Professional Documents
Culture Documents
Obstruksi Duktus Nasolakrimalis
Obstruksi Duktus Nasolakrimalis
A. Definisi
Obstruksi duktus nasolakrimalis adalah penyumbatan duktus
nasolakrimalis (saluran yang mengalirkan air mata dari sakus lakrimalis ke
hidung). Duktus nasolakrimalis termasuk dalam system lakrimalis sebagai
komponen dari system ekskresi / drainase air mata.
palpebra ditarik ke arah krista lakrimalis posterior, dan traksi fascia mengelilingi
sakus lakrimalis berakibat memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan
negatif pada sakus. Kerja pompa dinamik mengalirkan air mata ke dalam sakus,
yang kemudian masuk melalui duktus nasolakrimalis – karena pengaruh gaya
berat dan elastisitas jaringan – ke dalam meatus inferior hidung. Lipatan-lipatan
mirip-katup dari epitel pelapis sakus cenderung menghambat aliran balik air mata
dan udara. Yang paling berkembang di antara lipatan ini adalah “katup” Hasner di
ujung distal duktus nasolakrimalis (Sullivan, 1996). Berikut adalah ilustrasi dari
sistem ekskresi air mata yang berhubungan dengan fungsi gabungan dari
muskulus orbikularis okuli dan sistem lakrimal inferior (Wagner, 2006).
3. Air Mata
Permukaan bola mata yang terpapar dengan lingkungan dijaga tetap
lembab oleh air mata. Air mata tersebut disekresikan oleh aparatus lakrimalis dan
disertai dengan mukus dan lipid oleh organ sekretori dari sel-sel pada palpebra
serta konjungtiva. Sekresi yang dihasilkan inilah yang disebut sebagai film air
mata atau film prekorneal. Analisis kimia dari air mata menunjukkan bahwa
konsentrasi garam didalamnya mirip dengan komposisi di dalam plasma darah.
5
Selain itu, air mata mengandung lisozim yang merupakan enzim yang
memiliki aktivitas sebagai bakterisidal untuk melarutkan lapisan luar bakteria
(Encyclopædia Britannica, 2007). Walaupun air mata mengandung enzim
bakteriostatik dan lisozim, menurut Sihota (2007), hal ini tidak dianggap sebagai
antimikrobial yang aktif karena dalam mengatasi mikroorganisme tersebut, air
mata lebih cenderung memiliki fungsi mekanik yaitu membilas mikroorganisme
tersebut dan produk-produk yang dihasilkannya.
K+, Na+, dan Cl- terdapat dalam konsentrasi lebih tinggi dalam air mata
dari dalam plasma. Air mata juga mengandung sedikit glukosa (5 mg/dL) dan urea
(0,04 mg/dL) dan perubahannya dalam konsentrasi darah akan diikuti perubahan
konsentrasi glukosa dan urea air mata. pH rata-rata air mata adalah 7,35, meski
ada variasi normal yang besar (5,20-8,35). Dalam keadaan normal, cairan air mata
adalah isotonik. Osmolalitas film air mata bervariasi dari 295 sampai 309 mosm/L
(Whitcher, 2000). Berikut adalah ilustrasi dari elektrolit, protein dan sitokin dalam
komposisi air mata (Pflugfelder, S.C., 2004).
Air mata akan disekresikan secara refleks sebagai respon dari berbagai
stimuli. Stimulus tersebut dapat berupa stimuli iritatif pada kornea, konjungtiva,
mukosa hidung, stimulus pedas yang diberikan pada mulut atau lidah, dan cahaya
terang. Selain itu, air mata juga akan keluar sebagai akibat dari muntah, batuk dan
menguap. Sekresi juga dapat terjadi karena kesedihan emosional. Kerusakan pada
nervus trigeminus akan menyebabkan refleks sekresi air mata menghilang. Hal ini
dapat dibuktikan dengan pemberian kokain pada permukaan mata menyebabkan
penghambatan hantaran pada ujung nervus sensoris yang mengakibatkan
penghambatan refleks sekresi mata (bahkan ketika mata dipaparkan pada gas air
mata yang poten). Jalur aferen pada hal ini adalah nervus trigeminus, sedangkan
eferen oleh saraf autonom, dimana bahagian parasimpatis dari nervus fasialis yang
memberikan pengaruh motorik yang paling dominan. Oleh sebab itu, pemberian
obat yang parasimpatomimetik (seperti asetilkolin) dapat meningkatkan sekresi
sedangkan pemberian obat antikolinergik (atropin) akan menyebabkan penurunan
sekresi. Refleks sekresi air mata yang berlebihan dapat diinterpretasikan sebagai
respon darurat. Pada saat lahir, inervasi pada aparatus lakrimalis tidak selalu
sempurna, hal ini menyebabkan neonatus sering menangis tanpa sekresi air mata
(Encyclopædia Britannica, 2007).
