You are on page 1of 16

MAKALAH

GEOGRAFI REGIONAL DUNIA KONTEMPORER


KRISIS AIR DI AFRIKA SELATAN

DISUSUN OLEH:
Wulan Sri Handayani 15136034
Yulia Nanda 15136046
Mahesa Ragil Sofyan 15136090

PRODI GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas berkat nikmat dan
karunia-Nya, yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “GEOGRAFI REGIONAL
DUNIA KONTEMPORER KRISIS AIR DI AFRIKA SELATAN”. Tidak lupa
pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Geografi Regional Dunia Kontemporer, yang telah memberikan arahan dan
bimbingan demi terselesainya makalah ini. Selain itu kami juga menyampaikan
rasa terima kasih terhadap teman-teman yang telah membantu kami baik secara
langsung maupun secara tidak langsung, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan


serta masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.
Namun, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh pembaca dan menjadi


sumbangan pemikiran bagi semua pihak yang membutuhkan.

Padang, 3 Mei 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Letak, Luas, Dan Batas Negara Afrika Selatan.............................................2
B. Bentang Alam Afrika Selatan........................................................................3
C. Iklim, Keadaan Penduduk dan Bentuk Negara.............................................4
D. Identifikasi Faktor Penyebab Krisis Air di Afrika Selatan............................5
E. Upaya Pemerintah Dalam Menanggulangi Krisis Air Di Afrika Selatan....10
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................12
B. Saran............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Geografi Regional Dunia Komtemporer (GRDK) merupakan


pembahasan lebih lanjut dari Geografi Regional Dunia (GRD).
Kontemporer di sini berarti keadaan terbaru/ terkini/ actual/ update. Kita
akan belajar keadaan suatu negara berdasarkan isu-isu yang sampai hari ini
masih suka diperbincangkan. Afrika Selatan merupakan salah satu negara
di benua Afrika. Pada topik kali ini kelompok tertarik mengangkat tema
mengenai krisis air di Afrika Selatan.

B. Tujuan

1. Menjelaskan letak, luas dan batas negara Afrika Selatan


2. Menjelaskan bentang alam yang ada di Afrika Selatan
3. Menjelaskan iklim, keadaan penduduk, dan bentuk negara Afrika
Selatan
4. Mengidentifikasi faktor penyebab krisis air di Afrika Selatan
5. Menjelaskan upaya pemerintah dalam menanggulangi krisis air di
Afrika Selatan
6. Menjelaskan peran PBB dalam menanggulangi krisis air di Afrika
Selatan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Letak, Luas, Dan Batas Negara Afrika Selatan

Afrika Selatan merupakan negara di benua Afrika yang terletak di


ujung selatan benua tersebut. Karena letaknyalah Afrika Selatan sering
disebut Tanjung Harapan. Ibu kota Afrika Selatan ada 3 yakni Pretoria,
Cape Town dan Bloemfontein yang masing – masing untuk badan
eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

1. Letak dan Luas Wilayah


Secara astronomis Afrika Selatan terletak antara 23 o LS – 35o
LS dan 18o BT – 33o BT. Sedangkan secara geografis wilayahnya
terletak di ujung selatan Benua Afrika dan diapit oleh Samudera
Hindia dan Samudera Atlantik. Afrika Selatan memiliki luas wilayah
1.134.100 Km2.

2. Batas Wilayah
1) Afrika Selatan berbatasan dengan Namibia, Botswana, dan
Zimbabwe disebelah utara.

2) Disebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.

3) Sebelah barat berbatasan dengan Samudera Atlantik.

4) Sebelah timur berbatasan dengan Mozambik, Swaziland, dan


Samudera Hindia.

Sedangkan di dalam wilayah Afrika Selatan ada negara kecil


yakni, Lesotho.

