You are on page 1of 30

1

Farmakologi

1. Singkat cerita yang sudah dilakukan :


Aktivitas antihiperglikemia ekstrak etanol bji petai cina terhadap mencit jantan dengan metode uji
toleransi glukosa
a. Pengumpulan bahan
b. Determinasi bahan
c. Pengolahan bahan
d. Penapisan fitokimia
e. Pemeriksaan karakteristik simplisia
f. Pembuatan ekstrak
g. Penyiapan hewan percobaan
h. Penyiapan sediaan uji
i. Pengujian aktivitas
2. Ekstrak kategori obat/bukan?
Ekstrak belum dapat dikategorikan sebagai obat, karena untuk dapat dikategorikan sebagai obat,
ekstrak harus melalui proses isolasi hingga diperoleh isolat yaitu senyawa spesifik yang memiliki
aktivitas. Setelah itu barulah isolat tersebut dapat diproses oleh industri modern untuk dilakukan
pengujian selanjutnya dan diproduksi sebagai obat
3. Syarat obat :
a. Aman
b. Berkhasiat
c. Memiliki mutu/karakter
4. Definisi fitofarmaka :
Sediaan yang berasal dari alam, dimana khasiat dan keamanannya telah diuji secara praklinik dan uji
klinis, dimana bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah distandarisasi
sesuai persyaratan yang berlaku
5. Bedanya obat dengan fitofarmaka
Obat fitofarmaka
Bahan : sintetis tanaman/herbal
Komposisi : tunggal campuran
Pemakaian : riset-klinis empiris-klinis
Perbandingan efek : farmakoterapi-farmaka fitoterapi-fitofarmaka
6. Syarat fitofarmaka :
a. Aman
b. Berkhasiat
c. Mutu/karakter
d. Melewati uji praklinik – klinik
e. Bahan baku dan produk jadi telah distandarisasi
7. Lambang uji toksisitas :
IT (Indeks Terapi)
8. Tujuan uji toksisitas :
Untuk menguji keamanan obat tradisional, meliputi penetapan spektrum efek toksik, menilai gejala
klinis dan mempelajari mekanisme kematian
9. Definisi obat :
Obat adalah bahan/zat yang aktif secara farmakologi (memiliki aktivitas farmakologi) dan
mempengaruhi sistem biologi (tubuh) untuk mencapai tujuan upaya pengobatan diantaranya :
a. Kuratif (penyembuhan)
b. Preventif (pencegahan)
c. Rehabilitative (pemulihan)
2

d. Kontraseptif (pencegahan kehamilan)


e. Diagnosis (penetapan penyakit
f. Manipulasi kedokteran (pembedahan, transplantasi, dll)
10. Uji praklinis :
Pengujian yang dilakukan untuk menilai keamanan suatu obat (uji toksisitas) dan khasiat
(farmakodinamika) suatu obat
11. Uji klinis :
a. Fase 1
Tahap awal (tahap pengujian rancangan terbuka) : tidak menggunakan pembanding, dilakukan
untuk melihat gambaran farmakokinetik obat (ADME), kesimpulan yang dihasilkan masih
sementara, pemeriksaan meliputi : anamnesa, pemeriksaan klinik, pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan khusus
b. Fase 2 dan 3
Tahap lanjut ( tahap pengujian terkendali) : menggunakan pembanding, subjek/pasien dibagi
secara acak menjadi 3 kelompok yaitu kelompok calon fitofarmaka, kontrol negative/placebo,
kontrol positif/pembanding, merupakan uji definitive yang menggunakan subjek dalam jumlah
banyak, dan menggunakan metode serta monitoring yang ketat
c. Fase 4
Tahap pemantauan : merupakan tahap untuk mengetahui efek samping yang jarang terjadi dan
biasanya timbul setelah waktu yang panjang, dimana belum terdeteksi pada saat uji klinis
sebelumnya, merupakan bagian dari MESO (monitoring efek Samping Obat) nasional, tidak
menutup kemungkinan bahwa obat yang sudah lama beredar di pasaran, dan ketika suatu waktu
menimbulkan efek yang merugikan maka akan ditarik kembali dari pasar.
12. Uji efek
Uji efek/uji aktivitas/uji farmakodinamik adalah pengujian eksperimental yang digunakan untuk
mengetahui efek/aktivitas dari suatu objek dan dpat dilakukan secara in vivo ataupun in vitro
13. Parameter khasiat obat (metode antihiperglikemia)
Penurunan kadar glukosa darah mencit kelompok dosis uji dibandingkan dengan kelompok kontrol
positif yang berbeda secara bermakna
14. Macam metode antidiabetes
a. M. uji toleransi glukosa
Diabetogen : glukosa
Efek : hiperglikemia yang berlangsung beberapa jam saja
Pemberian sediaan : sebanyak satu kali
Rentang waktu pengujian : 120 menit
Parameter : penurunan kadar gula mencit diabetes dibandingkan dengan mencit kelompok
kontrol positif
Analisis data : ANOVA dan uji LSD
b. M. induksi diabetes aloksan
Diabetogen : aloksan monohidrat
Efek : hiperglikemia permanen (tercapai pada waktu 2-3 hari)
Pemberian sediaan : setiap hari selama 14-28 hari
Rentang waktu pengujian : 14-28 hari
Parameter : penurunan kadar gula mencit diabetes dibandingkan dengan mencit kelompok
kontrol positif
Analisis data : ANOVA dan uji LSD
c. M. in vitro (penghambatan enzim alfa glikosidase)
15. Definisi dosis
a. D. efektif : dosis yang memberikan efek terapi
3

b. DE50 : dosis yang memberikan efek terhadap 50% hewan percobaan


c. D. letal : dosis yang menyebabtkan kematian
d. DL50 : dosis yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan
e. D. toksik : dosis yang memberikan efek racun
f. D. minimum : dosis terkecil yang masih dapt diberikan dan memiliki efek farmakologi
g. D. maksimum : dosis terbesar yg memberikan efek farmol dan tidak menimbulkan gejala
keracunan
16. Definisi IT
Indeks terapi merupakan rentang keamanan suatu obat yang merupakan perbandingan antara LD 50
dengan ED 50.
Semakin besar nilai IT maka semakin aman suatu obat karena rentang antara LD 50 dengan ED 50 nya
besar, sedangkan semakin kecil nilai IT maka semakin tidak aman suatu obat, karena rentang atara LD
50 dengan ED 50 nya sempit.
17. Pembanding
a. Golongan obat : sulfonilurea generasi ke 2
b. Mekanisme kerja : meningkatkan sekresi insulin dari sel beta pankreas, menurunkan kadar
glucagon dalam serum, efek ekstra pankreas nya meningkatkan sensitifitas jaringan target
terhadap kerja insulin
18. Uji toksisitas
Uji toksisitas umum
a. Uji toksisitas akut
Tujuan : untuk mengetahui rentang toksisitas akut (LD 50), menentukan spectrum efek toksik,
menilai gejala klinis, mengetahui mekanisme kematian
Hewan : rodent/non rodent 4-6 kelompok, 2 jenis kelamin
Lama pengujian : 7-14 hari
Pemberian sediaan : awalnya diberikan sediaan dosis tunggal, kemudian dosis ditingkatkan untuk
mendapat efek letal, dosis empiris digunakan sebagai dosis terendah dan kemudian ditingkatkan
sesuai dengan ratio tertentu, cara pemberian disesuaikan dengan penggunaan di masyarakat.
Pengujian : dilakukan sejak masa adaptasi, lamanya 7-14 hari, selain melihat timbulnya kematian
pada hewan, diamati pula kondisi patologi pada organ vital seperti hati, jantung, dan
hematopoietic, hewan yang mati kemudian diotopsi untuk dilakukan pemeriksaan makro dan
mikroskopik organ untuk dapat dipelajari kondisi dan dapat menjelaskan kondisi patologis
organ,untuk hewan yang masih hidup sampai akhir masa percobaan juga tetap dilakukan otopsi
untuk mengetahui perbandingan kondisi organ vital pada hewan hidup dan hewan mati. Lalu
dibuat berkas pelaporan hasilnya
b. Uji toksisitas subrkonis dan kronis
Adalah uji toksisitas jangka panjang, dimana untuk mengetahui spectrum efek toksik namun
dengan pemberian sediaan uji dalam waktu yang lama,
Untuk uji toksisitas subkronis : 1-3 bulan
Uji toksisitas kronis 3-6 bulan/ selama hidup hewan
Hewan uji : sama seperti uji toksisitas akut
Pengujian : penggunaan 3 dosis yg berasal dari uji toksisitas akut yaitu dosis rendah, dosis tengah
dan dosis atas.
Bedanya dengan toksisitas kronis, subkronis ditambah kelompok satelit yaitu kelompok yang
diberi perlakuan selama90 hari+30 hari tanpa diberi sediaan uji dgn tujuan untuk menilai efek
toksik yang tertunda atau pemulihan efek toksik
Pemeriksaan : toleransi, akumulasi, metabolisme
4

Uji toksisitas khusus : uji teratogenik, mutagenic, karsinogenik

Dilakukan apabila : formula sediaan uji dicurigai mengandung zat yang dapat menimbulkan efek
khusus, formula sediaan uji potensial digunakan untuk perempuan usia subur dan ditakutkan
meimbulkan efek teratogenik, dan melihat kondisi epidemiologi di masyarakat terkait penyakit yang
berhubungan dengan konsumsi obat tradisional tersebut.

