You are on page 1of 17

MAKALAH

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM

Dosen pembimbing :

Disusun oleh :
Dwi Sindy Pratita (
Dewi Nur Afifah (
Putri Dwi Atrika (7316040)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
TAHUN AKADEMIK 2017-2018

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang maha esa. Karena dengan
limpahan rahmat serta hidayahnya yang di anugerahkan kepada kita sehingga dengan nikmat
tersebut tugas ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Selanjutnya sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kehadiran junjungan kita
yaitu Nabi besar Muhammad SAW. Kami menyadari bahwa tugas ini sangat jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu kami sangat mengharap saran guna kesempurnaan dari tugas
makalah kami ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi diri kami khususnya teman-teman
mahasiswa -mahasiswi pada umumnya.
Akhirnya kepada Allah SWT jugalah tempat kami kembali dan yang dapat
memberikan balasan yang setimpal dan semoga kerja keras kita ini senantiasa di terima di sisi
Allah SWT serta mendapatkan syafaat dari Nabi besar Muhammad SAW. Amin ya robbal
alamin.

Sabtu, 10 Maret 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ........................................ Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah ................................... Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan...................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II KONSEP DASAR .................................... Error! Bookmark not defined.
2.1 Definisi .................................................... Error! Bookmark not defined.
2.2 Etiologi .................................................... Error! Bookmark not defined.
2.3 Klasifikasi................................................ Error! Bookmark not defined.
2.4 Patofisiologi ............................................ Error! Bookmark not defined.
2.5 Nursing Pathway ..................................... Error! Bookmark not defined.
2.6 Manifestasi Klinis ................................... Error! Bookmark not defined.
2.7 Penatalaksanaan ...................................... Error! Bookmark not defined.
2.8 Pemeriksaan Diagnostik .......................... Error! Bookmark not defined.
2.9 Komplikasi .............................................. Error! Bookmark not defined.
2.10 Discharge Planning................................. Error! Bookmark not defined.
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN . Error! Bookmark not defined.
3.1 Pengkajian ............................................... Error! Bookmark not defined.
3.2 Diagnosa Keperawatan ............................ Error! Bookmark not defined.
3.3 Intervensi NIC-NOC ............................... Error! Bookmark not defined.
BAB IV PENUTUP ............................................... Error! Bookmark not defined.
4.1 Kesimpulan.............................................. Error! Bookmark not defined.
4.2 Saran ........................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak merupakan hal yang penting artinya bagi keluarga, selain sebagai penerus
keturunan, anak pada akhirnya sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak
satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih – lebih bila anaknya
mengalami kejang demam.
Insiden kejang demam ini dialami oleh 2% - 4% pada anak usia antara 6 bulan
hingga 5 Tahun (ME. Sumijati 2000 :72-73) dengan durasi kejang selama beberapa menit.
Namun begitu, walaupun terjadi hanya beberapa menit, bagi orang tua rasanya sangat
mencemaskan, menakutkan dan terasa berlangsung sangat lama, jauh lebih lama
disbanding yang sebenarnya.
Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang
demam. Pada tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dan tidak
didapatkan angka kematian (0 %). Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang demam 132
orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di atas menunjukkan adanya
peningkatan insiden kejadian sebesar 37%.
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan
segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk
menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering.
Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi
keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan
penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu
dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara
bio-psiko-sosial-spiritual. (Nugroho Taufan, 2011)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit kejang demam?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit kejang demam?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit kejang demam
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit kejang demam

4
BAB 2

KONSEP DASAR

2.1 Definisi kejang demam

Kejang demam merupakan gangguan kejang demam yang paling lazim pada
masa anak, dengan prognosis yang sangat baik secara seragam. Namun, kejang demam
dapat menandakan penyakit infeksi akut serius yang mendasari seperti sepsis atau
meningitis bakteria sehingga setiap anak harus diperiksa secara cermat dan tepat diamati
mengenai penyebab demam yang menyertai. Kejang demam adalah tergantung umur dan
jarang sebelum umur 9 bulan dan sesudah umur 5 tahun. Puncak umur mulainya adalah
sekitar 14-18 bulan, dan insiden mendekati 3-4% anak kecil (Nelson,1996)

Kejang Demam atau Febrile Convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 derajat C) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan hingga 4 tahun. Hampir
3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam (Ridha
Nabiel, 2014)

Dalam pengertian lain, kejang demam merupakan akibat dari pembebasan listrik
yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-
tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktifitas motorik atau gangguan fenomena
sensori.