2
3

Gambar 1. Peta Administrasi Afrika Selatan

B. Bentang Alam Afrika Selatan

Secara umum bentang alam Afrika Selatan dibagi menjadi 3 bagian, yakni:

a. Dataran tinggi

Sebagaian besar wilayah Afrika Selatan merupakan dataran


tinggi yang memiliki ketinggi antara 900 – 1.800 m. sedang sebelah
barat daya dataran tingginya sebagian besar berupa lahan stepa gersang
dengan rerumputan pendek dan terdapat perbukitan berbatu – batu
yang terpencil atau disebut juga kopjes.
Namun, dataran tinggi tersebut meninggi ke arah utara dan
timur dengan rerumputan hijau dan juga pepohonan yang bertebaran.
4

Hal tersebut disebabkan curah hujan yang lebih tinggi. Kawasan ini
dikenal dengan kawasan veld tinggi.
b. Tebing besar

Dataran tinggi dan daerah pesisir dipisahkan oleh serangkaian


pengunungan yang disebut tebing besar. Tebing tersebut memiliki titik
tertinggi di Pegunungan Drakensberg, yakni Gunung Thabana
Ntlenyana dengan tinggi 3.482m.
c. Kawasan pesisir

Gurun Namib di Namibia menjorok ke Afrika Selatan


sepanjang pantai barat, sedangkan pesisir timur laut merupakan dataran
rendah yang luas.
Dua sungai utama Afrika Selatan adalah Sungai Oranye dan
Sungai Lim – popo (sungai buaya). Sungai penting lain yakni, Sungai
Vaal yang merupakan anak Sungai Oranye.

C. Iklim, Keadaan Penduduk dan Bentuk Negara


a. Iklim
Secara umum Afrika Selatan beriklim subtropis. Saat musim dingin
tidak terlalu dingin dan pada musim panas tidak terlalu panas. Keadaan
tersebut dapat dijumpai di daerah tanjung (cape) yang memiliki iklim laut
tengah. Curah hujan dipengaruhi oleh angin pasat tenggara dari Samudera
Hindia. Hujan jatuh saat musim dingin di bulan Juni, Juli, dan Agustus.
Curah hujan terbanyak di pantai timur (kota Durban) sebanyak 2.250
mm/tahun.
Sedangkan daerah paling sedikit curah hujannya adalah gurun
Namib di pantai barat bagian selatan yakni 125 mm/tahun. Vegetasi di
daerah yang curah hujannya banyak terutama terdapat di pantai timur.
b. Keadaan Penduduk
5

Penduduk Afrika Selatan mayoritas berkulit hitam yakni terdiri dari


Negro Bantu, Hottentot, Bushman, dan Asia, sedang kulit putihnya hanya
21% yakni Inggris, Belanda, Jerman, dan Prancis.
Bahasa resmi Afrika Selatan adalah bahasa Afrikaans, Inggris, dan
Bantu. Agama yang dianut penduduknya terdiri dari agama Kristen,
Hindu, Islam, dan kepercayaan tradisional.

c. Bentuk Negara
Nama resmi Afrika Selatan adalah Republik Van Suid Afrika atau
Republic of South Africa. Afrika Selatan di bawah kepimpinan Eropa
sejak tahun 1958 dengan menerapkan politik Apartheid (perbedaan warna
kulit, kulit hitam dan kulit putih).
Pada tahun 1960 Afrika Selatan ingin bebas dari kekuasaan Inggris
dan tahun 1961 berdiri menjadi negara republik. Afrika Selatan terdiri atas
4 provinsi, yakni provinsi Natal, Transvaal, Orange Free State, dan
Tanjung Harapan. Kota besar utamanya adalah Johannesburg (kota
terbesar), Cape Town (kota tertua), dan Durban (Bandara terbesar).

D. Identifikasi Faktor Penyebab Krisis Air di Afrika Selatan

Gambar 2. Cape Town, Ibu Kota Afrika Selatan


6

Cape Town, Ibu Kota Afrika Selatan, diramalkan akan kehabisan


pasokan sumber air. Hal ini ditengarai oleh kekeringan yang melanda
kawasan tersebut sejak tiga tahun lalu. Pemerintah setempat terpaksa
membuat kebijakan yang membatasi 4 juta warganya menggunakan air
tidak lebih dari 87 liter per hari.

Gambar 3. Sebuah tanaman tumbuh di antara retakan tanah.