19. Dosis uji


Merupakan dosis skrining yang digunakan dalam pengujian aktivitas tanaman obat
Dosis 100 : efek kuat, potensial dilakukan fraksinasi ekstrak
Dosis 200 : akan lebih baik jika dikombinasi untuk meningkatkan efek obat
Dosis 400 : pengembangan obat sulit
20. Dasar farmakologi
a. Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari antar aksi antara senyawa kimia (obat) dengan sistem
biologi (tubuh)
b. Efek farmakologi adalah segala gejala yang timbul setelah pemakaian obat, baik itu efek yang
diinginkan maupun efek yang tidak diinginkan
c. Interaksi obat : modifikasi efek obat oleh obat lain yang ada secara bersamaan di dalam darah
maupun di permukaan tubuh
d. Jenis interaksi obat :
Interaksi farmakokinetik : interaksi pada proses ADME yg menyebabkan perubahan konsentrasi
obat di dalam plasma
Interaksi farmakodinamik : perubahan interaksi obat dengan reseptor yang menyebabkan
perubahan efek secara klinis
e. Jenis interaksi obat farmakodinamik :
sumasi : interaksi obat yg menghasilkan efek yg besarnya sama dengan efek masing2 obat namun
mekanisme kerjanya berbeda
adisi : interaksi obat yg menghasilkan efek yg besarnya sama dg efek masing2 dan mekanisme
kerjanya sama
supraadisi : interaksi obat yg menghasilkan efek lebih besar dari efek masing2 dan mekanisme
kerjanya sama
potensiasi : interaksi obat yg menghasilkan efek lebih besar dripada efek masing2 dan mekanisme
kerjanya berbeda
antagonis/infraadisi : interaksi obat yg menghasilkan efek lebih kecil daripada efek masing-
masing
f. Informasi obat
Indikasi : kondisi patologis dimana obat dapat diberikan
Kontraindikasi : kondisi patologis dimana obat tidak dapat diberikan
g. Konversi dosis
Untuk memperkirakan timbulnya efek farmakologi yang sama pada spesies hewan coba yang
berbeda maupun pada manusia

21. Hewan coba yang digunakan


Mencit : fotofobik, mudah ditangani, murah, cenderung bersembunyi dan berkumpul dengan
sesamanya, suhu normal 37,4oC laju respirasi 163/menit
Anestesi : dengan eter dan CO2(anestesi singkat), halotan (anestesi jangka panjang)
Cara mengorbankan : dislokasi leher
5

Fitokimia
1. Singkat cerita yang sudah dilakukan
a. Pengumpulan bahan
b. Determinasi bahan
c. Pengolahan menjadi serbuk simplisia
d. Penapisan fitokimia
e. Pemeriksaan karakteristik simplisia
f. Pembuatan ekstrak etanol biji petai cina
g. Penyiapan hewan percobaan
h. Penyiapan dan pembuatan sediaan uji
i. Pengujian aktivitas
2. Metode pengujian
Metode uji toleransi glukosa
Prinsip : mencit yang telah dipuasakan selama 16-18 jam namun tetepa diberi air minum
kemudian diberi glukosa secara peroral setengah jam stelah pemberian sediian obat yang diuji
Parameter : penurunan kadar glukosa darah mencit uji dibandingkan dengan kelompok kontrol
positif
Hewan uji : mencit jantan
Hasil : ekstrak uji dinyatakan memiliki efek antihiperglikemia bila terdapat penurunan kadar
glukosa darah mencit kelompok uji yang berbeda secara bermakna dibandingkan dengan
kelompok kontrol positif
3. Ekstraksi
Proses penarikan atau pelarutan senyawa metabolit yang terdapat pada campuran (simplisia)
menggunakan pelarut yang cocok secara selektif
Cairan pelarut : etanol 96%
Senyawa terlarut : komponen polar, semi polar, non polar
4. Penapisan fitokimia
adalah prosedur yang dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder di
dalam simplisia
5. Hasil penapisan
Semuanya positif : alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, kuinon, steroid/triterpenoid
6. Prosedur penapisan
a. Alkaloid
2 gr serbuk simplisia dilembabkan dengan amoniak 25% kemudian digerus dalam mortar lalu
ditambahkan 20 ml kloroform. Setelah itu disaring dan filtrate yang diperoleh (lar.A)
diteteskan pada kertas saring kemudian ditambahkan pereaksi dragondrof.
Filtrate semula kemudian diekstraksi kembali dengan HCL kemudian disaring dan dibuang
bagian airnya, filtrate yang diperoleh ditambahkan dengan pereaksi meyer.
Hasil : dengan pereaksi dragondorf = warna merah bata (kompleks N-Bi)
Dengan pereaksi meyer = endapan putih (kompleks N-Hg)
b. Flavonoid
1 bram serbuk simplisia ditambahkan 100 ml aquades kemudian dididihkan selama 15 menit
dan dinginkan kemudian disaring, filtrak (lar. C) sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung
reaksi kemudian ditambah dengan serbuk Mg dan larutan (alcohol:HCl) (1:1) setelah itu
ditambah dengan amil alcohol lalu dikocok kuat dan dibiarkan memisah
Hasil : terdapat warna kuning pada lapisan amilalkohol
c. Saponin
6

(lar. C) dimasukkan ke dalam tabung reaksi sekitar 10 ml kemudian dikocok vertical selama
10 detik setelah itu didiamkan selama 10 menit.
Hasil : terbentuk busa yang stabil
d. Tannin
(lar.C) dibagi menjadi 3 bagian. Bag. 1 ditambhan FeCl3 1%,(positif seny. Polifenol bila
terbentuk warna biru tinta. Bag.2 ditambah gelatin (positif tannin bila ada endapan putih).
Bag.3 ditambah pereaksi steasny lalu dipanaskan pada suhu 90oC bila terbentuk endapan
merah muda (tannin katekat), lalu endapan tersebut disaring, filtrate yang diperoleh
ditambah Na-asetat dan FeCl3 bila terbentuk warna biru kehitaman (tannin galat)
e. Quinon
Sejumlah serbuk simplisia dimaserasi dengan 10 ml HCl 10% kemudian disaring dan dibagi 2
bagian. Bag.1 diekstraksi dengan benzene, Bag.e diekstraksi dengan eter:kloroform (2:1).
Kedua fase dikeringkan dengan Na2SO4 kemudian diuapkan, lalu dikocok dengan NaOH.
Hasil : terbentuk warna kuning
f. Steroid/triterpenoid
Sejumlah serbuk simplisia dimaserasi dengan eter (n-heksan), lalu disaring. Filtrate yg
diperoleh diuapkan hingga menyisakan sedikit residu, residu tersebut ditambah pereaksi
Liebermann burchard.
Hasil : terbentuk warna biru hijau (+ steroid)
7. Reaksi warna pada penapisan
a. Alkaloid : Merah bata dg dragondorf, endapan putih dengan meyer
b. Flavonoid : Lapisan kuning pada amil alcohol
c. Saponin : -
d. Tannin : biru violet
e. Kuinon : kuning
f. Steroid /triterpenoid : biru-hijau
8. Prinsip alkaloid
a. Penambahan amoniak : untuk mengubah alkaloid bentuk garam (dalam simplisia) menjadi
alkaloid bebas yang bersifat basa.
b. Penambahan HCl : untuk mengubah kembali alkaloid bebas menjadi alkaloid dalam bentuk
garam
c. Penambahan kloroform : untuk menarik alkaloid
d. Sifat alkaloid : basa
e. Klasifikasi
True alkaloid : terbiosintesis dari asam amino dan atom N nya terletak di dalam cincin
heterosiklik. Contoh : nikotin
Proto alkaloid : terbiosintesis dari asam amino dan atom N nya terletak diluar cincin
heterosiklik. Contoh : efedrin
Pseudo alkaloid : terbiosintesis buka dari asam amino. Contoh : kafein
9. Golongan flavonoid :
a. Flavon
b. Flavonol
c. Isoflavon
d. Flavanon
e. F;avononols
f. Katekin
g. Antosianidin
h. Leucoantosoanidin
i. Kalkon
7

