar (missal air). Caranya dengan menggunakan corong pisah terlebih dahulu
dilakukan untuk pelarut non polar kemudian diambil bagian atasnya lalu proses dihentikan
jika fraksi n heksan sudah tidak berwarna/jernih. Begitupun seterusnya untuk etilasetat dan
air.
d. Isolasi :
Dilakukan dengan menggunakan KCV atau kolom konvensional. Adapun keuntungan KCV
adalah adanya vakum yang akan mempercepat proses pemisahan, namun jika terlalu cepat
pun akan menyebabkan waktu kontak dengan kolom silica terlalu cepat maka pemisahan
tidak sempurna.
Lain hal nya dengan kromatografi kollom konvensional, meskipun proses pemisahan
berlangsung lama, akan tetapi waktu kontak dengan kolom silica menjado lebih maksimal,
maka proses pemisahan berlangsung sempurna
e. Uji kemurnian :
Uji kemurnian dapat dilakukan dengan menggunakan KLT 2 dimensi. Dimana prinsip kerjanya
sama dengan KLT biasa, hanya ketika eluen segera mencapai finish, maka dilakukan
pembalikkan plat KLT. Jika setelah dibalikkan hanya ada 1 spot bercak kLT maka senyawa
tersebut murni.
f. Elusidasi struktur :
Setelah dilakukan uji kemurnian, maka kita dapat melakukan elusidasi struktur untuk
mengetahui gugus fungsi dari senyawa yang telah diisolasi. Hal ini melibatkan beberapa alat
analisis yaitu Spektrofotometri diantaranya : Sp. Uv-vis, Sp IR, Sp Massa, dan Sp NMR.
33. Jenis-jenis Silica Gel
Berdasarkan pengikat
a. Silica gel G : pengikatnya adalah gypsum (CaSO4 5-15%)
b. Silica gel S : pengikatnya adalah pati/starch
c. Silica gel GF : pengikatnya gypsum dan dapat berfluoresensi dibawah sinar uvi pada panjang
gel. Tertentu
Tanpa pengikat
a. Silica gel H
b. Silica gel N
Titrasi yang melibatkan Serium (IV) sulfat, yang bersifat oksidator kuat dan lebih
kuat dibandingkan dengan kalium permanganate.
Sifatnya lebihn stabil
Contoh senyawa yang dpat dititrasi : besi (III) fumarat, besi (II) sulfat, Vit K, Vit E
- Bromometri
Titrasi yang melibatkan Brom sebagai oksidator kuat
Menggunakan larutan baku tiosulfat.
Contoh senyawa yang dpat dititrasi : klorokesol, fenol, timol, resorsinol
- Titrasi yang melibatkan Kalium Iodat (Iodatometri)
Titrasi dengan menggunakan Kalium iodide dengan indicator kloroform atau
ccl4. Digunakan untuk menetapkan kadar zat pewarna seperti amaranth,
brilliant dan ponceau
- Titrasi yang melibatkan kalium bromat
Titrasi dengan kalium bromide yang dilakukan dengan menggunakan indicator
jingga metal, hingga diperoleh warna kuning pada saat titik akhir titrasi.
2. Titrasi argentometri
Adalah metode titrasi yang dilakukan untuk menetapkan kadar senyawa yang dapat
menghasilkan endapat dengan perak nitrat (AgNO3)
Jenis pengujian
a. Cara Mohr
Untuk menganalisis Br dan Cl dalam suasana netral, dengan indicator kalium
kromat, TA ditandai dengan terbentuknya warna merah
b. Cara volhard
Untuk menganalisis Br, Cl dan I dalam suasana asam, dimana digunakan indicator
besi (III) nitrat yang dilakukan dalam suasana asam dengan titrasi balik, dimana
dilakukan penambahan perak nitrat berlebihm kemudian kelebihan perak nitrat
tersebut dititrasi kembali dengan larutan baku tiosianat
c. Cara K. Fajans
Penggunaan indicator absorbsi (flurosense), dimana pada saat terjadi ttik akhir
titrasi terbentuk warna yang tidak jelas bukan pada larutan melainkan pada
permukaan endapan
d. Metode liebig
tidak menggunakan indicator melainkan mengamati adanya kekeruhan.