2.2 Etiologi

Berikut adalah etiologi atau penyebab dari kejang demam yang sering terjadi :

1. Malformasi otak kongenital


Adalah keadaan pembuluh darah otak yang tidak normal.
2. Faktor genetika
Adanya riwayat kejang demam pada anggota keluarga meningkatkan resiko
kejang demam.
3. Penyakit infeksi

5
Pada dasarnya penyebab utama kejang demam adalah infeksi pada organ
tertentu, seperti infeksi telinga, penyakit cacar dan lain-lain.
4. Demam
5. Gangguan metabolisme
Kejang kerap kali disebabkan oleh metabolisme tubuh yang terganggu.
Misalnya : hipoglikemia, hipolaksemia, hiponatremia, Uremia dan lain-lain.
6. Trauma Kepala
Anak-anak yang pernah mengalami trauma kepala memiliki resiko kejang. Hl
ini dikarenakan trauma pada kepala bisa menyebabkan perdarahan dalam otak atau
bagian laindari kepala yang berpengaruh langsung pada otak.
7. Neoplasma toksin
Neoplasma adalah sekumpulan sel atau massa yang abnormal dari dari
jaringan ketika terjadi pembelahan sel atau yang biasa kita sebut dengan kanker atau
tumor. Ketika kanker atau tumor terjadi diotak, tentuny akan memngaruhi kerja otak.
8. Gangguan sirkulasi
Sirkulasi dalam tubuh kita memegang peranan penting dalam tercukupinya
oksigen dan nutrisi organ-organ lainnya, misalnya otak. Ketik pasokan oksigen dan
nutrisi ke otak terganggu akan mengganggu kerja daro otak, sehingga bisa
menyebabkan hipoksia dan akhirnya kejang.
9. Penyakit degeneratif turunan saraf
Penyakit degeneratif turuna saraf adalah penyakit yang yang menyerang otak
kecil dan tulang belakang sehingga mengakibatkan gangguan pada saraf motorik.
(Ngastiyah, 2014)

2.3 Klasifikasi

Ada 2 golongan kejang demam, yaitu :

a. Kejang Demam Sederhana


Kejang demam sederhana terjadi jika :
1. Dikeluarga pasien tidak ada riwayat epilepsi
2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak atau penyakit apapun
3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun
4. Lamnya kejang berlangsung <15menit

6
5. Kejang tidak bersifat tonik klonik
6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurology atau abnormalitas
perkembangan
8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat
9. Tanpa gerakan fokal dan berulang dalam 24 jam
b. Kejang Demam Kompleks
Kejang demam kompleks adalah ketika kejang berlangsung > 15 menit,
bersifat fokal, dan terjadi >1 kali serangan berulang (Ngastiyah, 2014).

2.4 Patofisiologi

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1⁰ C akan mengakibatkan kenaikan


metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang
anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65%. Oleh karena itu, kenaikan suhu
tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membaran sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natriummelalui membran tersebut
dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan
bahan yang disebut “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang
kejang yang berbeda tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak,
maksudnya anak akan menderita kejang pada suhu tertentu. Pada anak dengan ambang
kejang rendah, kejang akan terjadi pada suhu 38⁰ C sedang anak dengan ambang kejang
tinggi, kejang baru akan terjadi pada suhu 40⁰ atau lebih (Nelson,1996).