j. Dihidrokalkon
k. Aurons
l. Flavon
10. Rumus flavonoid
2 benzen dihubungkan oleh propane
11. Reaksi flavonoid
Mg + HCl = MgCl2 + H2
Atom hydrogen hasil dari reaksi tsb akan menyerang atom oksigen pada gugus keton struktur
flavonoid. Hingga membentuk kerangka sianida yang pada lapisan amil alcohol berwarna kuning
12. Saponin
Merupakan suatu glikosida yang terdiri dari :
Glikon (gula) ex : glukosa
Aglikon (bukan gula) ex : netral : steroid, asam : triterpenoid
13. Tannin
Senyawa polifenol dengan berat molekul yang besar
14. Klasifikasi tannin
a. Tannin galat
b. Tannin katekat
15. Bedanya
a. Tannin galat (tannin terhodrolisis) : adalah tannin yang ketika dihidrolisis oleh adanya air
akan menghasilkan asam galat
b. Tannin katekin (tannin terkondensasi) : adalah tannin yang terbiosintesis dari katekin
16. Glikosida
Adalah golongan metabolit sekunder yang terdiri dari komponen glikon (gula) dan aglikon (bukan
gula)
17. Glikosida tannin
Glikon : gula
Aglikon : Asam galat/katekin
18. Polifenol senyawa aromatic dengan gugus OH
19. Steroid/triteropenod
Metabolit sekinder yang tersusun dari 6 satuan isoprene (C30)
20. Isi pereaksi
a. LB : 8 gr Bi(NO3)3 + 30% b/v HNO3 dan 2,72 gr KI dalam 10 mL air
b. PM : 1,36 g KI dalam 60 ml air + 5 gr KI dalam 10 ml air
c. PS : formaldehid 30% : HCL (2:1)
d. LB : 2tetes asam asetat anhidrat + 1 tetes H2SO4 pekat
21. Karakterisasi simplisia
a. Kadar air : untuk menentukan kadar air yg dikandung simplisia, diharapkan <10% untuk
menghindari reaksi enzimatis yang dapat merusak senyawa aktif
b. Kadar abu total : untuk mengetahui kandungan mineral anorganik baik internal maupun
eksternal dalam simplisia sejak awal proses sampai dengan diperoleh ekstrak
c. Kadar abu larut air : mengetahui jumlah logam alkali tanah (He, Li, Na, K, Ca, dll)
d. Kadar abu tdk larut asam : mengetahui jumlah logam berat (Pb, Hg, dll)
e. Susut pengeringan : untuk mengetahui jumlah / kadar senyawa yang bersifat mudah
menguap atau mudah hilang selama proses pemanasan.
f. Kadar sari larut air : untuk mengetahui senyawa yang dapat larut dalam pelarut air (bersifat
polar)
g. Kadar sari larut etanol : untuk mengetahui senyawa yang dapat larut dalam pelarut organic
(bersifat universal polar, semipolar, nonpolar)
8

22. Spektroskopi IR
Prinsip : interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik
Fungsi : untuk mengetahui gugus fungsi senyawa yang dianalisis
23. Prinsip KLT
Partisi
Fase diam : silica gel
Fase gerak : pelarut organic
24. Macam-macam minyak atsiri
a. M. atsiri hidrokarbon : minyak terpentin
b. M. atsiri alcohol : minyak peppermint
c. M. atsiri fenol : minyak adas
d. M. atsiri oksida : minyak kayu putih
e. M. atsiri ester : minyak gandapura
25. Kenapa disebut minyak atsiri
Karena bersifat mudah menguap dan berbau aromatic
Bersifat larut dalam pelarut organik
26. Terpenoid
a. Monoterpenoid : 2(C5H8)
b. Sesquiterpenoid : 3 (C5H8)
c. Diterpenoid : 4 (C5H8)
d. Triterpenoid : 6 (C5H8)
e. Tetraterpenoid : 8(C5H8)
f. Sesterpenoid : 10 (C5H8)
27. Selulosa
Tergolong polisakarida yang terdiri dari rantai panjang glukosa dengan ikatan beta-(1,4)
28. Bedanya pati dengan glukosa
Pati (polisakarida)
Glukosa (monosakarida)
29. Macam-macam pati
a. Amilosa (rantai lurus)
b. Amilopektin (rantai bercabang)
30. Jenis ekstraksi
a. Berdasarkan bentuknya :
Ekstraksi cair-padat : maserasi, refluks, soklet
Ekstraksi cair-cair : ektraksi bertahap (corong pisah) dan ekstraksi sinambung (craig)
b. Beradarkan waktu kontak:
Ekstraksi bertahap : maserasi, refluks, ecc (corong pisah)
Ekstraksi sinambung : ecc (alat craig)
c. Berdasarkan energy
Cara panas : ektraksi untuk senyawa yang sudah diketahui sifatnya yaitu termolabil
Contoh : refluks, soxlet
Cara dingin : ekstraksi untuk senyawa yang belum diketahui sifatnya atau yang sudah
diketahui sifatnya dan bersifat termolabil
31. Definisi jenis ekstraksi
a. Sokletasi : proses penyarian simplisia secara berkesinambungan, dimana cairan penyari akan
dipanaskan kemudian menguap, uap penyari akan terkondensasi melalui pendingin dan akan
menjadi molekul-molekul air dan masuk untuk menyari simplisia kemudian kembali lagi ke
dalam labu dasar bulat
9

b. Perkolasi : cara penyarian dengan cara mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang
telah dibasahi. Penyari akan menjadi dingin sehingga proses penarikan senyawa tidak efisien
32. Prosedur isolasi simplisia
a. Preparasi sampel :
Simplisia dioleh hingga menjadi bentuk serbuk dengan tujuan untuk memperbesar luas
permukaan serbuk agar dapat dengan mudah kontak dengan larutan penyari pada saat
proses ekstraksi
b. Ekstraksi :
Proses penarikan senyawa dari simplisia menggunakan pelarut yang cocok. Pemilihan proses
ektraksi juga perlu diperhatikan. Disesuaikan dengan sifat senyawa yang akan diisolasi
c. Fraksinasi :
Proses memisahkan menjadi fraksi-fraksi berdasarkan kepolaran pelarut, dimana dilakukan
secara bertahap dimulai dari pelarut non poar (missal n-heksan) kemudian semipolar (missal
etilasetat) dan polar (missal air). Caranya dengan menggunakan corong pisah terlebih dahulu
dilakukan untuk pelarut non polar kemudian diambil bagian atasnya lalu proses dihentikan
jika fraksi n heksan sudah tidak berwarna/jernih. Begitupun seterusnya untuk etilasetat dan
air.
d. Isolasi :
Dilakukan dengan menggunakan KCV atau kolom konvensional. Adapun keuntungan KCV
adalah adanya vakum yang akan mempercepat proses pemisahan, namun jika terlalu cepat
pun akan menyebabkan waktu kontak dengan kolom silica terlalu cepat maka pemisahan
tidak sempurna.
Lain hal nya dengan kromatografi kollom konvensional, meskipun proses pemisahan
berlangsung lama, akan tetapi waktu kontak dengan kolom silica menjado lebih maksimal,
maka proses pemisahan berlangsung sempurna
e. Uji kemurnian :
Uji kemurnian dapat dilakukan dengan menggunakan KLT 2 dimensi. Dimana prinsip kerjanya
sama dengan KLT biasa, hanya ketika eluen segera mencapai finish, maka dilakukan
pembalikkan plat KLT. Jika setelah dibalikkan hanya ada 1 spot bercak kLT maka senyawa
tersebut murni.
f. Elusidasi struktur :
Setelah dilakukan uji kemurnian, maka kita dapat melakukan elusidasi struktur untuk
mengetahui gugus fungsi dari senyawa yang telah diisolasi. Hal ini melibatkan beberapa alat
analisis yaitu Spektrofotometri diantaranya : Sp. Uv-vis, Sp IR, Sp Massa, dan Sp NMR.
33. Jenis-jenis Silica Gel
Berdasarkan pengikat
a. Silica gel G : pengikatnya adalah gypsum (CaSO4 5-15%)
b. Silica gel S : pengikatnya adalah pati/starch
c. Silica gel GF : pengikatnya gypsum dan dapat berfluoresensi dibawah sinar uvi pada panjang
gel. Tertentu

Tanpa pengikat

a. Silica gel H
b. Silica gel N

34. Arti silica gel GF 254


pengikatnya gypsum dan dapat berfluoresensi dibawah sinar uvi pada panjang gel.254 nm
10

