Professional Documents
Culture Documents
Dipo Wirarchi P (1), Ir. Yeyes Mulyadi, M.Sc (2), Ir. Heri Supomo, M.Sc (3)
(1) Mahasiswa teknik kelautan, (2) Staf pengajar Jurusan Teknik Kelautan ITS, (3) Staf pengajar Jurusan
Teknik Perkapalan ITS
Abstrak
Untuk menunjang kelancaran proses distribusi penyaluran fluida hidrokarbon dari Sukowati Pad B menuju
CPA (Central Processing Area), JOB Pertamina-Petrochina East Java menginstal onshore pipeline.
Kemungkinan terjadinya kesalahan dalam proses pengelasan tidak dapat dihindari dan akan berakibat fatal
bagi struktur itu sendiri. Hal tersebut diatas dapat terjadi akibat kesalahan nonteknis, seperti kesalahan
penggunaan electrode dan kesalahan penerapan filler yang tidak sesuai sehingga terjadi defect. Hal lain
yang dapat mengakibatkan terjadinya defect pada hasil lasan adalah pada saat pergantian welder, dalam hal
ini sering disebut human error. Untuk mengatasinya diperlukan perlakuan repair, apabila kesalahan dalam
proses pengelasan dilakukan berulang kali maka perlu melakukan multiple repair pada weld joint tersebut.
Akibat dari multiple repair yang dilakukan akan berpengaruh besar terhadap daerah HAZ dan weldability
dari base metal itu sendiri. Pekerjaan las ini dilakukan dengan metode SMAW pada posisi 1G (datar) dengan
elektroda AWS E-70160 dan E-7018. Melalui pengamatan metalografi struktur makro, pada pengelasan
repair 2x dan 3x terlihat jelas pelebaran input panas pada HAZ. Pada pengamatan struktur mikro, tampak
bahwa fase martensit tidak tampak pada hasil pengelasan tanpa repair sampai dengan repair tiga kali. Nilai
kekerasan material yang dilas dengan repair 3x lebih besar dibanding kekerasan material yang di las dengan
repair 2x, repair 1x dan yang dilas tanpa repair, yaitu sebesar 180.79 (Hv2) > 177.93 (Hv2) > 173.91 (Hv2)
> 165.57 (Hv2). Nilai kekuatan tarik hasil pengelasan tanpa repair sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
kekuatan tarik hasil lasan dengan repair 1x sampai repair 3x, berturut-turut sebesar 54,04 Kgf/mm2>53.78
Kgf/mm2>53.75 Kgf/mm2>53.72 Kgf/mm2. Semua hal ini menandakan bahwa semakin banyak sambungan
pipa mengalami repair sifat mekaniknya bersifat lebih getas daripada material pipa yang di las tanpa repair.
Kata Kunci : Pipa A 106, Pengelasan SMAW, Perlakuan Repair, Kekuatan Tarik, Hardness, Stuktur Mikro
1
JURNAL TUGAS AKHIR
itu sendiri. Hal tersebut diatas dapat terjadi dan sebagai bahan pengisi. Panas yang timbul
akibat kesalahan nonteknis, seperti kesalahan diantara elektroda dan bahan induk mencairkan
penggunaan electrode dan kesalahan penerapan ujung elektroda (kawat) las dan bahan induk,
filler yang tidak sesuai sehingga terjadi defect. sehingga membentuk kawah las yang cair, yang
Hal lain yang dapat mengakibatkan terjadinya kemudian membeku membentuk lasan. Bungkus
defect pada hasil lasan adalah pada saat (coating) elektroda yang berfungsi sebagai fluks
pergantian welder, dalam hal ini sering disebut akan terbakar pada waktu proses berlangsung,
human error. Untuk mengatasinya diperlukan gas yang terjadi akan melindungi proses terhadap
perlakuan repair, apabila kesalahan dalam proses pengaruh udara luar (Oksidasi) yang sekaligus
pengelasan dilakukan berulang kali maka perlu berfungsi memantapkan busur. Gas pelindung
melakukan multiple repair pada weld joint (Shielded Gas) timbul dari lapisan pembungkus
tersebut elektroda atau fluks yang terurai
(decomposition).
2) DASAR TEORI
2.1. Pengelasan SMAW
2.2. Material Pipa ASTM A106 Gr.B Sch 80
Proses pengelasan SMAW yang umumnya
Pipa A 106 Gr.B Sch 80 merupakan jenis pipa
disebut Las Listrik adalah proses pengelasan
yang banyak digunakan untuk pipa penyalur gas,
yang menggunakan panas untuk mencairkan
dan minyak bumi dalam industri minyak dan gas.
