You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dermatitis atopik adalah inflamasi kulit kronik spesifik dengan keluhan

utama rasa gatal yang hebat serta etiologi yang multifaktorial. Istilah

dermatitis banyak digunakan oleh para dermatologist yang berorientasi pada

sumber ilmu dari Amerika, digunakan untuk mengganti kata “eksema” yang

banyak dipakai di benua Eropa.6 Kata eksema sendiri telah lama dikenal sejak

dahulu yaitu pada zaman sebelum masehi, berasal dari bahasa Yunani

“ekzein” yang berarti mendidih atau berbuih. Dermatitis atopik merupakan

penyakit kulit yang biasa diderita oleh anak-anak hingga mencapai angka

20% begitu juga dengan 1-3% orang dewasa yan menderita dermatitis atopik

dari kebanyakan negara di dunia.4

Prevalensi dermatitis atopik meningkat setiap tahunnya di Indonesia,

rekapitulasi yang dilakukan oleh Kelompok Studi Dermatologi Anak

(KSDAI) dari lima kota besar di Indonesia, dermatitis atopik masih

menempati peringkat pertama (23,67%) dari 10 besar penyakit kulit anak dan

dari sepuluh rumah sakit besar yang tersebar di seluruh Indonesia dan pada

tahun 2010 kejadian dermatitis mencapai 36% angka kejadian.4

Riwayat atopi pada keluarga merupakan salah satu faktor risiko

dermatitis atopik dan juga mempengaruhi beratnya penyakit. Studi genetik

1
telah mengidentifikasi lebih dari 40 gen yang berhubungan positif dengan

dermatitis atopik. Selain itu, faktor risiko lain yang berkontribusi adalah

faktor lingkungan. Aeroallergen, seperti serbuk sari, tungau, dan bulu

binatang, alergen makanan, detergen, dan sabun diketahui berhubungan

dengan dermatitis atopik. Pada satu penelitian, anak dengan dermatitis atopik

memperlihatkan tingkat sensitisasi terhadap alergen yang lebih tinggi

dibandingkan dengan anak tanpa penyakit kulit. Tingkat sensitisasi

berhubungan langsung dengan tingkat keparahan dermatitis atopik.

Dermatitis atopik menjadi memiliki sifat yang cenderung residif yaitu akan

mengalami kekambuhan jika terpapar faktor risiko yang dapat memicu

munculnya dermatitis atopi yang bersifat menjadi kronis sehingga

mempengaruhi kualitas hidup penderita. Penyakit alergi dermatitis

atopik biasanya muncul dimasa kecil, terutama pada bayi dan harus dicegah

sejak dini, karena anak-anak membutuhkan pertumbuhan yang optimal.3

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Sinonim: ekzema konstitusional, ekzema fleksural, neurodermatitis

diseminata, prurigo besnier.1

Dermatitis Atopik (DA) adalah peradangan kulit yang timbul pada

individu dengan riwayat atopi pada dirinya sendiri ataupun keluarganya, yaitu

riwayat asma bronkial, rinitis alergi, dan reaksi alergi terhadap serbuk-serbuk

tanaman.1

2.2 Etiologi

Penyebab dermatitis atopik belum pasti diketahui. Tetapi terdapat

beberapa faktor yang dianggap berperan sebagai faktor pencetus kelainan ini

misalnya:1,4,5

1. Faktor Genetik (70%)

Seperti asma bronkial, rinitis alergi, konjungtivitis alergi, dermatiti

atopik. Keadaan atopi ini diturunkan, mungkin tidak diekspresikan oleh

gen tunggal, tetapi oleh banyak gen (polygenic).

3
2. Faktor Imunologik

Pada penderita DA ditemukan peningkatan jumlah IgE di dalam

serum, terutama bila bersamaan dengan asma bronkial atau rinitis

alergik. IgE juga meningkat sesuai dengan tingkat keparahan

dermatitisnya. Kadar IgE ini masih tetap tinggi atau menurun setelah

mengalami remisi selama satu tahun atau lebih. Sekalipun kadar IgE

meningkat, namun bukan merupakan penyebabnya, karen ditemukan

pula kadar normal pada sebagian penderita.

3. Faktor lingkungan dan gaya hidup

Berbagai faktor lingkungan dan gaya hidup berpengaruh terhadap

pravelensi dermatitis atopik.Dermatitis atopik lebih banyak ditemukan

pada status sosial yang tinggi daripada status sosial yang

rendah.Penghasilan meningkat, pendidikan ibu makin tinggi, migrasi

dari desa ke kota dan jumlah keluarga kecil berpotensi menaikkan

jumlah penderita dermatitis atopik.