Kimia Farmasi Analisis (KFA)/Analisis Fisiko Kimia


1. Istilah
a. Kimia farmasi analisisi adalah metode atau teknik yang digunakan untuk memperoleh
data kualitatif, kuantitatif dan informasi struktur dari senyawa obat secara khusus dan
senyawa kimia lain secara umum
b. Analisis kualitatif adalah analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi “apa”, senyawa
apa yang terkandung di dalam bahan yang dianalisis
c. Analisisi kuantitatif adalah analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi “berapa”,
biasanya untuk mengetahui kadar senyawa di dalam bahan
d. Analisis struktur adalah analisis untuk mengetahui gugus fungsi dari suatu
senyawa/molekul
2. Metode analisis
1. Titrasi/ titrimetri adalah metode analisis berdasarkan pengukuran volume larutan baku
yang bereaksi dengan analit
2. Spektrofotometri adalah metode analisis yang digunakan bedasarkan pada daya
serapa/absorpsi sinar monokromatis oleh larutan berwarna pada panjang gelombang
spesifik.
Atau berdasarkan pengukuran dan interaksi radiasi elektromagnetik yang diemisikan
atau diserap oleh analit
3. Kromatografi adalah metode pemisahan yang melibatkan fasa gerak fasa diam dan
analit, atau metode yang dilakukan berdasarkan sifat fisiks/kimia analit yang terpisah
4. Elektrokimia adalah metode analisis yang didasarkan pada perubahan energy kimia
menjadi energy listrik, atau berdasarkan sifat elektris dari analit di dalam larutan
3. Jenis-jenis titrasi
1. Titrasi redoks
a. Prinsip : perpindahan electron antara titran dengan analit
b. Jenis :
- Titrasi yang melibatkan iodium
Titrasi iodimetrri (titrasi langsung):
Prinsip : iodium merupakan oksidator kuat, dimana ketika dalam reaksi iodium
akan direduksi menjadi iodide
Fungsi : untuk menetapkan kadar senyawa yang memiliki potensial reduksi yang
lebih kecil daripada iodium
Contoh : Vit.C, Na askorbat, Metampiron, Na tiosulfat
Indikator : amilum (TA: terbentuk warna biru)

Titrasi Iodometri (titrasi tidak langsung)


Prinsip dan tujuan : untuk menetapkan kadar senyawa yang memiliki potensial
reduksi lebih besar dibandingkan dengan kompleks iodium-iodida
Cara kerja : sampel yang bersifat oksidator akan direduksi dengan KI berlebih
hingga menghasilkan iodium, kemudian dititrasi kembali dengan larutan baku
Na tiosulfat. Hasilnya volume na tiosulfat yang digunakan setara dengan jumlah
iodium dan setara dengan banyaknya sampel.
Contoh : penetapan kadar Cl
- Titrasi Permanganometri
Titrasi yang menggunakan KMnO4 atau kalium permabganat dalam suasana
asam yang bersifat sebagai oksidator kuat.
Contoh : penetapan kadar H2O2
- Serimetri
11

Titrasi yang melibatkan Serium (IV) sulfat, yang bersifat oksidator kuat dan lebih
kuat dibandingkan dengan kalium permanganate.
Sifatnya lebihn stabil
Contoh senyawa yang dpat dititrasi : besi (III) fumarat, besi (II) sulfat, Vit K, Vit E
- Bromometri
Titrasi yang melibatkan Brom sebagai oksidator kuat
Menggunakan larutan baku tiosulfat.
Contoh senyawa yang dpat dititrasi : klorokesol, fenol, timol, resorsinol
- Titrasi yang melibatkan Kalium Iodat (Iodatometri)
Titrasi dengan menggunakan Kalium iodide dengan indicator kloroform atau
ccl4. Digunakan untuk menetapkan kadar zat pewarna seperti amaranth,
brilliant dan ponceau
- Titrasi yang melibatkan kalium bromat
Titrasi dengan kalium bromide yang dilakukan dengan menggunakan indicator
jingga metal, hingga diperoleh warna kuning pada saat titik akhir titrasi.
2. Titrasi argentometri
Adalah metode titrasi yang dilakukan untuk menetapkan kadar senyawa yang dapat
menghasilkan endapat dengan perak nitrat (AgNO3)
Jenis pengujian
a. Cara Mohr
Untuk menganalisis Br dan Cl dalam suasana netral, dengan indicator kalium
kromat, TA ditandai dengan terbentuknya warna merah
b. Cara volhard
Untuk menganalisis Br, Cl dan I dalam suasana asam, dimana digunakan indicator
besi (III) nitrat yang dilakukan dalam suasana asam dengan titrasi balik, dimana
dilakukan penambahan perak nitrat berlebihm kemudian kelebihan perak nitrat
tersebut dititrasi kembali dengan larutan baku tiosianat
c. Cara K. Fajans
Penggunaan indicator absorbsi (flurosense), dimana pada saat terjadi ttik akhir
titrasi terbentuk warna yang tidak jelas bukan pada larutan melainkan pada
permukaan endapan
d. Metode liebig
tidak menggunakan indicator melainkan mengamati adanya kekeruhan.

Senyawa yg dapat dititrasi dgn argentometri adalah :


Ammonium klorida
Natrium klorida
Kalium klorida
Thiamfenikol
3. Titrasi dengan metode gravimetric
Prinsip : penimbangan bobot konstan. Dimana unsure atau senyawa yang ditetapkan
dirubah ke dalam bentuk senyawa murni agar mudah dilakukan penimbangan. Unsure
yang sudah diperoleh kemudian dianalisis untuk diketahui bobotnya berdasarkan pada
struktur molekul dan bobot molekulnya

Tahapannya :
a. Pengendapan
12

Proses pengendapan analit menjadi bentuk yang sukar larut, agar tidak ada banyak
kehilangan saat proses penyaringan, pencucian hinggga pengeringan
b. Penyaringan
Untuk memperoleh endapan yang benar-benar telah terpisah dari larutan (cairan
induknya)
c. Pencucian endapan
Untuk membersihkan endapan dari cairan induk yang mungkin masih terbawa.
Syarat cairan pencuci :
- Tidak melarutkan endapat tetapi melurutkan pengotor
- Tidak meredispersi endapan
- Tidak boleh membentuk senyawa kompleks dengan endapan
- Cairan harus mudah menguap saat pemanasan
d. Pengeringan
Sebelum dilakukan penimbangan, maka senyawa tersebut harus dirubah dahulu
menjadi molekul yang susunannya tetap. Dengan cara pemanasan (suhu < 250oC)
atau pemijaran (suhu 250-1000oC).

Senyawa yang dapat dititrasi adalah katio-anion organic, dan senyawa netral.
4. Titrasi asam basa
Prinsip : perpindahan proton dari asam atau basa dan sebaliknya dimana dapat
dilakukan dalam lingkungan berair maupun tidak (titrasi bebas air)
Jenis :
- Titrasi asam oleh basa (alkalimetri)
Basa sebagai pentiter. Kurva sebagai hubungan antara volume basa SbX dan pH
SbY. Melengkung dari bawah ke atas
- Titrasi asam oleh basa (asidimetri)
Asam sebagai pentiter. Kurva sebagai hubungan antara volume asam SbX
dengan pH SbY. Melengkung dari atas ke bawah

Indikator : adalah senyawa organic (asam lemah atau basa lemah) dimana memiliki
warna dalam larutan yang berbeda ketika dalam bentuk molekul dan bentuk ionnya

Indikator : adalah senyawa yang sensitive dan akan menghasilkan perubahan warna
ketika analit habis bereaksi atau pada saat titik akhir titrasi

Titik ekivalen adalah titik dimana saat terjadi setara secara stoikiometri

Titik akhir titrasi adalah titik dimana proses titrasi diakhiri dan ditandai dengan
perubahan warna indikatorf.

Larutan standar/baku adalah larutan yang dibuat dengan cara menimbang secara teliti
dan seksama suatu zat dengan kemurnian tinggi kemudian melarutkannya dengan
sejumlah tertentu pelarut.

 Larutan baku primer (sudah diketahui konsentrasinya)


Harus 100% murni, stabil pada suhu kamar maupun pada saat pemanasan, mudah
diperoleh, memiliki Mr yang tinggi, dan memenuhi standar farmakope
 Larutan baku sekunder adalah larutan yang belum diketahui konsentrasinya,
melainkan konsentrasinya tersebut diketahui dengan cara titrasi dengan larutan
baku primer
5. Titrasi bebas air
13

Adalah titrasi tanpa menggunakan air melinkan menggunakan pelarut organic.