Tahapannya :
a. Pengendapan
12
Proses pengendapan analit menjadi bentuk yang sukar larut, agar tidak ada banyak
kehilangan saat proses penyaringan, pencucian hinggga pengeringan
b. Penyaringan
Untuk memperoleh endapan yang benar-benar telah terpisah dari larutan (cairan
induknya)
c. Pencucian endapan
Untuk membersihkan endapan dari cairan induk yang mungkin masih terbawa.
Syarat cairan pencuci :
- Tidak melarutkan endapat tetapi melurutkan pengotor
- Tidak meredispersi endapan
- Tidak boleh membentuk senyawa kompleks dengan endapan
- Cairan harus mudah menguap saat pemanasan
d. Pengeringan
Sebelum dilakukan penimbangan, maka senyawa tersebut harus dirubah dahulu
menjadi molekul yang susunannya tetap. Dengan cara pemanasan (suhu < 250oC)
atau pemijaran (suhu 250-1000oC).
Senyawa yang dapat dititrasi adalah katio-anion organic, dan senyawa netral.
4. Titrasi asam basa
Prinsip : perpindahan proton dari asam atau basa dan sebaliknya dimana dapat
dilakukan dalam lingkungan berair maupun tidak (titrasi bebas air)
Jenis :
- Titrasi asam oleh basa (alkalimetri)
Basa sebagai pentiter. Kurva sebagai hubungan antara volume basa SbX dan pH
SbY. Melengkung dari bawah ke atas
- Titrasi asam oleh basa (asidimetri)
Asam sebagai pentiter. Kurva sebagai hubungan antara volume asam SbX
dengan pH SbY. Melengkung dari atas ke bawah
Indikator : adalah senyawa organic (asam lemah atau basa lemah) dimana memiliki
warna dalam larutan yang berbeda ketika dalam bentuk molekul dan bentuk ionnya
Indikator : adalah senyawa yang sensitive dan akan menghasilkan perubahan warna
ketika analit habis bereaksi atau pada saat titik akhir titrasi
Titik ekivalen adalah titik dimana saat terjadi setara secara stoikiometri
Titik akhir titrasi adalah titik dimana proses titrasi diakhiri dan ditandai dengan
perubahan warna indikatorf.
Larutan standar/baku adalah larutan yang dibuat dengan cara menimbang secara teliti
dan seksama suatu zat dengan kemurnian tinggi kemudian melarutkannya dengan
sejumlah tertentu pelarut.
Senyawa :
a. Amin aromatic primer
b. Amin aromatik sekunder : harus dihidrolisis terlebih dahulu
c. Amin aromatic tersier : harus direduksi terlebih dahulu
Indicator :
Jenis titrasi
a. Titrasi langsung: digunakan bagi logam yang cepat membentuk kompleks dengan
titran
b. Titrasi tidak langsung : digunakan bagi logam yang lambat membentuk kompleks
dengan titran
8. Titrasi potensiometri
Untuk menentukan titik akhir titrasi , ketika indicator secara alami tidak dapat
digunakan.
Prinsip : pengukuran konsentrasi ion dalam larutan berdasarkan harga potensial yang
diukur.