Gambar 4. Warga mengantre untuk mengambil air dari keran yang bersumber dari
mata air di Newlands, Mei 2017 lalu.
7

Gambar 5. Poster krisis air di Cape Town


8

Warga Kota Cape Town Afrika Selatan diperkirakan menghadapi


ancaman pemutusan pasokan air akibat kekeringan parah.
Kemarau yang berkepanjangan selama tiga tahun, ditambah curah
hujan rendah di provinsi Western Cape menjadi penyebab utama krisis air
yang menimpa 3,7 juta penduduk Cape Town di awal 2018 ini.
Berbagai tempat penampungan air seperti ember dan wadah lainnya jamak
ditemui di rumah-rumah. Banyak pula warga yang mulai menyusuri
gunung-gunung terdekat dengan membawa wadah supaya bisa membawa
pulang air tawar segar.
Saat ini kapasitas bendungan yang menjadi tumpuan kebutuhan air
Cape Town sudah berada di bawah 30 persen dari total gabungan. Di Cape
Town, ada empat bendungan yang berdiri yaitu Berg River, Steenbras
Lower, Steenbras Upper, Theewaterskloof, Voelvie, dan Wemmershoek.
Seperti dilaporkan oleh media lokal Cape Town IOL, tanaman di
dasar bendungan Theewaterskloof sudah mulai terlihat akibat penyusutan
air secara ekstrem. Bekas kebun anggur tua yang dulu pernah berdiri di
dasar bendungan pun untuk pertama kalinya menampakkan diri. Kebun
anggur ini terendam air sejak bendungan berkedalaman 25 meter itu
dibangun pada 1980-an.
Di sekitar stadion Newland, sudah jamak terlihat pemandangan
para warga yang memarkirkan mobil dan ikut antri air tawar yang
terpancur dari keran setempat. Tak jarang, antrian sudah mengular sejak
subuh.
Pabrik bir SA Breweries pun diserbu warga. Pasalnya, terdapat
lima keran yang airnya berasal dari mata air alami.
Provinsi Western Cape terletak di ujung selatan benua Afrika dan
berhadapan langsung dengan Samudera Atlantik. Selama berabad-abad,
pantai barat daya Afrika Selatan dikenal karena persediaan air yang
melimpah karena curah hujan tinggi.
Ciri geografis kota Cape Town yang mirip mangkuk raksasa
menjadikannya daerah tampungan air hujan dan dapat diandalkan untuk
9

mengisi deretan bendungan yang mulai dibangun sejak akhir abad ke-19
dan awal abad ke-20.
Tapi semuanya berubah dalam beberapa tahun terakhir sejak curah
hujan menurun. Tingkat air bendungan berkurang drastis. Kevin Winter
mengatakan “Hujan, tapi tidak cukup untuk mengisi bendungan,”, yang
merupakan seorang dosen senior ilmu lingkungan di University of Cape
Town, kepada Al Jazeera.
“Kami mengalami perubahan pola cuaca yang cepat, yang semakin
nyata dari dampak perubahan iklim ...Ada penurunan yang sangat tajam
dari tingkat curah hujan dalam beberapa tahun terakhir.”
Senada dengan pernyataan Winter, Bridgetti Lim Bandi seorang
pendiri situs Cape Town Water Crisis yang sejak lahir hidup di kota ini
mengatakan bahwa pola curah hujan telah berubah secara dramatis dalam
dua dekade terakhir.
"Kami tidak memiliki musim dingin seperti biasa lagi di Cape
Town," katanya kepada Al Jazeera.
Kekeringan yang telah melanda Cape Town selama beberapa tahun
terakhir belum terlihat kapan akan berakhir. Visualisasi data curah hujan
menunjukkan bahwa 2017 adalah salah satu tahun terkering selama
beberapa dekade terakhir. Disebutkan juga bahwa kekeringan bertahun-
tahun yang parah seperti ini jarang terjadi dan mungkin hanya sekali
dalam satu milenium.
Perubahan iklim menjadi salah satu faktor yang mungkin
menyebabkan situasi tersebut. Pemerintah Cape Town telah diperingatkan
agar merancang sistem pasokan air guna menanggulangi masalah krisis air
dan kekeringan jangka panjang yang diperkirakan akan sering terjadi di
masa mendatang.
Piotr Wolski, ahli hidrologi dari Climate Systems Analysis
Group memperkirakan bahwa perubahan iklim yang sedang terjadi
diperkirakan akan lebih banyak mendatangkan musim kering dan lebih
sedikit musim hujan di wilayah Western Cape.
10

Sebagai kota yang punya 300 kilometer garis bibir pantai, Cape
Town tak lepas dari dampak perubahan iklim akibat pemanasan global
berupa kenaikan permukaan air laut.
Kekeringan di Cape Town adalah sebuah gejala ekstrem dari
fenomena perubahan iklim secara global, termasuk Indonesia. Di sejumlah
tempat di Indonesia, krisis air di umumnya disebabkan faktor geografis,
bencana alam, yang yang paling umum, musim kemarau yang jauh lebih
panjang dari musim hujan.

