Professional Documents
Culture Documents
Dosen pembimbing :
Disusun oleh :
Dwi Sindy Pratita (
Dewi Nur Afifah (
Putri Dwi Atrika (7316040)
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
TAHUN AKADEMIK 2017-2018
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang maha esa. Karena dengan
limpahan rahmat serta hidayahnya yang di anugerahkan kepada kita sehingga dengan nikmat
tersebut tugas ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Selanjutnya sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kehadiran junjungan kita
yaitu Nabi besar Muhammad SAW. Kami menyadari bahwa tugas ini sangat jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu kami sangat mengharap saran guna kesempurnaan dari tugas
makalah kami ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi diri kami khususnya teman-teman
mahasiswa -mahasiswi pada umumnya.
Akhirnya kepada Allah SWT jugalah tempat kami kembali dan yang dapat
memberikan balasan yang setimpal dan semoga kerja keras kita ini senantiasa di terima di sisi
Allah SWT serta mendapatkan syafaat dari Nabi besar Muhammad SAW. Amin ya robbal
alamin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ........................................ Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah ................................... Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan...................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II KONSEP DASAR .................................... Error! Bookmark not defined.
2.1 Definisi .................................................... Error! Bookmark not defined.
2.2 Etiologi .................................................... Error! Bookmark not defined.
2.3 Klasifikasi................................................ Error! Bookmark not defined.
2.4 Patofisiologi ............................................ Error! Bookmark not defined.
2.5 Nursing Pathway ..................................... Error! Bookmark not defined.
2.6 Manifestasi Klinis ................................... Error! Bookmark not defined.
2.7 Penatalaksanaan ...................................... Error! Bookmark not defined.
2.8 Pemeriksaan Diagnostik .......................... Error! Bookmark not defined.
2.9 Komplikasi .............................................. Error! Bookmark not defined.
2.10 Discharge Planning................................. Error! Bookmark not defined.
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN . Error! Bookmark not defined.
3.1 Pengkajian ............................................... Error! Bookmark not defined.
3.2 Diagnosa Keperawatan ............................ Error! Bookmark not defined.
3.3 Intervensi NIC-NOC ............................... Error! Bookmark not defined.
BAB IV PENUTUP ............................................... Error! Bookmark not defined.
4.1 Kesimpulan.............................................. Error! Bookmark not defined.
4.2 Saran ........................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
BAB 2
KONSEP DASAR
Kejang demam merupakan gangguan kejang demam yang paling lazim pada
masa anak, dengan prognosis yang sangat baik secara seragam. Namun, kejang demam
dapat menandakan penyakit infeksi akut serius yang mendasari seperti sepsis atau
meningitis bakteria sehingga setiap anak harus diperiksa secara cermat dan tepat diamati
mengenai penyebab demam yang menyertai. Kejang demam adalah tergantung umur dan
jarang sebelum umur 9 bulan dan sesudah umur 5 tahun. Puncak umur mulainya adalah
sekitar 14-18 bulan, dan insiden mendekati 3-4% anak kecil (Nelson,1996)
Kejang Demam atau Febrile Convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 derajat C) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan hingga 4 tahun. Hampir
3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam (Ridha
Nabiel, 2014)
Dalam pengertian lain, kejang demam merupakan akibat dari pembebasan listrik
yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-
tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktifitas motorik atau gangguan fenomena
sensori.
2.2 Etiologi
Berikut adalah etiologi atau penyebab dari kejang demam yang sering terjadi :
5
Pada dasarnya penyebab utama kejang demam adalah infeksi pada organ
tertentu, seperti infeksi telinga, penyakit cacar dan lain-lain.
4. Demam
5. Gangguan metabolisme
Kejang kerap kali disebabkan oleh metabolisme tubuh yang terganggu.
Misalnya : hipoglikemia, hipolaksemia, hiponatremia, Uremia dan lain-lain.
6. Trauma Kepala
Anak-anak yang pernah mengalami trauma kepala memiliki resiko kejang. Hl
ini dikarenakan trauma pada kepala bisa menyebabkan perdarahan dalam otak atau
bagian laindari kepala yang berpengaruh langsung pada otak.
7. Neoplasma toksin
Neoplasma adalah sekumpulan sel atau massa yang abnormal dari dari
jaringan ketika terjadi pembelahan sel atau yang biasa kita sebut dengan kanker atau
tumor. Ketika kanker atau tumor terjadi diotak, tentuny akan memngaruhi kerja otak.
8. Gangguan sirkulasi
Sirkulasi dalam tubuh kita memegang peranan penting dalam tercukupinya
oksigen dan nutrisi organ-organ lainnya, misalnya otak. Ketik pasokan oksigen dan
nutrisi ke otak terganggu akan mengganggu kerja daro otak, sehingga bisa
menyebabkan hipoksia dan akhirnya kejang.
9. Penyakit degeneratif turunan saraf
Penyakit degeneratif turuna saraf adalah penyakit yang yang menyerang otak
kecil dan tulang belakang sehingga mengakibatkan gangguan pada saraf motorik.