Titrasi ini dilakukan terhadap asam atau basa lemah.
Jenis pelarut TBA :
a. Pelarut protolitik adalah pelarut yang mengandung proton-proton yang tidak dapat
member ataupun menerima. Missal : benzene, nitrobenzene.
Cara mengetahui hasilnya biasanya dengan penambahan basa
b. Pelarut amfiprotolitik adalah pelarut yang dapat member atau menerima proton.
Contoh pelarut yang banyak digunakan adalah Cuka Blank
6. Titrasi Nitrimetri
Adalah titrasi dengan pentiter NaNO2 dan tujuannya untuk menetapkan kadar senyawa
yang mengandung gugua amin aromatic primer.
Prinsip : pembentukan garam diazonium yang berasal dari senyawa yang dianalisis
dengan asam nitrit yang berasal dari natrium nitrit dan asam klorida.

Senyawa :
a. Amin aromatic primer
b. Amin aromatik sekunder : harus dihidrolisis terlebih dahulu
c. Amin aromatic tersier : harus direduksi terlebih dahulu

Pembakuan NaNO2 : dengan menggunakan asam, sulfanilat + KBr + HCl

Indicator :

a. 5 tetes tropeolin OO + 3 tetes metilenblue : perubahan warna dari ungu ke biru


kehijauan
b. Indicator Luar : Pasta kanji KI. Dimana terbentuk warna biru setelah sampel
sigoreskan pada pasta kanji-KI
c. Potensiometer : dengan melihat jarum tidak kembali pada posisi semula
7. Titrasi kompleksometri
Berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks antara pentiter (senyawa
pengompleks) dengan ion logam.
Pentiter : Dinatrium Etilen Diamin Tetrasetat (Na2EDTA)
Indicator logam : dimana harus membentuk kompleks segara antara indicator logan
dengan senyawa logam yang dianalisis bukan bukan antara pentiter dengan ion logam

Jenis titrasi
a. Titrasi langsung: digunakan bagi logam yang cepat membentuk kompleks dengan
titran
b. Titrasi tidak langsung : digunakan bagi logam yang lambat membentuk kompleks
dengan titran
8. Titrasi potensiometri
Untuk menentukan titik akhir titrasi , ketika indicator secara alami tidak dapat
digunakan.
Prinsip : pengukuran konsentrasi ion dalam larutan berdasarkan harga potensial yang
diukur.

4. Teori asam basa


a. Menurut Arhenius :
Asam : senyawa yang jika dilarutkan di dalam air akan melepaskan ion H+
Basa : senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan melepaskan ion OH-
14

b. Menurut Bronstedlowry
Asam : donor proton
Basa : akseptor proton
c. Menurut Lewis
Asam : akseptor electron
Basa : donor electron
5. Jenis spektrofotometri
1. Sp. UV-Visible
Prinsip : absorpsi radiasi elektromagnetik oleh molekul

Syarat : molekul harus mempunyai gugus kromofor (yaitu sistem/gugusan atom pada
molekul yang mengabsorbsi. Kromofor : tersusun atas ikatan rangkap tak jenuh dan
terkonjugasi/selang satu) hati-hati terhadap auksokrom yaitu gugus yang mengganggu
gugus kromofor misalnya –OH pada daerah UV jauh

Transisi : vi – vi* dimana merupakan transisi utama dengan panjang gelombang 200-700
nm

Panjang gelombang : UV (200-400 nm) Visible (400-800 nm)

Instrumentasi :
a. Sumber : tungsten (UV) dan Deutrium (Visibel)
b. Wadah sampel/kuvet
c. Polikromator
d. Detector diodearay untuk menggambarkan spectrum

Aplikasi :

a. Analisis kualitatif dengan membandingkan panjang gelombang serta spectrumhasil


dengan standar. Kurva antara panjang gelombang dengan absorban
b. Analisis kuantitatif dengan
One point method : membandingkan respon analit dengan standar yang sudah
diketahui
Kurva kalibrasi : 1. Standar eksternal : menggunakan berbagai seri larutan hingga
diperoleh persamaan regresi linier. 2. Standar adisi dengan menggunakan sampel +
baku yang sama. 3. Standar internal dengan menggunakan sampel + baku yang
berbeda
2. Spektrofotometri serapan atom (AAS)
Prinsip : atomisasi karena adanya sumber energy
Untuk : analisis logam
Metode : sensitive dan spesifik
Syarat sampel : larutan
Preparasi sampel dengan destruksi :
- Destruksi kering : pemanasan pada 200-600oC
Penambahan pereaksi
Penambahan HCl dan HNO3
- Destruksi basah : penambahan pelarut atau campuran pelarut

Instrumentasi :
15

a. Nebulizer : agar terjadi nebulasi dan menyebabkan atomisasi (pengubahan menjadi


atom)
b. Sumber cahaya : nyala turner, gravit turnace
c. Wadah sampel
d. Monokromator
e. Detector
f. Recorder

Gangguan :

a. Spectra : berimpitnya panjang gelombang dengan panjang gelombang cemaran


b. Kimia : bentuk sampel terlalu padat
c. Fisika : viskositas terlalu tinggi

Aplikasi :

a. Analisis kualitatif dengan membandingkan panjang gelombang serta


spectrumhasil dengan standar. Kurva antara panjang gelombang dengan
absorban
b. Analisis kuantitatif dengan
One point method : membandingkan respon analit dengan standar yang sudah
diketahui
Kurva kalibrasi : 1. Standar eksternal : menggunakan berbagai seri larutan hingga
diperoleh persamaan regresi linier. 2. Standar adisi dengan menggunakan sampel +
baku yang sama. 3. Standar internal dengan menggunakan sampel + baku yang
berbeda
3. Spektrofotometri Inframerah (IR)
Prinsip : interaksi antara molekul dengan radiasi elektromagnetik
Pada bilangan gelombang : 4000-200 cm-1 atau pada panjang gel 2,5-50 mikronmeter.
Untuk : menentukan gugus fungsi dari senyawa
Gugus fungsi yang sering terukur adalah :
a. –OH : 3000-3300 nm lebar
b. –NH : 3000-3300 nm lancip
c. C=0 : 1700-1600 nm lancip

Syarat : murni bebas air

Preparasi sampel :

a. Padat : 1-5 mg sampel ditambah KBr lalu dicetak sepet]rti tablet lalu dimasukkan ke
dalam sel
b. Cair : minyak nuzol + kloroform : dioleskan pada kaca objek

Instrumentasi :

a. Sumber radiasi
Nesrst glowed an kawat pijar
b. Sel
c. Monokromator
d. Detector
Termal transducer, photoconducting transducer, pyroelektrik transducer
16

Kurva antara : Absorban dengan bilangan gelombang

Aplikasi :

a. Analisis kualitatif dengan membandingkan panjang gelombang serta


spectrumhasil dengan standar. Kurva antara panjang gelombang dengan
absorban
b. Analisis kuantitatif jarang digunakan karena kurang akurat
4. Spektrometri massa
Prinsip : pengukuran bobot molekul yang terfragmentasi atau fragmentasi gugus fungsi
Proses : fragmentasi karena adanya ionisasi dari sumber ion
Instrumentasi :
a. Sampel : larutan
b. Sumber ion
c. Masa analyzer
d. detektor
fungsi :
untuk molekul dengan rantai bercabang atau rantai tidak bercabang, untuk cincin
aromatis, keton, hidroksi, dll
5. spektrofotometri NMR/RMI (resonansi magenetik inti)
prinsip : resonansi, medan magnet, inti atom
prinsip : menentukan jumlah C dan H
proses : penggunaan gelombang radio 60-100 MHz . akan menyebabkan perubahan
molekul akibat medan magnet
Instrumentasi :
a. medan magnet
b. sel
c. sumber gel.radio
d. recorder
6. spektrofluorometri
sama seperti UV tetapi ada proses eksitasi dan emisi
instrument Fluorometer:
a. sumber UV/Vis
b. pemilih panjang gel eksitasi
c. sampel
d. monokromator
e. pemilih panjang gel emisi
f. detector
g. data output

instrument fosforimeter :

sama dengan fluorometer tetapi ditambah Fosforoskop yang berputar dan berguna
untuk menghilangkan spectrum fluoresensi

