You are on page 1of 48

JENIS – JENIS LUKA

Menurut tipenya luka dibedakan menjadi 4 tipe luka yaitu :

 Clean wound/luka bersih

Clean wound atau luka bersih adalah luka yang dibuat oleh karena tindakan operasi dengan
tehnik steril , pada daerah body wall dan non contaminated deep tissue ( tiroid, kelenjar,
pembuluh darah, otak, tulang)

 Clean contaminated wound

Merupakan luka yang terjadi karena benda tajam, bersih dan rapi, lingkungan tidak steril atau
operasi yang mengenai daerah small bowel dan bronchial.

 Contaminated wound

Luka ini tidak rapi, terkontaminasi oleh lingkungan kotor, operasi pada saluran terinfeksi (large
bowel/rektum, infeksi broncial, infeksi perkemihan)

 Infected wound

Jenis luka ini diikuti oleh adanya infeksi, kerusakan jaringan, serta kurangnya vaskularisasi pada
jaringan luka.

JENIS LUKA MENURUT PENYEBAB

Tipe luka (vulnus) adalah :

Vulnus laceratum (Laserasi)

Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka tepi luka
tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko infeksi.

 Vulnus excoriasi (Luka lecet)

Penyebab luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada permukaan kulit
merupakan luka terbuka tetapi yang terkena hanya daerah kulit.

 Vulnus punctum (Luka tusuk)

Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit, merupakan luka
terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika yang mengenai
abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus).

 Vulnus contussum (luka kontusio)


Penyebab : benturan benda yang keras. Luka ini merupakan luka tertutup, akibat dari
kerusakan pada soft tissue dan ruptur pada pembuluh darah menyebabkan nyeri dan berdarah
(hematoma) bila kecil maka akan diserap oleh jaringan di sekitarya jika organ dalam terbentur
dapat menyebabkan akibat yang serius

 Vulnus insivum (Luka sayat)

Penyebab dari luka jenis ini adalah sayatan benda tajam atau jarum merupakan luka terbuka
akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasif, tepi luka tajam dan licin.

 Vulnus schlopetorum

Penyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka tampak kehitam-hitaman, bisa tidak
teratur kadang ditemukan corpus alienum.

 Vulnus morsum (luka gigitan)

Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar bentuk luka
tergantung dari bentuk gigi.

 Vulnus perforatum

Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah,
tombak atau proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan.

 Vulnus amputatum

Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka
membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi
tinggi, terdapat gejala pathom limb.

 Vulnus combustion (luka bakar)

Penyebab oleh karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia Jaringan kulit rusak dengan
berbagai derajat mulai dari lepuh (bula – carbonisasi/hangus). Sensasi nyeri dan atau anesthesia.

VULNUS (LUKA)

A.PENGERTIAN
Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka
membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi
tinggi, terdapat gejala pathom limb.

B.ETIOLOGI
1.Mekanis / traumatis
2.Perubahan suhu
3.Zat kimia
4.Ledakan
5.Sengatan listrik
6.Gigitan hewan

C.TIPE VULNUS
1.Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek)
Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka tepi luka
tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko infeksi.

2.Vulnus Excoriasi (Luka Lecet)


Penyebab luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada permukaan kulit
merupakan luka terbuka tetapi yang terkena hanya daerah kulit.

3.Vulnus Punctum (Luka Tusuk)


Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit, merupakan luka
terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika yang mengenai
abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus).

4.Vulnus Contussum (Luka Kontusio)


Penyebab: benturan benda yang keras. Luka ini merupakan luka tertutup, akibat dari kerusakan
pada soft tissue dan ruptur pada pembuluh darah menyebabkan nyeri dan berdarah (hematoma)
bila kecil maka akan diserap oleh jaringan di sekitarya jika organ dalam terbentur dapat
menyebabkan akibat yang serius.

5.Vulnus Scissum/Insivum (Luka Sayat)


Penyebab dari luka jenis ini adalah sayatan benda tajam atau jarum merupakan luka terbuka
akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasif, tepi luka tajam dan licin.

6.Vulnus Schlopetorum (Lika Tembak)


Penyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka tampak kehitam-hitaman, bisa tidak
teratur kadang ditemukan corpus alienum.

7.Vulnus Morsum (Luka Gigitan)


Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar bentuk luka
tergantung dari bentuk gigi.

8.Vulnus Perforatum (Luka Tembus)


Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah, tombak atau
proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan.

9.Vulnus Amputatum (Luka Terpotong)


Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka
membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi
tinggi, terdapat gejala pathom limb.

10.Vulnus Combustion (Luka Bakar)


Penyebab oleh karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia Jaringan kulit rusak dengan
berbagai derajat mulai dari lepuh (bula – carbonisasi/hangus). Sensasi nyeri dan atau anesthesia.

D.TANDA DAN GEJALA


1.Deformitas: Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti: rotasi pemendekan tulang, penekanan tulang.
2.Bengkak: edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang
berdekatan dengan fraktur
3.Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
4.Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
5.Tenderness/keempukan
6.Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan
struktur di daerah yang berdekatan.
7.Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
8.Pergerakan abnormal
9.Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
10.Krepitasi (Black, 1993).

E.PATOFISIOLOGI
Vulnus terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tubuh yang bisa disebabkan oleh
traumatis/mekanis, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, dan gigitan hewan atau
binatang. Vulnus yang terjadi dapat menimbulkan beberapa tanda dan gejala seperti bengkak,
krepitasi, shock, nyeri, dan deformitas atau bisa juga menimbulkan kondisi yang lebih serius.
Tanda dan gejala yang timbul tergantung pada penyebab dan tipe vulnus.

F.DAMPAK PADA SISTEM TUBUH


1.Kecepatan metabolisme
Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada fungsi
simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan kecepatan
metabolisme basal.

2.Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit


Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari anabolisme,
maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan pergeseran cairan
intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan
oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan
kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat
pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis.

3.Sistem respirasi.
a.Penurunan kapasitas paru
Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta relatif
kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.
b.Perubahan perfusi setempat
Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi dengan
perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan metabolisme (karena
latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.
c.Mekanisme batuk tidak efektif
Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga sekresi mukus
cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris normal.

4.Sistem Kardiovaskuler
a.Peningkatan denyut nadi
Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme pada
keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan immobilisasi.
b.Penurunan cardiac reserve
Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu pengisian
diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.
c.Orthostatik Hipotensi
Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana anterior dan venula
tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada vasokontriksi sehingga
darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah
darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah
menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan
pingsan.

5.Sistem Muskuloskeletal
a.Penurunan kekuatan otot
Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2 dan nutrisi
sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan
terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.
b.Atropi otot
Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi persarafan.
Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.
c.Kontraktur sendi
Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan gerak.
d.Osteoporosis
Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik dan
anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.

6.Sistem Pencernaan
a.Anoreksia
Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar
pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang
menyebabkan menurunnya nafsu makan.
b.Konstipasi
Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus menjadi
kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan
orang sulit buang air besar.

7.Sistem perkemihan
Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam keadaan
sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine
sehingga dapat menyebabkan: Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk
batu ginjal dan tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman
dan dapat menyebabkan ISK.

8.Sistem integumen
Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan tertekan
sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini
dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan
dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.

G.KOMPLIKASI
1.Kerusakan Arteri: Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang
disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan
reduksi, dan pembedahan.
2.Kompartement Syndrom: Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan
oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah.
3.Infeksi: System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
4.Shock: Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.

H.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah

I.PENATALAKSANAAN
1.Pembedahan
2.Imunisasi tetanus
3.Immobilisasi
4.Terapi antibiotik

J.PROSES PENYEMBUHAN LUKA


1.Stadium Satu-Pembentukan Hematoma: Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma
disekitar. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat
tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan
berhenti sama sekali.
2.Stadium Dua-Proliferasi Seluler: Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel
menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang telah
mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang
lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam
beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah.
Fase ini berlangsung selama 8 jam.
3.Stadium Tiga-Pembentukan Kallus: Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang
kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk
tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast
mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan
tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan
periosteal.
4.Stadium Empat-Konsolidasi: Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang
berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast
menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi
celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang
lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang
normal.
5.Stadium Lima-Remodelling: Telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan
pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat
yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum
dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.

