Sila ketiga berbunyi “Persatuan Indonesia” merupakan satu-satunya asas
Nasionalisme yang disebutkan secara tersurat dalam Pancasila. Menurut Soekarno, bangsa yang menjunjung tinggi Nasionalisme adalah bangsa yang tinggi peradabannya, bangsa yang berhasil melepaskan diri dari segala bentuk Imperialisme atau Kolonialisme. Kita sama-sama mengingat masa lalu bahwa ketika muncul kesadaran Nasionalisme di berbagai bangsa di dunia, maka bangsa-bangsa tersebut berusaha untuk melepaskan diri dari para penindas dan penghisap yang tidak manusiawi. Bangsa yang mempunyai kesadaran Nasionalisme tinggi adalah bangsa yang berhasil bebas dari alienasi atau keterasingan individual. Soekarno juga menyebutkan bahwa Nasionalisme Indonesia bukan Nasionalisme yang Chauvinisme atau Fasisme. Kita sama-sama mengetahui bahwa bentuk Fasisme merupakan salah satu bentuk dari Ultra-Nasionalisme. Ultra-Nasionalisme benar-benar menciptakan kelas-kelas dalam bangsa. Faktanya bahwa Fasisme yang sangat mengagungkan rasnya akhirnya menganggap ras lain sebagai sampah. Itulah yang terjadi pada Jerman ketika pada masa Hitler atau Italia pada masa Mussolini. Fasisme telah menciptakan perang antar bangsa. Lalu Nasionalisme kita ini Nasionalisme yang seperti apa ? Nasionalisme kita adalah Sosio-Nasionalisme, Nasionalisme yang menjunjung tinggi asas Sosialisme. Walaupun Marxisme merupakan suatu ideologi yang bersifat Internasionalisme, namun Marxis yang relevan dengan keadaan zaman yaitu Marxis yang Nasionalis. Marxis yang membangun bangsanya baru bergabung dengan bangsa lain tuk membentuk federasi sosial. Seperti halnya Soekarno, Tan Malaka juga demikian. Tan Malaka adalah seorang Marxis yang nasionalis. Jika kita menganalisis bagaimana historis dari Nasionalisme Indonesia itu sendiri secara sifat dan sikap masyarakat. Nasionalisme lahir dari masyarakat komunal yang bergotong royong seperti halnya bangsa Indonesia. Nasionalisme tersebut adalah Nasionalisme yang bermoral dan tercipta sebagai bentuk dari sifat sosial masyarakat itu sendiri. Berkaitan dari konsep alienasi dalam Marxisme, Nasionalisme yang tercipta merupakan Nasionalisme yang humanis, Nasionalisme yang keluar dari keterasingan individual. Nasionalisme adalah musuh utama dari Kapitalisme-Liberalisme. Masyarakat Indonesia bukanlah masyarakat yang Liberal, namun masyarakat yang mempunyai kesadaran Nasionalisme yang menjunjung tinggi nilai-nilai Sosialisme dalam kehidupannya. Demokrasi Indonesia dan Marxisme Hal inilah yang membuat Pancasila secara sekilas menjadi bagian dari Sosial Demokrat. Namun, sebenarnya demokrasi Indonesia yang tertuang dalam sila ke – 4 dari Pancasila merupakan Demokrasi yang lebih dari itu. Kebebasan dalam berpolitik di Indonesia sangat di junjung tinggi. Masyarakat Indonesia yang berprinsip gotong royong merupakan masyarakat yang mempunyai hak menyatakan pendapat dalam menentukan kebijakan yang pantas di terapkan dalam masyarakat. Pemaksaan pendapat individual merupakan suatu bentuk pengkhianatan demokrasi. Pendapat tersebut harus disetujui secara kolektif oleh anggota masyarakat. Dalam perspektif Marxisme, kaum proletar mempunyai hak kebebasan yang tiada berbatas dalam menyatakan pendapatnya dalam dewan selama pendapat tersebut bisa menyejahterakan masyarakat. Hak kebebasan berpendapat tersebut tentu di kontrol penuh oleh partai sebagai institusi yang mempunyai kecerdasan politik yang tinggi. Dewan yang terdiri dari proletariat harus di didik secara politik sehingga bisa mengeluarkan kebijakan- kebijakan yang memang dapat membawa masyarakat ke kesejahteraan. Negara sebagai alat politik harus di pimpin oleh musyawarah, bukan di pimpin oleh individual saja (misalnya presiden, ratu, dan lainnya). Negara haruslah merupakan negara kerakyatan, negara yang menjunjung tinggi demokrasi kerakyatan. Ketika kebijakan-kebijakan rakyat berhasil menghapus segala bentuk borjuasi di masyarakat, maka secara otomatis sifat politik dalam negara dapat hilang seiring terhapusnya kelas-kelas. Demokrasi yang demikianlah yang dianut masyarakat Indonesia. Demokrasi kerakyatan yang tentunya berbeda dengan Demokrasi Sosial apalagi Demokrasi Liberal ala Amerika Serikat. Dalam Demokrasi Kerakyatan, rakyat benar-benar berperan penuh dalam mengatur negaranya dalam prinsip musyawarah atau perwakilan dalam dewan musyawarah. Negara Indonesia yang dibangun dalam prinsip gotong royong, maka dalam demokrasinya harus bersifat gotong royong juga. Seperti halnya masyarakat komunal yang di cita-citakan Marx, maka masyarakat Indonesia harus kolektif dalam membangun demokrasinya.
Indonesia : Negara yang Berkeadilan Sosial
Sila kelima Pancasila jelas secara tersurat sangat berkaitan dengan Sosialisme. Keadilan sosial yang dimaksud merupakan keadilan kolektif yang sesuai dengan moral yang sudah dijelaskan di atas. Keadilan sosial tersebut yang akhirnya akan akan menciptakan hukum yang di atur sesuai keadaan moral masyarakat. Masyarakat Indonesia sangat menjunjung tinggi keadilan yang demikian. Dalam prosesnya, keadilan sosial tidak terbentuk begitu saja. Keadilan sosial itu sendiri tercipta ketika masyarakat sudah berprinsip gotong royong dan mempunyai aturan moral yang terikat dalam Ketuhanan. Keadilan yang melalui proses demikian akan mencapai tahapan keadilan sosial yang merupakan bentuk sempurna dari keadilan itu sendiri. Kita sama-sama mengetahui bahwa jika suatu masyarakat menjunjung tinggi hukum, maka keadilan akan diabaikan, dan jika masyarakat itu menjunjung tinggi keadilan, maka hukum akan dipertanyakan. Namun, jika kita membangun keadilan secara kolektif, bukan tidak mungkin hukum yang adil itu sendiri tercipta. Namun yang masih menjadi polemik sekarang ini adalah institusi atau lembaga hukum yang ada menerapkan hukum yang tidak adil, tidak heran banyak orang mulai luntur kepercayaannya pada institusi hukum yang demikian. Dalam perspektif Marxisme, keadilan merupakan basis utama dari masyarakat yang berasaskan Sosialisme. Keadilan tersebut di peroleh dengan revolusi, bukan dengan cara lunak. Hal ini telah diterapkan oleh bangsa Indonesia ketika mereka berhasil melepaskan dirinya dari penindasan. Kekerasan menjadi jalan terakhir dari menciptakan keadilan sosial. Keadilan sosial yang tercipta akan menciptakan pemerataan sosial dan akhirnya akan membangun masyarakat Sosialisme yang di idam-idamkan. Tentunya tahapan-tahapan tersebut melalui metode sehingga Keadilan sosial yang tercipta merupakan keadilan sosial yang ilmiah.