6. penjelasan elusidasi struktur


terdiri dari 3 tahap :
a. karakterisasi : mengumpulkan semua data dari spektroskopi, tidak memerlukan
interpretasi
b. konfirmasi : mengkonfirmasi strktur yang telah diketahui, hasilnya confirm atau tidak
17

c. elusidasi : menentukan struktur tanpa ada prediksi terlebih dahulu, harus memerlukan
interpretasi

proses melibatkan :

a. Sp. UV/Vis
b. Sp. IR
c. Sp. Massa
d. Sp. NMR
e. Analisis struktur
7. Bedanya KCKT, KG, KLT
a.) KCKT/HPLC
Prinsip : fasa gerak, fasa diam, analit
Instrumentasi :
a. Pompa : bertekanan rendah-tinggi, untuk mengukur laju alir, penarikan fasa gerak
b. Wadah fasa gerak
c. Injector : untuk preparasi sampel larutan, harus disaring dengan ukuran pori-pori 0,2
mikron, bebas dari udara
d. Kolom : sebagai jantung pemisah. Harus dijaga agar awet dengan syarat :
menggunakan larutan proHPLC, harus disaring, ph-3-7, pemanasan tdk lebih dari
60oC, sering dibersihkan, terhindar dari tekanan fisik, penggunakan
pelindung/procolom
e. Detector :
Uv, R indeks, fluoresensi
f. Sistem data/parameter : plat teoritis N, simetris, resolusi, factor kapasitas,
selektifitas

Fase gerak :

a. Pro HPLC
b. Air : proinjeksi
c. Bebas Nitrogen dan oksigen : dengan cara degassing
d. Laju alir 1 ml/menit
e. Sistem : isokratik (komposisi fase gerak tetap selama analisis) atau gradient
(komposisi fase gerak berubah terhadap waktu)

Pemilihan fase gerak :

a. Viskositas
b. Kompresibilitas
c. Refraktif indeks
d. Tekanan uap
e. Kemudahan terbakar

Kelebihan KCKT :

a. Pemisahan cepat 5-30 menit


b. Resolusi / daya pisah 1,5
c. Banyak jenis fase diam-fase gerak-dan detector
d. Dapat digabung dengan Sp. Massa

Kelemahan :
18

a. Mahal
b. Sistem deteksi yan g terlalu cepat

b.) Kromatografi Gas (KG)


Prinsip :
a. Fase gerak : gas inert seperti (He dan N)
b. Menggunakan temperature tinggi
c. Interaksi antara analit dengan fase diam

Syarat :

a. Sampel harus yang mudah menguap


b. Jika sampel sulit menguap harus di derivatisasi

Instrumentasi :

a. Gas : H2, N2, He


b. Injector
c. Kolom : kolom kemasan, kapiler
d. Detector
- Universal
- TCD (termal konduktivitas detector ) : sampel general
- ECD : organohalogen
- NPD : Nitrogen dan Fosfor
- FPD : S dan P
e. Sistem data

Keuntungan :

a. Tekanan
b. Laju alir
c. Banyak detektornya
d. Dapat digabung dengan MS

Kelemahan :

a. Senyawa yang mudah menguap terbatas


b. Temperatur tinggi-mudah terurai
c. Mahal
c.) Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Mekanisme : adsorbsi

Adsorben : silica, alumina, selulosa

Penyangganya : plat kaca/plastic/alumunium

Fase diamnya : sorben yang melekat pada kaca/plastic

Fase gerak : cairan/campuran yang bergerak keatas dengan adanya gaya kapiler

Analisisnya berdasarkan :
19

Rf : yaitu ratio antara jarak yang ditempuh sampel dengan jarak yang ditempuh fase
gerak

Penamapak bercak untuk mendteksi secara visual : menggunakan Asal sulfat


8. Parameter dalam spektro :
a. Akurasi (ketelitian/kecermatan) : hasil yang diperoleh mendekati hasil sebenarnya,
missal kadar sampel dibandingkan dengan kadar sebenarnya lalu dikali 100%
hasilnya antara 95-100%
b. Presisi (ketepatan/keseksamaan) : hasil yang diperoleh mendekati hasil sebenarnya
dalam satu seri pengukuran.
9. Proses titrasi senyawa obat ADO
1.) Glibenklamid gol Sulfonilurea :
Penetapan kadar TITRASI asam basa: menimbang 500 mg glkd dilarutkan dalam 100
ml etanol panas yang telah dinetralnkan dengan fenolptalein dengan menggunakan
NaOH 0,1N menggunakan indicator fenolptalein.
Kesetaraan 1 ml NaOH 0,1N = 49,40 mg glibenklamid
2.) Repaglinid gol Miglitinid :
Titrasi asam basa (farmakope : tidak ada)
3.) Metformin hidroklorida gol biguanida :
Titrasi menggunakan metode potensiometri , menimbang 250 mg larutkan dalam 20
mL raksa (II) asetat, dititrasi dengan asam perklorat 0,1N.
1 ml as. Perklorat 0,1N = 8,281 mg metformin HCl

Untuk menentukan titik akhir titrasi , ketika indicator secara alami tidak dapat
digunakan.
Prinsip : pengukuran konsentrasi ion dalam larutan berdasarkan harga potensial
yang diukur.
4.) Akarbose gol penghambat alfa-glikosidase
5.) Troglitazon/rezulin gol tiazolidinedion
10. Struktur obat di Lembar berikutnya
20

Tekfar

1. Disolusi
a. Cairan disolusi menggunakan cairan yang kondisinya sama seperti kondisi sebenarnya, yaitu
menggunakan dapar fosfat (kondisi usus) dan HCl (kondisi lambung)
b. Kurva disolusi menghubungkan antara waktu dengan konsentrasi.
Untuk tablet konvensional : kurva melengkung
Untuk tablet lepas lambat : kurva linear
2. Definisi obat :
Obat adalah suatu bahan/zat yang aktif secara farmakologi (memiliki aktivitas farmakologi) yang
dapat mempengaruhi respon biologi (tubuh) dalam upaya untuk mencapai tujuan pengobatan :
kuratif, preventif, rehabilitative, kontraseptif, diagnosis, manipulasi kedokteran.
3. Perbedaan waktu hancur dengan disolusi
Waktu hancur : adalah waktu yang diperlukan oleh suatu sediaan untuk hancur setelah kontak
dengan saluran cerna. Akan tetapi jika sediaan telah hancur akan menjamin bahwa obat akan segera
diabsorpsi.

Disolusi adalah kelarutan zat aktif dari sediaan terhadap medium pelarut (cairan lambung atau usus)
pada waktu tertentu, untuk kemudian diabsorpsi dan memberikan efek farmakologi.
4. Contoh obat-obat ADO di pasaran
a. Sulfonilurea : glibenklamid (Tablet)
b. Miglitinid : repaglinid (Tablet)
c. Biguanida : metformin (tablet/kaplet)
d. Penghambat alfa glukosidase : akarbose
e. Tiazolinedinedion : troglitazon
5. Jenis-jenis sediaan : definisi, keuntungan/kerugian, formulasi, kerusakan, evaluasi
1.) Larutan adalah campuran dua atau lebih cairan yang terdispersi secara homogeny dalam skala
molekuler.
Komponennya : pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute)
Formulasi : zat aktif, eksipien (pengawet, dapar, antioksidan, pewarna, perasa, pengental,
dll), pelarut
2.) Eliksir adalah larutan manis yang mengandung alcohol sebagai pelarut campurnya
Formulasi : zat aktif, eksipien, pelarut/pelarut campur

Evaluasi sediaan LARUTAN/ELIKSIR :


Evaluasi kimia : pH, stabilitas obat, kadar obat
Evaluasi fisika : viskositas, Bobot Jenis, Organoleptik, Volume Terpindahkan, kejernihan
3.) Suspensi adalah sistem dua fase dispersi cair-padat yang terdiri dari partikel padat sebagai fase
terdispersi dan fase cair sebagai medium pendispersi.

Kegunaan :
a. Untuk memformulasi ZA yang sukar larut dalam air,
b. Menutupi baud an rasa yang tidak enak dari bahan obat
c. Memperlama kerja obat.