K.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik.
Tujuan: Nyeri akut teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan
kriteria hasil:
Pasien tidak mengeluh nyeri
Pasein tidak mengeluh sesak
Pernapasan 12-21x/mnt
Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui kondisi pasien
2)Monitor derajat dan kualitas nyeri (PQRST)?
R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan
3)Ajarkan teknik distraksi/relaksasi/napas dalam
R/mengurangi rasa nyeri
4)Beri posisi nyaman
R/untuk mengurangi rasa nyeri
5)Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
6)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/memenuhi kebutuhan pasien
7)Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat proses penyembuhan
8)Kolaborasi/lanjutkan pemberian analgetik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mengurangi rasa nyeri
2.Perfusi jaringan serebral/perifer tidak efektik berhubungan dengan aliran arteri terhambat.
Tujuan: Perpusi jaringan serebral teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24jam dengan kriteria hasil:
Pasien tidak mengeluh pusing
Pasien tidak mengeluh sesak napas
Pernapasan 12-21x/mnt
Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
Nadi 60-100x/mnt
CRT: <3 detik Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu,
saturasi R/mengetahui kondisi pasien 2)Monitor capillary refill time R/mengetahui status
keadaan pasien 3)Monitor kemampuan aktivitas pasien R/mengetahui kemampuan pasien
4)Anjurkan untuk cukup istirahat R/mempercepat pemulihan kondisi 5)Beri posisi semi fowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen 6)Bantu aktivitas pasien secara bertahap R/mengurangi beban
kerja pasien 7)Cegah fleksi tungkai R/menghindari penurunan staus kesadaran pasien 8)Libatkan
keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien R/mencukupi kebutuhan pasien 9)Beri cukup
nutrisi sesuai dengan diet R/mempercepat pemulihan kondisi 10)Kolaborasi/lanjutkan terapi
oksigen R/mencukupi kebutuhan oksigen 11)Kolaborasi/lanjutkan terapi transfusi
R/mempercepat pemulihan kondisi pasien 12)Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat; nama, dosis,
waktu, cara, indikasi R/mempercepat proses penyembuhan 3.Resiko infeksi berhubungan dengan
pertahanan primer tidak adekuat, prosedur invasif, pertahanan sekunder tidak adekuat. Tujuan:
Pasien tidak mengalami infeksi setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 2x24jam
dengan kriteria hasil: Daerah tusukan infus tidak ada tanda peradangan Hasil laboratorium
darah normal(Leukosit, Hb) Intervensi: 1)Monitor tanda-tanda peradangan R/untuk melihat
tanda-tanda peradangan 2)Monitor pemeriksaan Laboratorium darah R/untuk melihat kandungan
darah 3)Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan R/untuk menghindari inos
4)Anjurkan untuk bed rest R/mempercepat pemulihan kondisi 5)Batasi pengunjung R/untuk
mencegah inos 6)Rawat luka setiap hari dwengan teknik steril R/mencegah infeksi 7)Beri nutrisi
tinggi zat besi, vitamin C R/untuk membantu proses penyembuhan luka 8)Kolaborasi/lanjutkan
pemberian obat antibiotik ; nama, dosis, waktu, cara R/mempercepat penyembuhan 4.Resiko
defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan melalui abnormal
(perdarahan). Tujuan: Resiko defisit volume cairan teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil: BB dalam batas normal Tekanan darah 120-
129/80-84mmHg Nadi 60-100x/mnt C/axilaSuhu: 36-37 Finger print <3 detik BAK 3-
5x/hari Tidak ada perdarahan Intevensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui keadaan pasien 2)Anjurkan untuk banyak minum ± 2
L/hari R/memenuhi kebutuhan cairan 3)Hitung balance cairan R/mengetahui klebihan dan
kekurang cairan 4)Anjurkan untuk bed rest R/mempercepat pemulihan kondisi
5)Kolaborasi/lanjutkan pemberian terapi elektrolit; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan 6)Kolaborasi/lanjutkan program therapi transfusi R/mempercepat
pemulihan kesehatan pasien DAFTAR PUSTAKA Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku
Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa : Monica Ester, Edisi 8, Jakarta: EGC Doengoes, Marilynn
E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan Keperawatan dan
masalah kolaboratif. Alih Bahasa : I Made Kanosa, Edisi III, Jakarta: EGC Hinchliff, Sue.
(1996). Kamus Keperawatan. Edisi; 17. Jakarta: EGC Sudart dan Burnner, (1996). Keperawatan
Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol 3, Jakarta: EGC Nanda. 2005. Definisi dan klasifikasi, Jakarta:
Prima Medika

JENIS LUKA DAN PERAWATANNYA

Definisi : Luka adalah keadaan dimana terdapat diskontinuitas dari


kulit.
Sebagai penyebab dari perlukaan adalah trauma
mekanis,termis,listrik dsb. Pada umumnya yang diterima sebagai
penyebab luka adalah trauma mekanis.
Trauma mekanis ini dapat truma tajam maupun tumpul.

Luka dapat dibagi atas :

I. Menembus tidaknya :
A.Tidak menembus suatu rongga (vulnus non penetrans)
B.Menembus suatu rongga (vulnus penetrans)

II. Adanya infeksi :


A. Tidak ada infeksi
B. Ada infeksi (vulnus infectum)

III. Menurut bentuk morfologis :


A. Hematoma
Hematoma adalah keadaan terdapatnya penimbunan darah dalam
suatu rongga abnormal, dalam hal ini dibawah kulit.
Ada yang menganggap hematoma tidak termasuk didalam luka.
B. Abrasi :
Abrasi adalah keadaan dimana terdapat kerusakan epidermis.
C. Ekskoriasi
Ekskoriasi adalah perlukaan dimana terdapat kerusakan dari
epidermis dan dermis.
D. Vulnus Punctum (ictum)
Perlukaan yang terjadi berupa suatu luka yang kecil (luka
tusuk).
E. Vulnus Scissum
Perlukaan yang terjadi berupa suatu luka yang berbentuk
garis.Sebagai penyebabnya adalah suatu trauma tajam.
F. Vulnus Laceratum (luka compang camping)
Sebagai penyebab adalah trauma tumpul.
Luka yang terjadi dapat berupa garis (seperti pada
v.scissum) atau memang berbentuk compang camping.
Apabila berbentuk garis, maka perbedaannya dengan
v.scissum adalah adnya jembatan jaringan,tepi yang tak
rata, pinggir yang tak rata dsb.
G. Luka tembak (v.sclopetorum)
Luka tembak terbagi atas luka tembak masuk dan luka tembak
keluar.

Perawatan luka secara umum :


____________________________

1. Pada setiap perlukaan perhatikan keadaan umum terlebih


dulu. Apabila keadaan umum buruk usahakan terlebih dulu
perbaikan keadaan umum.Apabila perdarahan tampak terus
berlanjut dan merupakan penyebab dari keadaan umum yang
buruk maka perdarahan dan keadaan umum buruk diatasi
secara bersama-sama.

2. Saat terjadinya perlukaan :


a. Luka kurang dari 6 jam : luka ini dianggap luka
bersih (clean wound) .
Luka seperti ini diharapkan akan sembuh per-primam
(dengan tindakan yang adekwat) dan dapat dilakukan
tindakan primer / penjahitan primer.
b. Luka terkontaminasi:
Yang termasuk luka terkontaminasi adalah :
= luka antara 6-12 jam
= luka kurang dari 6 jam akan tetapi kontaminasi
yang terjadi adalah banyak.
= luka kurang dari 6 jam akan tetapi ditimbulkan
karena daya / enersi yang besar (misalnya luka
tembak atau terjepit mesin).
Luka ini diragukan untuk dapat sembuh secara primer
karena itu diberikan tindakan ekspektatip (kompres
zat antiseptika dan diberikan antibiotika.
Apabila pada hari ke-3-7 tidak timbul radang bila
perlu dapat dilakukan tindakan penjahitan ;
penjahitan disini disebut jahitan primer tertunda
(delayed primary suture).
Bila antara hari ke-3-7 timbul pus maka luka
dianggap luka terinfeksi.
c.Luka terinfeksi : setiap luka diatas 12 jam dianggap
luka terinfeksi.
Pada luka ini diberi kompres dan antibiotika sambil
menunggu hasil kultur dan resistensi test untuk
pemberianantibiotika yang sesuai.. Apabila kemudian
proses radang sudah tenang dan timbul jaringan
granulasi sehat dapat dilakukan jahitan sekunder.

Perkecualian untuk penanganan ini:


a. Luka lebih lama dari 6 jam tanpa tanda-tanda radang
dan sudah diberi zat antiseptika sebelumnya dapat
dilakukan tindakan primer.
b. Luka terkontaminas didaerah wajah tetap dilakukan
penjahitan primer.
c. Luka kurang dari 6 jam didaerah perineum tetap
dianggap luka terkontam,inasi.
d. Perlukaan lebih dari 6 jam tetap dapat dilakukan
eksplorasi.

3. Profilaksis tetanus :
Dapat diberikan dalam bentuk Toksoid,ATS atau
imunoglobulin.
ATS diberikan 1500U,Toksoid 1cc atau imunoglobulin 250U
(pada orang dewasa).

4. Medikamentosa :
Sebaiknya diberikan antibiotika profilaksis.

5. Pembukaan jahitan :
Pada daerah wajah jahitan dibuka hari ke-4 untuk
menghindari terjadinya "railroad track" yang akan sangat
sulit untuk dikoreksi.
Apabila pada saat kontrol tampak adanya pus, maka
jahitan segera dibuka pada dimana tampak pernanahan.

Perawatan luka khusus :


_______________________

1. Perlukaan pembuluh darah :


Apabila terdapat perlukaan pada pembuluh darah sebagai
tindakan sementara dapat dilakukan tindakan penekanan
daerah luka atau penekanan pada nadi proksimal dari
luka.Sebagai tindakan definitip adalah ligasi atau
repair dari perlukaan pembuluh darah.

2. Perlukaan syaraf perifer :


Pada luka bersih, maka repair syaraf dapat dilakukan
secara primer, pada luka terkontaminasi atau terinfeksi
dilakukan secara sekunder.

3. Perlukaan tendo :
Bila luka dijahit primer maka tendo juga diusahakan
untuk dijahit secara primer. Perkecualian adalah pada
daerah "no mans land" pada tangan dimana dimana
repair dilakukan secara sekunder.

4. Perlukaan daerah toraks dan abdomen :


Harus selalu ditentukan apakah luka tembus atau tidak.

5. Perlukaan daerah wajah dan kepala :


Apabila terdapat luka pada daerah kepala maka rambut
harus dicukur terlebih dahulu. Alis tidak diperbolehkan
untuk dicukur.
Apabila terdapat perdarahan maka langsung dilakukan
penjahitan tanpa hemostasis kecuali bila terkena
pembuluh darah sedang atau besar.
Perlukaan pada daerah pipi harus dipastikan bahwa tidak
terdapat kerusakan pada n.VII ataupun ductus Stenoni.

6. Perlukaan daerah leher :


Apabila luka dalam dan ada kemungkinan terkena organ
penting (pembuluh darah dsb) maka perlu eksplorasi.

LUKA (VULNUS)

Luka (Vulnus)

 Luka : adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh

Etiologi :

 Mekanis / traumatis
 Perubahan suhu
 Zat kimia
 Ledakan
 Sengatan listrik
 Gigitan hewan

Trauma tajam menyebabkan :

 Luka iris : Vulnus scisum / incisivum


 Luka tusuk : Vulnus ictum
 Luka gigitan : Vulnus morsum
Trauma tumpul menyebabkan :

 Luka terbuka : Vulnus apertum


 Luka tertutup : Vulnus occlusum +
 Luka lecet : Vulnus excoriatio
 Luka memar : contusio + hematome

Tembakan menyebabkan : Vulnus sclepetorum

Fase peyembuhan Luka

 Fase Inflamasi : berlangsung mulai terjadi luka sampai hari ke 5


 Terjadi akibat sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang
meningkatkan permiabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, penumpukan sel
radang disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan yang
ditandai dengan warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor),
rasa nyeri (dolor) dan pembengkakan (tumor).