Faktor-faktor lingkungan seperti polutan dan alergen-alergen mungkin

memicu reaksi atopik pada individu yang rentan. Paparan polutan dan

alergen tersebut adalah:

a) Polutan : Asap rokok, peningkatan polusi udara, pemakaian pemanas

ruangan sehingga terjadi peningkatan suhu dan penurunan kelembaban

udara, penggunaan pendingin ruangan.

b)Alergen:

4
-Aeroalergen atau alergen inhalant : tungau debu rumah, serbuk sari

buah, bulu binatang, jamur kecoa

-Makanan: susu, telur, kacang, ikan laut, kerang laut dan gandum

-Mikroorganisme: Staphylococcus aureus, Streptococcus sp, P.ovale,

Candida albicans,Trycophyton sp.

-Bahan iritan: wool, desinfektans, nikel, peru balsam.

4. Faktor Psikologik

Pada penderita dermatitis atopik sering tipe astenik, egois, frustasi,

merasa tidak aman yang mengakibatkan timbulnya rasa gatal. Namun

demikian teori ini masih belum jelas.

2.3 Epidemiologi

Dermatitis atopik (DA) merupakan masalah kesehatan masyarakat

utama di seluruh dunia dengan prevalensi pada anak-anak 10-20%, dan

prevalensi pada orang dewasa 1-3. Dermatitis atopik lebih sering terjadi pada

wanita daripada laki-laki dengan ratio kira-kira 5:1. Dermatitis atopik sering

dimulai pada awal masa pertumbuhan (early-onset dermatitis atopic). Empat

puluh lima persen kasus dermatitis atopik pada anak pertama kali muncul

dalam usia 6 bulan pertama, 60% muncul pada usia satu tahun pertama dan

85% kasus muncul pertama kali sebelum anak berusia 5 tahun. Lebih dari

50% anak-anak yang terkena dermatitis atopik pada 2 tahun pertama tidak

memiliki tanda-tanda sensitisasi IgE, tetapi mereka menjadi jauh lebih peka

selama masa dermatitis atopik. Sebagian besar yaitu 70% kasus penderita

dermatitis atopik anak, akan mengalami remisi spontan sebelum dewasa.

5
Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada saat dewasa ( late onset dermatitis

atopic), dan pasien ini dalam jumlah yang besar tidak ada tanda-tanda

sensitisasi yang dimediasi oleh IgE.4

2.4 Gejala Klinis

Gejala utama DA ialah gatal (pruritus). Akibat garukan akan terjadi

kelainan kulit yang bermacam-macam , misalnya papul,likenifikasi, dan lesi

ekzematosa berupa eritema, papulo-vesikel, erosi, ekskoriasi, dan krusta.

Dermatitis atopik dapat terjadi pada masa bayi (infantil), anak, maupun

remaja dan dewasa.1

Bentuk Infantil (2 bulan – 2 tahun)

Predileksi: Kedua pipi, kepala, badan, lipat siku, lipat lutut

Bila anak mulai merangkak maka lesi dapat ditemukan di lutut. Lesi berupa

eritema dan papulovesikel miliar yang sangat gatal. Rasa gatal ini sangat

mengganggu sehingga anak gelisah, susah tidur, dan menangis. Lesi menjadi

kronis dan residif. Sekitar usia 18 bulan mulai tampak likenifikasi di bagian

fleksor. Pada usia 2 tahun sebagian besar penderita sembuh.

Bentuk anak (3-11 tahun)

Predileksi: tengkuk, lipat siku, lipat lutut, kaki

Dapat merupakan kelanjutan bentuk infantil, atau timbul sendiri (de novo).

Lesi kering, likenifikasi, batas tidak tegas, karena garukan terlihat pula

ekskoriasi dan krusta. Bibir dan perioral dapat jga terkena, kadang juga pada

6
paha dan belakang bokong. Sering pula ditemukan lipatan Dennie Morgan

yaitu lipatan kulit di bawah kelopak mata.