Suspensi yang baik :

a. Mudah dituang/mudah ditakar


b. Homogenitas tingga
c. Teksturnya lembut / tidak kasar
21

d. Tahan terhadap mikroba

Keuntungan :

a. Bagi pasien yang sulit menelan tablet/kapsul


b. Daya absorbsinya lebih cepat daripada tablet
c. Menutupi rasa tidak enak
d. Mengurangi penguraian ZA oleh air

Kerugian :

a. Stabilitas terganggu menyebabkan caking


b. Ketepatan dosis lebih rendah dari larutan
c. Fluktuasi suhu menyebabkan pembentukan Kristal

Kerusakan :

a. Deflokulasi : sistem disperse masing2 maka kecepatan sedimentasinya lambat, ketika


mengendap sulit di redispersi
Solusi : penambahan floculating agent
b. Flokulasi : sistem disperse berupa agregat yang menyebabkan kecepatan sedimentasinya
baik, ketika mengendap mudah diredispersi tetapi menyebabkan penampilan kurang
menarik
Solusi : penambahan surfaktan
c. Flotasi : partikel2 padat mengapung ke permukaan : karena perbedaan massa jenis, hanya
sebagian yang terbasahi, adala lapisan udara yang terperangkap pada lapisan partikel padat.
Solusi : penambahan wetting agent/humektan dengan mekanisme menurunkan tegangan
permukaan, mengusir lapisan udara yang terperangkap pada partikel, sehingga
memaksimalkan proses pembasahan serbuk
d. Pertumbuhan Kristal : sebagai akibat naik turunnya suhu lingkungan
Solusi : penambahan surfaktan

Formulasi :

Zat aktif

Eksipien :

a. suspending agent,
untuk menjerat partikel agar tidak mengendap.
Jenisnya :
- dispersi dengan air dingin : PGA, tragakhan
- dispersi dengan air panas tanpa pengadukan kuat : agar, CMC Na
- dispersi dengan air panas dengan pengadukan kuat : bentonit, veegum
- disperse dengan air panas kemudian mengambang dalam es : thylosa
b. dapar,
c. pengawet,
d. antioksidan,
untuk senyawa yang mudah teroksidasi
e. pewarna, perasa, pewangi,
f. anticaking
untuk mencegah pengkristalan pada botol sehingga sulit untuk dibuka
22

Pembawa

Evaluasi suspensi :

a. volume sedimentasi
b. rheologi/viskositas
c. distribusi ukuran partikel
d. organoleptik
e. penetapan pH
f. volume terpindahkan

suspense rekonstitusi

adalah suspense yang dibuat untuk zat aktif yang mudah terhisrolisis

formula :

zat aktif

eksipien : ditambah adsorbent dan pengikat

pembawa

suspending agent yang digunakan harus segera terhidrasi dalam suhu ruangan dengan
pengadukan minimal. Contoh : CMC Na FSH, Avicel RC 591

4.) emulsi adalah sediaan cair yang merupakan sistem disperse heterogen (cair-cair) yang terdiri dari
2 cairan yang tidak saling bercampur yaitu fase air dan fase minyak
alasan dibuat emulsi :
a. memperbaiki penampilan
b. meningkatkan stabilitas
c. menutupi rasa tidak enak
d. memperlama cara kerja obat

jenis/tipe emulsi :

a. emulsi o/w adalah emulsi dimana fase terdispersi/fase internalnya adalah minyak dan fase
pendispersi / fase eksternalnya air
b. emulsi w/o adalah emulsi dimana fase terdispersi/fase internalnya adalah air dan fase
pendispersi/fase eksternalnya adalah minyak

emulsi yang baik:

globul-globulnya terdistribusi dengan baik dan stabil

kerusakan dalam emulsi :

a. flukulasi adalah keadaan dimana globul-globul bersatu membentuk agregat, lalu agregat
tersenut teredispersi kembali menjadi globul. (agregasi nya bersifat reversible)
b. koalesen adalah keadaan dimana lapisan film telah hilang kemudian globul bersatu menjadi
globul yang lebih besar, sehingga terjadi perubahan distribusi ukuran partikel. (agregasinya
irreversible)
23

c. creaming adalah kondisi globul globul naik ke permukaan akibat gravitasi.


Solusi : dengan memperkecil ukuran globul dan meningkatkan viskositas
d. breaking/demulsifikasi adalah pecahnya globul akibat hilangnya lapisan film karena
pengaruh suhu

penting : EMULGATOR

adalah zat yang ditambahkan dalam sediaan emulsi dengan tujuan untuk menghindari
penggabungan globul dengan cara membentuk lapisan film pada antar muka globul sehingga
proses penggabungan globul tidak terjadi.

Jenis emulgator :

a. emulgator surfaktan adalam emulgator yang bekerja membentuk lapisan tipis monolayer
pada antar muka globul.
Surfaktan anionic : Na LAuril sulfat
Surfaktan kationik : Setil trimetil ammonium bromide
Surfaktan non inonik : tween dan span
b. emulgator koloid hidrofil adalah emulgator yang membentuk lapisan multilayer
c. emulgator partikel halus juga membentuk laipas monolayer

formulasi :

a. zat aktif
b. eksipien : emulgator, pemanis, pengawet, antioksidan, dll
c. pembawa (minyak/air)

pembuatan :

Dengan emulgator alam, membuat korpus:

a. korpus emulsi kering : minyak:emulgatir:air:distirer kemudian air ditambahkan


seluruhnya/sekaligus
b. korpus emulsi basah : minyak:emulgator:air:distirer kemudian ari ditambahkan sedikit demi
sedikit.

Dengan surfaktan : fase air dan fase minyak masing2 dipanaskan pada suhu 70oC kemudian
dicampurkan.

Evaluasi sediaan :

a. viskositas, rheologi
b. distribusi ukuran partikel
c. penetapan pH
d. volume terpindahkan
e. bobot jenis
f. organoleptik
g. penentuan tipe emulsi

Penentuan tipe emulsi :

a. cara kobal klorida : o/w dari biru ke merah ,uda


b. cara konduktometri : o/w menghantarkan listrik, w/o sebaliknya
24

c. cara pengenceran : o/w diencerkan dengan air, w/o tidak


d. uji arah creaming : o/w ke atas, w/o kebawah
e. cara pewarnaan : o/w dibawah mikroskop : air, w/o : minyak
f. uji kertas saring : o/w mudah menyebar, w/o tidak
g. uji fluoresensi : o/w fluoresensi pada globul saja, w/o sebaliknya.
5.) Salep adalah sediaan setengah padat yang digunakan untuk pemakain pada permukaan kulit atau
selaput lender.
Jenis : salep epidermik, endodermik, diadermik

Syarat : plastis, punya struktur gel, ikatan van der walls, punya aliran tiksotropik
Basis salep : basis hidrokarbon, basis absorbs, basis yang dapat dicuci dengan air, basis yang
dapat larut dalam air

Formulasi :
a. Zat aktif
b. basis
c. Eksipien (pengawet)
6.) Krim adalah sediaaan semisolid kental, biasanya merupakan emulsi o/w atau w/o
Hal-hal penting :
a. Pemakaian zat aktif harus bentuk aktifnya
b. Basis harus sesuai dengan sifat zat aktif
c. Penggunaan emulgator sesuai jenis emulsinya
d. Penambahan pengawet
e. Penambahan antioksidan
f. Penggunaan tube

Formulasi :

a. Zat aktif
b. Basis
c. Eksipien : emulgator, dapar, antioksidan, pengawet

Ketidakstabilan :

a. Cracking
b. Creaming
c. Flokulasi
7.) Gel adalah sediaan sediaan sistem semi padat yang terdiri dari molekul anorganik kecil atau
molekul organic besar yang terpenetrasi dalam cairan
Jenis : hidrogel, organogel, xerogel
Sifat : sweaaling (mengembang)
Sineresis (pecah)
Efek suhu
Efek elektrolit
Elastisitas
Rheologi

Formulasi :
Zat aktif
basis
Eksipien (pengawet)
25

8.) Pasta adalah sediaan setengah padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan obat dan digunakan
untuk permukaan kulit.
Jenis : pasta larut air dan pasta berlemak
Kelebihan : absorbs lebih cepat
Kekurangan : kurang nyaman pada permukaan tubuh berbulu

Formulasi :
Zat aktif
Basis
Eksipien : emulsifier, emollient, surfaktan, dll

Metode pembuatan semisolid dan evaluasinya :


a. Metode triturasi adalah metode pencampuran semua bahan sampai homogeny dan tercampur
rata. Digunakan bagi bahan yang tidak tahan panas
b. Metode pelelehan adalah metode pencampuran dimana fase minyak dan fase air dipanaskan
masing-masing pada suhu 70oC kemudian dicampurkan

Evaluasi sediaan ;

a. Penampilan
b. Homogenitas
c. Isi minimum
d. Kebocoran tube
e. Viskositas
f. Penetapan pH
g. Uji stabilitas
h. Distribusi ukuran molekul
i. Pelepasan bahan aktif dari sediaan
j. Penentuan tipe emulsi (untuk krim)

9.) Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi

Komponen sekaligus bahan tambahan tablet :


a. Zat aktif
b. Zat pengisi : untuk mencapai bobot tablet yang diinginkan. contoh : amilum
c. Zat pengikat : untuk meningkatkan kelelatan antar partikel sihingga pada saat pencetakan
diperoleh tablet yang kompak. Contoh : PVP
d. Zat penghancur : untuk mempercepat hancurnya tablet saat kontak dengan saluran
pencernaan. Contoh : pati dan amilum yang dimodifikasi
e. Zat pelincir / lubrikan : untuk mencegah gesekan dengan alat serta memudahkan tablet lepas
dari alat pencetaknya saat proses pencetakan. Contoh : talk
f. Zat pelicin : untuk memperbaiki sifat aliran dan mengurangi gesekan . contoh : Mg Stearat
g. Antiadheren : untuk mencegah penempelan pada cetakan yaitu punch dan die. Contoh : talk,
na laurel sulfat
h. Glidan : untuk memperbaiki sifat alir dan meratakan kepadatan tablet. Contoh : tablet dan
aerosol
i. Zat warna
j. Zat pemberi rasa
26

Formulasi tablet :

Fase dalam (92%)

Zat aktif

Zat pengisi/ laktosa

Amilum kering /penghancur 10%

Pvp/pengikat 3%

Fase luar (8%)

Mg stearat 1 %/pelicin

Talk 3%/lubrikan/glidan

Amilum kering 5%/disintegrator

Metode pembuatan tablet :

a. Granulasi basah
Memproses partikel ZA dengan eksipien menjadi partikel yang lebih besar kemudian
ditmbahkan bahan pengikat dalam jumlah yang sesuai sehingga terbentuk massa lembab
yang siap digranulasi.