 Fase Proliferasi / Fibroplastic / Granulasi :


 Terjadi mulai akhir fase inflamasi sampai akhir minggu ke 3. Pada fase ini luka dipenuhi
sel radang, fibroblast dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan
permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi.
 Proses ini baru berhenti setelah ephitel saling menyentuh dan menutup seluruh
permukaan luka.

 Fase penyudahan / Pematangan.


 Fase ini berlangsung berbulan bulan dan dinyatakan berakhir jika semua tanda radang
telah hilang.
 Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri penyerapan kembali jaringan yang
berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya grafitasi, dan akhirnya perupaan kembali
jaringan yang baru dibentuk.

Klasifikasi Penyembuhan
Penyembuhan Primer (sanatio per primam intentionem)

 Didapat bila luka bersih, tidak terinfeksi, dan dijahit dengan baik.

Penyembuhan sekunder (sanatio per secundam intentionem)


 Didapat pada luka yang dibiarkan terbuka
 Luka diisi jaringan granulasi dimulai dari dasar terus naik sampai penuh
 Ephitel menutup jaringan granulasi mulai dari tepi
 Penyembuhan

Penyembuhan Primer tertunda atau Penyembuhan dengan jaringan tertunda

 Luka dibiarkan terbuka


 Setelah beberapa hari ada granulasi baik dan tidak ada infeksi
 Luka dijahit
 Penyembuhan

Penatalaksanaan Luka
Sebelum mulai :

 Perhatikan keadaan umum


 Cari kemungkinan cedera lain

Penanganan hari pertama :

 Anestesi lokal / umum


 Pembilasan luka (cairan garam faali)
 Sterilisasi luka (yodium povidum 1 %, klorheksidin ½ %, yodium 3 %, alkohol 70 %)
 Luka dikelilingi dengan kain steril

 Pembersihan luka ( debrideman )


 Kotoran, benda asing, eksisi jaringan mati, eksisi pinggir kulit .
 Hemostasis baik
 Jahitan primer jika diharapkan penyembuhan primer
 Biarkan luka terbuka jika diharapkan sanatio primer tertunda
 Pemasangan pengalir ( drainage )
 Pembalut

 Amati luka pada hari kedua, ketiga atau keempat untuk mempertimbangkan :
 Pemasangan penjahitan kulit primer tertunda jika ternyata tidak ada infeksi dan ternyata
timbul jaringan granulasi sehat di dasar luka untuk mencapai penyembuhan primer
tertunda
 Biarkan luka terbuka jika ada infeksi atau jaringan granulasi yang tidak kelihatan baik,
selanjutnya
 Tunggu epitelisasi permukaan luka dari pinggir ( penyembuhan sekunder

LUKA dan PENANGANAN

Pengertian Luka
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi
jaringan yang rusak atau hilang.
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Jenis Luka
1. Berdasarkan Tingkat Kontaminasi Luka.

 Luka Bersih (Clean Wounds). Yang dimaksud dengan luka bersih adalah luka bedah tak
terinfeksi yang mana luka tersebut tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan juga
infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi
 Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds). Jenis luka ini adalah luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi
terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi.
 Luka terkontaminasi (Contamined Wounds) adalah luka terbuka, fresh, luka akibat
kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi
dari saluran cerna.
 Luka kotor atau infeksi (Dirty or Infected Wounds) adalah terdapatnya mikroorganisme
pada luka. Dan tentunya kemungkinan terjadinya infeksi pada luka jenis ini akan semakin
besar dengan adanya mikroorganisme tersebut.
2. Berdasarkan Kedalaman Dan Luasnya Luka.
 Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema). Luka jenis ini adalah luka yang terjadi pada
lapisan epidermis kulit.
 Stadium II : Luka "Partial Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti
halnya abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
 Stadium III : Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati
jaringan yang mendasarinya. Luka ini timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan
atau tanpa merusak jaringan di sekitarnya.
 Stadium IV : Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah luka yang telah mencapai lapisan otot,
tendon dan tulang dengan adanya destruksi / kerusakan yang luas.
3. Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka.
 Luka Akut. Luka akut adalah jenis luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.
 Luka Kronis. Luka kronis adalah jenis luka yang yang mengalami kegagalan dalam proses
penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
MACAM LUKA dan PENANGANANYA
1. Vulnus excoriasi (Luka lecet)
a) Pengertian : Jenis luka yang satu ini derajat nyerinya biasanya lebih tinggi dibanding luka robek,
mengingat luka jenis ini biasanya terletak di ujung-ujung syaraf nyeri di kulit.
b) Cara penanganan : Pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan luka terlebih dahulu
menggunakan NaCl 0,9%, dan bersiaplah mendengar teriakan pasien, karena jenis luka ini tidak
memungkinkan kita melakukan anastesi, namun analgetik boleh diberikan. Setelah bersih, berikan
desinfektan. Perawatan jenis luka ini adalah perawatan luka terbuka, namun harus tetap bersih,
hindari penggunaan IODINE salep pada luka jenis ini, karena hanya akan menjadi sarang kuman,
dan pemberian IODINE juga tidak perlu dilakukan tiap hari, karena akan melukai jaringan yang
baru terbentuk.

2. Vulnus punctum (Luka tusuk)


a) Pengertian : Luka tusuk biasanya adalah luka akibat logam, nah yang harus diingat maka kita harus
curiga adalanya bakteri clostridium tetani dalam logam tersebut.
b) Cara penanganan : Hal pertama ketika melihat pasien luka tusuk adalah jangan asal menarik benda
yang menusuk, karena bisa mengakibatkan perlukaan tempat lain ataupun mengenai pembuluh
darah. Bila benda yang menusuk sudah dicabut, maka yang harus kita lakukan adalah
membersihkan luka dengan cara menggunakan H2O2, kemudian didesinfktan. Lubang luka
ditutup menggunakan kasa, namun dimodifikasi sehingga ada aliran udara yang terjadi.

3. Vulnus contussum (luka kontusiopin)


a) Pengertian : luka kontusiopin adalah luka memar, tentunya jangan diurut ataupun ditekan-tekan,
karena hanya aka mengakibatkan robek pembuluh darah semakin lebar saja.
b) Cara penanganan : Yang perlu dilakukan adalah kompres dengan air dingin, karena akan
mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah, sehingga memampatkan pembuluh-pembuluh
darah yang robek.

4. Vulnus insivum (Luka sayat)


a) Pengertian : luka sayat adalah jenis luka yang disababkan karena sayatan dari benda tajam, bisa
logam maupun kayu dan lain sebgainya. Jenis luka ini biasanya tipis.
b) Cara penanganan : yang perlu dilakukan adalah membersihkan dan memberikan desinfektan.
5. Vulnus schlopetorum
a) Pengertian : jenis luka ini disebabkan karena peluru tembakan, maka harus segera dikeluarkan
tembakanya.
b) Cara penanganan : jangan langsung mengeluarkan pelurunya, namun yang harus dilakukan adalah
membersihkan luka dengan H2O2, berikan desinfektan dan tutup luka. Biarkan luka selama
setidaknya seminggu baru pasien dibawa ke ruang operasi untuk dikeluarkan pelurunya.
Diharapkan dalam waktu seminggu posisi peluru sudah mantap dan tak bergeser karena
setidaknya sudah terbentuk jaringan disekitar peluru.

6. Vulnus combustion (luka bakar)


a) Pengertian : adalah luka yang disebabkan akibat kontaksi antara kulit dengan zat panas seperti air
panas(air memdidih), api, dll.
b) Cara penanganan : Penanganan paling awal luka ini adalah alirkan dibawah air mengalir, bukan
menggunakan odol apalagi minyak tanah. Alirkan dibawah air mengalir untuk perpindahan
kalornya. Bila terbentuk bula boleh dipecahkan, perawatan luka jenis ini adalah perawatan luka
terbuka dengan tetap menjaga sterilitas mengingat luka jenis ini sangat mudah terinfeksi. Dan ingat
kebutuhan cairan pada pasien luka bakar.

7. Luka gigitan.
a) Pengertian : luka jenis ini disebabkan dari luka gigitan binatang, seperti serangga, ular, dan binatang
buas lainya. Kali ini luka gigitan yang dibahas adalah jenis luka gigitan dari ular berbisa yang
berbahaya.
b) Cara penanganan : mengeluarkan racun yang sempat masuk ke dalam tubuh korban dengan
menekan sekitar luka sehingga darah yang sudah tercemar sebagian besar dapat dikeluarkan dari
luka tersebut. Tidak dianjurkan mengisap tempat gigitan, hal ini dapat membahayakan bagi
pengisapnya, apalagi yang memiliki luka walaupun kecil di bagian mukosa mulutnya. Sambil
menekan agar racunnya keluar juga dapat dilakukan pembebatan( ikat) pada bagian proksimal dari
gigitan, ini bertujuan untuk mencegah semakin tersebarnya racun ke dalam tubuh yang lain.
Selanjutnya segera mungkin dibawa ke pusat kesehatan yang lebih maju untuk perawatan lanjut.

8. Laserasi atau Luka Parut.


a) Pengertian : Luka parut disebabkan karena benda keras yang merusak permukaan kulit, misalnya
karena jatuh saat berlari.
b) Cara penanganan : Cara mengatasi luka parut, bila ada perdarahan dihentikan terlebih dahulu
dengan cara menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan kasa steril atau saputangan/kain
bersih. Kemudian cuci dan bersihkan sekitar luka dengan air dan sabun. Luka dibersihkan dengan
kasa steril atau benda lain yang cukup bersih. Perhatikan pada luka, bila dijumpai benda asing (
kerikil, kayu, atau benda lain ) keluarkan. Bila ternyata luka terlalu dalam, rujuk ke rumah sakit.
Setelah bersih dapat diberikan anti-infeksi lokal seperti povidon iodine atau kasa anti-infeksi.