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang
tidak teraturdan suhu tubuh semakin meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian
kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama
berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema

7
diotak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial
lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang berlangsung lama menjadi matang
dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Karena itu kejang
demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga
terjadi epilepsi (Ngastiyah, 2014)

2.5 Pathway

Infeksi bakteri
Rangsangan mekanik dan
virusdan arasit
biokimia. Gangguan
kesimbangan cairan dan
Reaksi inflamasi elektrolit

Proses demam Perubahan konsentrasi Kelainan neurologis


ion diruang ekstraselular perinatal/prenatal
Hipertermia

Resiko kejang Ketidakseimbangan Perubahan difusiNa+


berulang potensial (membrane)
ATP ASE
Perubahan beda potensial
Resiko membrane sel neuron
Pelepasan muatan listrik semakin
keterlambatan
meluas keseluruh sel maupn
pekembangan Resiko cidera
membrane sel sekitarnya dengan
bantuan netrotrasmiter
Kejang

Resiko cidera Kurang dari 15 menit (KDS) Lebih dari 15 menit (KDS)

Kesadaran menurun Kontraksi otot meningkat Perubahan suplay darah


keotak

Reflek menelan
Metabolism meningkat Resiko kerusakan sel neuron
menurun
otak

Resiko aspirasi Resiko ketidak efektifan


perfusi jaringan otak

8
Kebutuhan O2 meningkat
Suhu tubuh semakin
meningkat
Resiko asfiksia
2.6 Manifestasi Klinis

Kejang yang terkait dengan kenaikan suhu tubuh yang cepat dan biasanya
berkembang bila suhu tubuh mencapai 39°C atau lebih. Kejang khas menyeluruh, tonik-
klonik lama beberapa deik sampai 10 menit, diikuti dengan periode mengantuk singkat
pasca kejang.Umumnya kejang demam berlangsungnya tingkat berupa serangan kejang
klinik atau tonik-klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata
terbalik keatas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang
tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal (Ngastiyah, 2014)

Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 18%
berlangsung lebih dari 15 menit. Sering kali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang
berhenti anak tidak memberi reaksi adapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik
atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat
diikuti hemiparisis sementara tanpa (Heiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jam
sampai beberapa kali kejang unilateral yang lama, dapat diikuti oleh hemiparesis yang
mantap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang
demam yang pertama(Nelson,1996).

2.7 Komplikasi

Kejang demam yang tidak segera teratasi dapat menyebabkan beberapa masalah lain,
diantaranya :

1. Kerusakan sel otak


2. Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lebih dari 15 menit dan
bersidfat unilateral
3. Lebih beresiko mengalami epilepsi (Ngastiyah, 2014)

2.8 Penatalaksanaan

Ada 3 hal yang perlu dikerjakan :

1. Pengobatan fase akut : pada waktu kejang pasien dimiringkan, dan dipasang tang
spatel.

a. Untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan.


b. Jalan nafas harus bebas, agar oksigenasi terjamin.

9
c. Diazepam diberikan melalui intravena.

2. Mencari dan mengobati penyebab

a. Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan


meningitis.

3. Pengobatan Profilaksis

a. Profilaksis intermitem diberikan

b. Diazepam oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/kg BB (Nelson Waldo E, 2012)

2.9 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan cairan serebrospinal


2. Elektroesenfalografi (CEG) tetapi kurang mempunyai nilai prognostik, tidak
dianjurkan untuk pasien kejang demam sederhana