Kelebihan :
a. Memperbaiki sifat alir
b. Meningkatkan kompresibilitas
c. Mempercepat disolusi
d. Keseragaman bobot jenis
e. Dapat digunakan untuk zat yang tahan panas dan lembab

Kekurangan :

a. Banyak proses yang harus divalidasi


b. Biaya cukup tinggi
c. Tidak dapat digunakan untuk zat yang tidak tahan panas dan lembab
b. Granulasi kering
Memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan cara mengempa dengan tekanan untuk
mendapatkan ukuran partikel yang lebih besar dari sebelumnya/ slug yang kemudian
digranulasi/dipecah kembali menjadi granul.
Kelebihan :
a. Tidak banyak memerlukan peralatan
b. Tidak banyak proses yang harus divalidasi
c. Waktu hancur lebih cepat karena tidak menggunakan pengikat
d. Dapat dilakukan untuk zat aktif yang dosisnya terlalu besar untuk di kempa langsung
e. Digunakan untuk zat yang tidal tahan panas dan lembab

Kekurangan :
27

a. Harus menggunakan alat khusus untuk membuat slug


b. Tidak dapat mendistribusikan zat warna secara seragam
c. Pada prosesnya banyak menghasilkan debu sehingga ada kemungkinan terjadi
kontaminasi silang

Kerusakan pada tablet :

a. Capping: pemisahan sebagian atau seluruhnya bagian atas atau bagian bawah dari
bahan tablet
b. Laminasi : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih
c. Chipping : bagian bawah tablet terpotong
d. Cracking : tablet pecah dibagian atas atau tengah
e. Picking : permukaan tablet menempel pada permukaan punch
f. Sticking : granul menempel pada dinding die
g. Motling : distribusi zat warna tidak merata

Evaluasi granul :

a. Distribusi ukuran, bentuk


b. Bobot jenis
c. Porositas
d. Kompreksibilitas
e. Kandungan lembab
f. Sudut istirahat
g. Kecepatan alir

Evaluasi tablet :

a. Keseragaman bobot
b. Keseragaman bentuk
c. Kekerasan
d. Friksibilitas/keregasan
e. Friabilitas/kerenyahan
f. Uji waktu hancur
g. Uji disolusi
10.) Kapsul adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat di dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Cangkang kapsul dapat terbuat dari gelatin, metilselusosa, atau bahan lain yang
cocok

Kelebihan :
a. Penampilan menarik, praktis
b. Mudah ditelan
c. Cepat diabsorbsi
d. Pengerjaannya mudah

Kekurangan :

a. Tidak bisa digunakan utk zat yang mudah menguap


b. Untuk zat yang higroskopis
c. Zat yang bereaksi dengan cangkang
d. Tidak dapat dibagi-bagi
28

Ukuran kapsul besar : 000,00,0

Ukuran kapsul sedang : 3,2,1

Formulasi :

a. Zat aktif
b. Cangkang kapsul
c. Eksipien :
- Zat pengisi , digunakan apabila dosis zat aktif atau volume bahan yang
dihasilkan tidak memenuhi ukuran/bobot/volume kapsul contoh : amilum
- Lubrikan , digunakan untuk mencegah penempelan bahan pada mesin contoh :
talk
- Glidan ,digunakan untuk mencegah gesekan antar partikel dan juga alat contoh
: aerosol
- Adsorben , digunakan untuk mencegah terjadinya kelembaban
Contoh : aerosol

Proses pengolahan serbuk :

a. Spatulasi : untuk skala kecil dengan cara mengerus menggunakan spatula


b. Triturasi : menggerus di dalam lumping
c. Tumbling/penggulingan : diputar bolak balik dengan mesin
d. Penggilingan : dilakukan dengan mesin untuk skala industry

Evaluasi granul : sama dengan tablet

Evaluasi kapsul : ditambah uji higroskopisiras

11.) Serbuk/pulvis/pulveres
Sediaan obat yang digunakan untuk bagian dalam maupun luar yang diserbukkan
Sifat :
a. S. dimensi
b. S. permukaan
c. S. aliran
d. S. teknologi farmasi
12.) Suppositoria
Adalah sediaan bentuk tetap, bertakaran, dalam aturannya berbentuk silinder atau kerucut dan
ditetapkan untuk pemberian melalui, rectal, vaginal, uretral dan sifatnya mudah melebur pada
suhu tubuh. Bobot yang disarankan adalah 2 g atau 1 g untuk anak-anak

Kelebihan :
a. Dapat diberikan pada pasien yang sukar mengkonsumsi obat secara oral
b. Tidak merusak lambung
c. Digunakan pada kondisi pasien tidak sadar
d. Terhindar dari rasa yang tidak enak
e. Dapat diberikan pada bayi, anak, dewasa, lansia

Kekurangan :

a. Daerah absorbsinya sempit


b. Pemakaiannya tidak praktis
29

c. Absorbsinya dengan difusi pasif

Basis supositoria

a. Basis berlemak
b. Basis yang larut air dan mudah bercampur dengan air
c. Basis surfaktan
13.) Sediaan steril injeksi
Adalah sediaan steril larutan emulsi atau suspense yang harus dlarutkan dulu sebelum digunakan
dan diberikan dengan cara diinjeksikan merobek jaringan ke dalam kulit atau selaput lender

Formulasi :

a. Zat aktif
b. Pembawa
c. Zat tambahan : pengatur tonisitas, dapar, antioksidan, pengawet (multiple dose), anestetika
local, suspending agent, zat pengompleks

STERILISASI : proses/metode yang dilakukan untuk membunuh mikroorganisme gidup


(vegetative maupun nonvegetatif)

a. S. panas kering
b. Panas uap
c. Uv
d. Sinar pengion
e. Gas kimia
f. Filtrasi
g. Bahan kimia

TONISITAS ; tekanan osmosis yang diberikan oleh suatu larutan

14.) Injeksi rekonstitusi


Untuk za yang mudah terhidrolisis, harus steril, bebas pirogen, stabil
Formula : sama dengan injeksi biasa, ditambah bahan pengkelat dan flocculating agent

EVALUASI INJEKSI?INJEKSI REKONSTITUSI :


a. Kimia : pH, stabilitas, kadar
b. Fisika : volume sedimentasi
pH
freeze and thaw
crystal growth
c. Biologi : uji sterilitas, pirogen, biologi
15.) Infuse
Sediaan steril berupa larutan, suspense atau emulsi yang sedapat mungkin isotonis terhadap
darah dan disuntikkan langsung ke dalam vena.

Formula umum :
a. Zat aktif
b. Eksipien /pengisotonis
c. Pembawa (air)

EVALUASI INJEKSI DAN INFUS :


30

a. Kejernihan
b. Homogenitas
c. pH
d. integritas kemasan
e. uji sterilitas
f. uji partikulat
g. uji kebocoran
h. kadar
i. uji endotoksin
16.) sediaan semisolid steril
penjelasannya sama dengan sediaan non steril
17.) sediaan opthalmik
larutan/suspensi steril bebas partikel asing dan digunakn untuk tujuan penggunaan pada mata
a. larutan opthalmik
- zat aktif
- eksipien :
pengisotonis
dapar
peningkat viskositas
antioksidan
surfaktan
pengawet
- pelarut
b. suspense opthalmik
- zat aktif
- eksipien ;
pengisotonis
dapar
suspending agent
antioksidan
surfaktan
pengawet
- pelarut

evaluasi sediaan :

kimia :pH, stabilitas, kadar

fisika : viskositas, BJ, volum terpindahkan, homogenitas, distribusi

biologi : efketivitas pengawet, sterilitas

18.) tetes hidung


larutan/suspensi steril bebas partikel asing dan digunakn untuk tujuan penggunaan pada hidung
formulasi dan evaluasi sama dengan tetes mata
19.) tetes telinga

You might also like