E. Upaya Pemerintah Dalam Menanggulangi Krisis Air Di Afrika


Selatan

Situasi yang makin parah membuat pemerintah daerah


memperingatkan warganya agar bersiap menghadapi Day Zero (semacam
“hari tanpa air”) pada 12 April lalu apabila kapasitas air di seluruh
bendungan terus menyusut di bawah 13,5 persen. Day Zero pada awalnya
diperkirakan akan jatuh pada 22 April, kemudian diundur ke tanggal 21
dan akhirnya 12.
Jika Cape Town benar-benar mencapai Day Zero pada April
mendatang, pihak berwenang akan mematikan keran air di seluruh kota
dan menyisakan aliran di daerah yang paling miskin saja.
Pemerintah kemudian memasang sekitar 200 tempat pengumpulan
air di seluruh kota dan membatasi pengambilan air 25 liter per hari untuk
tiap penduduk jika Zero Day benar-benar tiba. Aparat kepolisian akan
menjaga tempat tersebut. Kini pemerintah sudah mematok batas konsumsi
air. Masing-masing penduduk hanya punya jatah 50 liter air dari
sebelumnya 87 liter untuk seluruh kebutuhannya.
Guna menghindari kerusuhan akibat rebutan air, keamanan
diperketat dengan penerapan jam operasional antara pukul 5 pagi sampai
11 malam. Tiap orang yang datang juga hanya boleh membawa pulang
maksimal 25 liter air. Kebijakan ini diterapkan setelah 2.000 liter air
dikeruk warga dan dijual lagi ke orang lain.
11

Sanksi denda diberlakukan bagi mereka yang mengambil terlalu


banyak air. Namun ternyata sulit mengontrol dengan pasti penggunaan air
secara perorangan. Oleh karena itu, bagi pemerintah, himbauan agar tiap
warga bisa menahan diri adalah jalan satu-satunya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Afrika Selatan merupakan negara di benua Afrika yang terletak di


ujung selatan benua tersebut. Karena letaknyalah Afrika Selatan sering
disebut Tanjung Harapan. Ibu kota Afrika Selatan ada 3 yakni Pretoria,
Cape Town dan Bloemfontein yang masing – masing untuk badan
eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Cape Town, Ibu Kota Afrika Selatan, diramalkan akan kehabisan
pasokan sumber air. Hal ini ditengarai oleh kekeringan yang melanda
kawasan tersebut sejak tiga tahun lalu. Pemerintah setempat terpaksa
membuat kebijakan yang membatasi 4 juta warganya menggunakan air
tidak lebih dari 87 liter per hari.

B. Saran

Setelah mengetahui pembahasan mengenai krisis air yang ada di


Afrika Selatan tepatnya pada Ibu Kota Cape Town pembaca tidak hanya
berhenti sampai disini, tetapi pembaca diharapkan mampu mendalami
ilmu yang berkaitan dengan makalah ini.
Demikian makalah ini kami sajikan. Kami menyadari bahwa dalam
proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karna itu
apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam berbagai aspek yang
meliputi cara penulisan atau penggunaan huruf dan lain-lain. Kami
menerima masukan serta kritikan dari pembaca demi terciptanya
kesempurnaan dalam makalah kami.

12
DAFTAR PUSTAKA

Vidya, Perdana A. 2018. Cadangan Air di Ibu Kota Afrika Selatan Akan
Habis Dalam 90 Hari. Kompas.com

Firman, Tony. 2018. Menjelang Hari Tanpa Air di Afrika Selatan.


https://tirto.id/menjelang-hari-tanpa-air-di-afrika-selatan-cDMc. Diakses 3
Mei 2018.

Reuters. 2018. Foto: Kekeringan dan Krisis Air Melanda di Cape Town.
DetikNews.

Wangsa, Wibawa S. 2018. Ibu Kota Afrika Selatan Kehabisan Air,


Solusinya Ada di Bawah Laut. Kompas.com

13

You might also like