You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau yang biasa dikenal

sebagai penyakit lupus kini telah menjadi masalah kesehatan serius di

dunia. Diperkirakan lebih dari 5 juta penyandang Lupus di seluruh dunia

dengan pertambahan 100 ribu kasus baru setiap tahunnya (Word Health

Organization, 2013)

Word Health Organization (WHO) mencatat jumlah penderita

penyakit lupus diseluruh dunia dewasa ini mencapai 5 juta orang pada

tahun 2010. Sebagaian besar dari mereka adalah perempuan usia

produktif dan setiap tahun ditemukan lebih dari 100 ribu penderita baru

(RISKESDAS, 2013).

The Lupus Fondoution Of America memperkirakan sekitar 1,5

juta kasus terjadi di Amerika dan setidaknya terjadi 5 juta kasus di dunia

pada tahun 2012. Setiap tahun diperkirakan terjadi sekitar 16 ribu kasus

baru lupus (RISKESDAS, 2013).

1
Di Indonesia, jumlah penderita penyakit Lupus kini telah

mencapai 2.166 jiwa pada tahun 2008. Pervalensi Sistemic Lupus

Erithematosus (SLE) yang dikenal dengan penyakit seribu wajah

merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis yang belum jelas

penyebabnya dan memiliki sebaran gambaran klinis yang luas dan

tampilan perjalanan penyakit yang beragam. Hal ini menyebabkan

sering terjadi kekeliruan dalam mengenali penyakit lupus, sampai

dengan menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis dan

penatalaksanaan kasus (Yayasan Lupus Indonesia, 2010).

Dari sekitar 1.250.000 jiwa Indonesia yang terkena penyakit

Lupus sangat sedikit yang menyadari bahwa dirinya menderita penyakit

Lupus hal ini terjadi karena gejala penyakit lupus pada setiap penderita

bebeda-beda, tergantung dari manifestasi penyakit yang muncul (Kalim,

dkk, 2013)

Berdasarkan Rumah Sakit yang melaporkan datanya tahun 2016

diketahui bahwa terdapat 3.267 pasien yang dirawat inap yang

didiagnosa penyakit Lupus dengan 550 pasien diantaranya meninggal

dunia. Trend penyakit Lupus pada pasien rawat Inap rumah sakit

2
meningkat sejak tahun 2014-2016. Jumlah kasus Lupus tahun 2016

meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2014, yaitu

sebanyak 1.169 kasus. Jumlah kematian akibat lupus pada pasien

rawat inap di rumah sakit juga meningkat tinggi dibandingkan dengan

tahun 2014. Jumlah pasein meninggal akibat Lupus pada tahun 2015

(110 kematian) menurun jika dibandingkan tahun 2014. Namun jumlah

ini meningkat drastis pada tahun 2016, yaitu sebanyak 550 kematian.

Tinginya angka kematian akibat lupus ini perlu mendapat perhatian

khusus karena sekitar 25% dari pasien rawat inap dirumah sakit di

Indonesia tahun 2016 berakhir pada kematian (RISKESDAS, 2013).

Menurut data Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Barat pada

Tahun 2014, mengatakan bahwa jumlah perempuan yang menderita

penyakit lupus pada usia produktif 20-24 tahun sebanyak 10 orang,

kemudian pada usia 25-49 tahun sebanyak 17 orang. Sedangkan pada

Laki-laki yang menderita penyakit Lupus pada usia 20-24 tahun

sebanyak 8 orang, dan pada usia 25-49 tahun sebanyk 10 orang (Dikes

Prov. NTB, 2014).

3
Tingginya resiko kematian penyakit lupus dan diagnosa yang

sering terlambat dapat memberikan dampak fisik pada odapus (orang

dengan lupus). Perubahan fisik yang terjadi berupa bercak-bercak

kemerahan yang muncul pada wajah dan hidung, sensitif pada sinar

matahari dan kemudian kulit mulai bersisik dan mengelupas, dan lesi

kulit dan tidak membentuk jaringan parut (Mark A.Greber, 2006)

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperbaiki

integritas kulit yaitu dengan pemberian lotion. Lotion yang digunakan

mengandung kotikosteroid dan anti inflamasi, karena mampu

meminimalisir terpaparnya kulit secara langsung oleh sinar ultraviolet

yang dipancarkan oleh sinar matahari dan juga mampu menyembuhkan

ruam kulit (Abdul Latief Azis, 2014).

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Pengaruh Penggunaan Lotion Terhadap Kerusakan

Integritas Kulit Pada Pasien Lupus di RSUD Kota Mataram”

4
B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu ”Apakah Ada

Pengaruh Penggunaan Lotion Terhadap Kerusakan Integritas Kulit

Pada Pasien Lupus Di RSUD Kota Mataram Tahun 2017?”

C. TUJUAN PENELITIAN

1. TujuanUmum

Mengetahui Pengaruh Lotion Terhadap Kerusakan Integritas

Kulit Pada Pasien Lupus Di RSUD Kota MataramTahun 2017.

2. TujuanKhusus

a) Mengidentifikasi pengaruh penggunaan lotion pada pasien

lupus sebelum diberikan lotion

b) Mengidentifikasi pengaruh penggunaan lotion pada pasien

lupus setelah diberikan lotion

c) Menganalisis pengaruh Penggunaan Lotion Terhadap

Kerusakan Integritas Kulit Pada Pasien Lupus Di RSUD Kota

Mataram

5
D. HIPOTESIS

Ha :Ada pengaruhPenggunaan Lotion

TerhadapKerusakanIntegritasKulitPadaPasienLupus Di RSUD

Kota Mataram

H0 :Tidak Ada pengaruhPenggunaan Lotion

TerhadapKerusakanIntegritasKulitPadaPasien Lupus Di RSUD

Kota Mataram

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak rumah

sakit untuk meningkatkan promosi kesehatan di rumah sakit

terutama sebagai bahan informasi bagiperawat agar

dapatmeningkatkankualitasasuhankeperawatanpadapasien lupus.

2. BagiInstitusiPendidikan

Dapatdigunakansebagaitambahaninformasi,

perpustakaansertadapatdigunakansebagaireferensibagipenelitians

elanjutnya

3. BagiMasyarakat

6
Diharapkansebagaisumberinformasipromosikesehatantentangp

emberian lotion padapasien lupus

untukmencegahterjadinyakomplikasisecaradini

4. BagiPenelitiSelanjutnya

Dapatdigunakansebagaisalahsatu

referensiuntukmelakukanpenelitiandengan variable yang berbeda.

5. BagiPeneliti

Dapatmemperolehpengalamanuntukmenerapkanmetodelogipen

elitiandalamkondisinyatadimasyarakat

You might also like