Professional Documents
Culture Documents
C
C
Clean wound atau luka bersih adalah luka yang dibuat oleh karena tindakan operasi dengan
tehnik steril , pada daerah body wall dan non contaminated deep tissue ( tiroid, kelenjar,
pembuluh darah, otak, tulang)
Merupakan luka yang terjadi karena benda tajam, bersih dan rapi, lingkungan tidak steril atau
operasi yang mengenai daerah small bowel dan bronchial.
Contaminated wound
Luka ini tidak rapi, terkontaminasi oleh lingkungan kotor, operasi pada saluran terinfeksi (large
bowel/rektum, infeksi broncial, infeksi perkemihan)
Infected wound
Jenis luka ini diikuti oleh adanya infeksi, kerusakan jaringan, serta kurangnya vaskularisasi pada
jaringan luka.
Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka tepi luka
tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko infeksi.
Penyebab luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada permukaan kulit
merupakan luka terbuka tetapi yang terkena hanya daerah kulit.
Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit, merupakan luka
terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika yang mengenai
abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus).
Penyebab dari luka jenis ini adalah sayatan benda tajam atau jarum merupakan luka terbuka
akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasif, tepi luka tajam dan licin.
Vulnus schlopetorum
Penyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka tampak kehitam-hitaman, bisa tidak
teratur kadang ditemukan corpus alienum.
Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar bentuk luka
tergantung dari bentuk gigi.
Vulnus perforatum
Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah,
tombak atau proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan.
Vulnus amputatum
Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka
membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi
tinggi, terdapat gejala pathom limb.
Penyebab oleh karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia Jaringan kulit rusak dengan
berbagai derajat mulai dari lepuh (bula – carbonisasi/hangus). Sensasi nyeri dan atau anesthesia.
VULNUS (LUKA)
A.PENGERTIAN
Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka
membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi
tinggi, terdapat gejala pathom limb.
B.ETIOLOGI
1.Mekanis / traumatis
2.Perubahan suhu
3.Zat kimia
4.Ledakan
5.Sengatan listrik
6.Gigitan hewan
C.TIPE VULNUS
1.Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek)
Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka tepi luka
tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko infeksi.
E.PATOFISIOLOGI
Vulnus terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tubuh yang bisa disebabkan oleh
traumatis/mekanis, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, dan gigitan hewan atau
binatang. Vulnus yang terjadi dapat menimbulkan beberapa tanda dan gejala seperti bengkak,
krepitasi, shock, nyeri, dan deformitas atau bisa juga menimbulkan kondisi yang lebih serius.
Tanda dan gejala yang timbul tergantung pada penyebab dan tipe vulnus.
3.Sistem respirasi.
a.Penurunan kapasitas paru
Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta relatif
kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.
b.Perubahan perfusi setempat
Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi dengan
perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan metabolisme (karena
latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.
c.Mekanisme batuk tidak efektif
Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga sekresi mukus
cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris normal.
4.Sistem Kardiovaskuler
a.Peningkatan denyut nadi
Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme pada
keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan immobilisasi.
b.Penurunan cardiac reserve
Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu pengisian
diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.
c.Orthostatik Hipotensi
Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana anterior dan venula
tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada vasokontriksi sehingga
darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah
darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah
menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan
pingsan.
5.Sistem Muskuloskeletal
a.Penurunan kekuatan otot
Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2 dan nutrisi
sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan
terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.
b.Atropi otot
Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi persarafan.
Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.
c.Kontraktur sendi
Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan gerak.
d.Osteoporosis
Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik dan
anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.
6.Sistem Pencernaan
a.Anoreksia
Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar
pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang
menyebabkan menurunnya nafsu makan.
b.Konstipasi
Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus menjadi
kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan
orang sulit buang air besar.
7.Sistem perkemihan
Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam keadaan
sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine
sehingga dapat menyebabkan: Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk
batu ginjal dan tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman
dan dapat menyebabkan ISK.
8.Sistem integumen
Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan tertekan
sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini
dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan
dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.
G.KOMPLIKASI
1.Kerusakan Arteri: Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang
disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan
reduksi, dan pembedahan.
2.Kompartement Syndrom: Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan
oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah.
3.Infeksi: System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
4.Shock: Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
H.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah
I.PENATALAKSANAAN
1.Pembedahan
2.Imunisasi tetanus
3.Immobilisasi
4.Terapi antibiotik
K.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik.
Tujuan: Nyeri akut teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan
kriteria hasil:
Pasien tidak mengeluh nyeri
Pasein tidak mengeluh sesak
Pernapasan 12-21x/mnt
Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui kondisi pasien
2)Monitor derajat dan kualitas nyeri (PQRST)?
R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan
3)Ajarkan teknik distraksi/relaksasi/napas dalam
R/mengurangi rasa nyeri
4)Beri posisi nyaman
R/untuk mengurangi rasa nyeri
5)Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
6)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/memenuhi kebutuhan pasien
7)Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat proses penyembuhan
8)Kolaborasi/lanjutkan pemberian analgetik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mengurangi rasa nyeri
2.Perfusi jaringan serebral/perifer tidak efektik berhubungan dengan aliran arteri terhambat.