9. Terpotong atau Teriris


a) Pengertian : Terpotong adalah bentuk lain dari perlukaan yang disebabkan oleh benda tajam,
bentuk lukanya teratur dan dalam, perdarahan cukup banyak, apalagi kalau ada pembuluh darah
arteri yang putus terpotong.
b) Cara penanganan : menangani perdarahan terlebih dahulu yakni dilakukan dengan menekan
bagian yang mengeluarkan darah dengan menggunakan kasa steril atau kain yang bersih. Bila ada
pembuluh nadi yang ikut terpotong, dan cukup besar, dilakukan pembalutan torniquet.
Pembalutan dilakukan dengan menempatkan tali/ikat pinggang/saputangan pada bagian antara luka
dan jantung secara melingkar, kemudian dengan menggunakan sepotong kayu/ballpoint tali/ikat
pinggang/saputangan tadi diputar sampai lilitannya benar-benar kencang. Tujuan cara ini untuk
menghentikan aliran darah yang keluar dari luka. Setelah itu, luka ditutup dan rujuk ke rumah
sakit. Pembebatan torniquet dilakukan pada lengan atas atau paha. Pembebatan di tempat lain
tidak akan efektif. Pada luka yang teriris dioles anti infeksi kemudian ditutup kasa steril.

PENANGANAN LUKA (secara umum)


Dalam penanganan luka, sudah umum diketahui bahwa salah satu yang harus dilakukan adalah
tindakan debridement. Debridement bertujuan untuk membuat luka menjadi bersih sehingga
mengurangi kontaminasi pada luka dan mencegah terjadinya infeksi. Debridement bisa dilakukan
dengan beberapa cara, dari yang kurang invasif hingga invasif, yaitu debridement secara biologik,
mekanik, otolitik, enzimatik, dan surgical.
PROSES PENYEMBUHAN LUKA
1. Fase Inflamasi
adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi
pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan
dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk
mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.
2. Fase Proliferatif
adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel.
Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada
persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses
reonstruksi jaringan.

3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan.
Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan
penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi,
warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari
kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan
mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA
 Usia, Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan
 Infeksi, Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan
kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri,
baik panjang maupun kedalaman luka.
 Hipovolemia, Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya
ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
 Hematoma, Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal
tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses
penyembuhan luka.
 Benda asing, Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu
abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan
lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah
(“Pus”).
 Iskemia, Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian
tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka
terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah
itu sendiri.
 Diabetes, Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi
tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori
tubuh.
 Pengobatan, Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera,•
Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan, Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum
pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka
pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

LUKA
Luka dapat dibagi menjadi berbagai jenis berdasarkan kausa, bentuk luka, Ietak,
berat ringannya, dan berdasarkan klinisnya.

Luka berdasarkan kausanya.


 Luka karena sebab kekuatan fisik :
- Karena kekuatan mekanis, luka ini disebut vulnus
- Karena thermis
- Karena elektris
- Karena radiasi
 Luka karena bahan kimia :
- Asam
- Basa
- Garam
 Luka yang ditumpangi bakteri pathogen :
Streptococcus sp. dan Staphylococcus cp. yang disebut luka infeksi.
Luka karena thermis, elektris, radiasi, dan karena bahan kimia akan
menghasilkan luka bakar (combustio).

Luka berdasarkan bentuk luka.


1. Luka terbuka (vulnus) :
Luka dimana kontinuitas kulit terputus, selain kulit, jaringan di bawahnya ada juga
yang terputus. Luka terbuka dibedakan menjadi :
a. Vulnus excoriativum (luka lecet)
Biasanya luka kasar dan tidak sampai lapisan sel basal kulit sehingga proses
penyembuhannya berbeda dari luka yang lain, karena penyembuhannya berasal
dari stratum germinativum yang menghasilkan suatu penyembuhan yang halus
dan baik pada kulit yang terluka. Oleh karena itulah pembuatan vulnus
excoriativum ini menjadi dasar dalam bedah plastik.
b. Vulnus incisivum (scissum)
Adalah luka yang berbatas tegas dan rata (luka iris dan sayat)
c. Vulnus caesum
Pada dasarnya sama dengan scissum, cuma vulnus caesum lebih besar.
d. Vulnus traumaticum
Luka terbuka yang melebihi sel basal dan bentuknya tidak teratur, biasanya
akibat kecelakaan.
e. Vulnus laceratum (luka hancur)
f. Vulnus punctum (luka tusuk)
Luka di mana lebar luka Iebih kecil dari panjang (dalamnya) Iuka.
g. Vulnus morsum (luka karena gigitan)
Luka karena gigitan manusia relatif Iebih berbahaya dari pada gigitan hewan (kecuali
hewan yang berbisa)
h. Vulnus sclopetorium (luka tembus)
Luka tembak ada 2 jenis :
1. Vulnus penetrans
Luka tembak tidak tembus, di mana peluru masih terdapat di dalam tubuh
2. Vulnus perforans
Luka tembak tembus. Pada vulnus perforans terdapat 2 luka, yaitu luka akibat
masuknya peluru dan akibat peluru yang keluar dari tubuh.
Luka keluar lebih besar daripada luka masuk, hal ini karena peluru tidak bergerak
pada suatu garis lurus, tetapi membentuk suatu putaran pada jalur tembak saja.

2. Luka tertutup (contusio) :


Luka di mana kontinuitas kulit masih utuh, sedangkan jaringan di bawahnya banyak
yang putus. Contoh: luka benda tumpul.
Penanganannya :
Dalam 24 jam pertama, kompres luka dengan kompres dingin untuk mengurangi
perdarahan (biasanya diberikan lasonil salep atau trombophob yang mengandung
heparin sehingga pembengkakan dapat berkurang). Baru kemudian diberi kompres
hangat untuk mempercepat proses penyembuhan.
Bila pembengkakan tidak berkurang, dapat dipikirkan untuk melakukan incisi atau
pungsi untuk mengurangi hematom yang terbentuk, karena hematom merupakan
deadspace yang dapat merupakan tempat pertumbuhan yang baik bagi bakteri
sehingga timbul abces.

Luka berdasarkan letak.


1. Luka tersembunyi
2. Luka jelas

Luka berdasarkan berat ringannya.


1. Luka ringan : luka yang dangkal.
2. Luka dalam : luka yang cukup dalam mengenai berbagai lapisan jaringan
3. Luka parah : luka dalam di berbagai tempat.

Luka berdasarkan klinisnya.


Pembagian luka inilah yang terbaik. Karena pembagian berdasarkan klinis ini kita
dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan keadaan luka pasien. Dibagi menjadi :
1. Luka bersih
Luka yang dibuat sengaja oleh operator.
2. Luka kontaminasi
Luka yang timbul pada kecelakaan yang tidak lebih dari 8 jam atau tidak melebihi
golden period (0-8 jam setelah insiden).
3. Luka infeksi
Luka kontaminasi yang sudah ada tanda-tanda infeksi (lebih dari 8 jam).

Pada Golden Period, kita dapat melakukan jahitan pada luka dengan syarat sudah
dilakukan debridement.
Jahitan primer adalah jahitan pada luka. Jahitan primer dilakukan pada luka bersih
dan luka kontaminasi setelah luka kontaminasi tersebut dilakukan debridement.
Debridement dilakukan dalam 4 tahap :
Tahap I : Toiletisasi luka dengan membersihkan luka dari kotaran dengan betadin dan alkohol
70 %.
Tahap II : Eksisi jika masih terdapat jaringan yang kotor dan mati yang tidak hanyut pada proses
tahap I. Tetapi dengan berpedoman untuk menghemat kulit secermat mungkin.
Tahap III : Toiletisasi lagi dengan NaCl fisiologis.
Tahap IV : Tepi luka diratakan.

Pada luka infeksi tidak boleh dilakukan debridement dan tidak boleh langsung dijahit,
tetapi lakukan perawatan terbuka dengan betadine dan kompres alkohol sampai 3
hari, dimana jaringan granulasi sudah timbul kemudian lakukan ondermyn agar kulit
terpisah dengan jaringan granulasi, baru kemudian dijahit. Jahitan ini disebut jahitan
sekunder.
Apabila luka agak terlalu besar sehingga agak sukar untuk menyatukan tepi-tepi luka
walaupun sudah dilakukan ondermyn maka dilakukan autotransplantasi kulit di tempat
lain. Kemudian kulit transplant tadi dijahitkan pada luka, jahitan ini disebut jahitan
tersier.
Adalagi istilah jahitan situasi, yaitu jahitan pada luka infeksi yang dibuat untuk
menenangkan pasien dengan sedikit menutup luka agar tidak terlalu menganga agar si
pasien masih merasa diperhatikan oleh sang dokter.

LUKA
Luka dapat dibagi menjadi berbagai jenis berdasarkan kausa, bentuk luka, Ietak,
berat ringannya, dan berdasarkan klinisnya.

Luka berdasarkan kausanya.


 Luka karena sebab kekuatan fisik :
- Karena kekuatan mekanis, luka ini disebut vulnus
- Karena thermis
- Karena elektris
- Karena radiasi
 Luka karena bahan kimia :
- Asam
- Basa
- Garam
 Luka yang ditumpangi bakteri pathogen :
Streptococcus sp. dan Staphylococcus cp. yang disebut luka infeksi.
Luka karena thermis, elektris, radiasi, dan karena bahan kimia akan
menghasilkan luka bakar (combustio).

Luka berdasarkan bentuk luka.


