Professional Documents
Culture Documents
Bab V Metamorf
Bab V Metamorf
BATUAN METAMORF
5.1.DASAR TEORI
Mengalami
Metamorfisme
Gambar 5.1 Proses metamorfisme batu lempung menjadi batu sabak / slate.
V-90
Winkler (1989) menyatakan bahwa proses-proses metamorfisme itu
mengubah mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau
respons terhadap kondisi fisika dan kimia didalam kerak bumi yang berbeda
dengan kondisi sebelumnya, proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan
diagenesa.
Jakson (1970) mengemukakan bahwa selama terjadinya metamorfosa
komposisi kimia batuan dapat mengalami perubahan ataupun tetap sehingga
metamorfosa dapat dibedakan menjadi :
a. Metamorfosa isokimia (sistem tertutup), yaitu metamorfosa yang tidak
melibatkan atau hanya sedikit melibatkan komposisi kimia batuan.
b. Metamorfosa allokimia (sistem terbuka), yaitu metamorfosa yang
melibatkan perubahan komposisi kimia batuan secara nyata, tipe
metamorfosa ini sering disebut juga sebagai metasomatisme.
Huang (1962), menyatakkan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya
metamorfosa adalah perubahan temperatur, tekanan yang adanya aktivitas kimia
fluida atau gas. Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam
sebab antara lain oleh adanya pemanasan akhibat intrusi magmatik dan perubahan
gradien geothermal. Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan
antar butir batuan mempunyai peran yang penting dalam metamorfosa. Fluida
aktif yang banyak berperan adalah air beserta karbon dioksida, asam hidroklorik
dan hidroflourik. Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau
solven serta bersifat membantu reaksi kimia dan penyeimbangan mekanis.
Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya gesekan / friksi
selama terjadinya metamorfosa umumnya pada suhu 500 - 5500 C yang ditandai
dengan munculnya mineral-mineral Fe Mg – Carpholite, glaucophane, lawsonite,
paragonite, prehnite atau stilpnomelane. Sedangkan batas terjadinya metamorfosa
sebelum terjadinya pelelehan adalah berkisar 6500-11000 C tergantung jenis
batuan asalnya (Bucher dan Frey, 1994).
Berdasarkan tingkat malihannya, batuan metamorf dibagi menjadi dua
yaitu metamorfosa tingkat rendah (low-grade metamorf) dan metamorfosa tingkat
tinggi (high-grade metamorf). Pada batuan metamorf tingkat rendah jejak
kenampakan batuan asal masih bisa diamati dan penamaannya menggunakan
V-91
awalan meta (sedimen,beku) sedangkan pada batuan metamorf tingkat tinggi jejak
batuan asal sudah tidak tampak, malihan tertinggi membentuk migmatit (batuan
yang sebagian bertekstur malihan dan sebagian lagi bertekstur beku atau igneous)
Gambar 5.2 Batuan Asal yang mengalami Metamorfisme Tingkat Rendah-Medium dan
Tingkat Tinggi (O’Dunn dan Sill, 1986).
a. Panas
Panas merupakan agen metamorfisme yang sangat penting.
Batuan yang terbentuk dekat permukaan bumi akan mengalami
V-92
pemanasan yang tinggi pada waktu diterobos oleh magma. Apabila
panas magma tidak terlalu tinggi, maka proses metamorfisme terjadi.
Pada keadaan yang demikian hanya akan terjadi proses pembakaran
pada batuan yang diterobos yang disebut backing effect.
Seperti yang diketahui bahwa temperatur akan meningkat
dengan meningkatnya kedalaman (gradient geothermal). Pada kerak
bumi bagian atas rata-rata kenaikan temperatur sekitar 300 C per
kilometer. Batuan dekat permukaan bumi juga dapat mengalami
pemindahan tempat ke tempat yang lebih dalam. Proses ini terjadi pada
pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang konvergen, yaitu pada zona
subduksi.
b. Tekanan
Tekanan seperti halnya temperatur akan meningkat dengan
meningkatnya kedalaman. Tekanan ini, seperti tekanan gas, akan sama
besarnya kesegala arah. Tekanan yang terdapat didalam bumi ini
merupakan tekanan tambahan dari tekanan pada batuan oleh
pembebanan batuan diatasnya. Pada keadaan ini batuan akan
mengalami penekanan yang bararah dan pemerasan. Batuan pada
tempat yang dalam akan menjadi plastik waktu mengalami deformasi.
Sebaliknya pada tempat yang dekat dengan bumi, batuan akan
mengalami keretakan pada waktu mengalami deformasi. Hasilnya
batuan yang bersifat rapuh akan hancur dan menjadi material yang lebih
halus.
c. Cairan Kimia Aktif
Larutan kimia aktif umumnya adalah air yang mengandung ion-
ion terlarut juga dapat menyebabkan terjadinya proses metamorfisme.