Air mata mengalir dari lacuna lakrimalis melalui pungtum superior dan
inferior dan kanalikule ke sakkus lakrimalis yang terletak di dalam fossa
lakrimalis. Duktus nasolakrimalis berlanjut ke bawah dari sakkus lakrimasi dan
bermuara ke dalam meatus inferior dari rongga nasal . Air mata diarahkan ke
dalam pungtum oleh isapan kapiler , gaya berat, dan berkedip. Kekuatan
gabungan dari isapan kapiler dalam kanalikuli, gaya berat, dan kerja memompa
dari otot Horner yang merupakan perluasan muskulus orbikularis okuli ke titik di
belakang sakkus lakrimalis, semua cenderung meneruskan air mata ke bawah
melalui duktus nasolakrimalis ke dalam hidung.
C. Etiologi
Dalam keadaan normal, air mata dari permukaan mata dialirkan ke dalam
hidung melalui duktus nasolakrimalis. Jika saluran ini tersumbat, air mata akan
7
D. Gejala
Tanda-tanda dapat timbul beberapa hari atau beberapa minggu setelah lahir
dan sering bertambah berat karena infeksi saluran pernapasan atas atau karena
pemajanan atas suhu dingin atau angin. Manifestasi obstruksi nasolakrimalis yang
paling lazim adalah ‘berair mata’ (tearing), yang berkisar dari sekedar mata basah
(peningkatan di cekungan air mata, ‘penimbunan’ atau ‘kubangan’) sampai banjir
air mata yang jelas (epifora), penimbunan cairan mukoid atau mukopurulen
(sering digambarkan oleh orang tua sebagai ‘nanah’), dan kerak. Mungkin ada
eritema atau maserasi kulit karena iritasi dan gesekan yang disebabkan oleh tetes-
tetes air mata dan cairan.
Penyumbatan karena tidak sempurnanya sistem nasolakrimalis biasanya
menyebabkan pengaliran air mata yang berlebihan ke pipi (epifora) dari salah satu
ataupun kedua mata (lebih jarang) pada bayi berumur 3-12 minggu.
Penyumbatan ini biasanya akan menghilang dengan sendirinya pada usia 6
bulan, sejalan dengan perkembangan sistem nasolakrimalis.
8
E. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan penunjang lainnya adalah:
1. Pewarnaan mata dengan zat fluoresensi untuk menilai pengaliran air mata
Uji pewarna hilangnya Fluorescein mungkin berguna - setetes pewarna
ditanamkan ke dalam kedua matanya dan biasanya akan menghilang
selama 5 menit jika saluran yang paten, dan selanjutnya dapat terlihat
dalam lubang hidung menggunakan cahaya biru.
2. Probing dan Irigasi (Tes Anel)
Lakukan probing yang mula-mula dimasukan vertical ke dalam pungtum
lakrimal, kemudian horizontal, ke dalam kanalikuli lakrimal, sampai
ujungnya menyentuh dinding dari sakus lakrimal, tariklah sedikit keluar,
lalu sonde diputar 90 derajat ke atas dengan hati-hati. Kalo sonde ini telah
berhasil, disusul dengan tes Anel.
Dengan menggunakan sempritan yang diisi dengan larutan garam
fisiologis.
Tes Anel (+), bila terasa asin di tenggorokan, berarti salurannya berfungsi
baik.
Tes Anel (-), bila tidak terasa asin, berarti ada kelainan di dalam saluran
ekskresi tersebut. Bila cairan keluar lagi dari pungtum lakrimal superior,
berarti ada obstruksi di duktus nasolakrimalis. Kalau cairan kembali
melalui pungtum lakrimal inferior, berarti obstruksi terdapat di ujung nasal
kanalikuli lakrimal inferior.
9
F. Penatalaksanaan
Dibedakan penanganan pada anak-anak dengan penanganan pada orang
dewasa. Epifora yang disertai hard stop menunjukkan letak sumbatan
nasolakrimal. Perkembangan sistim ekskresi lakrimal, khususnya duktus
nasolakrimalis bervariasi pada anak-anak yang mengalami kelainan pembukaan
Membrana Hassner. Timbulnya epifora bersamaan dengan berfungsinya glandula
lakrimalis sebagai sistim sekresi. Orang tua pada umumnya lebih menyukai cara
yang tidak menyakiti anak. Sondage vertikal sebaiknya dihindari karena
kemungkinan false route sangat besar.
Massage daerah lakrimal menjadi pilihan pertama. Massage dengan
tekanan pada pangkal hidung ke arah inferior dilakukan satu-dua menit tiap hari.
Bila dalam jangka waktu tiga bulan tidak menunjukkan perbaikan maka irigasi
berulang merupakan langkah berikutnya yang dilakukan sampai anak berusia
1(satu) tahun. Batas usia ini tidak mutlak, apabila tanda radang tidak ada maka
irigasi dapat dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun.
Suatu tindakan yang lebih agresif berupa intubasi tabung silikon dari
Jackson dapat juga dilakukan antara usia dua tahun dengan pembiusan umum.
Sumbatan nasolakrimal pada orang dewasa pada umumnya merupakan indikasi
suatu tindakan pembedahan yaitu dakriositorinostomi. Pembedahan ini dilakukan
pada keadaan peradangan tidak sedang dalam eksaserbasi akut.
14
Gambar Dacryocystorhinostomy
G. Pencegahan
Pengobatan yang adekuat terhadap infeksi hidung dan mata bisa
mengurangi resiko terjadinya dakriostenosis (obstruksi duktus nasolakrimalis).
15
DAFTAR PUSTAKA