1. Luka terbuka (vulnus) :
Luka dimana kontinuitas kulit terputus, selain kulit, jaringan di bawahnya ada juga
yang terputus. Luka terbuka dibedakan menjadi :
a. Vulnus excoriativum (luka lecet)
Biasanya luka kasar dan tidak sampai lapisan sel basal kulit sehingga proses
penyembuhannya berbeda dari luka yang lain, karena penyembuhannya berasal
dari stratum germinativum yang menghasilkan suatu penyembuhan yang halus
dan baik pada kulit yang terluka. Oleh karena itulah pembuatan vulnus
excoriativum ini menjadi dasar dalam bedah plastik.
b. Vulnus incisivum (scissum)
Adalah luka yang berbatas tegas dan rata (luka iris dan sayat)
c. Vulnus caesum
Pada dasarnya sama dengan scissum, cuma vulnus caesum lebih besar.
.
d Vulnus traumaticum
Luka terbuka yang melebihi sel basal dan bentuknya tidak teratur, biasanya
akibat kecelakaan.
e. Vulnus laceratum (luka hancur)
f. Vulnus punctum (luka tusuk)
Luka di mana lebar luka Iebih kecil dari panjang (dalamnya) Iuka.
g. Vulnus morsum (luka karena gigitan)
Luka karena gigitan manusia relatif Iebih berbahaya dari pada gigitan hewan (kecuali
hewan yang berbisa)
h. Vulnus sclopetorium (luka tembus)
Luka tembak ada 2 jenis :
1. Vulnus penetrans
Luka tembak tidak tembus, di mana peluru masih terdapat di dalam tubuh
2. Vulnus perforans
Luka tembak tembus. Pada vulnus perforans terdapat 2 luka, yaitu luka akibat
masuknya peluru dan akibat peluru yang keluar dari tubuh.
Luka keluar lebih besar daripada luka masuk, hal ini karena peluru tidak bergerak
pada suatu garis lurus, tetapi membentuk suatu putaran pada jalur tembak saja.

2. Luka tertutup (contusio) :


Luka di mana kontinuitas kulit masih utuh, sedangkan jaringan di bawahnya banyak
yang putus. Contoh: luka benda tumpul.
Penanganannya :
Dalam 24 jam pertama, kompres luka dengan kompres dingin untuk mengurangi
perdarahan (biasanya diberikan lasonil salep atau trombophob yang mengandung
heparin sehingga pembengkakan dapat berkurang). Baru kemudian diberi kompres
hangat untuk mempercepat proses penyembuhan.
Bila pembengkakan tidak berkurang, dapat dipikirkan untuk melakukan incisi atau
pungsi untuk mengurangi hematom yang terbentuk, karena hematom merupakan
deadspace yang dapat merupakan tempat pertumbuhan yang baik bagi bakteri
sehingga timbul abces.

Luka berdasarkan letak.


1. Luka tersembunyi
2. Luka jelas

Luka berdasarkan berat ringannya.


1. Luka ringan : luka yang dangkal.
2. Luka dalam : luka yang cukup dalam mengenai berbagai lapisan jaringan
3. Luka parah : luka dalam di berbagai tempat.

Luka berdasarkan klinisnya.


Pembagian luka inilah yang terbaik. Karena pembagian berdasarkan klinis ini kita
dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan keadaan luka pasien. Dibagi menjadi :
1. Luka bersih
Luka yang dibuat sengaja oleh operator.
2. Luka kontaminasi
Luka yang timbul pada kecelakaan yang tidak lebih dari 8 jam atau tidak melebihi
golden period (0-8 jam setelah insiden).
3. Luka infeksi
Luka kontaminasi yang sudah ada tanda-tanda infeksi (lebih dari 8 jam).

Pada Golden Period, kita dapat melakukan jahitan pada luka dengan syarat sudah
dilakukan debridement.
Jahitan primer adalah jahitan pada luka. Jahitan primer dilakukan pada luka bersih
dan luka kontaminasi setelah luka kontaminasi tersebut dilakukan debridement.
Debridement dilakukan dalam 4 tahap :
Tahap I : Toiletisasi luka dengan membersihkan luka dari kotaran dengan betadin dan alkohol
70 %.
Tahap II : Eksisi jika masih terdapat jaringan yang kotor dan mati yang tidak hanyut pada proses
tahap I. Tetapi dengan berpedoman untuk menghemat kulit secermat mungkin.
Tahap III : Toiletisasi lagi dengan NaCl fisiologis.
Tahap IV : Tepi luka diratakan.

Pada luka infeksi tidak boleh dilakukan debridement dan tidak boleh langsung dijahit,
tetapi lakukan perawatan terbuka dengan betadine dan kompres alkohol sampai 3
hari, dimana jaringan granulasi sudah timbul kemudian lakukan ondermyn agar kulit
terpisah dengan jaringan granulasi, baru kemudian dijahit. Jahitan ini disebut jahitan
sekunder.
Apabila luka agak terlalu besar sehingga agak sukar untuk menyatukan tepi-tepi luka
walaupun sudah dilakukan ondermyn maka dilakukan autotransplantasi kulit di tempat
lain. Kemudian kulit transplant tadi dijahitkan pada luka, jahitan ini disebut jahitan
tersier.
Adalagi istilah jahitan situasi, yaitu jahitan pada luka infeksi yang dibuat untuk
menenangkan pasien dengan sedikit menutup luka agar tidak terlalu menganga agar si
pasien masih merasa diperhatikan oleh sang dokter.

Gunshot wound

Indah PS, Lely, Irene, Elena, Luh S

Teori Luka
VI. TEORI LUKA

A. Keparahan luka tembak ditentukan oleh dua faktor:

1. Kerusakan pada jaringan yang disebabkan oleh interaksi mekanik antara peluru dan lapisan

otot/jaringan.

2. Pengaruh rongga sementara yang diakibatkan oleh peluru.

B. Sekali peluru menembus tubuh, pilin yang diakibatkan oleh alur pilin tidak memadai untuk

mengkompensasi bertambahnya kepadatan jaringan.

1. Peluru mulai mengoleng, atau terhuyung-huyung pada jalur proyeksinya. Olengannya adalah

sudut antara jalur proyeksi dan poros membujur dari peluru.

2. Saat peluru meluncur menerobosi jaringan, olengannya bertambah. Kalau jalurnya cukup

panjang, olengannya akan mencapai 90°, jadi menonjolkan sisi pembukaan yang maksimum.
3. Kalau peluru terus meluncur, maka akan terjadi putaran balik 180° dan meluncur dengan

gerakan mundur.

C. Sebagai tambahan pada kerusakan mekanis jaringan, peluru yang bergerak merusak tatanan lapisan

jaringan sama seperti sebuah speed-boat yang merusak ketenangan air saat meluncur di atas

danau.

1. Semakin besarn energi kinetis yang dikeluarkan oleh peluru, semakin banyak energi yang hilang,

dan kerusakan tatanan jaringanpun semakin besar.

2. Jaringan terhempas dari jalur peluru yang menyebabkan terjadinya rongga sementara.

3. Rongga yang secara alamiah bersifat sementara hanya bertahan seper-5 sampai 10 ribu

detik saja.

a. Sejak mulai terasa sampai pingsan, peluru melewati beberapa berangsur-angsur meliwati

getaran dan kontraksi yang semakin sebelum hilang sama sekali, meninggalkan bekas luka yang

permanent.

b. Rongga sementara dapat menjadi 11 kali lebih besar dari diameter peluru.

c. Titik pelebaran maksimum rongga oleh sebuah peluru non-fragmen, yang merusak bentuk akan

terjadi bilamana peluru meluncur pada sisinya.

4. Kerusakan paling parah pada rongga sementara terjadi pada luka tembak di kepala. Disini struktur

yang tengkorak kepala yang keras hanya dapat mengurangi tekanan dengan cara meledak/pecah.

5. Besarnya rongga sementara dan tekanan yang dihasilkan oleh terhempasnya jaringan hanya

berperan kecil, kalaupun ada, peran karena luka oleh peluru pistol, karena pada kenyataannya

peluru pistol hanya memiliki energi kinetik yang relatif kecil.


6. Hal ini berbeda dengan peluru senapan center fire yang oleh sifat dari kecepatan tingginya memiliki

jumlah energi kinitik yang sangat besar. Rongga besar dan tekanan gelombang besar dapat

dihasilkan yang sebenarnya dapat mengkacaukan, memecahkan, dan juga dapat merobek organ-

organ yang tidak terkena secara langsung oleh peluru, tetapi itupun hanya dalam jarak yang dekat

dengan jalurnya. memperlihatkan kecepatan tinggi dan energi kinetik dari aneka macam jenis

amunisi.

D. Ujung yang kosong dan halus dari peluru senapan cenderung merobek tubuh yang meninggalkan

luka yang lebih parah dibanding dengan jika tidak sobek. Sebaliknya peluru senjata militer

cenderung untuk tidak merobek tubuh. Kecuali dalam peluru M16 (5.56 x 45 mm).

VII. LUKA TEMBAKAN SENAPAN

Bilaman sebuah senapan ditembakkan, peluru yang ada diikuti oleh:

 Nyala api, sepanjang 1 sampai 2 inci dengan suhu kurang lebih 1400°

 Asap gas

 Serbuk-serbuk yang terbakar maupun tidak terbakar

 Karbon, debu dari bubuk mesiu yang terbakar

 Logam berembun dari peluru, kelongsong dan primer

Tegantung jarak tembak antara moncong senapan dan sasaran, bahan tersebut dapat mempengaruhi

keadaan serta dalamnya luka.