Tujuan: Perpusi jaringan serebral teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24jam dengan kriteria hasil:
Pasien tidak mengeluh pusing
Pasien tidak mengeluh sesak napas
Pernapasan 12-21x/mnt
Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
Nadi 60-100x/mnt
CRT: <3 detik Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu,
saturasi R/mengetahui kondisi pasien 2)Monitor capillary refill time R/mengetahui status
keadaan pasien 3)Monitor kemampuan aktivitas pasien R/mengetahui kemampuan pasien
4)Anjurkan untuk cukup istirahat R/mempercepat pemulihan kondisi 5)Beri posisi semi fowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen 6)Bantu aktivitas pasien secara bertahap R/mengurangi beban
kerja pasien 7)Cegah fleksi tungkai R/menghindari penurunan staus kesadaran pasien 8)Libatkan
keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien R/mencukupi kebutuhan pasien 9)Beri cukup
nutrisi sesuai dengan diet R/mempercepat pemulihan kondisi 10)Kolaborasi/lanjutkan terapi
oksigen R/mencukupi kebutuhan oksigen 11)Kolaborasi/lanjutkan terapi transfusi
R/mempercepat pemulihan kondisi pasien 12)Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat; nama, dosis,
waktu, cara, indikasi R/mempercepat proses penyembuhan 3.Resiko infeksi berhubungan dengan
pertahanan primer tidak adekuat, prosedur invasif, pertahanan sekunder tidak adekuat. Tujuan:
Pasien tidak mengalami infeksi setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 2x24jam
dengan kriteria hasil: Daerah tusukan infus tidak ada tanda peradangan Hasil laboratorium
darah normal(Leukosit, Hb) Intervensi: 1)Monitor tanda-tanda peradangan R/untuk melihat
tanda-tanda peradangan 2)Monitor pemeriksaan Laboratorium darah R/untuk melihat kandungan
darah 3)Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan R/untuk menghindari inos
4)Anjurkan untuk bed rest R/mempercepat pemulihan kondisi 5)Batasi pengunjung R/untuk
mencegah inos 6)Rawat luka setiap hari dwengan teknik steril R/mencegah infeksi 7)Beri nutrisi
tinggi zat besi, vitamin C R/untuk membantu proses penyembuhan luka 8)Kolaborasi/lanjutkan
pemberian obat antibiotik ; nama, dosis, waktu, cara R/mempercepat penyembuhan 4.Resiko
defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan melalui abnormal
(perdarahan). Tujuan: Resiko defisit volume cairan teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil: BB dalam batas normal Tekanan darah 120-
129/80-84mmHg Nadi 60-100x/mnt C/axilaSuhu: 36-37 Finger print <3 detik BAK 3-
5x/hari Tidak ada perdarahan Intevensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui keadaan pasien 2)Anjurkan untuk banyak minum ± 2
L/hari R/memenuhi kebutuhan cairan 3)Hitung balance cairan R/mengetahui klebihan dan
kekurang cairan 4)Anjurkan untuk bed rest R/mempercepat pemulihan kondisi
5)Kolaborasi/lanjutkan pemberian terapi elektrolit; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan 6)Kolaborasi/lanjutkan program therapi transfusi R/mempercepat
pemulihan kesehatan pasien DAFTAR PUSTAKA Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku
Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa : Monica Ester, Edisi 8, Jakarta: EGC Doengoes, Marilynn
E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan Keperawatan dan
masalah kolaboratif. Alih Bahasa : I Made Kanosa, Edisi III, Jakarta: EGC Hinchliff, Sue.
(1996). Kamus Keperawatan. Edisi; 17. Jakarta: EGC Sudart dan Burnner, (1996). Keperawatan
Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol 3, Jakarta: EGC Nanda. 2005. Definisi dan klasifikasi, Jakarta:
Prima Medika
I. Menembus tidaknya :
A.Tidak menembus suatu rongga (vulnus non penetrans)
B.Menembus suatu rongga (vulnus penetrans)
3. Profilaksis tetanus :
Dapat diberikan dalam bentuk Toksoid,ATS atau
imunoglobulin.
ATS diberikan 1500U,Toksoid 1cc atau imunoglobulin 250U
(pada orang dewasa).
4. Medikamentosa :
Sebaiknya diberikan antibiotika profilaksis.
5. Pembukaan jahitan :
Pada daerah wajah jahitan dibuka hari ke-4 untuk
menghindari terjadinya "railroad track" yang akan sangat
sulit untuk dikoreksi.
Apabila pada saat kontrol tampak adanya pus, maka
jahitan segera dibuka pada dimana tampak pernanahan.
3. Perlukaan tendo :
Bila luka dijahit primer maka tendo juga diusahakan
untuk dijahit secara primer. Perkecualian adalah pada
daerah "no mans land" pada tangan dimana dimana
repair dilakukan secara sekunder.
LUKA (VULNUS)
Luka (Vulnus)
Etiologi :
Mekanis / traumatis
Perubahan suhu
Zat kimia
Ledakan
Sengatan listrik
Gigitan hewan
Klasifikasi Penyembuhan
Penyembuhan Primer (sanatio per primam intentionem)
Didapat bila luka bersih, tidak terinfeksi, dan dijahit dengan baik.
Penatalaksanaan Luka
Sebelum mulai :
Amati luka pada hari kedua, ketiga atau keempat untuk mempertimbangkan :
Pemasangan penjahitan kulit primer tertunda jika ternyata tidak ada infeksi dan ternyata
timbul jaringan granulasi sehat di dasar luka untuk mencapai penyembuhan primer
tertunda
Biarkan luka terbuka jika ada infeksi atau jaringan granulasi yang tidak kelihatan baik,
selanjutnya
Tunggu epitelisasi permukaan luka dari pinggir ( penyembuhan sekunder
Pengertian Luka
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi
jaringan yang rusak atau hilang.
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Jenis Luka
1. Berdasarkan Tingkat Kontaminasi Luka.
Luka Bersih (Clean Wounds). Yang dimaksud dengan luka bersih adalah luka bedah tak
terinfeksi yang mana luka tersebut tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan juga
infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi
Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds). Jenis luka ini adalah luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi
terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi.