Gambar 1&2. Gambaran dermatitis atopik pada infantil dan anak

Bentuk remaja dan dewasa (12-30 tahun)

Predileksi: tengkuk, dahi, dada, lipat lutut, lipat siku, punggung kaki

Gejala utama adalah pruritus. Kelainan kulit berupa likenifikasi, papul,

ekskoriasi dan krusta. Umumnya dermatitis atopik bentuk dewasa

berlangsung lama, tetapi intensitasnya cenderung menurun setelah usia 30

tahun. Sebagian kecil dapat berlangsung sampai tua. Penderita mudah gatal

apalagi saat berkeringat.1

7
Gambar 3 & 4. Dermatitis atopik pada dewasa & predileksi dermatitis

2.5 Patofisiologi

Penyebab dermatitis atopi belum diketahui dengan jelas. Beberapa faktor

yang mempengaruhi antara lain imunologik, genetik, dan gangguan

biokimiawi. Defisiensi imunologik berupa peningkatan IgE dan gangguan

fungsi limfosit T juga didapatkan pada dermatitis atopik. Diduga pada

patogenesis dermatitis atopik terdapat early phase reaction (EPR) dan late

phase reaction (LPR). Pada EPR setelah alergen terikat pada IgE yang

terdapat pada permukaan sel mast, terjadilah degranulasi pada sel mast

sehingga terjadi pengeluara histamin dan beberapa sitokin. Sesudah itu

dilanjutkan dengan LPR yaitu timbulnya ekkspresi beberapa molekul adhesi

pada dinding yang dipengaruhi oleh beberapa sitokin pada EPR. Sel radang

akan tertarik pada dinding pembuluh darah ditempat molekul adhesi berada.

8
Akhirnya sel radang akan eluar dan pembuluh darah menuju jaringan

sehingga timbul reaksi radang.2,6

2.6 Faktor Resiko

Daerah: yang panas (banyak keringat) lebih sering terkena.

Musim: panas dan lembab memudahkan timbulnya penyakit

Kebersihan: yang kurang memperberat penyakit

Keturunan: diduga diturunkan secara autosomal resesif dan dominan

Lingkungan: yang banyak mengandung sensitizer, iritan serta yang

memngganggu emosi lebih mudah menimbulkan penyakit.7

2.7 Diagnosis

Pada tahun 1980 Hanifin dan Rajka membuat kriteria diagnostik DA

yang masih sering digunakan hingga saat ini.7

Kriteria Diagnostik DA menurut Hanifin dan Rajka, 1980:

A. Kriteria Mayor :

· Pruritus ( gatal ).

· Morfologi sesuai umur dan distribusi lesi yang khas.

· Bersifat kronik eksaserbasi.

· Ada riwayat atopi individu atau keluarga.

B. Kriteria Minor :

· Hiperpigmentasi daerah periorbita

· Tanda Dennie-Morgan

9
· Keratokonus

· Konjungtivitis rekuren

· Katarak subkapsuler anterior

· Cheilitis pada bibir

· White dermatographisme

· Pitiriasis Alba

· Fissura pre aurikular

· Dermatitis di lipatan leher anterior

· Facial pallor

· Hiperliniar palmaris

· Keratosis palmaris

· Papul perifokular hiperkeratosis

· Xerotic

· Iktiosis pada kaki

· Eczema of the nipple

· Gatal bila berkeringat

· Awitan dini

· Peningkatan Ig E serum

· Reaktivitas kulit tipe cepat (tipe 2)

· Kemudahan mendapat infeksi Stafilokokus dan Herpes Simpleks

· Intoleransi makanan tertentu

· Intoleransi beberapa jenis bulu binatang

· Perjalanan penyakit dipengaruhi faktor lingkungan dan emosi

10
· Tanda Hertoghe ( kerontokan pada alis bagian lateral).

Untuk membuat diagnosis DA berdasarkan kriteria menurut Hanifin

dan Rajka diatas dibutuhkan sedikitnya 3 kriteria mayor ditambah 3 atau

lebih kriteria minor.

Dalam menegakkan diagnosis DA berdasarkan kriteria Svennson,

pasien harus memiliki dermatitis di daerah fleksural kronik yang hilang

timbul ditambah dengan memiliki 15 nilai dari sistem skor

Svennson. Kriteria Diagnostik DA menurut William dan Svennson tahun

1994:

Harus ada : Rasa gatal ( pada anak-anak dengan bekas garukan).

Ditambah 3 atau lebih:

1. Terkena pada daerah lipatan siku, lutut, di depan mata kaki atau

sekitar leher (termasuk pipi pada anak di bawah 10 tahun).

