You are on page 1of 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan lain
yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan
reumatik. Salah satu dari golongan reumatik yang sering menyertai usia lanjut
adalah Rheumatoid Artritis (Fitriani, 2009. dalam Nugroho, 2014).

Pada tahun 2012 sampai tahun 2015 world Health Organization (WHO)
melaporkan bahwa penyakit pada lansia dengan Rheumatoid Artritis
mengalami peningkatan mencapai 335 juta jiwa di dunia. Rheumatoid
Arhtritis telah berkembang dan menyerang 2,5 juta warga Eropa, sekitar 75 %
diantaranya adalah wanita dan kemungkinan dapat mengurangi harapan hidup
mereka hampir 10 tahun. Di Amerika Serikat pada pertengahan 2013,
Penyakit ini menempati urutan pertama dimana penduduk AS dengan
Rheumatoid Arhtritis 12.1 % yang berusia 27-75 tahun memiliki kecacatan
pada lutut, panggul, dan tangan, sedangkan di Inggris sekitar 25 % populasi
yang berusia 55 tahun ke atas menderita Rheumatoid Arhtritis pada lutut
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Di Indonesia dari hasil penelitian yang dilakukan Departemen Ilmu Penyakit


Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Depkes 2013, dan Dinas
Kesehatan DKI Jakarta selama tahun 2013, dari 1.645 responden laki-laki dan
perempuan yang diteliti, peneliti menjelaskan sebanyak 66,9 % di antaranya
mengalami Rheumatoid Artritis. Berdasarkan laporan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2013, penduduk dengan keluhan nyeri
Rheumatoid Artritis sebanyak 72,4 %. (Kementerian Kesehatan RI, 2013)
angka ini menunjukkan bahwa rasa nyeri akibat Rheumatoid Artritis sudah
cukup mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia (Sarman, 2015).

1
Menurut Riskesdas (2013). Prevalensi penyakit Rheumatoid Arthritis
berdasar diagnosis tenaga kesehatan di Indonesia 11,9 persen Prevalensi
tertinggi di Bali (19,3%), diikuti Aceh (18,3%), Jawa Barat (17,5%) dan
Papua (15,4%). Prevalensi penyakit Rheumatoid Arthritis berdasarkan
wawancara yang didiagnosis tenaga kesehatan meningkat seiring dengan
bertambahnya umur, Prevalensi yang didiagnosis tenaga kesehatan lebih
tinggi pada perempuan (13,4%) dibanding laki-laki (10,3%).

Rematik atau Rheumatoid Artritis mengakibatkan peradangan pada lapisan


dalam pembungkus sendi. Penyakit ini berlangsung tahunan, menyerang
berbagai sendi biasanya simetris, jika radang ini menahun terjadi kerusakan
pada tulang rawan sendi dan tulang otot ligamen dalam sendi (Sjahmien,
Moehyi, 2012) . Rheumatoid Artritis menyerang persendian seperti jari-jari
tangan/kaki, pergelangan tangan, pergelangan kaki. 90 % keluhan utama
Rheumatoid Artritis adalah nyeri sendi dan kaku sendi (Sarman, 2015).

Sebagian besar kekakuan dan kelemahan otot yang terjadi pada penderita
Rheumatoid Artritis disebabkan karena infeksi sehingga mengakibatkan
peradangan yang dapat menyebabkan nyeri serta pembengkakan pada sendi
terutama pada tangan dan kaki Akibat dari pembengkakan yang timbul,
seseorang akan merasakan nyeri dan kaku sendi yang membuat seseorang
malas untuk bergerak dan beraktivitas(Wijayakusuma, 2006 dalam Palupi,
2015).

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Chintyawati (2014), menunjukkan


bahwa 29 responden (74,36%) mengalami nyeri ringan disertai tingkat
kemandirian yang tinggi, dan 10 responden (25,64%) mengalami nyeri tinggi
disertai tingkat kemandirian rendah. Hasil uji statistik menggunakan uji Chi
Square dengan α=0,05 diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara nyeri Reumatoid Artritis dengan tingkat kemandirian dalam
melakukan aktivitas sehari-hari pada lansia (p value=0,000).

2
Penelitian Wagiarti, dkk (2016) yang menyatakan terdapat hubungan, bahwa
33 lansia (55,0%) mengalami nyeri sedang disertai dengan tingkat
kemandirian dalam kategori ketergantungan 41 lansia (68,3%). Uji korelasi
Chi Square dengan α = 0,05 diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara
nyeri RA terhadap pemenuhan kebutuhan Activity of Daily Living (ADL)
pada lansia di Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat nilai p = 0,005

Berdasarkan survey awal yang dilalukan tanggal 16 Maret 2018 di Pukesmas


Bies Kabupaten Aceh Tengah, didapatkan hasil kejadian Rheumatoid Artritis
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Jumlah pasien Rheumatoid
Artritis pada tahun 2015 tercatat terdapat 140 kasus Rheumatoid Artritis, pada
tahun 2016 terdapat 151 kasus Rheumatoid Artritis, pada tahun 2017 terjadi
lagi peningkatan kasus Rheumatoid Artritis menjadi 178 kasus. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 16-17 Maret terhadap 5
orang pasien Rheumatoid Artritis. Pasien Rheumatoid Artritis mengatakan
yang berbeda-beda 3 lansia mengatakan jarang beraktivitas lebih sering
duduk dirumah karena jika sering beraktivitas kaki terasa kaku dan nyeri, dan
3 lansia mengatakan sering melakukan aktivitas hampir setiap harinya
keluhan dirasakan saat udara dingin apabila udara terlalu dingin kaki nya
terasa nyeri. Kabupaten Aceh Tengah berada di ketinggian 900-2.600 meter
di atas permukaan laut dan tergabung dalam kawasan dataran tinggi Gayo.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan “nyeri
dengan aktivitas fisik sehari-hari pada lansia yang mengalami Rheumatoid
Artritis di Pukesmas Bies Kabupaten Aceh Tengah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik
untuk Mengetahui bagaimana“ Hubungan Nyeri dengan aktivitas fisik
Sehari-hari pada lansia yang mengalami Rheumatoid Artritis di Pukesmas
Bies Kabupaten Aceh Tengah tahun 2018” ?

3
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan nyeri dengan aktivitas fisik Sehari-hari pada
lansia yang mengalami Rheumatoid Artritis di Pukesmas Bies Kabupaten
Aceh Tengah tahun 2018

1.3.2. Tujuan Khusus


a. Mengetahui skala nyeri Reumatoid Artritis pada lansia di pukesmas
Bies kabupaten Aceh tengah tahun 2018
b. Mengetahui batas aktivitas fisik Sehari-hari pada lansia di pukesmas
Bies kabupaten Aceh tengah tahun 2018

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi penderita Reumatoid Artritis
Penelitian ini dapat membantu mengontrol nyeri Rheumatoid Arthritis pada
saat melakukan aktivitas sehari-hari.
1.4.2. Bagi Institusi Pelayanan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dasar bagi Puskesmas
Bies dalam memberikan intervensi kesehatan terutama yang berkaitan
dengan nyeri Reumatoid Artritis dan aktivitas fisik Sehari-hari pada lansia.
1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dan sumber bagi peneliti
selanjutnya, dan bagi yang berkepentingan untuk melakukan penelitian
selanjutnya.

You might also like