Luka terkontaminasi (Contamined Wounds) adalah luka terbuka, fresh, luka akibat
kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi
dari saluran cerna.
Luka kotor atau infeksi (Dirty or Infected Wounds) adalah terdapatnya mikroorganisme
pada luka. Dan tentunya kemungkinan terjadinya infeksi pada luka jenis ini akan semakin
besar dengan adanya mikroorganisme tersebut.
2. Berdasarkan Kedalaman Dan Luasnya Luka.
Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema). Luka jenis ini adalah luka yang terjadi pada
lapisan epidermis kulit.
Stadium II : Luka "Partial Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti
halnya abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
Stadium III : Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati
jaringan yang mendasarinya. Luka ini timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan
atau tanpa merusak jaringan di sekitarnya.
Stadium IV : Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah luka yang telah mencapai lapisan otot,
tendon dan tulang dengan adanya destruksi / kerusakan yang luas.
3. Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka.
Luka Akut. Luka akut adalah jenis luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.
Luka Kronis. Luka kronis adalah jenis luka yang yang mengalami kegagalan dalam proses
penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
MACAM LUKA dan PENANGANANYA
1. Vulnus excoriasi (Luka lecet)
a) Pengertian : Jenis luka yang satu ini derajat nyerinya biasanya lebih tinggi dibanding luka robek,
mengingat luka jenis ini biasanya terletak di ujung-ujung syaraf nyeri di kulit.
b) Cara penanganan : Pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan luka terlebih dahulu
menggunakan NaCl 0,9%, dan bersiaplah mendengar teriakan pasien, karena jenis luka ini tidak
memungkinkan kita melakukan anastesi, namun analgetik boleh diberikan. Setelah bersih, berikan
desinfektan. Perawatan jenis luka ini adalah perawatan luka terbuka, namun harus tetap bersih,
hindari penggunaan IODINE salep pada luka jenis ini, karena hanya akan menjadi sarang kuman,
dan pemberian IODINE juga tidak perlu dilakukan tiap hari, karena akan melukai jaringan yang
baru terbentuk.
7. Luka gigitan.
a) Pengertian : luka jenis ini disebabkan dari luka gigitan binatang, seperti serangga, ular, dan binatang
buas lainya. Kali ini luka gigitan yang dibahas adalah jenis luka gigitan dari ular berbisa yang
berbahaya.
b) Cara penanganan : mengeluarkan racun yang sempat masuk ke dalam tubuh korban dengan
menekan sekitar luka sehingga darah yang sudah tercemar sebagian besar dapat dikeluarkan dari
luka tersebut. Tidak dianjurkan mengisap tempat gigitan, hal ini dapat membahayakan bagi
pengisapnya, apalagi yang memiliki luka walaupun kecil di bagian mukosa mulutnya. Sambil
menekan agar racunnya keluar juga dapat dilakukan pembebatan( ikat) pada bagian proksimal dari
gigitan, ini bertujuan untuk mencegah semakin tersebarnya racun ke dalam tubuh yang lain.
Selanjutnya segera mungkin dibawa ke pusat kesehatan yang lebih maju untuk perawatan lanjut.
3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan.
Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan
penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi,
warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari
kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan
mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA
Usia, Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan
Infeksi, Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan
kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri,
baik panjang maupun kedalaman luka.
Hipovolemia, Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya
ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
Hematoma, Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal
tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses
penyembuhan luka.
Benda asing, Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu
abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan
lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah
(“Pus”).
Iskemia, Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian
tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka
terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah
itu sendiri.
Diabetes, Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi
tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori
tubuh.
Pengobatan, Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera,•
Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan, Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum
pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka
pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
LUKA
Luka dapat dibagi menjadi berbagai jenis berdasarkan kausa, bentuk luka, Ietak,
berat ringannya, dan berdasarkan klinisnya.
Pada Golden Period, kita dapat melakukan jahitan pada luka dengan syarat sudah
dilakukan debridement.
Jahitan primer adalah jahitan pada luka. Jahitan primer dilakukan pada luka bersih
dan luka kontaminasi setelah luka kontaminasi tersebut dilakukan debridement.
Debridement dilakukan dalam 4 tahap :
Tahap I : Toiletisasi luka dengan membersihkan luka dari kotaran dengan betadin dan alkohol
70 %.
Tahap II : Eksisi jika masih terdapat jaringan yang kotor dan mati yang tidak hanyut pada proses
tahap I. Tetapi dengan berpedoman untuk menghemat kulit secermat mungkin.
Tahap III : Toiletisasi lagi dengan NaCl fisiologis.
Tahap IV : Tepi luka diratakan.
Pada luka infeksi tidak boleh dilakukan debridement dan tidak boleh langsung dijahit,
tetapi lakukan perawatan terbuka dengan betadine dan kompres alkohol sampai 3
hari, dimana jaringan granulasi sudah timbul kemudian lakukan ondermyn agar kulit
terpisah dengan jaringan granulasi, baru kemudian dijahit. Jahitan ini disebut jahitan
sekunder.
Apabila luka agak terlalu besar sehingga agak sukar untuk menyatukan tepi-tepi luka
walaupun sudah dilakukan ondermyn maka dilakukan autotransplantasi kulit di tempat
lain. Kemudian kulit transplant tadi dijahitkan pada luka, jahitan ini disebut jahitan
tersier.
Adalagi istilah jahitan situasi, yaitu jahitan pada luka infeksi yang dibuat untuk
menenangkan pasien dengan sedikit menutup luka agar tidak terlalu menganga agar si
pasien masih merasa diperhatikan oleh sang dokter.