b. Menurut Bronstedlowry
Asam : donor proton
Basa : akseptor proton
c. Menurut Lewis
Asam : akseptor electron
Basa : donor electron
5. Jenis spektrofotometri
1. Sp. UV-Visible
Prinsip : absorpsi radiasi elektromagnetik oleh molekul
Syarat : molekul harus mempunyai gugus kromofor (yaitu sistem/gugusan atom pada
molekul yang mengabsorbsi. Kromofor : tersusun atas ikatan rangkap tak jenuh dan
terkonjugasi/selang satu) hati-hati terhadap auksokrom yaitu gugus yang mengganggu
gugus kromofor misalnya –OH pada daerah UV jauh
Transisi : vi – vi* dimana merupakan transisi utama dengan panjang gelombang 200-700
nm
Instrumentasi :
a. Sumber : tungsten (UV) dan Deutrium (Visibel)
b. Wadah sampel/kuvet
c. Polikromator
d. Detector diodearay untuk menggambarkan spectrum
Aplikasi :
Instrumentasi :
15
Gangguan :
Aplikasi :
Preparasi sampel :
a. Padat : 1-5 mg sampel ditambah KBr lalu dicetak sepet]rti tablet lalu dimasukkan ke
dalam sel
b. Cair : minyak nuzol + kloroform : dioleskan pada kaca objek
Instrumentasi :
a. Sumber radiasi
Nesrst glowed an kawat pijar
b. Sel
c. Monokromator
d. Detector
Termal transducer, photoconducting transducer, pyroelektrik transducer
16
Aplikasi :
instrument fosforimeter :
sama dengan fluorometer tetapi ditambah Fosforoskop yang berputar dan berguna
untuk menghilangkan spectrum fluoresensi
c. elusidasi : menentukan struktur tanpa ada prediksi terlebih dahulu, harus memerlukan
interpretasi
proses melibatkan :
a. Sp. UV/Vis
b. Sp. IR
c. Sp. Massa
d. Sp. NMR
e. Analisis struktur
7. Bedanya KCKT, KG, KLT
a.) KCKT/HPLC
Prinsip : fasa gerak, fasa diam, analit
Instrumentasi :
a. Pompa : bertekanan rendah-tinggi, untuk mengukur laju alir, penarikan fasa gerak
b. Wadah fasa gerak
c. Injector : untuk preparasi sampel larutan, harus disaring dengan ukuran pori-pori 0,2
mikron, bebas dari udara
d. Kolom : sebagai jantung pemisah. Harus dijaga agar awet dengan syarat :
menggunakan larutan proHPLC, harus disaring, ph-3-7, pemanasan tdk lebih dari
60oC, sering dibersihkan, terhindar dari tekanan fisik, penggunakan
pelindung/procolom
e. Detector :
Uv, R indeks, fluoresensi
f. Sistem data/parameter : plat teoritis N, simetris, resolusi, factor kapasitas,
selektifitas
Fase gerak :
a. Pro HPLC
b. Air : proinjeksi
c. Bebas Nitrogen dan oksigen : dengan cara degassing
d. Laju alir 1 ml/menit
e. Sistem : isokratik (komposisi fase gerak tetap selama analisis) atau gradient
(komposisi fase gerak berubah terhadap waktu)
a. Viskositas
b. Kompresibilitas
c. Refraktif indeks
d. Tekanan uap
e. Kemudahan terbakar
Kelebihan KCKT :
Kelemahan :
18
a. Mahal
b. Sistem deteksi yan g terlalu cepat
Syarat :
Instrumentasi :
Keuntungan :
a. Tekanan
b. Laju alir
c. Banyak detektornya
d. Dapat digabung dengan MS
Kelemahan :
Fase gerak : cairan/campuran yang bergerak keatas dengan adanya gaya kapiler
Analisisnya berdasarkan :
19
Rf : yaitu ratio antara jarak yang ditempuh sampel dengan jarak yang ditempuh fase
gerak
Untuk menentukan titik akhir titrasi , ketika indicator secara alami tidak dapat
digunakan.
Prinsip : pengukuran konsentrasi ion dalam larutan berdasarkan harga potensial
yang diukur.
4.) Akarbose gol penghambat alfa-glikosidase
5.) Troglitazon/rezulin gol tiazolidinedion
10. Struktur obat di Lembar berikutnya
20
Tekfar
1. Disolusi
a. Cairan disolusi menggunakan cairan yang kondisinya sama seperti kondisi sebenarnya, yaitu
menggunakan dapar fosfat (kondisi usus) dan HCl (kondisi lambung)
b. Kurva disolusi menghubungkan antara waktu dengan konsentrasi.
Untuk tablet konvensional : kurva melengkung
Untuk tablet lepas lambat : kurva linear
2. Definisi obat :
Obat adalah suatu bahan/zat yang aktif secara farmakologi (memiliki aktivitas farmakologi) yang
dapat mempengaruhi respon biologi (tubuh) dalam upaya untuk mencapai tujuan pengobatan :
kuratif, preventif, rehabilitative, kontraseptif, diagnosis, manipulasi kedokteran.