Perubahan mineral yang dilakukan oleh air yang kaya mineral dan
panas, telah banyak dipelajari diberbagai daerah gunung berapi.
Disepanjang pematang pegunungan lantai samudera, sirkulasi air laut
pada batuan masih panas mengubah mineral pada batuan beku basalt
yang berwarna gelap menjadi mineral-mineral metamorf seperti
serpentin dan talk.
V-93
Tahap- tahan metamorfisme antara lain :
a. Rekristalisasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik (tenaga dari semen-
semen kimia untuk menyusun susunan sendiri), disini terjadi
penyusunan kembaali kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia
yang ada sebelumnya telah ada.
b. Reorientasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini
pengorientasian kembali dari susunan kristal-kristal, dan ini akan
berpenggaruh pada tekstur dan struktur yang ada.
c. Pembentukan mineral-mineral baru
Proses ini terjadi dengan penyusunaan kembali elemen-elemen
kimiawi yang sebelumnya telah ada.
Gambar 5.3 Penampang yang memperlihatkan lokasi Batuan Metamorf (Gillen, 1982).
V-94
5.3. TIPE METAMORFISME
e. Metamorfosa Impact
Metamorfosa Impact terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity
sebuah meteorit. Kisaran waktunya hanya beberapa mikrodetik dan
umumnya ditandai dengan terbentuknya mineral coesite dan stishovite.
Metamorfosa ini erat kaitannya dengan pab\nas bumi (geothermal).
f. Metemorfosa Retrograde / Diaropteris
Metamorfosa Retrogade terjadi akibat adanya penurunan
temperature sehingga kumpulan mineral metamorfosa tingkat tinggi
berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada temperature yang lebih
rendah. (Combs, 1961)
V-96
Tabel 5.1 Hubungan Antara Tipe Metamorfisme Dengan Agen Yang
Mempengaruhinya
a. Metamorfosa Orogenic
V-97
kilometer. Proses metamorfosa ini memerlukan waktu yang sangat lama
berkisar antara puluhan juta tahun lalu.
b. Metamorfosa Burial
Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan
temperatur pada daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif,
kemudian terlipat. Proses yang terjadi adalah rekristalisai dan reaksi antara
mineral dengan fluida.
Deskripsi batuan metamorf tidak jauh berbeda dengan jenis batuan lain
yaitu: didasarkan pada warna, tekstur, struktur dan komposisinya. Namun untuk
batuan metamorf ini mmpunyai kekhasan dalam penentuannya yaitu pertama-
tama dilakukan tinjauan apakah termasuk dalam struktur foliasi (ada penjajaran
mineral) atau nonfoliasi (tanpa penjajaran mineral).
V-98
Gambar 5.6 Diagram Alir Untuk Identifikasi Batuan Metamorf Secara Umum (Gillen,
1982).
a. Struktur Slaytycleavage
Dalam struktur ini hampir sama dengan struktur skistosa, hanya
mineral-mineralnya berukuran dan kesan kesejajaran mineralnya halus
sekali (dari mineral lempung). Umumnya ditemukan pada batuan
metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin) yang dicirikan oleh
adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar.
Batuannya disebut slate (batu sabak).
V-99
Gambar 5.7 Slate
V-100
c. Struktur Gnesosa (Gneissic)
V-101
Gambar 5.12 Sekis
a. Hornfelsic/ Granalose
Dicirikan oleh adanya butiran-butitan mineral yang seragam.
Terbentuk akibat adanya metamorfosa thermal dan yang dibentuk oleh
mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan umumnya
berbentuk polygonal.
Batuannya disebut hornfels (batu tanduk).
V-102
b. Mylonitic
Struktur ini hampir sama dengan struktur pilonitik, hanya
butirannya lebih halus lagi, serta dibedakan oleh adanya liniasi dari
belahan permukaan yang berbentuk paralel, dimana struktur ini dihasilkan
oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Ciri
struktur ini adalah mineralnya berbutir halus menunjukkan kenampakan
goresan-goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral
primer.
Batuannya disebut mylonite (milonit).
c. Cataclastic
Struktur kataklastik adalah struktur yang berkembang oleh adanya
penghancuran terhadap batuan asal yang mengalami metamorfosa dinamo.
Terbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan
umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini
terjadi akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut cataclasite
(kataklasit).
d. Phyllonitic
Struktur ini menyerupai milonit tetapi butirannya lebih kasar dan
strukturnya mendekati tipe struktur pada filit (pilonit = filit – milonit)
tetapi umumnya telah terjadi rekristalisasi. Ciri-ciri lainnya adalah
V-103
kenampakan kilap sutera pada batuan yang mempunyai struktur ini.