LUKA
Luka dapat dibagi menjadi berbagai jenis berdasarkan kausa, bentuk luka, Ietak,
berat ringannya, dan berdasarkan klinisnya.
Pada Golden Period, kita dapat melakukan jahitan pada luka dengan syarat sudah
dilakukan debridement.
Jahitan primer adalah jahitan pada luka. Jahitan primer dilakukan pada luka bersih
dan luka kontaminasi setelah luka kontaminasi tersebut dilakukan debridement.
Debridement dilakukan dalam 4 tahap :
Tahap I : Toiletisasi luka dengan membersihkan luka dari kotaran dengan betadin dan alkohol
70 %.
Tahap II : Eksisi jika masih terdapat jaringan yang kotor dan mati yang tidak hanyut pada proses
tahap I. Tetapi dengan berpedoman untuk menghemat kulit secermat mungkin.
Tahap III : Toiletisasi lagi dengan NaCl fisiologis.
Tahap IV : Tepi luka diratakan.
Pada luka infeksi tidak boleh dilakukan debridement dan tidak boleh langsung dijahit,
tetapi lakukan perawatan terbuka dengan betadine dan kompres alkohol sampai 3
hari, dimana jaringan granulasi sudah timbul kemudian lakukan ondermyn agar kulit
terpisah dengan jaringan granulasi, baru kemudian dijahit. Jahitan ini disebut jahitan
sekunder.
Apabila luka agak terlalu besar sehingga agak sukar untuk menyatukan tepi-tepi luka
walaupun sudah dilakukan ondermyn maka dilakukan autotransplantasi kulit di tempat
lain. Kemudian kulit transplant tadi dijahitkan pada luka, jahitan ini disebut jahitan
tersier.
Adalagi istilah jahitan situasi, yaitu jahitan pada luka infeksi yang dibuat untuk
menenangkan pasien dengan sedikit menutup luka agar tidak terlalu menganga agar si
pasien masih merasa diperhatikan oleh sang dokter.
Gunshot wound
Teori Luka
VI. TEORI LUKA
1. Kerusakan pada jaringan yang disebabkan oleh interaksi mekanik antara peluru dan lapisan
otot/jaringan.
B. Sekali peluru menembus tubuh, pilin yang diakibatkan oleh alur pilin tidak memadai untuk
1. Peluru mulai mengoleng, atau terhuyung-huyung pada jalur proyeksinya. Olengannya adalah
2. Saat peluru meluncur menerobosi jaringan, olengannya bertambah. Kalau jalurnya cukup
panjang, olengannya akan mencapai 90°, jadi menonjolkan sisi pembukaan yang maksimum.
3. Kalau peluru terus meluncur, maka akan terjadi putaran balik 180° dan meluncur dengan
gerakan mundur.
C. Sebagai tambahan pada kerusakan mekanis jaringan, peluru yang bergerak merusak tatanan lapisan
jaringan sama seperti sebuah speed-boat yang merusak ketenangan air saat meluncur di atas
danau.
1. Semakin besarn energi kinetis yang dikeluarkan oleh peluru, semakin banyak energi yang hilang,
2. Jaringan terhempas dari jalur peluru yang menyebabkan terjadinya rongga sementara.
3. Rongga yang secara alamiah bersifat sementara hanya bertahan seper-5 sampai 10 ribu
detik saja.
a. Sejak mulai terasa sampai pingsan, peluru melewati beberapa berangsur-angsur meliwati
getaran dan kontraksi yang semakin sebelum hilang sama sekali, meninggalkan bekas luka yang
permanent.
b. Rongga sementara dapat menjadi 11 kali lebih besar dari diameter peluru.
c. Titik pelebaran maksimum rongga oleh sebuah peluru non-fragmen, yang merusak bentuk akan
4. Kerusakan paling parah pada rongga sementara terjadi pada luka tembak di kepala. Disini struktur
yang tengkorak kepala yang keras hanya dapat mengurangi tekanan dengan cara meledak/pecah.
5. Besarnya rongga sementara dan tekanan yang dihasilkan oleh terhempasnya jaringan hanya
berperan kecil, kalaupun ada, peran karena luka oleh peluru pistol, karena pada kenyataannya
jumlah energi kinitik yang sangat besar. Rongga besar dan tekanan gelombang besar dapat
dihasilkan yang sebenarnya dapat mengkacaukan, memecahkan, dan juga dapat merobek organ-
organ yang tidak terkena secara langsung oleh peluru, tetapi itupun hanya dalam jarak yang dekat
dengan jalurnya. memperlihatkan kecepatan tinggi dan energi kinetik dari aneka macam jenis
amunisi.
D. Ujung yang kosong dan halus dari peluru senapan cenderung merobek tubuh yang meninggalkan
luka yang lebih parah dibanding dengan jika tidak sobek. Sebaliknya peluru senjata militer
cenderung untuk tidak merobek tubuh. Kecuali dalam peluru M16 (5.56 x 45 mm).