3. Perbedaan waktu hancur dengan disolusi
Waktu hancur : adalah waktu yang diperlukan oleh suatu sediaan untuk hancur setelah kontak
dengan saluran cerna. Akan tetapi jika sediaan telah hancur akan menjamin bahwa obat akan segera
diabsorpsi.
Disolusi adalah kelarutan zat aktif dari sediaan terhadap medium pelarut (cairan lambung atau usus)
pada waktu tertentu, untuk kemudian diabsorpsi dan memberikan efek farmakologi.
4. Contoh obat-obat ADO di pasaran
a. Sulfonilurea : glibenklamid (Tablet)
b. Miglitinid : repaglinid (Tablet)
c. Biguanida : metformin (tablet/kaplet)
d. Penghambat alfa glukosidase : akarbose
e. Tiazolinedinedion : troglitazon
5. Jenis-jenis sediaan : definisi, keuntungan/kerugian, formulasi, kerusakan, evaluasi
1.) Larutan adalah campuran dua atau lebih cairan yang terdispersi secara homogeny dalam skala
molekuler.
Komponennya : pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute)
Formulasi : zat aktif, eksipien (pengawet, dapar, antioksidan, pewarna, perasa, pengental,
dll), pelarut
2.) Eliksir adalah larutan manis yang mengandung alcohol sebagai pelarut campurnya
Formulasi : zat aktif, eksipien, pelarut/pelarut campur
Kegunaan :
a. Untuk memformulasi ZA yang sukar larut dalam air,
b. Menutupi baud an rasa yang tidak enak dari bahan obat
c. Memperlama kerja obat.
Keuntungan :
Kerugian :
Kerusakan :
Formulasi :
Zat aktif
Eksipien :
a. suspending agent,
untuk menjerat partikel agar tidak mengendap.
Jenisnya :
- dispersi dengan air dingin : PGA, tragakhan
- dispersi dengan air panas tanpa pengadukan kuat : agar, CMC Na
- dispersi dengan air panas dengan pengadukan kuat : bentonit, veegum
- disperse dengan air panas kemudian mengambang dalam es : thylosa
b. dapar,
c. pengawet,
d. antioksidan,
untuk senyawa yang mudah teroksidasi
e. pewarna, perasa, pewangi,
f. anticaking
untuk mencegah pengkristalan pada botol sehingga sulit untuk dibuka
22
Pembawa
Evaluasi suspensi :
a. volume sedimentasi
b. rheologi/viskositas
c. distribusi ukuran partikel
d. organoleptik
e. penetapan pH
f. volume terpindahkan
suspense rekonstitusi
adalah suspense yang dibuat untuk zat aktif yang mudah terhisrolisis
formula :
zat aktif
pembawa
suspending agent yang digunakan harus segera terhidrasi dalam suhu ruangan dengan
pengadukan minimal. Contoh : CMC Na FSH, Avicel RC 591
4.) emulsi adalah sediaan cair yang merupakan sistem disperse heterogen (cair-cair) yang terdiri dari
2 cairan yang tidak saling bercampur yaitu fase air dan fase minyak
alasan dibuat emulsi :
a. memperbaiki penampilan
b. meningkatkan stabilitas
c. menutupi rasa tidak enak
d. memperlama cara kerja obat
jenis/tipe emulsi :
a. emulsi o/w adalah emulsi dimana fase terdispersi/fase internalnya adalah minyak dan fase
pendispersi / fase eksternalnya air
b. emulsi w/o adalah emulsi dimana fase terdispersi/fase internalnya adalah air dan fase
pendispersi/fase eksternalnya adalah minyak
a. flukulasi adalah keadaan dimana globul-globul bersatu membentuk agregat, lalu agregat
tersenut teredispersi kembali menjadi globul. (agregasi nya bersifat reversible)
b. koalesen adalah keadaan dimana lapisan film telah hilang kemudian globul bersatu menjadi
globul yang lebih besar, sehingga terjadi perubahan distribusi ukuran partikel. (agregasinya
irreversible)
23
penting : EMULGATOR
adalah zat yang ditambahkan dalam sediaan emulsi dengan tujuan untuk menghindari
penggabungan globul dengan cara membentuk lapisan film pada antar muka globul sehingga
proses penggabungan globul tidak terjadi.