Berdasarkan bentuk dan juga luasnya, luka tembak bisa dibagi dalam empat kategori besar:

1. kontak
2. kontak dekat

3. sedang

4. jauh

A. Pada luka kontak, moncong senapan menempel pada kulit ketika ditembakkan.

1. Kalau senapannya ditekan "keras" ke kulit, begitu menempel sehingga dipastikan tidak adan

celah diantara keduanya ketika senapan ditembakkan luka yang diakibatkan disebut kontak keras (hard

contact).

a. Pada luka yang diakibatkan oleh kontak keras, seluruh bahan yang keluar dari moncong

senapan masuk kedalam kulit.

b. Pinggiran luka jadi terbakar dan menghitam oleh gabungan api menyala yang keluar dari

moncong senapan dan saturasi debu disekitar nyala api

2. Kontak keras di bagian dada dan perut, apakah oleh senjata berupa senapan, pistol ataupun

senapan tabur, luka yang diakibatkan berbentuk bulatanlubang yang dikelilingi oleh garis-garis

menghitam dan terbakar. Tidak jarang, gas yang masuk thoracic dan rongga perut menyebabkan dada

dan dinding perut menyembul keluar menghantam pucuk moncong senapan, dan meninggalkan bentuk

pelatuknya pada kulit.

3. Gambarnya sepenuhnya berbeda dalam hal luka kontak pada kepala dimana

lapisan yang tipis kulit kepala sobek sampai tulangnya terlihat.

a. Pada luka kontak di kepala yang dibidik oleh pistol, seseorang bisa mengalami:

i. lubang masuk dengan garis-garis menghitam yang hangus


ii. lubang luka dengan bekas moncong senapan yang membekas sekitarnya; atau

iii. lubang berbentuk belimbing

iv. Dua gambar terakhir menunjukkan gas yang keluar dari moncong senapan dan mengendap

di antara kulit kepala dan tulang. Keadaan ini mengakibatkan melepuhnya kulit kepala dengan bekas

pucuk senapan yang membekas, atau sobeknya kulit kepala yang melepuh yang mengakibatkan lubang

berbentuk belimbing.

v. Pemeriksaan yang hati-hati pada pinggiran lubang belimbing membuktikan kerusakan yang

sebenarnya, dengan garis-garis menghitam dan hangus dari mana sobekannya meluas.

vi. Ujud dan besarnya luka tergantung pada tingkat caliber senjatanya.

a) Dengan peluru rimfire .22 lubang lukanya berbentuk bulat dengan garis-garis menghitam

dan hangus

b) Dengan Magnum .357 lubangnya khas berbentuk belimbing dengan keluarnya jaringan

otak.

b. Pada luka kontak di kepala akibat senapan centerfire atau senapan tabur, terjadi luka menganga

yang luar biasa mengerikan dengan kulit kepala sobek serta keluarnya jaringan otak. Hal ini diakibatkan

oleh terjadinya rongga sementara dan pengaruh gas dibawah tekanan tinggi yang meluas dalam rongga

kepala.

c. Pada luka kontak di kepala, kemungkinan terjadi back spatter atau muncratan balik ke senjata

atau penembaknya.

i. Back spatter terjadi akibat merebaknya gas dibawah kulit pada luka kontak serta pengaruh

rongga pada luka non-kontak. Back spatter ini keluar dari setiap pembukaan yang terjadi. Untuk droplet
<0.5mm, dengan jarak paling jauh 0-40cm dan maksimum 69cm. Untuk droplet >0.5 mm, paling

panjang adalam 0-50cm dengan jarak maksimum sebesar 119cm.

ii. Perlu disadari bahwa tidak dalam segala kejadian dimana jaringan atau darah menyembur

balik ke senapan maupun penembaknya. Semua ini tergantung pada suatu tingkat jenis dan caliber

senjata serta posisi penembaknya.

iii. Semburan lebih sering terjadi pada penembakan dengan senpan tabor atau Magnum .357

daripada pistol .22

4. Pada luka kontak lepas (loose contact), moncong laras menempel pada kulit tetapi untuk waktu

yang singkat sejalan dengan meletusnya senjata, sebuah lubang menganga diantara moncong senapan

dan kulit sehingga abunya masuk dalam lubang tersebut. Abu atau debu ini bisa

dibersihkan.

5. Pada beberapa luka kontak, serbuk tidak saja tertinggal di jalan masuknya tetapi juga pada jalan

keluarnya.

a. Biasanya ini terjadi dengan serbuk bola dan berhubungan dengan luka akibat kontak keras

pada tubuh.

b. Bersamaan dengan meluncurnya peluru ke dalam tub serbuk pun tertinggal di jalan

keluarnya.

B. Pada luka kontak dekat, moncong senapan dibidik pada jarak dekat pada kulit sehingga terjadi

lubang peluru yang dikelilingi oleh sebuah balutan yang menghitam dan kulit terbakar. Balutan ini

cukup lebar untuk dapat dilihat pada luka kontak. Dengan pistol, luka kontak dekat terjadi ketika

tembakan dilepas pada jarak kurang dari 10mm


C. Luka tembakan jarak sedang ditandai dengan adanya mesiu yang melekat pada luka terbuka

1. Powder tattooing terjadi ketika moncong senapan berjarak ketika ditembakkan, tetapi cukup

dekat sehingga keluarnya butiran-butiran serbuk dari moncong senapan menghantam kulit,

mengakibatkan pengikisan. Keadaan ini disebut powder tattoo marks

2. Powder tattooing terdiri dari banyak luka-luka berbahaya pada kulit berwarna coklat kemerah-

merahan sampai merah jingga sekitar luka terbuka.

Jenis Senjata dan Amunisi


I. MACAM-MACAM JENIS SENJATA KECIL

A. Ada lima jenis senjata kecil:

1. Pistol

2. Senapan

3. Senapan tabur

4. Senapan sub-mesin

5. Senapan Mesin

Pada seluruh jenis senjata tersebut, terkecuali senapan tabur, terdapat rifling interior pada larasnya.

B. Rifling adalah serangkaian alur pilin paralel yang memotong panjang kaliber larasnya.

1. Metal yang ada diantara alur-alurnya disebut lands.


2. Jumlah alur bisa beragam mulai dari 2 sampai 20 dengan arah bidik sesuai arah jam (kanan) atau

sebaliknya (kiri).

a. Hampir semua pistol memiliki 5 atau 6 alur pilin ke kanan

Pada Colt alur pilinnnya adalah ke kiri.

b. Pada senapan centerfire, hampir semua senjata memiliki alur pilin ke arah kanan dengan

jumlah pilin antara 4 sampai 6.

c. Alur pilin senjata .22 rimfire umumnya ke kanan dengan jumlah alur

antara 4.5 atau 6.

3. Rifling mengimpartasikan putaran rotasi peluru ketika meluncur dalam laras. Kegunaan putaran

ini adalah untuk menstabilkan peluncuran peluru ketika ditembakkan ke udara, dan menjaga

kejatuhannya.

II. SENJATA API

A. Pistol bisa dibagi menjadi dua kategori umum:

1. revolver - peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan menarik picunya

2. pistol otomatis; semi otomatis - peluru disimpan dalam sebuah magasin;putaran pertama harus

dimasukkan secara manual ke dalam ruang ledaknya.

B. Senapan - Senapan tabur

Senapan tabur dan senapan, dibidik memanfaatkan bahu,


1. Senapan tabur beda dengan senapan dimana moncongnya halus dan tidak terdapat rifling.

2. Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir-butir tabur ganda liwat larasnya,

sedangkan senapan dirancang untuk memuntahkan peluru tunggal liwat larasnya.

3. Senapan untuk menyerang adalah:

a. senapan yang mengisi pelurunya sendiri

b. mampu melakukan tembakan otomatis sepenuhnya

c. mempunyai kapasitas magasin yang besar

d. dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan dengan kekuatan sedang

(peluru dengan kekuatan sedang antara peluru senapan standard an peluru pistol).

C. Senapan sub-mesin (pistol mesin) adalah senjata dengan kemampuan secara otomatis yang memiliki

ruang ledak untuk peluru pistol. Senapan mesin menembakkan peluru senapan dan punya

kemampuan tembak secara otomatis.

III. KALIBER

A. Kaliber sebuah senjata ditentukan oleh diameter moncong yang diukur dari land ke land. Ketentuan

ini tidak selalu diikuti bahkan kaliber yang ditetapkan untuk sebuah senjata sangat perlu

diperdebatkan.

1. Dalam sistem metrik yang digunakan di Eropa, kaliber senjata mengenali diameter peluru dan

panjang kelongsongnya dalam milimeter. Jadi sebuah kelongsong ukuran 7.62 x 39 mm


menembakkan peluru berukuran 7.62 mm dalam diameter yang dilepaskan dari sebuah

kelongsong peluru dengan panjang 39mm.

B. Istilah Magnum dalam pengertian sebuah pistol atau senapan, merujuk pada kekuatan ekstra sebuah

peluru yang didorong dengan kecepatan yang lebih besar. Pada senapan tabur, istilah Magnum

berarti meningkatnya berat mesiu pellet atau butir-butir peluru tabur dengan kecepatan yang

umumnya tidak meningkat.

C. Kaliber sebuah senapan tabur dikenali liwat ukurannya. Ukuran yan paling umum adalah 12, 16, 20

dan .410. Diameter moncongnya adalah:

1. 0729 inci untuk ukuran 12;

2. 0.615 inci untuk ukuran 20; dan

3. 0.410 inci untuk ukuran .410

D. Apakah senapan tabur itu berukuran 12, 16 atau 20, butir-butir peluru tabur didorong kira-kira

pada kecepatan yang sama. Perbedaannya, kelongsong ukuran 12 menampung lebih banyak butir-

butir peluru tabur daripada yang berukuran 16 yang punya daya tampung butir-butir peluru tabur

lebih dari yang berukuran 20.

IV. AMUNISI

A. Amunisi senjata dengan putaran rotasi peluru dibagi dalam dua kategori yaitu centerfire atau

rimfire - tergantung lokasi primernya.


1. Pada peluru rimfire, komposisi primernya terletak pada bibir kelongsong peluru dengan mesiu

yang berhubungan dengan yang primer.

a. Pada saat penembakan, pemantiknya menghancurkan bibir kelongsong peluru, meledakkan

komposisi primernya, menyulut bubuknya.

b. Saat ini amunisi rimfire hanya terbagi dalam tiga kaliber - 22 Short, 22Long Rifle dan 22

Magnum.

c. Amunisi rimfire bisa digunakan baik pada pistol maupun senapan.