Nyala api, sepanjang 1 sampai 2 inci dengan suhu kurang lebih 1400°
Asap gas
Tegantung jarak tembak antara moncong senapan dan sasaran, bahan tersebut dapat mempengaruhi
Berdasarkan bentuk dan juga luasnya, luka tembak bisa dibagi dalam empat kategori besar:
1. kontak
2. kontak dekat
3. sedang
4. jauh
A. Pada luka kontak, moncong senapan menempel pada kulit ketika ditembakkan.
1. Kalau senapannya ditekan "keras" ke kulit, begitu menempel sehingga dipastikan tidak adan
celah diantara keduanya ketika senapan ditembakkan luka yang diakibatkan disebut kontak keras (hard
contact).
a. Pada luka yang diakibatkan oleh kontak keras, seluruh bahan yang keluar dari moncong
b. Pinggiran luka jadi terbakar dan menghitam oleh gabungan api menyala yang keluar dari
2. Kontak keras di bagian dada dan perut, apakah oleh senjata berupa senapan, pistol ataupun
senapan tabur, luka yang diakibatkan berbentuk bulatanlubang yang dikelilingi oleh garis-garis
menghitam dan terbakar. Tidak jarang, gas yang masuk thoracic dan rongga perut menyebabkan dada
dan dinding perut menyembul keluar menghantam pucuk moncong senapan, dan meninggalkan bentuk
3. Gambarnya sepenuhnya berbeda dalam hal luka kontak pada kepala dimana
a. Pada luka kontak di kepala yang dibidik oleh pistol, seseorang bisa mengalami:
iv. Dua gambar terakhir menunjukkan gas yang keluar dari moncong senapan dan mengendap
di antara kulit kepala dan tulang. Keadaan ini mengakibatkan melepuhnya kulit kepala dengan bekas
pucuk senapan yang membekas, atau sobeknya kulit kepala yang melepuh yang mengakibatkan lubang
berbentuk belimbing.
v. Pemeriksaan yang hati-hati pada pinggiran lubang belimbing membuktikan kerusakan yang
sebenarnya, dengan garis-garis menghitam dan hangus dari mana sobekannya meluas.
vi. Ujud dan besarnya luka tergantung pada tingkat caliber senjatanya.
a) Dengan peluru rimfire .22 lubang lukanya berbentuk bulat dengan garis-garis menghitam
dan hangus
b) Dengan Magnum .357 lubangnya khas berbentuk belimbing dengan keluarnya jaringan
otak.
b. Pada luka kontak di kepala akibat senapan centerfire atau senapan tabur, terjadi luka menganga
yang luar biasa mengerikan dengan kulit kepala sobek serta keluarnya jaringan otak. Hal ini diakibatkan
oleh terjadinya rongga sementara dan pengaruh gas dibawah tekanan tinggi yang meluas dalam rongga
kepala.
c. Pada luka kontak di kepala, kemungkinan terjadi back spatter atau muncratan balik ke senjata
atau penembaknya.
i. Back spatter terjadi akibat merebaknya gas dibawah kulit pada luka kontak serta pengaruh
rongga pada luka non-kontak. Back spatter ini keluar dari setiap pembukaan yang terjadi. Untuk droplet
<0.5mm, dengan jarak paling jauh 0-40cm dan maksimum 69cm. Untuk droplet >0.5 mm, paling
ii. Perlu disadari bahwa tidak dalam segala kejadian dimana jaringan atau darah menyembur
balik ke senapan maupun penembaknya. Semua ini tergantung pada suatu tingkat jenis dan caliber
iii. Semburan lebih sering terjadi pada penembakan dengan senpan tabor atau Magnum .357
4. Pada luka kontak lepas (loose contact), moncong laras menempel pada kulit tetapi untuk waktu
yang singkat sejalan dengan meletusnya senjata, sebuah lubang menganga diantara moncong senapan
dan kulit sehingga abunya masuk dalam lubang tersebut. Abu atau debu ini bisa
dibersihkan.
5. Pada beberapa luka kontak, serbuk tidak saja tertinggal di jalan masuknya tetapi juga pada jalan
keluarnya.
a. Biasanya ini terjadi dengan serbuk bola dan berhubungan dengan luka akibat kontak keras
pada tubuh.
b. Bersamaan dengan meluncurnya peluru ke dalam tub serbuk pun tertinggal di jalan
keluarnya.
B. Pada luka kontak dekat, moncong senapan dibidik pada jarak dekat pada kulit sehingga terjadi
lubang peluru yang dikelilingi oleh sebuah balutan yang menghitam dan kulit terbakar. Balutan ini
cukup lebar untuk dapat dilihat pada luka kontak. Dengan pistol, luka kontak dekat terjadi ketika
1. Powder tattooing terjadi ketika moncong senapan berjarak ketika ditembakkan, tetapi cukup
dekat sehingga keluarnya butiran-butiran serbuk dari moncong senapan menghantam kulit,
2. Powder tattooing terdiri dari banyak luka-luka berbahaya pada kulit berwarna coklat kemerah-
1. Pistol
2. Senapan
3. Senapan tabur
4. Senapan sub-mesin
5. Senapan Mesin
Pada seluruh jenis senjata tersebut, terkecuali senapan tabur, terdapat rifling interior pada larasnya.
B. Rifling adalah serangkaian alur pilin paralel yang memotong panjang kaliber larasnya.
sebaliknya (kiri).
b. Pada senapan centerfire, hampir semua senjata memiliki alur pilin ke arah kanan dengan
c. Alur pilin senjata .22 rimfire umumnya ke kanan dengan jumlah alur
3. Rifling mengimpartasikan putaran rotasi peluru ketika meluncur dalam laras. Kegunaan putaran
ini adalah untuk menstabilkan peluncuran peluru ketika ditembakkan ke udara, dan menjaga
kejatuhannya.
1. revolver - peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan menarik picunya
2. pistol otomatis; semi otomatis - peluru disimpan dalam sebuah magasin;putaran pertama harus
2. Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir-butir tabur ganda liwat larasnya,
(peluru dengan kekuatan sedang antara peluru senapan standard an peluru pistol).
C. Senapan sub-mesin (pistol mesin) adalah senjata dengan kemampuan secara otomatis yang memiliki
ruang ledak untuk peluru pistol. Senapan mesin menembakkan peluru senapan dan punya
III. KALIBER
A. Kaliber sebuah senjata ditentukan oleh diameter moncong yang diukur dari land ke land. Ketentuan
ini tidak selalu diikuti bahkan kaliber yang ditetapkan untuk sebuah senjata sangat perlu
diperdebatkan.
