Professional Documents
Culture Documents
Genap2018 8-2 16 Mohamad
Genap2018 8-2 16 Mohamad
IAS 8 menyatakan bahwa dalam kondisi tidak terdapat standar akuntansi yang
secara spesifik mengatur transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas, maka manajemen
dari entitas tersebut diberika kewenangan untuk menggunakan judgement-nya sendiri
untuk menentukan kebijakan akuntansi untuk transaksi tersebut. Kebijakan akuntansi
yang dipilih harus menghasilkan informasi yang relevan dan andal. Ketentuan ini
memperjelas arti pentingnya pencapaian tujuan dibuatnya standar akuntansi, yaitu
untuk menghasilkan informasi yang relevan dan andal.
Kedua hal tersebut akan dijelaskan secara detail pada pembahasan berikut:
Untuk banyak akuntan, nilai sekarang merupakan nilai yang paling relevan
untuk pengambilan keputusan karena nilai sekarang adalah nilai yang paling mendekati
ke masa depan dan masih berdasarkan kenyataan. Hanya saja, pendukung akuntansi
konvensional masih percaya bahwa nilai historis masih relevan dalam pengambilan
keputusan.
Dean dan Clarke menjelaskan berbagai masalah yang relevan untuk memahami
sulitnya membangun kerangka konseptual dengan skala nasional. Godfrey, et al sendiri
berpendapat membangun kerangka konseptual lebih pada pencarian rasionalisasi untuk
penggunaan saat ini daripada penegasan kembali atas kerangka kerja legal, sosial, dan
ekonomis yang akuntansi gunakan di dalamnya. Mereka menyarankan proyek kerangka
konseptual sekarang pada upaya untuk mengembangkan sebuah constitution-based
framework untuk akuntansi, daripada berfokus pada konsep yang menitikberatkan pada
yang biasa, kejadian sehari-hari. Analisis tersebut sangat relevan dalam pembuatan
standar berbasis internasional. Akan sangat sulit untuk mendapatkan dukungan atas
sebuah framework yang diawali dari praktek yang ada, dan sulit untuk menentukan
sebuah framework yang merepresentasikan praktek tersebut, ketika praktek tersebut
berbeda-beda di tiap negara.
Tahapan Tema
A Tujuan dan Karakteristik Kualitatif
B Elemen dan Pengakuan
C Pengukuran
D Entitas Pelaporan
Penyajian dan Pengungkapan, termasuk Keterbatasan Pelaporan Keuangan
E (inactive)
F Maksud Kerangka dan Status dalam Hierarki GAAP (inactive)
G Aplikabilitas pada Sektor Not-for-Profit (inactive)
H Isu-Isu yang Masih Tersisa (inactive)
Pada setiap tahapnya, Dewan berencana menerbitkan dokumen yang meminta
pendapat dari publik atas keputusan tentatif Dewan tersebut. Pada 30 Juni 2009, Dewan
menerbitkan dan mendapat tanggapan atas Exposure Drafts (ED) terkait Tahap A, yaitu
mengenai Karakteristik Kualitatif. Kemudian paper diskusi terkait Tahap D diterbitkan
dan dilaksanakan mengikuti Tahap B dan C.
Circularity Of Reasoning
Dalam sudut pandang yang dangkal, conceptual framework mengindikasikan
bahwa paling tidak akuntan mengikuti satu jalur ilmiah, yaitu menarik kesimpulan dari
prinsip dan praktik yang disamaratakan. Namun, banyak pula negara yang conceptual
framework-nya ditandai dengan adanya internal circularity, dimana kualitas suatu
aspek bergantung pada kualitas aspek yang lain. Tidak terdapat arahan yang spesifik
mengenai cara pencapaian kondisi yang seharusnya. Terkadang untuk menggunakan
salah satu prinsip dalam kerangka konseptual haruslah menerapkan prinsip lainnya
terlebih dahulu, padahal tidak didefinisikan dengan baik. Misal, reliabilitas merupakan
prinsip yang bergantung pada representational faithfulness, netralitas, dan dapat
diverifikasi.
Pembedaan antara teori dan kebijakan merupakan hal yang penting. Kebijakan
umumnya dipengaruhi oleh kepentingan politik. Hal ini berarti bahwa kerangka
konseptual adalah cerminan dari keinginan suatu kelompok yang dominan atau
kerangka konseptual merupakan kesepakatan yang disetujui oleh pengaruh politik yang
berseberangan.
Kerangka konseptual tidak berjalan pada kondisi social vacuum. Hal ini
menyebabkan pengambilan keputusan akan menggunakan pertimbangan yang bersifat
subjektif. Pertimbangan ini didasarkan pada nilai profesional yang oleh Greenwood
dideskripsikan sebagai nilai rasionalitas dimana terdapat komitmen untuk bersikap
secara objektif di dalam teori dan teknik. Sebagai akibat dari orientasi ini, tidak ada
teori maupun teknik yang dipandang sebagai sesuatu yang sakral dan tidak dapat
ditantang karena semuanya memiliki sejarah penerimaan dan penggunaan.
Demski menyebutkan bahwa secara umum tidak ada standar yang mampu untuk
mengidentifikasi alternatif yang paling baik, tanpa disertai dengan keyakinan individu
dan pilihan masing-masing. Jadi, kepercayaan dan pilihan merupakan campuran dari
nilai personal dan nilai profesional. Menurut Bromwich, pendekatan terbaik untuk
pengaturan standar akuntansi adalah dengan menerbitkan standar parsial yang
mempertimbangkan pemisahan permasalahan akuntansi, seperti praktik yang dianut
sebelum adanya kerangka konseptual. Melalui pendekatan ini, konsensus antara
pengguna akuntansi akan lebih mudah dicapai dan keterbatasan sumber daya dapat
ditargetkan dan didesentralisasikan.
Teori umum tentang audit yang komprehensif, pertama kali diperkenalkan oleh
Mautz dan Sharaf pada tahun 1961. Mautz dan Sharaf melihat bahwa audit bukan sub-
divisi dari akuntansi, tapi sebagai ilmu yang berdiri sendiri juga sikap logis yang
disiplin. Hal ini mengarahkan mereka pada kesimpulan bahwa auditor tidak secara
natural terbatasi dalam hal memverifikasi atau mengecek informasi akuntansi.
Di awal tahun 1970-an, pemikiran Mautz dan Sharaf dikembangkan lebih jauh
melalui Statement of Basic Auditing Concepts (ASOBAC) yang dikeluarkan oleh
American Accounting Association. ASOBAC fokus pada proses pengumpulan dan
pengujian bukti. Di tahun 1980-an, hal utama yang menjadi perdebatan dalam teori
audit adalah peran dari struktur dan perhitungan dalam proses pengumpulan bukti dan
evaluasi. Masa ini disebut sebagai periode pertumbuhan pesat praktik audit,
peningkatan teknologi, dan kebutuhan untuk mengurangi biaya pada proses audit.
Knechel pada tahun 1990-an menyebutkan bahwa tradisi audit dan usaha
auditor untuk memformalkan proses audit mulai mendapat hambatan dari aspek lain.
Aspek lain ini termasuk tekanan dari klien kepada auditor untuk mengurangi biaya audit
dan menuntut nilai tambah. Hal ini membuat praktik audit menjadi bergantung pada
pemeriksaan sistem pengendalian klien, kemudian mencari dan mengumpulkan bukti
dari laporan keuangan yang dibuat sendiri oleh sistem tersebut, dibandingkan dengan
direct testing pada transaksi dan saldo akun. Sehingga menimbulkan risiko audit yang
tinggi.
*****