3. Pemeriksaan lab rutin, untuk mengetahui sumber infeksi. (Ngastiyah, 2014)

10
BAB 3

KONSEP ASKEP

3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Kejang demam sering terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 4 tahun. Sumber lain
mengatakan bahwa anak yang sering mengalami kejang demam adalah anak usia
antara 3 bulan-5 tahun
2. Pemeriksaan Fisik dan Pola Kebiasaan
a. Aktifitas/istirahat
 Gejala : Keletihan, kelemahan umum
 Tanda : Perubahan kekuatan otot
b. Eliminasi
 Gejala : Inkontinensia
 Tanda : Peningkatan tekanan kandung kemih aliran tonus sfinger, otot
relaksasi yang mengakibatkan inkotinensia (baik urine atau fekal)
c. Sirkulasi
 Gejala : hipertensi, peningkatan nadi, sianosis
d.Integritas ego
 Gejala : Stressor eksternal / einternal yang berhubungan dengan keadaan
dan penanganan
e. Makanan/ cairan
 Gejala : Mual/muntah yang berhubungan dengan ktivitas kejang
f. Neurosensori
 Gejala : Riwayat sakit kepala, aktifitas kejang berulang, pusing,riwayat
trauma kepala.
g. Nyeri/kenyamanan
 Gejala : Sakit kepala, nyeri otot atau punggung pada priode posiktal, nyeri
abdomen paraksimal selama fase iktal.
h. Pernapasan
 Gejala : Fase iktal: gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun atau cepat,
peningkatan sekresi muskus.

11
i. Keamanan
 Gejala : Riwayat terjatuh/trauma, fraktur, adanya alergi.
j. Interaksi sosial
 Gajala : Masalah dalam hubungan intrapersonal dalam keluarga atau
lingkungan.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermi b/d proses penyakit
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
3. Ketidakiefektifan termoregulasi
4. Resiko keterlambatan perkembangan
5. Risiko cedera
6. Risiko aspirasi

3.3 Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Noc Nic


1. Hipertermia adalah Thermoregulation Fever treatment:
peningkatan suhu Kriteria hasil:  Monitor suhu sesering
tubuh diatas kisaran  Suhu tubuh dalam mungkin
normal rentang normal  Monitor warna dan suhu
 Nadi dan RR dalam kulit
Batasan karakteristik
rentang normal  Monitor TD, Nadi dan RR
:
 Berikan pengobatan untuk

 Kulit kemerahan mengatasi penyebab

 Peningkatan suhu demam

tubuh diatas  Berikan anti piretik

kisaran diatas  Selimuti pasien

normal
 Kejang
 Takikardi
 Takipnea
 Kulit terasa

12
hangat

2. Resiko ketidak  Circulation status Manajemen sensasi periver


efektifan perfungsi  Tissue perfusion :
jaringan otak adalah  Monitor adanya daerah
celebral
beresiko mengalami pertempuh yang hanya

penurunan sirkulasi peka terhadap panas,


Kriteria hasil
jaringan otak yang dingin, tajam, dan
tumpul.
dapat mengganggu  Tekanan sistol dan
kesehatan.  Gunakan sarung tangan
diastole dalam
untuk proteksi
rentang yang
Batasan  Monitor kemampuan
diharapkan
karakteristik: BAB kolaborasi
 Berkomunikasi
pemberian analgetik
 Tumor otak dengan jelas dan
 Diskusikan mengenai
 Trauma kepala sesuai dengan
penyebab perubahan
kemampuan
 Hipertensi
sensasi.
 Menunjukkan
 Penyalah gunaan
perhatian,
zat
konsentrasi dan
 Efek sampin
orientasi
terkait terapi
 Membuat
keputusan dengan
benar
3. Ketidakiefektifan  Hidration Pengatran suhu
termoregulasi adalah  Immune status
 Monitor suhu minimal
fruktuasi suhu tubuh  Risk control
tiap 2 jam
diantara hipotermi dan  Risk detection
 Monitor TD, nadi dan

