You are on page 1of 4

Adanya perubahan jasmani (fisik) fraktur dan amputasi akan sangat mempengaruhi kehidupan

klien yang akhirnya akan mempengaruhi status mental klien tersebut. Masalah fisik seperti nyeri,

perubahan struktur tubuh, ukuran, fungsi gerak terbatas dan gangguan aktivitas sehari-hari, hal tersebut

akan menimbulkan dampak pada perubahan psikologis klien dimana individu yang mengalami gangguan

body image akan menyembunyikan dan berusaha tidak melihat atau menyentuh bagian tubuh yang telah

berubah struktur karena trauma. Beberapa orang mungkin akan mengekspresikan perasaan tidak

berdaya, dan sangat sensitif dan bisa jadi akan memperlihatkan perilaku yang merusak tubuh seperti

makan berlebihan atau bahkan makan yang sangat kurang (undereating) atau mungkin percobaan bunuh

diri (Kozier, 2004). Ini semua akan mempengaruhi kemampuan individu dalam melakukan hubungaqn

intra personal, kemampuan intelektual, dan penguasaan lingkungan yang belum bisa beradaptasi dengan

segala akibat yang ditimbulkan oleh fraktur dan amputasi yang akhirnya berdampak juga terhadap

perubahan sosial dari klien itu sendiri.

Dampak psikologis

Dampak psikologis dari amputasi pada seseorang sering diremehkan oleh petugas kesehatan.
Amputasi terlihat sebagai akhir dari kemampuan untuk bergerak, tidak produktif dan kerusakan
aktivitas secara fisik. Hal yang terlintas dibenak seseorang tentang amputasi, reaksi yang umum
terjadi, mungkin diantaranya ketakutan akan tertundanya kematian yang diikuti oleh rasa
keputusasaan dalam hidupnya. Saat seseorang mengalami ketakutan akan kematian, seseorang
harus mengungkapkan perasaannya secara lisan akan ketakutannya.

Reaksi seseorang sebelum dilakukan amputasi adalah penolakan, penolakan itu


memperlihatkan ketidak percayaan bahwa bagian tubuhnya akan benar-benar dilepaskan dari
tubuhnya. Ketidakpercayaan ini atau bahkan akan berlangsung setelah dilakukan amputasi.
Orang yang mengalami amputasi tidak siap melihat bagian tubuhnya yang diamputasi. Selain
pada orang yang mengalami amputasi, penolakan ini terjadi juga pada keluarganya seperti
menolak untuk menandatangani lembar persetujuan.

Menyadari merupakan reaksi kedua pada tahap ini, diantaranya adalah perasaan marah,
tawar-menawar dan depresi yang dituntukan oleh pasien untuk mengatasi perasaannya terhadap
amputasi. Kemarahannya itu mungkin akan dilampiaskan padalingkungan sekitarnya, termasuk
tim kesehatan dan keluarganya. Kewaspadaan yang meningkat dari amputasinya itu akan
menimbulkan perasaan bersalah. Dia akan merasa amputasi ini merupakan balasan dari
kesalahannya yang telah diperbuat dulu. Sebelum dilakukan amputasi, petugas kesehatan
memberitahukan seberapa penting amputasi ini dilakukan, beserta resikonya bila tidak dilakukan.
Fase penerimaan ini menunjukan dia bisa beradaptasi terhadap keadaannya yang baru.

Dampak somatis

Setelah diamputasi kebanyakan orang mengalami fenomena halusinasi bagian tubuh yang
hilang. Orang yang diamputasi tersebut masih merasakan dari anggota tubuh yang hilang.
Terutama pada bagian jari dan kaki karena lebih memiliki banyak saraf dibandingkan bagian
tubuh yang lain (Williams and Warwick dalam lambert and lambert, 1985). fenomena ini
biasanya dialami segera setelah pembedahan dan bisa berlangsung dari 6 bulan sampai 20 tahun
(Frazier and Kolb dalam Lambert and Lambert, 1985). Sejak dia kehilangan bagian tubuhnya itu,
dia membangun gambaran diri yang baru dan menyesuaikan dengan lingkungannya. Fenomena
ini tidak terjadi pada seseorang yang kehilangan bagian tubuhnya bawaan sejak lahir atau
diamputasi pada masa awal kehidupan.

Dampak seksual

Cara seseorang mempersepsikan gambaran dirinya dapat mempengaruhi konsep diri seseorang
dan prilaku seksualnya (Woods dalam Lambert and Lambert, 1985). Orang yang diamputasi
merasa tidak menarik, dan tidak pantas untuk dicintai, merasa tidak mampu untuk menjalin
hubungan. Menurut Parkes 1976, bagian tubuh menggambarkan sebagai daya tarik dan
gambaran diri. Oleh karena itu, amputasi ekstremitas bagian bawah perempuan
Dampak pekerjaan

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengatasi
kehidupannya sebagai seseorang yang diamputasi adalah kapasitasnya dalam bekerja (parkes
dalam Lambert and Lambert, 1985). Peran pencari nafkah adalah salah satu komponen penting
untuk kesejahteraan keluarga. Karena hilang satu bagian tubuhnya pada orang yang berperan
mencari nafkah dalam keluarga mungkin memandang perannya akan membahayakan
keluarganya dan mungkin membayangkan kasih sayang keluarganya akan berkurang.

Dampak sosial

Ketika orang yang baru diamputasi meninggalkan rumah sakit yang bersifat melindunginya dan
kembali ke lingkungannya lagi, dia harus membangun kembali identitasnya, dia harus
melakukan adaptasi terhadap penampilan secara fisik yang telah mengalami perubahan yang
diperlukan untuk aktivitas sehari-hari.

Untuk berhubungan dengan penampilan secara fisik yang diubah, orang yang diamputasi yang
harus dibuat sadar bahwa beberapa individu di dalam masyarakat boleh menatap, buatan
berkomentar sekitar [otot/dahan/anggota] yang hilang, atau minta(tanya banyak pertanyaan-
pertanyaan tentang pemotongan.

Orang yang diamputasi sulit menghadapi keadaan sosial ketika mendapatkan komentar seperti
contoh pada saat satu anak yang tidak bersalah bertanya, "Mama, mengapa orang itu hanya
mempunyai satu kaki?" orang yang diamputasi itu harus menyadari bahwa beberapa individu
tidak benar-benar merasa tidak nyaman terhadap kehadirannya.

Amputasi memaksakan suatu dampak yang besar terhadap orang yang diamputasi dan

keluarganya. Dampak amputasi mempengaruhi kesehatan psikologis orang yang mengalami

amputasi tersebut, dampak terhadap somatik, dampak terhadap seksual, dampak terhadap

pekerjaan, dan dampak terhadap sosial. Orang yang diamputasi mengalami kerugian, perubahan

body image, ancaman-ancaman potensial terhadap seksual, kemungkinan pertukaran-pertukaran


pekerjaan, dan penerimaan kembali sosial. Oleh karena itu, dampak psikososial dari amputasi

tidak boleh diremehkan oleh para anggota tim perawatan kesehatan. Peran yang utama dari tim

perawatan kesehatan itu untuk mempersiapkan dirinya dan keluarganya untuk perubahan-

perubahan di dalam kehidupan sehari-hari yang mungkin terjadi dan untuk membantu mereka di

dalam berhadapan dengan setiap perubahan yang disebabkan oleh amputasi.

You might also like