2. Umumnya amunisi adalah pusat ledakannya (centerfire). Pada pusat peledakan

kelongsong, kesulitan pokok terletak pada bagian tengah dasar kelongsong. Ketika ditembakkan,

pemantiknya menghantam tengah-tengah dasar primer yang memantik komposisi primer yang

selanjutnya memantik mesiunya

B. Kelongsong peluru biasanya terbuat dari kuningan, meskipun ada yang terbuat dari aluminium dan

baja.

1. Ketika diledakkan, kelongsong peluru mengandung gas dari hasil pemantikan mesiu.

2. Kebanyakan peluru pistol bentuknya lurus sedang peluru senapan berbentuk leher botol (bottle

neck)

3. Pada amunisi komersial, kaliber dan nama pabrik pembuatnya dicap pada dasar peluru.

4. Pada amunisi militer, nama pabrik dan tahun pembuatan amunisinya (baik berbentuk tulisan

maupun kode) dicap pada dasar peluru.


C. Mesiu yang digunakan dalam kelongsong peluru adalah mesiu tidak mengandung asap, campuran

dari nitrocellulose, dimana nitroglycerin bisa ditambahkan ataupun tidak ditambahkan. Ujud mesiu

di Amerika Serikat umumnya adalah:

1. disk (flake atau serpihan) atau bola dalam pistol dan senapan tabor

2. silindrikal atau mesiu bola pada senapan laras panjang

D. Pelor merupakan bagian dari peluru yang lepas dari moncongnya ketika senjata ditembakkan

1. Oleh karena velositasnya yang tinggi, pusat penembak pelor senjata harus terbungkus metal baik

secara penuh ataupun sebagian.

a. Pada umumnya pembungkusnya terbuat dari tembaga atau copper alloy tetapi bisa juga dari

baja

b. Matanya terbuat dari timah tetapi untuk peluru-peluru militer bisa dari leburan baja atau

gabungan keduanya.

2. Amunisi yang sepenuhnya terbungkus metal - pembungkusannya menyelubungi pucuk

dan sisi-sisi pelurunya.

3. Semua amunisi militer, termasuk amunisi pistol, haruslah berbungkus metal secara penuh.

4. Pada amunisi semi-jacket, ada mata timah dengan bungkus tembaga menutupi sisi-

sisinya dan biasanya dasar pelurunya dengan mata yang menonjol pada ujungnya.

5. Sebagai kebiasaan, peluru timah digunakan pada revolver; peluru berbungkus metal penuh

digunakan pada pistol otomatis.


6. Saat ini amunisi pistol umunya menggunakan peluru semi-jacket, iasanya dengan rancangan

pucuk yang kosong, baik disengaja untuk dipasang pada revolver maupun pistol otomatis.

7. Amunisi .22 Short dan Senapan Laras Panjang (long rifle) dipasang dengan pelor timah; amunisi

Magnum .22 beramunisi jacket metal penuh atau semi-jacket.

8. Konfigurasi pelurunyapun bervariasi

a. Amunisi pistol biasanya:

i. moncong bulat

ii. potongan semi-wad

iii. hollow point atau

iv. wad cutter (berbentuk silindris)

b. Amunisi senapan centerfire:

i. full metal jacket atau

ii. semi-jacket

iii. dengan ujung spitzer atau pucuk bulat

E. Hampir semua badan senapan tabur dibuat dengan sekam plastik dan kepala kuningan dengan

pucuk yang mengatup

1. Dibalik ujung yang sobek terdapatlah pellet atau butir-butir peluru tabur (tembakannya), lalu

gumpalan dan bubuk.


2. Pabrik yang berlainan menggunakan bahan gumpalan serta desain gumpalan yang berbeda pula.

Ukuran dan pabrik pembuat amunisi dapat dikenali liwat gumpalan yang diambil

3. Federal dan Remington menggunakan gumpalan plastik sedang Winchester punya cirri-ciri khas

yaitu menggunakan gumpalan dari kertas maupun cardboard. Tetapi ada beberapa produk

Winchester yang menggunakan gumpalan plastik.

4. Pellet yang digunakan untuk berburu burung atau binatang-binatang kecil disebut

birdshot. Diameter pellet atau butir-butir peluru tabur birdshot bervariasi

5. Pellet yang digunakan polisi untuk bela diri dan pengejaran disebut buckshot.

a. buckshot yang paling umum digunakan adalah #4 dan 00;

b. buckshot #4 berdiameter .24 inci;

c. yang 00 berdiameter .33 inci;

d. Ciri-cirinya, buckshot dipasang dengan bungkusan serbuk putih bahan plastik yang ketika

ditembakkan akan dikeluarkan bersamaan dengan buckshot dan gumpalan.

F. Sementara, umumnya muatan untuk senapan tabur mengandung birdshot atau buckshot, tetapi ada

juga yang bermuatan gotri senapan

1. Peluru gotri senapan tabur sungguh-sungguh adalah misil timah yang besar :

a. berbentuk peluru seperti peluru gotri American Foster

b. Peluru gotri Brenneke dari Eropa mirip dengan peluru gotri Foster hanya saja diberi

gumpalan cardboard yang menempel pada alasnya, atau:

c. jam pasir (hourglass) berbentuk bulat sabot


2. Serangkaian tulang siku dan alur pilin terdapat di sepanjang permukaan peluru gotri American

Foster maupun Brenneke.

3. Berat peluru gotri ini berkisar antara kira-kira 350 sampai 490 grain (kesatuan berat di

Inggris) tergantung ukuran.

4. Peluru gotri sabot punya konfigurasi jam pasir dan terbungkus dalam dua buah plastik

a. Seluruh himpunan, dua buah plastik yang menyelimuti peluru gotri berikut peluru gotrinya

meluncur keluar melalui larasnya.

b. Sementara keluar, kedua buah plastiknya terlepas dan misil jam pasirnya terus meluncur

menuju sasarannya

V. PERBANDINGAN BALISTIK PELURU

A. Peluru

1. Ketika sebuah peluru ditembakkan melalui larasnya, penembakan meninggalkan dua jenis

tanda pada peluru:

a. karakteristik kelas dan

b. karakteristik individual

2. Karakteristik Kelas adalah pembuatan dan model senapan, contohnya, jumlah lands dan alur

pilin; kepadatan pilin; kedalaman alur pilin serta arahnya.

3. Karakteristik Individual adalah tanda-tanda yang dibuat pada peluru oleh

ketidaksempurnaan dalam laras yang hanya ada pada laras individual itu sendiri. Tanda-tanda
inilah yang dipakai para penyelidik senjata untuk mengenali peluru yang ditembakkan oleh

senjata tertentu. B. Kelongsong Peluru

1. Kelongsong peluru juga punya tanda-tanda yang berasal dari pemantik, pelontar dan juga dari

magasin.

2. Tanda-tanda ini dapat dipakai untuk mengenali asal kelongsong peluru senjata yang spesifik.

3. Kadang-kadang, sidik jari dapat ditemui pada kelongsong peluru yang telah ditembakkan.

C. Sidik jari pada senjata, khususnya pistol umumnya jarang dipakai. Jadi, rekomendasi sidik jari pada

sebuah senjata, umumnya tidak menguntungkan.

Type your title here.


VII. LUKA TEMBAK

Pada saat peluru ditembakkan dari moncongnya, akan selalu diikuti dengan hak-hal
berikut :

 Percikan api, 1 – 2 inci panjangnya dan temperature mencapai 1400° F

 Awan gas

 Biji-biji bubuk mesiu yang terbakar dan yang tidak terbakar.

 Karbon, jelaga dari pembakaran bubuk mesiu

 Uap logam dari peluru, selongsong peluru dan penggalak.

Bergantung pada jarak antara moncong senjata dan target, materi-materi tersebut dapat
mempengaruh tampakan dari luka tembak masuk yang terjadi. (gbr 8.12 dan 8.13)
Berdasarkan dari gambaran lukacdan jarak tembak, luka tembak dapat dibedakan
menjadi 4 katagori yaitu :

1. luka tembak temple (contact)


2. luka tembak jarak sangat dekat (near contact)
3. luka tembak jarak dekat (intermediate)
4. luka tembak jarak jauh (distant)

A. Pada luka tembak tempel (contact), moncong senjata berhadapan langsung tanpa
jarak dengan target pada saat penembakan.

C. Luka tembak jarak dekat (intermediate)

Luka tembak jarak dekat dikarakteristikkan dengan adanya ”kelim tato” disekitar luka
tembak masuk. (gbr 8.16-c)

1. kelim tato muncul apabila moncong senjata diarahkan menjauh dari target pada
saat penembakan, namun jaraknya masih cukup dekat sehingga bubuk mesiu
yang muncul dari moncong senjata pada saat penembakan bersamaan dengan
menembusnya anak peluru ke kulit akan menghasilkan luka yang berlubang-
lubang kecil-kecil (punctated abrasions) pada kulit sekitar luka tembak masuk.
Luka tersebut disebut kelim tato.
2. Kelim tato terdiri dari luka berlubang-lubang kecil (punctated lesion) yang multiple
berwarna merah-kecoklatan sampai orange-kemerahan yang mengelilingi kulit
sekitar luka tembak masuk.
3. luka pada kelim tato adalah luka abrasi yang berlubang-lubang kecil (punctated
abrasions)
a. luka tersebut tidak dapat dihilangkan dengan menghapus/menggosoknya.
b. Luka tersebut bukan suatu luka bakar, sayangnya luka tersebut biasanya
menunjukkan bubuk mesiu yang terbakar (powder burns)
i. istilah bubuk mesiu yang terbakar (powder burns) sangat remang-
remang dan tidak cocok dalam mendeskripsikan etiologi dari luka
tersebut (kelim tato).

ii. istilah bubuk mesiu yang terbakar (powder burns) tidak seharusnya
digunakan pada saat mendeskripsikan kelim tato atau kulit yang
terbakar atau menghitamnya kulit di sekitar luka akibat terbakar api
dan atau penembakan.