material dasar dan elektroda. Panas tersebut
Pipa A 106 memiliki kekuatan tarik minimum
ditimbulkan oleh lompatan ion listrik yang
(yield strength) sebesar 415 MPa atau sama
terjadi antara katoda dan anoda (ujung elektroda
dengan 60.000 psi. Pipa ini merupakan jenis baja
dan permukaan plat yang akan dilas ) dengan
karbon dengan kandungan karbon maksimum
kata lain teknik pengelasan ini memanfaatkan
0,30%
panas busur listrik yang timbul karena perbedaan
tegangan antara elektroda terbungkus dengan 2.3. Sifat Mekanik
material yang akan disambung. Sifat mekanik adalah salah satu sifat terpenting,
karena sifat mekanik menyatakan kemampuan
suatu bahan (tentunya juga komponen bahan
tersebut) untuk menerima beban/gaya/energi
tanpa menimbulkan kerusakan pada bahan atau
komponen tersebut. Sifat logam dapat diketahui
dengan cara melakukan pengujian terhadap
logam tersebut. Pengujian biasanya dilakukan
terhadap spesimen/batang uji dengan bentuk dan
Gambar 2.1 Pengelasan SMAW ukuran yang standard, demikian juga prosedur
(sumber: modul las SMAW 2008) pengujian yang dilakukan. Sering kali bila suatu
Prinsip kerja pengelasan busur elektroda bahan mempunyai sifat mekanik yang baik tetapi
terbungkus SMAW adalah pengelasan busur kurang baik pada sifat yang lain maka diambil
listrik terumpan yang menggunakan elektroda langkah untuk mengatasi kekurangan tersebut
yang terbungkus fluks sebagai pembangkit busur dengan berbagai cara. Beberapa sifat mekanik
yang penting antara lain :
2
JURNAL TUGAS AKHIR
kesetimbangan antara Fe dengan Fe3C dimana Kemudian ada lagi satu daerah khusus dari
karbon memiliki kelarutan maksimum dalam Fe daerah lasan yaitu daerah batas las yang
sebesar 6,67 %. Baja yang berkadar karbon 0,8% membatasi antara logam las dengan daerah HAZ
disebut baja eutectoid dan strukturnya terdiri atas atau disebut fusion line.
3
JURNAL TUGAS AKHIR
Selama penarikan setiap saat dicatat dengan Gambar 2.6. Prinsip Uji Kekerasan Vickers.
grafik yang tersedia pada mesin tarik, besarnya
gaya tarik yang bekerja dan besarnya 2.9. Pengamatan Metalografi
pertambahan panjang yang terjadi akibat gaya Untuk keperluan pengamatan struktur mikro
tarik tersebut. Data yang diperoleh dari mesin masing-masing spesimen diambil sampel foto
tarik biasanya dinyatakan dengan grafik beban– struktur mikro dengan pembesaran yang tetap
pertambahan panjang (grafik P – ΔL). (100 X) di enam titik. Keenam titik tersebut
adalah topweld, centerweld, rootweld, HAZ,
Fusion line dan base metal.
4
JURNAL TUGAS AKHIR
5
JURNAL TUGAS AKHIR
1
Hasil pengujian radiografi menunjukkan bahwa
ada spesimen yang mengalami defect, yaitu Grafik 4.1. Hasil Uji tarik.
spesimen las yang tanpa repair dan repair 1x. Dari hasil uji tarik, diketahui bahwa kekuatan
Sedangkan untuk spesimen las repair 2x dan sambungan las-lasan pada pengelasan tanpa
repair 3x tidak ditemukan defect. Defect terjadi repair masih di atas nilai kekuatan maksimum
akibat adanya udara yang terperangkap sehingga dari base metal. Pada pengelasan repair 1x,
timbul cacat berupa porosity, sedangkan untuk pegelasan repair 2x maupun pengelasan repair 3x
cacat under cut defect terjadi akibat proses beberapa specimen mengalami patah pada weld
pengelasan pada bagian root yang kurang baik. metalnya namun nilai kekuatan tariknya masih
Walaupun terjadi defect, hasil lasan dinyatakan diatas kekuatan tarik minimum dari base metal
accepted karena defect yang terjadi masih masuk (Minimum Ultimate Tensile Strength = 415 MPa
dalam batas yang diijinkan. = 42,26 kgf/mm2), seperti yang tertera pada
standard code ASME Section IX 2001.
4.2. Hasil Uji Tarik
4.3. Hasil Pengamatan Metalography
Nilai kekuatan tarik rata-rata dari nilai tertinggi Pengamatan Struktur Makro
sampai terendah (lihat Tabel 4.1) adalah hasil
pengelasan Tanpa repair (54.036 Kgf/mm²) >
Repair 1x (53.779 Kgf/mm²) > Repair 2x (53.756
Kgf/mm²) > Repair 3x ( 53.727 Kgf/mm²).
(a) (b)
PENGELASAN Ultimate
(Kgf/mm²)
6
JURNAL TUGAS AKHIR
7
JURNAL TUGAS AKHIR
183
181
179
Nilai Kekerasan rata-rata
177
175
(a) Weld Metal (b) HAZ 173 Tanpa Repair
171
169 Repair 1x
167 Repair 2x
165
163 Repair 3x
161
159
157
155
(c) Base Metal Kondisi Pengelasan
8
JURNAL TUGAS AKHIR
Repair 2x 177.84
gouging dan pengelasan ulang. Kekerasan
material pada daerah HAZ mengalami
Repair 3x 181.44
kenaikan yang sangat signifikan. Dengan
Tabel 4.2. Distribusi Kekerasan Rata-rata adanya proses repair input panas yang
5.1 Hasil radiografi dari sambungan las sehingga nilai kekerasannya pun meningkat.
spesimen tanpa repair terjadi defect yaitu Kenaikan nilai kekerasan rata-rata pada
porosity sebesar 1mm/inc, untuk sambungan pengelasan repair satu kali sampai dengan
las repair 1x mengalami defect berupa under repair tiga kali berturut-turut sebesar 5.03%,