Jenis emulgator :
a. emulgator surfaktan adalam emulgator yang bekerja membentuk lapisan tipis monolayer
pada antar muka globul.
Surfaktan anionic : Na LAuril sulfat
Surfaktan kationik : Setil trimetil ammonium bromide
Surfaktan non inonik : tween dan span
b. emulgator koloid hidrofil adalah emulgator yang membentuk lapisan multilayer
c. emulgator partikel halus juga membentuk laipas monolayer
formulasi :
a. zat aktif
b. eksipien : emulgator, pemanis, pengawet, antioksidan, dll
c. pembawa (minyak/air)
pembuatan :
Dengan surfaktan : fase air dan fase minyak masing2 dipanaskan pada suhu 70oC kemudian
dicampurkan.
Evaluasi sediaan :
a. viskositas, rheologi
b. distribusi ukuran partikel
c. penetapan pH
d. volume terpindahkan
e. bobot jenis
f. organoleptik
g. penentuan tipe emulsi
Syarat : plastis, punya struktur gel, ikatan van der walls, punya aliran tiksotropik
Basis salep : basis hidrokarbon, basis absorbs, basis yang dapat dicuci dengan air, basis yang
dapat larut dalam air
Formulasi :
a. Zat aktif
b. basis
c. Eksipien (pengawet)
6.) Krim adalah sediaaan semisolid kental, biasanya merupakan emulsi o/w atau w/o
Hal-hal penting :
a. Pemakaian zat aktif harus bentuk aktifnya
b. Basis harus sesuai dengan sifat zat aktif
c. Penggunaan emulgator sesuai jenis emulsinya
d. Penambahan pengawet
e. Penambahan antioksidan
f. Penggunaan tube
Formulasi :
a. Zat aktif
b. Basis
c. Eksipien : emulgator, dapar, antioksidan, pengawet
Ketidakstabilan :
a. Cracking
b. Creaming
c. Flokulasi
7.) Gel adalah sediaan sediaan sistem semi padat yang terdiri dari molekul anorganik kecil atau
molekul organic besar yang terpenetrasi dalam cairan
Jenis : hidrogel, organogel, xerogel
Sifat : sweaaling (mengembang)
Sineresis (pecah)
Efek suhu
Efek elektrolit
Elastisitas
Rheologi
Formulasi :
Zat aktif
basis
Eksipien (pengawet)
25
8.) Pasta adalah sediaan setengah padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan obat dan digunakan
untuk permukaan kulit.
Jenis : pasta larut air dan pasta berlemak
Kelebihan : absorbs lebih cepat
Kekurangan : kurang nyaman pada permukaan tubuh berbulu
Formulasi :
Zat aktif
Basis
Eksipien : emulsifier, emollient, surfaktan, dll
Evaluasi sediaan ;
a. Penampilan
b. Homogenitas
c. Isi minimum
d. Kebocoran tube
e. Viskositas
f. Penetapan pH
g. Uji stabilitas
h. Distribusi ukuran molekul
i. Pelepasan bahan aktif dari sediaan
j. Penentuan tipe emulsi (untuk krim)
9.) Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi
Formulasi tablet :
Zat aktif
Pvp/pengikat 3%
Mg stearat 1 %/pelicin
Talk 3%/lubrikan/glidan
a. Granulasi basah
Memproses partikel ZA dengan eksipien menjadi partikel yang lebih besar kemudian
ditmbahkan bahan pengikat dalam jumlah yang sesuai sehingga terbentuk massa lembab
yang siap digranulasi.
