Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sumber gambar:
http://whqlibdoc.who.int/publications/2001/97897904401_ind_part-2.pdf
Gambar 8: Foto pada menit ke-30 proyeksi RPO dan LPO (Bontrager, 2005)
Gambar 9: Radigrafi menit ke-30 proyeksi RPO (Bontrager, 2005)
Kriteria Gambar
1. Foto 5 menit post injeksi
Tampak kontras mengisi ginjal kanan dan kiri.
2. 2. Foto 15 menit post injeksi
Tampak kontras mengisi ginjal, ureter.
3. Foto 30 menit post injeksi (full blass) Tampak blass terisi penuh oleh kontras.
4. Foto Post Mictie
Tampak blass yang telah kosong.
Kelebihan dan Kekurangan IVP
Kelebihan IVP :
1. IVP memberikan gambaran dan informasi yang jelas, sehingga dokter dapat
mendiagnosa dan memberikan pengobatan yang tepat mulai dari adanya batu ginjal
hingga kanker tanpa harus melakukan pembedahan.
2. Diagnosa kelainan tentang kerusakan dan adanya batu pada ginjal dapat dilakukan.
3. Radiasi relative rendah.
4. Relative aman.
Kekurangan IVP :
1. Selalu ada kemungkinan terjadinya kanker akibat paparan radiasi yang diperoleh.
2. Dosis efektif pemeriksaan IVP adalah 3msv, sama dengan rata-rata radiasi yang
diterima dari alam dalam satu tahun.
3. Penggunaan media kontras dalam IVP dapat menyebabkan efek alergi pada pasien,
yang menyebabkan pasien harus mendapatkan pengobatan lanjut.
4. Tidak dapat dilakukan pada wanita hamil.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan foto IVP
1. Jangan lupa memberi marker “BNO”, “5”, “15”, “30”, “PM” sesuai dengan interval
waktu.
2. Pemeriksaan dilakukan menggunakan grid sebagai penyerap radiasi hambur, jika
tidak menggunakan bucky potter grid, gunakan lysolm grid.
3. Persiapan pasien yang baik akan menghasilkan gambaran IVP yang baik pula.
4. Proteksi radiasi bagi pasien juga harus diperhatikan seperti membatasi lapangan
penyinaran.
5. Peng-ekspos-an dilakukan saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-aba
pemeriksaan : “tarik nafas… buang nafas….tahan!!!!”. hal ini bertujuan untuk
menghindari kekaburan objek karena pergerakan saat bernafas.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Untuk penatalaksanaan pemeriksaan IVP, diperlukan berbagai macam persiapan,
antara lain:
1. Memahami anatomi traktur urinarius yang baik agar tahu letak dari kelainan para
traktus urinarius.
2. Memahami indikasi pemeriksaan IVP, antara lain seperti kecurigaan kelainan pada
traktus urinarius, sehingga pemeriksaan IVP tersebut tepat guna dan tidak mubazir.
3. Memahami kontraindikasi pemeriksaan IVP, antara lain seperti gagal ginjal, alergi
kontras, dan multipel myeloma, sehingga pemeriksaan tersebut aman bagi pasien.
4. Memahami efek samping dari pemeriksaan IVP, antara lain berupa efek samping
karena kontras maupun paparan radiasi sinar-X.
5. Memahami syarat-syarat pemeriksaan IVP, seperti: tidak alergi kontras, serum
kreatinin normal, dan tidak ada penyakit khusus yang membahayakan.
6. Memahami persiapan dari segi pasien sebelum IVP dilaksanakan, antara lain berupa
puasa, urus-urus, dan mengurangi aktivitas yang mampu meningkatkan udara dalam
tubuh.
7. Mengetahui jenis-jenis posisi foto yang diperlukan pasien dalam IVP, antara lain foto
AP, oblique, atau lainnya yang memang sesuai dengan kondisi pasien.
8. Memahami langkah-langkah IVP secara terorganisir dengan didahului foto BOF.
9. Mengetahui waktu-waktu spesifik untuk pengambilan foto IVP (5’, 15’, 30’, 60’ dan
lainnya).
3.2. Saran
a. Tetap mengikuti perkembangan ilmu mengenai IVP agar dapat dilakukan
pemeriksaan secara tepat dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Abujudeh HH, Gee MS, Kaewlai R. 2009. “Should serum creatinine be checked in all
patients before performing second contrast CT examinations within 24 hours?”. J Am Coll
Radiol. 6(4): 268-73
American College of Radiology (ACR). 2009. ACR Practice Guideine for the Performance of
Excretory Urography. Available at: http://www.acr.org/Quality-Safety/Standards-
Guidelines/Practice-Guidelines-by-Modality/Abdomen-Genitourinary
Bontrager KL. 2005.. Radiographic Positioning and Related Anatomy Workbook and
Laboratory Manual.
Departemen Radiologi FK UI. 2011. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta: RSCM.
Dyer RB, Chen MY, Zagoria RJ. 2001. “Intravenous urography: technique and
interpretation”. Radiographics. 21(4):799-821
Gurel K et al. 2008. Does an extra kidney-ureter-bladder radiograph taken in the upright
position during routine intravenous urography provide diagnostic benefit?. Diagn Interv
Radiol. 2008 Dec;14(4):205-11.
Irwan, Ade, 2013. Prosedur Diagnostik Pada Gangguan Ginjal. Diakses dari
http://adehura15.blogspot.com/2013/06/prosedur-diagnostik-pada-gangguan-ginjal.html
[Diakses pada 12 May 2014]
Muttarak, Malai et all., 2001. Bab 29. Pencitraan Traktus Urinarius. Dalam : Bagian 4. Pola
Gastrointestinal dan Traktus Urinarius. Diakses dari
http://whqlibdoc.who.int/publications/2001/97897904401_ind_part-2.pdf [Diakses pada 11
Mei 2014]
Patel, P.R., 2005. Lecture Notes : Radiologi Edisi kedua. Jakarta : Penerbit Erlangga.