1. Dalam sistem metrik yang digunakan di Eropa, kaliber senjata mengenali diameter peluru dan
B. Istilah Magnum dalam pengertian sebuah pistol atau senapan, merujuk pada kekuatan ekstra sebuah
peluru yang didorong dengan kecepatan yang lebih besar. Pada senapan tabur, istilah Magnum
berarti meningkatnya berat mesiu pellet atau butir-butir peluru tabur dengan kecepatan yang
C. Kaliber sebuah senapan tabur dikenali liwat ukurannya. Ukuran yan paling umum adalah 12, 16, 20
D. Apakah senapan tabur itu berukuran 12, 16 atau 20, butir-butir peluru tabur didorong kira-kira
pada kecepatan yang sama. Perbedaannya, kelongsong ukuran 12 menampung lebih banyak butir-
butir peluru tabur daripada yang berukuran 16 yang punya daya tampung butir-butir peluru tabur
IV. AMUNISI
A. Amunisi senjata dengan putaran rotasi peluru dibagi dalam dua kategori yaitu centerfire atau
b. Saat ini amunisi rimfire hanya terbagi dalam tiga kaliber - 22 Short, 22Long Rifle dan 22
Magnum.
kelongsong, kesulitan pokok terletak pada bagian tengah dasar kelongsong. Ketika ditembakkan,
pemantiknya menghantam tengah-tengah dasar primer yang memantik komposisi primer yang
B. Kelongsong peluru biasanya terbuat dari kuningan, meskipun ada yang terbuat dari aluminium dan
baja.
1. Ketika diledakkan, kelongsong peluru mengandung gas dari hasil pemantikan mesiu.
2. Kebanyakan peluru pistol bentuknya lurus sedang peluru senapan berbentuk leher botol (bottle
neck)
3. Pada amunisi komersial, kaliber dan nama pabrik pembuatnya dicap pada dasar peluru.
4. Pada amunisi militer, nama pabrik dan tahun pembuatan amunisinya (baik berbentuk tulisan
dari nitrocellulose, dimana nitroglycerin bisa ditambahkan ataupun tidak ditambahkan. Ujud mesiu
1. disk (flake atau serpihan) atau bola dalam pistol dan senapan tabor
D. Pelor merupakan bagian dari peluru yang lepas dari moncongnya ketika senjata ditembakkan
1. Oleh karena velositasnya yang tinggi, pusat penembak pelor senjata harus terbungkus metal baik
a. Pada umumnya pembungkusnya terbuat dari tembaga atau copper alloy tetapi bisa juga dari
baja
b. Matanya terbuat dari timah tetapi untuk peluru-peluru militer bisa dari leburan baja atau
gabungan keduanya.
3. Semua amunisi militer, termasuk amunisi pistol, haruslah berbungkus metal secara penuh.
4. Pada amunisi semi-jacket, ada mata timah dengan bungkus tembaga menutupi sisi-
sisinya dan biasanya dasar pelurunya dengan mata yang menonjol pada ujungnya.
5. Sebagai kebiasaan, peluru timah digunakan pada revolver; peluru berbungkus metal penuh
pucuk yang kosong, baik disengaja untuk dipasang pada revolver maupun pistol otomatis.
7. Amunisi .22 Short dan Senapan Laras Panjang (long rifle) dipasang dengan pelor timah; amunisi
i. moncong bulat
ii. semi-jacket
E. Hampir semua badan senapan tabur dibuat dengan sekam plastik dan kepala kuningan dengan
1. Dibalik ujung yang sobek terdapatlah pellet atau butir-butir peluru tabur (tembakannya), lalu
Ukuran dan pabrik pembuat amunisi dapat dikenali liwat gumpalan yang diambil
3. Federal dan Remington menggunakan gumpalan plastik sedang Winchester punya cirri-ciri khas
yaitu menggunakan gumpalan dari kertas maupun cardboard. Tetapi ada beberapa produk
4. Pellet yang digunakan untuk berburu burung atau binatang-binatang kecil disebut
5. Pellet yang digunakan polisi untuk bela diri dan pengejaran disebut buckshot.
d. Ciri-cirinya, buckshot dipasang dengan bungkusan serbuk putih bahan plastik yang ketika
F. Sementara, umumnya muatan untuk senapan tabur mengandung birdshot atau buckshot, tetapi ada
1. Peluru gotri senapan tabur sungguh-sungguh adalah misil timah yang besar :
b. Peluru gotri Brenneke dari Eropa mirip dengan peluru gotri Foster hanya saja diberi
3. Berat peluru gotri ini berkisar antara kira-kira 350 sampai 490 grain (kesatuan berat di
4. Peluru gotri sabot punya konfigurasi jam pasir dan terbungkus dalam dua buah plastik
a. Seluruh himpunan, dua buah plastik yang menyelimuti peluru gotri berikut peluru gotrinya
b. Sementara keluar, kedua buah plastiknya terlepas dan misil jam pasirnya terus meluncur
menuju sasarannya
A. Peluru
1. Ketika sebuah peluru ditembakkan melalui larasnya, penembakan meninggalkan dua jenis
b. karakteristik individual
2. Karakteristik Kelas adalah pembuatan dan model senapan, contohnya, jumlah lands dan alur
ketidaksempurnaan dalam laras yang hanya ada pada laras individual itu sendiri. Tanda-tanda
inilah yang dipakai para penyelidik senjata untuk mengenali peluru yang ditembakkan oleh
1. Kelongsong peluru juga punya tanda-tanda yang berasal dari pemantik, pelontar dan juga dari
magasin.