Kelebihan :
a. Memperbaiki sifat alir
b. Meningkatkan kompresibilitas
c. Mempercepat disolusi
d. Keseragaman bobot jenis
e. Dapat digunakan untuk zat yang tahan panas dan lembab
Kekurangan :
Kekurangan :
27
a. Capping: pemisahan sebagian atau seluruhnya bagian atas atau bagian bawah dari
bahan tablet
b. Laminasi : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih
c. Chipping : bagian bawah tablet terpotong
d. Cracking : tablet pecah dibagian atas atau tengah
e. Picking : permukaan tablet menempel pada permukaan punch
f. Sticking : granul menempel pada dinding die
g. Motling : distribusi zat warna tidak merata
Evaluasi granul :
Evaluasi tablet :
a. Keseragaman bobot
b. Keseragaman bentuk
c. Kekerasan
d. Friksibilitas/keregasan
e. Friabilitas/kerenyahan
f. Uji waktu hancur
g. Uji disolusi
10.) Kapsul adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat di dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Cangkang kapsul dapat terbuat dari gelatin, metilselusosa, atau bahan lain yang
cocok
Kelebihan :
a. Penampilan menarik, praktis
b. Mudah ditelan
c. Cepat diabsorbsi
d. Pengerjaannya mudah
Kekurangan :
Formulasi :
a. Zat aktif
b. Cangkang kapsul
c. Eksipien :
- Zat pengisi , digunakan apabila dosis zat aktif atau volume bahan yang
dihasilkan tidak memenuhi ukuran/bobot/volume kapsul contoh : amilum
- Lubrikan , digunakan untuk mencegah penempelan bahan pada mesin contoh :
talk
- Glidan ,digunakan untuk mencegah gesekan antar partikel dan juga alat contoh
: aerosol
- Adsorben , digunakan untuk mencegah terjadinya kelembaban
Contoh : aerosol
11.) Serbuk/pulvis/pulveres
Sediaan obat yang digunakan untuk bagian dalam maupun luar yang diserbukkan
Sifat :
a. S. dimensi
b. S. permukaan
c. S. aliran
d. S. teknologi farmasi
12.) Suppositoria
Adalah sediaan bentuk tetap, bertakaran, dalam aturannya berbentuk silinder atau kerucut dan
ditetapkan untuk pemberian melalui, rectal, vaginal, uretral dan sifatnya mudah melebur pada
suhu tubuh. Bobot yang disarankan adalah 2 g atau 1 g untuk anak-anak
Kelebihan :
a. Dapat diberikan pada pasien yang sukar mengkonsumsi obat secara oral
b. Tidak merusak lambung
c. Digunakan pada kondisi pasien tidak sadar
d. Terhindar dari rasa yang tidak enak
e. Dapat diberikan pada bayi, anak, dewasa, lansia
Kekurangan :
Basis supositoria
a. Basis berlemak
b. Basis yang larut air dan mudah bercampur dengan air
c. Basis surfaktan
13.) Sediaan steril injeksi
Adalah sediaan steril larutan emulsi atau suspense yang harus dlarutkan dulu sebelum digunakan
dan diberikan dengan cara diinjeksikan merobek jaringan ke dalam kulit atau selaput lender
Formulasi :
a. Zat aktif
b. Pembawa
c. Zat tambahan : pengatur tonisitas, dapar, antioksidan, pengawet (multiple dose), anestetika
local, suspending agent, zat pengompleks
a. S. panas kering
b. Panas uap
c. Uv
d. Sinar pengion
e. Gas kimia
f. Filtrasi
g. Bahan kimia
Formula umum :
a. Zat aktif
b. Eksipien /pengisotonis
c. Pembawa (air)
a. Kejernihan
b. Homogenitas
c. pH
d. integritas kemasan
e. uji sterilitas
f. uji partikulat
g. uji kebocoran
h. kadar
i. uji endotoksin
16.) sediaan semisolid steril
penjelasannya sama dengan sediaan non steril
17.) sediaan opthalmik
larutan/suspensi steril bebas partikel asing dan digunakn untuk tujuan penggunaan pada mata
a. larutan opthalmik
- zat aktif
- eksipien :
pengisotonis
dapar
peningkat viskositas
antioksidan
surfaktan
pengawet
- pelarut
b. suspense opthalmik
- zat aktif
- eksipien ;
pengisotonis
dapar
suspending agent
antioksidan
surfaktan
pengawet
- pelarut
evaluasi sediaan :