Batuannya disebut phyllonite (filonit)
V-104
Dalam penamaannya menggunakan akhiran kata – Blastik.
a. Tekstur Porfiroblastik : sama dengan tekstur porfiritik pada batuan
beku, hanya kristal besarnya disebut porfiroblast.
b. Tekstur Granoblastik : apabila mineral penyusunnya berbentuk
granular, equidimensional, batas mineralnya bersifat sutured (tidak
teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
c. Tekstur Lepidoblastik : Tekstur yang didominasi oleh mineral-
mineral pipih dan memperlihatkan orientasi sejajar seperti mineral-
mineral biotit, muscovit dan sebagainya.
d. Tekstur Nematoblastik : apabila mineral penyusunnya berbentuk
prismatik yang sejajar dan terarah.
e. Tekstur Idioblastik : apabila mineralnya didominasi oleh kristal
berbentuk euhedral.
f. Tekstur Xenoblastik : apabila mineralnya didominasi oleh kristal
berbentuk anhedral.
V-105
5.6. KOMPOSISI MINERAL BATUAN METAMORF
V-106
membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak sama satu dengan yang lainnya. Hal
ini dapat ditunjukkan dengan oleh percobaan Becke, 1904 (Jackson, 1970).
Percobaan ini menghasilkan Seri Kristaloblastik yang menunjukkan bahwa
mineral pada seri yang tinggi akan lebih mudah membuat ruang pertumbuhan
dengan mendesak mineral pada seri yang lebih rendah. Mineral dengan kekuatan
kristaloblastik tinggi umumnya besar dan euhedral. Tekanan merupakan faktor
yang mempengaruhi stabilitas mineral pada batuan metamorf (Huang, 1962).
Dalam hal ini dikenal dua golongan mineral yaitu stress mineral dan antistress
mineral. Mineral-mineral tersebut umumnya merupakan penciri batuan yang
terkena deformasi sangat kuat.
1. Mineral Stress
Mineral stress adalah suatu mineral yang stabil dalam kondisi
tekanan (tahan terhadap tekanan) , dimana mineral dapat terbentuk pipih /
tabular, prismatik, maka mineral tersebut akan tumbuh tegak lurus
terhadap arah gaya / stress yang meliputi : Mica, Zeolit, Trenmolit –
aktinolit, Glaukovan, Hornblende, Klorit, Serpentine, Epidote, Sillimenite,
Staurolit, Klanit, Antofilit.
2. Mineral Antistress
Mineral antistress adalah mineral yang terbentuk dalam kondisi
tekanan dan biasanya berbentuk equidimensional, meliputi : Kuarsa, Kalsit
Felspar, Kordierit, Garnet.
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk sebagai akibat dari proses
metamorfosa pada batuan yang sudah ada karena perubahan temperatur (T),
tekanan (P), atau Temperatur (T) dan Tekanan (P) secara bersamaan.
Klasifikasian tersebut adalah sebagai berikut, yaitu :
V-107
Berdasarkan komposisi kimianya, maka batuan metamorf terbagi menjadi
lima kelompok, yaitu :
1. Calcic Metamophic Rock
Calcic Metamophic Rock adalah batuan metamorf yang
berasal dari batuan yang bersifat kalsik (kaya unsur Al), umumnya
terdiri dari batu lempung dan serpih. Contoh : batu sabak dan
phylitic.
2. Quartz Feldpathic Rock
Quartz Feldpathic Rock adalah batuan metamorf yang berasal
dari batuan yang kaya akan unsur kuarsa dan felspar, batuan asal
umumnya terdiri dari batu pasir, batuan beku basa dan lain-lain.
Contoh : gneiss.
3.Calcareous Metamorphic Rock
Calcareous Metamorphic Rock adalah batuan metamorf yang
berasal dari batu gamping dan dolomit. Contoh : marmer
(batugamping termetamorfosakan secara kontak maupun regional).
4. Basic Metamorphic Rock
Basic Metamorphic Rock adalah batuan metamorf yang
berasal dari batuan beku basa, semi basa dan menengah. Serta tufa
atau batuan sedimen yang bersifat napalan dengan kandungan unsur-
unsur K, Al, Fe, dan Mg.
5. Magnesian Metamorphic Rock
Magnesian Metamorphic Rock adalah batuan metamorf yang
berasal dari batuan yang kaya akan unsur Mg. Contoh : serpentinit,
skiss, klorite.