2. Tanda-tanda ini dapat dipakai untuk mengenali asal kelongsong peluru senjata yang spesifik.
3. Kadang-kadang, sidik jari dapat ditemui pada kelongsong peluru yang telah ditembakkan.
C. Sidik jari pada senjata, khususnya pistol umumnya jarang dipakai. Jadi, rekomendasi sidik jari pada
Pada saat peluru ditembakkan dari moncongnya, akan selalu diikuti dengan hak-hal
berikut :
Awan gas
Bergantung pada jarak antara moncong senjata dan target, materi-materi tersebut dapat
mempengaruh tampakan dari luka tembak masuk yang terjadi. (gbr 8.12 dan 8.13)
Berdasarkan dari gambaran lukacdan jarak tembak, luka tembak dapat dibedakan
menjadi 4 katagori yaitu :
A. Pada luka tembak tempel (contact), moncong senjata berhadapan langsung tanpa
jarak dengan target pada saat penembakan.
Luka tembak jarak dekat dikarakteristikkan dengan adanya ”kelim tato” disekitar luka
tembak masuk. (gbr 8.16-c)
1. kelim tato muncul apabila moncong senjata diarahkan menjauh dari target pada
saat penembakan, namun jaraknya masih cukup dekat sehingga bubuk mesiu
yang muncul dari moncong senjata pada saat penembakan bersamaan dengan
menembusnya anak peluru ke kulit akan menghasilkan luka yang berlubang-
lubang kecil-kecil (punctated abrasions) pada kulit sekitar luka tembak masuk.
Luka tersebut disebut kelim tato.
2. Kelim tato terdiri dari luka berlubang-lubang kecil (punctated lesion) yang multiple
berwarna merah-kecoklatan sampai orange-kemerahan yang mengelilingi kulit
sekitar luka tembak masuk.
3. luka pada kelim tato adalah luka abrasi yang berlubang-lubang kecil (punctated
abrasions)
a. luka tersebut tidak dapat dihilangkan dengan menghapus/menggosoknya.
b. Luka tersebut bukan suatu luka bakar, sayangnya luka tersebut biasanya
menunjukkan bubuk mesiu yang terbakar (powder burns)
i. istilah bubuk mesiu yang terbakar (powder burns) sangat remang-
remang dan tidak cocok dalam mendeskripsikan etiologi dari luka
tersebut (kelim tato).
ii. istilah bubuk mesiu yang terbakar (powder burns) tidak seharusnya
digunakan pada saat mendeskripsikan kelim tato atau kulit yang
terbakar atau menghitamnya kulit di sekitar luka akibat terbakar api
dan atau penembakan.
4. Pada kasus-kasus penembakan dengan pistol, kelim tato akan muncul apabila
pistol tersebut ditembakkan dengan jarak moncong pistol ke target melebihi 10
mm.
5. jarak maksimum terbentuknya kelim tato pada target tergantung dari jenis bubuk
mesiu yang dipakai dan jenis senjatanya.
6. penggalak pada anak peluru yang banyak digunakan di Amerika Serikat diisi
dengan bubuk mesiu berbentuk bola (ball powder) atau bubuk mesiu yang
berbentuk serpihan (flake/disc powder) disebut seperti itu karena bentuk-bentuk
bubuk mesiu dan ukuran yang berbeda-beda.
a. bubuk mesiu yang berbentuk serpihan (flake/disc powder) adalah bubuk
mesiu tradisional yang biasanya digunakan pada pistol, mengandung
bubuk mesiu yang berbentuk sirkuler / bundar. Kelim tato yang muncul
pada pistol yang anak pelurunya diisi bubuk mesiu jenis ini dapat muncul
pada jarak moncong pistol dengan target kira-kira sampai 2 kaki.
b. Pada pistol yang pada penggalaknya berada di tengah (centerfire
handguns) yang menggunakan bubuk mesiu berjenis bola (ball powder),
kelim tato akan muncul pada jarak maksimum 3 – 4 kaki.
7. Pada senapan berburu (shotgun) dapat menggunakaan salah satu dari bubuk
mesiu jenis serpihan (flake) atau pun bola (ball).
a. Satu-satunya senjata shotgun yang menggunakan amunisi yang berisi
bubuk mesiu jenis bola (powder ball) adalah senjata yang diproduksi oleh
Winchester. Pabrik lainnya menggunakan bubuk mesiu jenis serpihan
(flake).
b. Kelim tato muncul pada jarak 2 kaki dengan menggunakan shotgun yang
berisi bubuk mesiu jenis serpihan (flake) dan 3 kaki dengan shotgun yang
berisi bubuk mesiu jenis bola (ball).
8. Pada senjata jenis senapan yang penggalaknya terletak di tengah (centerfire
rifles), diisi dengan dua jenis bubuk mesiu jenis bola dan silinder, pada bubuk
mesiu jenis silinder, bubuknya berbentuk silindris yang kecil.
a. kelim tato dari bubuk mesiu jenis silindris akan muncul pada jarak yang
tepat yaitu 2 kaki.
b. Sementara dari bubuk mesiu jenis bola muncul pada jarak 3 kaki.
9. Pada amunisi yang penggalaknya terletak di tepi (rimfire amunition) (22 Short ; 22
long Rifle) di isi dengan salah satu dari bubuk mesiu jenis bola (ball) atau
serpihan (disc)
a. Satu-satunya pabrik yang menggunakan bubuk mesiu jenis bola adalah
Winchester.
b. Bubuk mesiu yang di gunakan pada amunisi dengan penggalak yang
letaknya di tepi (rimfire amunition) sangat stabil dan jarak tempuhnya tidak
terlalu jauh. Oleh karena itu kelim tato yang terbentuk pada anak peluru
yang penggalaknya terletak di tepi dan menggunakan bubuk mesiu jenis
bola jaraknya tidak lebih dari 1 ½ kaki.
c. Sedangkan bila menggunakan bubuk mesiu jenis serpihan dapat
membentuk kelim tato pada jarak 2 kaki.