4. Pada kasus-kasus penembakan dengan pistol, kelim tato akan muncul apabila
pistol tersebut ditembakkan dengan jarak moncong pistol ke target melebihi 10
mm.
5. jarak maksimum terbentuknya kelim tato pada target tergantung dari jenis bubuk
mesiu yang dipakai dan jenis senjatanya.
6. penggalak pada anak peluru yang banyak digunakan di Amerika Serikat diisi
dengan bubuk mesiu berbentuk bola (ball powder) atau bubuk mesiu yang
berbentuk serpihan (flake/disc powder) disebut seperti itu karena bentuk-bentuk
bubuk mesiu dan ukuran yang berbeda-beda.
a. bubuk mesiu yang berbentuk serpihan (flake/disc powder) adalah bubuk
mesiu tradisional yang biasanya digunakan pada pistol, mengandung
bubuk mesiu yang berbentuk sirkuler / bundar. Kelim tato yang muncul
pada pistol yang anak pelurunya diisi bubuk mesiu jenis ini dapat muncul
pada jarak moncong pistol dengan target kira-kira sampai 2 kaki.
b. Pada pistol yang pada penggalaknya berada di tengah (centerfire
handguns) yang menggunakan bubuk mesiu berjenis bola (ball powder),
kelim tato akan muncul pada jarak maksimum 3 – 4 kaki.
7. Pada senapan berburu (shotgun) dapat menggunakaan salah satu dari bubuk
mesiu jenis serpihan (flake) atau pun bola (ball).
a. Satu-satunya senjata shotgun yang menggunakan amunisi yang berisi
bubuk mesiu jenis bola (powder ball) adalah senjata yang diproduksi oleh
Winchester. Pabrik lainnya menggunakan bubuk mesiu jenis serpihan
(flake).
b. Kelim tato muncul pada jarak 2 kaki dengan menggunakan shotgun yang
berisi bubuk mesiu jenis serpihan (flake) dan 3 kaki dengan shotgun yang
berisi bubuk mesiu jenis bola (ball).
8. Pada senjata jenis senapan yang penggalaknya terletak di tengah (centerfire
rifles), diisi dengan dua jenis bubuk mesiu jenis bola dan silinder, pada bubuk
mesiu jenis silinder, bubuknya berbentuk silindris yang kecil.
a. kelim tato dari bubuk mesiu jenis silindris akan muncul pada jarak yang
tepat yaitu 2 kaki.
b. Sementara dari bubuk mesiu jenis bola muncul pada jarak 3 kaki.
9. Pada amunisi yang penggalaknya terletak di tepi (rimfire amunition) (22 Short ; 22
long Rifle) di isi dengan salah satu dari bubuk mesiu jenis bola (ball) atau
serpihan (disc)
a. Satu-satunya pabrik yang menggunakan bubuk mesiu jenis bola adalah
Winchester.
b. Bubuk mesiu yang di gunakan pada amunisi dengan penggalak yang
letaknya di tepi (rimfire amunition) sangat stabil dan jarak tempuhnya tidak
terlalu jauh. Oleh karena itu kelim tato yang terbentuk pada anak peluru
yang penggalaknya terletak di tepi dan menggunakan bubuk mesiu jenis
bola jaraknya tidak lebih dari 1 ½ kaki.
c. Sedangkan bila menggunakan bubuk mesiu jenis serpihan dapat
membentuk kelim tato pada jarak 2 kaki.
10. Telapak tangan dan kaki adalah area yang sangat resisten terhadap terbentuknya
kelim tato, malahan apabila terbentuk kelim tato pada area ini hal tersebut akan
terlihat seperti area yang sebagian terlihat seperti luka bakar.

D. Apabila senjata di di tembakkan dengan jarak dekat pada tubuh, jelaga akan muncul
dari moncong senjata dan mengendap pada pakaian dan kulit. Pada pistol, jelaga
yang mengendap tidak akan timbul apabila jarak tembakan melebihi 12 inchi, tetapi
pada banyak kasus, jelaga juga tidak timbul pada jarak kurang 12 inchi.

E. Saat jarak maksimal dimana kelim tato terbentuk telah terlampaui sehingga tidak
terbentuk kelim tato, pada saat itu lah luka yang terjadi di sebut luka tembak jarak
jauh (distant gunshot wound)
1. Luka tembak masuk jarak jauh cenderung membentuk bulatan atau oval dengan tepi
luka yang tajam, khasnya pada luka masuk tepinya akan dikelilingi oleh cincin abrasi
yang disebut kelim lecet.

2. Kelim lecet terbentuk akibat peluru memotong secara kasar tepi luka sehingga
membuat lecet kulit di daerah sekitarnya, hal tersebut tidak berhubungan dengan
panas yang dihasilkan oleh peluru atau gerakan memutar peluru.

3. Kelim lecet yang bentuknya iireguler dapat terjadi pada :

a. Peluru yang ketika menembus kulit dengan membentuk sudut terhadap


permukaan kulit. (gbr. 8.17-b)
b. Kulit yang berlipat-lipat pada saat peluru menembus bagian tersebut.
c. Deformitas pada peluru / peluru berubah bentuknya.
d. Peluru yang tidak stabil pada saat meluncur.
4. Pada beberapa kasus, luka tembak masuknya tidak memliliki kelim lecet
sisekitarnya, hal tersebut biasanya terjadi pada luka masuk akibat senapan yang
anak peluru menggunakan penggalak yang berada ditengah (centerfire rifle), atau
pada peluru semi-jacket dan full-metal jacket yang meluncur dengan kecepatan
tinggi, yang biasanya menggunakan senjata jenis magnum 357 dan pada senjata
dengan kaliber 9 mm.

5. Luka tembak masuk yang dihasilkan oleh senapan dengan peluru yang
menggunakan penggalak yang berada ditengah (centerfire rifle) dapat membentuk
”micro tears” sobekan-sobekan kecil disekitar luka masuk (gbr 8.17-c)

a. Sobekan-sobekan ini ukurannya seluas 1-2 mm, mengelilingi tepi dari luka
tembak masuk.

b. Tidak dapat disamakan dengan kelim lecet

c. Biasanya muncul/terlihat dengan menggunakan senjata bertenaga besar


seperti Magnum 357.

6. Luka tembak masuk jarak jauh pada telapak tangan dan kaki bentuknya irreguler,
sering terlihat ganbaran satelit dan gambaran kelim lecet yang kurang jelas. Lukanya
lebih terlihat seperti luka tembak keluar.
F. Pada luka tembak yang menyermpet, hal tersebut terjadi apabila peluru meluncur
dan dan menyentuh kulit dengan membentuk sudut yang dangkal, sehingga
menghasilkan daerah abrasi/lecet yang panjang tanpa membuat perforasi pada
kulitnya. Sering pada kasus ini sulit ditentukan dari arah mana peluru meluncur.

G. Pada luka tembak tangnsial (garis singgung), hal tersebut terjadi apabila peluru
meluncur dan menyinggung kulit secara sejajar dengan permukaan kulit,
menghasilkan luka yang dangkal pada kulit sampai dengan lapisan subkutan.
Terdapat robekan-robekan pada bagian tepi lukanya, yang menunjukkan atau
sebagai petunjuk arah peluru meluncur.

H. Luka tembak keluar cenderung lebih besar / lebar dan tepi lebih irreguler
dibandingkan luka tembak masuk. Hal tersebut disebabkan karena pada saat
anak peluru mencapai batas akhir pada salurannya, peluru menjadi tidak stabil,
dan menjadi rusak / deformitas sehingga luka yang ditimbulkannya menjadi
lebih besar.

1. Pada saluran yang membentuk luka tembak keluar, bentuknya dapat


berfariasi berupa celah atau melebar di bagian dalamnya, dari kecil sampai
besar diameternya.

2. Khasnya, luka tembak keluar tidak mempunyai kelim lecet disekitar luka,
karena peluru yang melewati saluran luka tidak berhubungan dengan
permukaan luar dari kulit.

3. Luka tembak keluar jarang disertai dengan kelim lecet pada tepinya, kalau
pun ada disebut dengan ”shored exit wounds” (seperti pantai). Hal tersebut
dapat terjadi apabila pada saat peluru keluar, kulit pada titik saat peluru
keluar terdorong keluar mengikuti arah peluru dan berlawanan dengan
permukaan yang keras seperti tanah atau tembok, hal tersebut
menyebabkan gesekan dan menyebabkan luka lecet pada tepi kulit dimana
luka tembak keluar berada. Shored exit wounds dapat juga disebabkan tali
pengikat bra, sabuk atau pakaian yang berlapis-lapis dan ketat.

VIII Luka tembak pada peluru yang menggunakan


penggalak di tengah pada senapan.(Centerfire rifle
wounds)

A. Ada dua tipe amunisi yang menggunakan penggalak yang terdapat di tengah
adalah :
1. Full-metal jacket military
2. semi- jacket hunting amunition
B. Luka yang diakibatkan oleh peluru FMJ lebih ringan dibandingkan luka yang
diakibatkan oleh anak peluru dengan kaliber yang sama yang ditembakkan dari
senapan yang sama tapi diisi dengan anak peluru jenis untuk berburu (hunting
bullets).
C. Anak peluru FMJ cenderung menembus tubuh tanpa disertai deformitas, pada
kebanyakan kasus tidak ada fragmen-fragmen peluru yang terlihat pada
pemeriksaan X-Ray.
D. Hal tersebut tidak sama dengan yang terjadi pada amunisi jenis semi-jacket
hunting
1. Saat peluru menembus tubuh, jacket (mantel peluru) akan mengelupas dan
akan membuka inti timah sehingga akan membentuk fragmen-fragmen
kecil yang dapat menyebar ketika menembus tubuh. Selongsong mantel
peluru dapat hilang.
2. Phenomena tersebut dapat menyebabkan gambaran yang khas pada foto
rontgen yang disebabkan luka karena peluru berburu (hunting ammunition)
yang disebut ”lead snowstrom” (gbr. 8.19)

You might also like