2. Anamnesis ada riwayat atopi seperti asma atau hay fever (ada

riwayat penyakit atopi pada anak-anak).

3. Kulit kering secara menyeluruh pada tahun terakhir.

4. Ekzema pada lipatan (termasuk pipi, kening, badan luar pada

anak <4 tahun).

5. Mulai terkena pada usia dibawah 2 tahun (tidak digunakan pada

anak <4 tahun).1

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang DA menurut Mulyono tahun 1986 :

11
1. Pemeriksaan darah tepi : ditemukan adanya eosinofilia.7

2. Pemeriksaan imunologi : didapatkan kadar Ig E yang meningkat.

Pemeriksaan Penunjang DA menurut Siregar tahun 1995 :

1. White dermatographisme : untuk melihat perubahan dari rangsangan

goresan terhadap kulit.

2. Percobaan Asetilkolin : akan menimbulkan vasokonstriksi kulit yang

tampak sebagai garis pucat selama 1 jam.1

2.9 Diagnosa Banding

Pada bentuk infantil dapat menyerupai dermatitis seboroika (DS). DS

pada muka mirip dengan dermatitis atopik. DS berlokasi di tempat-tempat

seboroik yakni kulit kepala, muka terutama alis, ketiak, daerah genital. Kulit

pada DS berskuama kekuningan dan berminyak. Tidak terdapat stigmata

atopi, eosinofilia, peninggian kadar IgE, tes asetilkolin negatif maupun

dermografisme putih.

Pada bentuk anak dan dewasa dibedakan dengan neurodermatitis

sirkumskripta vidal atau liken simpleks kronis. Kedua-duanya gatal dan

terdapat likenifikasi. Lokasi lesi pada dermatitis atopik di lipat siku dan lipat

lutut (fleksor), sedangkan pada liken simpleks kronis di siku dan punggung

kaki (ekstensor). Pada dermatitis atopik biasanya sembuh setelah 30 tahun,

sedangkan pada neurodermatitis sirkumskripta dapat berlanjut sampai tua.1

12
2.10 Penatalaksanaan

Non Farmakologi

- Kulit yang sehat boleh disabun dengan sabun khusus untuk kulit kering,

tetapi jangan terlalu sering agar lipid di kulit tidak banyak berkurang

sehingga kulit tidak semakin kering.

- Pakaian jangan yang terbuat dari wol atau nilon karena dapat merangsang

panas (berkeringat), pakailah katun karena selain tidak merangsang panas

juga dapat menyerap keringat. Keringat akan menambah rasa gatal, oleh

karena itu hindari juga pakaian yang ketat.

- Sebaiknya mandi dengan air yang suhunya sama dengan badan kita,

karena air panas ataupun air dingin menambah rasa gatal

- Upayakan tidak terjadi kontak dengan debu rumah dan bulu binatang

karena dapat menyebabkan rasa gatal bertambah dan menyebabkan

penyakit kambuh.

- Sebagian dari penderita alergi terhadap makanan, yang paling sering ialah

susu sapi, terigu, telur, kacang-kacangan. Dengan meningkatnya usia

kemungkinan mendapat alergi itu makin berkurang.

- Stress emosional akan memudahkan penyakitnya kambuh, oelh karena itu

hendaknya dihindari atau dikurangi.

- Kuku dipotong pendek agar bila menggaruk tidak sampai timbul luka,

sehingga tidak mudah terjadi infeksi sekunder.1

13
Farmakologi

Sistemik

Untuk mengatasi rasa gatal dapat diberikan antihistamin misalnya

chlorpheniramine, promethazine, hydroxyzine. Jika sangat gatal dapat

diberikan klorpromazin. Bila mengalami infeksi sekunder dapat diberi

antibiotik misalnya eritromsin.

Pengobatan topikal

Pada bentuk bayi kelainannya eksudatif, karena itu dikompres, misalnya

dengan larutan asam salisil 1/1000 atau permanganas kalikus 1/10.000.

setelah kering dilanjutkan dengan krim hidrokortison 1% atau 2%.

Pada bentuk anak dan dewasa tidak digunakan kompres karena kelianan

kulit kering, melainkan salep karena salap mempunyai daya penetrasi lebih

baik. Salap kortikosteroid yang dipilih ialah golongan sedang atau kuat

karena bentuk anak dan dewasa telah terjadi likenifikasi. Jika efek terapeutik

telah tercapai, maka dapat diganti dengan golongan lemah untuk mencegah

terjadinya efek samping. Untuk meningkatkan daya penetrasi dapat

ditambahkan asam salisil 3-5% pada kortikosteroid topikal.