10. Telapak tangan dan kaki adalah area yang sangat resisten terhadap terbentuknya
kelim tato, malahan apabila terbentuk kelim tato pada area ini hal tersebut akan
terlihat seperti area yang sebagian terlihat seperti luka bakar.
D. Apabila senjata di di tembakkan dengan jarak dekat pada tubuh, jelaga akan muncul
dari moncong senjata dan mengendap pada pakaian dan kulit. Pada pistol, jelaga
yang mengendap tidak akan timbul apabila jarak tembakan melebihi 12 inchi, tetapi
pada banyak kasus, jelaga juga tidak timbul pada jarak kurang 12 inchi.
E. Saat jarak maksimal dimana kelim tato terbentuk telah terlampaui sehingga tidak
terbentuk kelim tato, pada saat itu lah luka yang terjadi di sebut luka tembak jarak
jauh (distant gunshot wound)
1. Luka tembak masuk jarak jauh cenderung membentuk bulatan atau oval dengan tepi
luka yang tajam, khasnya pada luka masuk tepinya akan dikelilingi oleh cincin abrasi
yang disebut kelim lecet.
2. Kelim lecet terbentuk akibat peluru memotong secara kasar tepi luka sehingga
membuat lecet kulit di daerah sekitarnya, hal tersebut tidak berhubungan dengan
panas yang dihasilkan oleh peluru atau gerakan memutar peluru.
5. Luka tembak masuk yang dihasilkan oleh senapan dengan peluru yang
menggunakan penggalak yang berada ditengah (centerfire rifle) dapat membentuk
”micro tears” sobekan-sobekan kecil disekitar luka masuk (gbr 8.17-c)
a. Sobekan-sobekan ini ukurannya seluas 1-2 mm, mengelilingi tepi dari luka
tembak masuk.
6. Luka tembak masuk jarak jauh pada telapak tangan dan kaki bentuknya irreguler,
sering terlihat ganbaran satelit dan gambaran kelim lecet yang kurang jelas. Lukanya
lebih terlihat seperti luka tembak keluar.
F. Pada luka tembak yang menyermpet, hal tersebut terjadi apabila peluru meluncur
dan dan menyentuh kulit dengan membentuk sudut yang dangkal, sehingga
menghasilkan daerah abrasi/lecet yang panjang tanpa membuat perforasi pada
kulitnya. Sering pada kasus ini sulit ditentukan dari arah mana peluru meluncur.
G. Pada luka tembak tangnsial (garis singgung), hal tersebut terjadi apabila peluru
meluncur dan menyinggung kulit secara sejajar dengan permukaan kulit,
menghasilkan luka yang dangkal pada kulit sampai dengan lapisan subkutan.
Terdapat robekan-robekan pada bagian tepi lukanya, yang menunjukkan atau
sebagai petunjuk arah peluru meluncur.
H. Luka tembak keluar cenderung lebih besar / lebar dan tepi lebih irreguler
dibandingkan luka tembak masuk. Hal tersebut disebabkan karena pada saat
anak peluru mencapai batas akhir pada salurannya, peluru menjadi tidak stabil,
dan menjadi rusak / deformitas sehingga luka yang ditimbulkannya menjadi
lebih besar.
2. Khasnya, luka tembak keluar tidak mempunyai kelim lecet disekitar luka,
karena peluru yang melewati saluran luka tidak berhubungan dengan
permukaan luar dari kulit.
3. Luka tembak keluar jarang disertai dengan kelim lecet pada tepinya, kalau
pun ada disebut dengan ”shored exit wounds” (seperti pantai). Hal tersebut
dapat terjadi apabila pada saat peluru keluar, kulit pada titik saat peluru
keluar terdorong keluar mengikuti arah peluru dan berlawanan dengan
permukaan yang keras seperti tanah atau tembok, hal tersebut
menyebabkan gesekan dan menyebabkan luka lecet pada tepi kulit dimana
luka tembak keluar berada. Shored exit wounds dapat juga disebabkan tali
pengikat bra, sabuk atau pakaian yang berlapis-lapis dan ketat.
A. Ada dua tipe amunisi yang menggunakan penggalak yang terdapat di tengah
adalah :
1. Full-metal jacket military
2. semi- jacket hunting amunition
B. Luka yang diakibatkan oleh peluru FMJ lebih ringan dibandingkan luka yang
diakibatkan oleh anak peluru dengan kaliber yang sama yang ditembakkan dari
senapan yang sama tapi diisi dengan anak peluru jenis untuk berburu (hunting
bullets).
C. Anak peluru FMJ cenderung menembus tubuh tanpa disertai deformitas, pada
kebanyakan kasus tidak ada fragmen-fragmen peluru yang terlihat pada
pemeriksaan X-Ray.
D. Hal tersebut tidak sama dengan yang terjadi pada amunisi jenis semi-jacket
hunting
1. Saat peluru menembus tubuh, jacket (mantel peluru) akan mengelupas dan
akan membuka inti timah sehingga akan membentuk fragmen-fragmen
kecil yang dapat menyebar ketika menembus tubuh. Selongsong mantel
peluru dapat hilang.
2. Phenomena tersebut dapat menyebabkan gambaran yang khas pada foto
rontgen yang disebabkan luka karena peluru berburu (hunting ammunition)
yang disebut ”lead snowstrom” (gbr. 8.19)