13
hipertermia Kreteria hasil ; RR
Batasan karakteristik ;  Keseimbangan  Monitor warna dan
 Fruktuasi suhu antara produksi suhu kulit
tubuh diatas panas, panas yang  Monitor tanda-tanda
dan dibawah diterima, dan hipertermi dan
kisaran normal kehilangan panas hipotermi
 Kulit  Keseimbangan asam
kemerahan basa bayi baru lahir
 Hipertensi  Temperature stabil ;
 Peningkatan 36,5-37°C
suhu tubuh  Tidak ada kejang
diatas dan  Glukosa darah stabil
dibawah
kisaran normal
4. Resiko keterlambatan  Growth and Pendidikan orang tua ; masa
perkembangan adalah development bayi
resiko mengalami delayed
 Ajarkan kepada orang
keterlambatan 25%  Family coping
atau lebih pada satu tua tentang penanda
Kreteria hasil ;
perkembangan normal
atau lebih area social  Recovery adanya
atau perilaku regulasi  Demonstrasikan
kekerasan
aktifitas yang
diri, atau pada  Pengetahuan orang
keterampilan kognitif, menunjukan
tua terhadap
bahasa, motorik kasar perkembangan
perkembangan anak
atau halus.  Tekankan pentingnya
meningkat
perawatan prenatal
 Kondisi gizi adekuat
sejak dini

5. Risiko cedera Risk control Manajemen lingkungan:


Adalah Beresiko Kriteria hasil:  Sediakan lingkungan
mengalami cedera  Klien terbebas dari yang aman bagi pasien
sebagai akibat kondisi cedera  Identifikasi kebutuhan
lingkungan yang  Klien mampu keamanan pasien,

14
berinteraksi dengan menjelaskan sesuai dengan kondisi
sumber adaptif dan cara/metode untuk fisik dan fungsi
sumber defensive mencegah kognitif pasien dan
individu. injury/cedera riwayat penyakit
terdahulu
 Menghindari
lingkungan yang
berbahaya
 Menyediakan tempat
tidur yang nyaman dan
bersih
 Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan

6. Risiko aspirasi Kriteria hasil:  Monitor tingkat


Adalah Resiko  Klien dapat bernafas kesadaran, reflek batuk
masuknya sekresi dengan mudah, dan kemampuan
gastrointestinal, sekresi frekuensi pernafasan menelan
ororfaring, normal  Monitor status paru
kotoran/debu, atau  Jalan nafas peten, pelihara jalan nafas
cairan kedalam saluran mudah bernafas,  Lakukan suction jika
trakeobronkial tidak merasa diperlukan
tercekik, dan tidak  Haluskan obat sebelum
ada suara nafas pemberian

3.4 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan melibatkan pasien, keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya

15
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kejang Demam atau Febrile Convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 derajat C) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium. Kejang demam diklasifikasikan menjadi 2, yakni kejang demam
sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam dapat menyebabkan Kerusakan
sel otak, penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lebih dari 15 menit dan
bersidfat unilateral, dan lebih beresiko mengalami epilepsi. Pengobatan Kejang demam
meliputi 3 fase, yakni Pengobatan fase akut, mencari dan mengobati penyebab,
pengobatan Profilaksis

Kejang demam sering terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 4 tahun. Sumber lain
mengatakan bahwa anak yang sering mengalami kejang demam adalah anak usia antara 3
bulan-5 tahun. Pengkajian spesifiknya dalah meliputi Aktifitas/istirahat, Eliminasi,
Sirkulasi, Integritas ego, makanan/ cairan, Neurosensori, Nyeri/kenyamanan,
Pernapasan, Keamanan, Interaksi sosial.
4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah konsep keperawatan dan asuhan keperawatan tentang
kejang demam ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami lebih dalam lagi. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam belajar serta jangan
pernah menyerah untuk membaca dan tumbuhkan rasa ingin tahu supaya lebih ingin giat
lagi dalam belajar terutama mahasiswa yang kuliah di kesehatan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah, 2014, Perawatan Anak Sakit, Jakarta : EGC


Ridha Nabiel, 2014, Buku Ajar Keperawatan Anak, Yogyakarta : Nuha Medika
Nugroho Taufan, 2011, Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit
Dalam, Yogyakarta : Nuha Medika
Nelson Waldo E, 2012, Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : EGC
Nelson, 1996, ilmu kesehatan anak, Jakarta : EGC
Keliat Budi Anna dkk, 2015, Diagnosis Keperawatan, Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Jakarta : DPP PPNI
Bulechek Gloria M dkk, 2013, Nursing Intervensions Classification (NIC), Jakarta,
Mocomedia

17

You might also like