V-108
facies metamorfisme, tekanan dan temperatur merupakan faktor dominan, dimana
semakin tinggi derajat metamorfisme (facies berkembang), struktur akan semakin
berfoliasi dan mineral-mineral metamorfik akan semakin tampak kasar dan besar.
V-109
3. Gneiss
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil
metamorfosisme batuan beku dalam temperatur dan tekanan yang
tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh rekristalisasi dan foliasi dari
kuarsa, feldspar, mika dan amphibole dengan ciri khas adalah kwarsa
dan feldspar nampak berselang-seling dengan lapisan tipis kaya
amphibole dan mika.
4. Sekis
Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-
berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang
mengkilap. Ciri khas batuan ini adalah foliasi yang kadang
bergelombang, terkadang terdapat kristal garnet.
5. Marmer
Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas
sehingga mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya
tersusun dari kalsium karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan
tanpa foliasi.
V-110
Gambar 5. Marmer
6. Kuarsit
Gambar 5. Kuarsit
V-111
Beberapa nama batuan juga berdasarkan jenis mineral penyusun
utamanya (contohnya kuarsit) atau dapat pula dinamakan berdasarkan
fasies metamorfiknya (misalnya granulit). Selain batuan yang
penamaannya berdasarkan struktur, batuan metamorf lainnya yang banyak
dikenal antara lain :
a. Amphibolit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai
kasar dan mineral utama penyusunnya adalah amfibol (umumnya
hornblende) dan plagioklas. Batuan ini dapat menunjukkan
schystosity bila mineral prismatiknya terorientasi.
b. Eclogit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai
kasar dan mineral penyusun utamanya adalah piroksen ompasit
(diopsid kaya sodium dan aluminium) dan garnet kaya pyrope.
c. Granulit, yaitu tekstur batuan metamorf dengan tekstur granoblastik
yang tersusun oleh mineral utama kuarsa dan felspar serta sedikit
piroksen dan garnet. Kuarsa dan garnet yang pipih kadang dapat
menunjukkan struktur gneissic.
d. Serpentinit, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineralnya
hampir semuanya berupa mineral kelompok serpentin. Kadang
dijumpai mineral tambahan seperti klorit, talk dan karbonat yang
umumnya berwarna hijau.
e. Marmer, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral karbonat
(kalsit atau dolomit) dan umumnya bertekstur granoblastik.
f. Skarn, yaitu marmer yang tidak murni karena mengandung mineral
calc-silikat seperti garnet, epidot. Umumnya terjadi karena
perubahan komposisi batuan disekitar kontak dengan batuan beku.
g. Kuarsit, yaitu batuan metamorf yang mengandung lebih dari 80%
kuarsa.
h. Soapstone, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral utama
talk.
i. Rodingit, yaitu batuan metamorf dengan komposisi calc-silikat yang
terjadi akibat alterasi metasomatik batuan beku basa didekat batuan
beku ultrabasa yang mengalami serpentinitasi.
V-112
Penamaan batuan metamorf lainnya dapat didasarkan pada :
1. Berdasarkan tekstur dan struktur.
Contoh : batusabak / slate, filit, gneiss, skiss, granulit.
2. Berdasarkan komposisi mineral penyusun yang dominan.
Contoh : kwarsit, aphiboit, marmer.
3. Berdasarkan jenis batuan asal dengan menambahkan kata ”meta”
didepannya.
Contoh : meta batupasir, meta batugamping
V-113
5.8. ASPEK EKONOMIS BATUAN METAMORF
a. Endapan misotermal atau lode-gold merupakan salah satu tipe endapan
hidrotermal yang terbentuk pada lingkungan batuan metamorf. Endapan ini
dicirikan oleh adanya urat-urat kuarsa emas yang terdapat disekitar batuan
metamorfik. Lode – gold dan endapan emas jenis urat ini merupakan bentuk
dari model endapan bijih yang berada pada suatu sabuk metamorfik yang
secara umum pada seri sabuk fasies bertekanan rendah.
b. Beberapa jenis batuan metamorf banyak digunakan untuk keperluan
ekonomis seperti marmer yang digunakan untuk tegel, pelapis dinding dan
lain-lain.
c. Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf banyak dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan seperti mika yang digunakan untuk bahan
pembuatan elektronik, garnet sebagai hiasan karena merupakan semi precious
stone.
d. Proses metamorfisme dapat menghasilkan endapan mineral logam yang
dimanfaatkan untuk keperluan industri, seperti hematite, magnetit, spinel,
pirit, kalkopirit, galena dan lain-lain.
V-114
HASIL DESKRIPSI BATUAN METAMORF DI LAB.JURUSAN
T.PERTAMBANGAN
V-115