Obat lain yang dapat digunakan adalah urea 10%, membuat kulit lemas,

hidrofilik, antibakterial, dapat dikombinasi dengan kortikosteroid topikal.

Untuk membersihkan kulit jangan memakai sabun alkali, tetapi memakai

detergen dengan pH asam, atau sabun nonalkali berlemak.1

14
2.11 Komplikasi

Komplikasi Komplikasi dari dermatitis atopik adalah:

Neurodermatitis. Gatal yang bertahan dalam waktu lama dan penggarukan

dapat meningkatkan intensitas gatal dan pada akhirnya menyebabkan

neurodermatitis (lichen simplex chronicus).

Neurodermatitis adalah kondisi di mana daerah dari kulit yang sering

digaruk menjadi lebih tebal dan kasar. Ruam dapat menjadi lecet,

kemerahan, atau menggelap dibanding kulit yang lain. Garukan yang terus-

menerus juga dapat menyebabkan jaringan parut yang permanen atau

menyebabkan perubahan warna kulit.

Infeksi kulit. Terkadang, penggarukan dapat merusak kulit dan

menyebabkan terbukanya luka atau fisura yang biasanya akan terinfeksi,

proses yang disebut impetiginisata. Bentuk infeksi yang lebih ringan disebut

impetigo yang biasanya disebabkan infeksi staphylococcus. Memiliki

dermatitis atopik menyebabkan anda lebih rentan terhadap infeksi ini.

Komplikasi mata. Dermatitis atopik berat dapat menyebabkan

komplikasi mata yang dapat menyebabkan kerusakan mata permanen. Saat

komplikasi ini terjadi, gatal di dalam dan sekitar kelopak mata menjadi

berat. Tanda dan gejala dari komplikasi mata adalah mata yang berair dan

peradangan di kelopak mata (blepharitis) dan lapisan dalam dari kelopak

mata(konjugtivitis).

15
2.12 Prognosis

Penderita dermatitis atopik yang bermula sejak bayi, sebagian (40%)

sembuh spontan, sebagian berlanjut ke bentuk anak dan dewasa. Ada pula

yang menyatakan bahwa 40%-50% sembuh pada usia 15 tahun. Sebagian

besar menyembh pada usia 30 tahun.

Secara umum, bila ada riwayat dermatitis atopik di keluarga,

bersamaan dengan asma bronkial, masa awitan lambat, atau dermatitisnya

berat, maka penyakitnya lebih persisten.1

16
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Dermatitis Atopik (DA) adalah peradangan kulit yang timbul pada

individu dengan riwayat atopi pada dirinya sendiri ataupun keluarganya, yaitu

riwayat asma bronkial, rinitis alergi, dan reaksi alergi terhadap serbuk-serbuk

tanaman.5 Penyebab dermatitis atopik belum pasti diketahui. Tetapi terdapat

beberapa faktor yang dianggap berperan sebagai faktor pencetus kelainan ini

misalnya faktor genetik, faktor imunologik, faktor lingkungan dan

kebersihan, faktor psikis.2

Gejala utama DA ialah gatal (pruritus). Akibat garukan akan terjadi

kelainan kulit yang bermacam-macam , misalnya papul,likenifikasi, dan lesi

ekzematosa berupa eritema, papulo-vesikel, erosi, ekskoriasi, dan krusta.

Dermatitis atopik dapat terjadi pada masa bayi (infantil), anak, maupun

remaja dan dewasa. Pada dermatitis atopik dikenal sebagai 3 bentuk yaitu

bentuk infantil (2 bulan – 2 tahun), bentuk anak (2 – 11 tahun), bentuk remaja

dan dewasa (12 – 30 tahun).1

Pemeriksaan penunjang pada DA dapat dilakukan white dermographisme

dan percobaan asetilkolin. Pengobatan dermatitis atopik dapat dilakukan

secara non-farmakologi yaitu dengan memakai sabun khusus untuk kulit

17
kering, memakai pakaian bahan katun, jangan ketat, dan jangan sampai stres.

Untuk prognosis pada DA dapat sembuh spontan jika bermula sejak bayi.

Adapula yang menyatakan bahwa dapat sembuh di usia 15 tahun dan

sebagian besar sembuh pada usia 30 tahun.1

18

You might also like