(Ngastiyah, 2014)
2.3 Klasifikasi
6
5. Kejang tidak bersifat tonik klonik
6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurology atau abnormalitas
perkembangan
8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat
9. Tanpa gerakan fokal dan berulang dalam 24 jam
b. Kejang Demam Kompleks
Kejang demam kompleks adalah ketika kejang berlangsung > 15 menit,
bersifat fokal, dan terjadi >1 kali serangan berulang (Ngastiyah, 2014).
2.4 Patofisiologi
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang
tidak teraturdan suhu tubuh semakin meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian
kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama
berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema
7
diotak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial
lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang berlangsung lama menjadi matang
dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Karena itu kejang
demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga
terjadi epilepsi (Ngastiyah, 2014)
2.5 Pathway
Infeksi bakteri
Rangsangan mekanik dan
virusdan arasit
biokimia. Gangguan
kesimbangan cairan dan
Reaksi inflamasi elektrolit
Resiko cidera Kurang dari 15 menit (KDS) Lebih dari 15 menit (KDS)
Reflek menelan
Metabolism meningkat Resiko kerusakan sel neuron
menurun
otak
8
Kebutuhan O2 meningkat
Suhu tubuh semakin
meningkat
Resiko asfiksia
2.6 Manifestasi Klinis
Kejang yang terkait dengan kenaikan suhu tubuh yang cepat dan biasanya
berkembang bila suhu tubuh mencapai 39°C atau lebih. Kejang khas menyeluruh, tonik-
klonik lama beberapa deik sampai 10 menit, diikuti dengan periode mengantuk singkat
pasca kejang.Umumnya kejang demam berlangsungnya tingkat berupa serangan kejang
klinik atau tonik-klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata
terbalik keatas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang
tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal (Ngastiyah, 2014)
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 18%
berlangsung lebih dari 15 menit. Sering kali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang
berhenti anak tidak memberi reaksi adapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik
atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat
diikuti hemiparisis sementara tanpa (Heiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jam
sampai beberapa kali kejang unilateral yang lama, dapat diikuti oleh hemiparesis yang
mantap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang
demam yang pertama(Nelson,1996).
2.7 Komplikasi
Kejang demam yang tidak segera teratasi dapat menyebabkan beberapa masalah lain,
diantaranya :
2.8 Penatalaksanaan
1. Pengobatan fase akut : pada waktu kejang pasien dimiringkan, dan dipasang tang
spatel.
9
c. Diazepam diberikan melalui intravena.
3. Pengobatan Profilaksis
b. Diazepam oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/kg BB (Nelson Waldo E, 2012)
10
BAB 3
KONSEP ASKEP
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Kejang demam sering terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 4 tahun. Sumber lain
mengatakan bahwa anak yang sering mengalami kejang demam adalah anak usia
antara 3 bulan-5 tahun
2. Pemeriksaan Fisik dan Pola Kebiasaan
a. Aktifitas/istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan umum
Tanda : Perubahan kekuatan otot
b. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia
Tanda : Peningkatan tekanan kandung kemih aliran tonus sfinger, otot
relaksasi yang mengakibatkan inkotinensia (baik urine atau fekal)
c. Sirkulasi
Gejala : hipertensi, peningkatan nadi, sianosis
d.Integritas ego
Gejala : Stressor eksternal / einternal yang berhubungan dengan keadaan
dan penanganan
e. Makanan/ cairan
Gejala : Mual/muntah yang berhubungan dengan ktivitas kejang
f. Neurosensori
Gejala : Riwayat sakit kepala, aktifitas kejang berulang, pusing,riwayat
trauma kepala.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri otot atau punggung pada priode posiktal, nyeri
abdomen paraksimal selama fase iktal.
h. Pernapasan
Gejala : Fase iktal: gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun atau cepat,
peningkatan sekresi muskus.
11
i. Keamanan
Gejala : Riwayat terjatuh/trauma, fraktur, adanya alergi.
j. Interaksi sosial
Gajala : Masalah dalam hubungan intrapersonal dalam keluarga atau
lingkungan.
normal
Kejang
Takikardi
Takipnea
Kulit terasa
12
hangat
13
hipertermia Kreteria hasil ; RR
Batasan karakteristik ; Keseimbangan Monitor warna dan
Fruktuasi suhu antara produksi suhu kulit
tubuh diatas panas, panas yang Monitor tanda-tanda
dan dibawah diterima, dan hipertermi dan
kisaran normal kehilangan panas hipotermi
Kulit Keseimbangan asam
kemerahan basa bayi baru lahir
Hipertensi Temperature stabil ;
Peningkatan 36,5-37°C
suhu tubuh Tidak ada kejang
diatas dan Glukosa darah stabil
dibawah
kisaran normal
4. Resiko keterlambatan Growth and Pendidikan orang tua ; masa
perkembangan adalah development bayi
resiko mengalami delayed
Ajarkan kepada orang
keterlambatan 25% Family coping
atau lebih pada satu tua tentang penanda
Kreteria hasil ;
perkembangan normal
atau lebih area social Recovery adanya
atau perilaku regulasi Demonstrasikan
kekerasan
aktifitas yang
diri, atau pada Pengetahuan orang
keterampilan kognitif, menunjukan
tua terhadap
bahasa, motorik kasar perkembangan
perkembangan anak
atau halus. Tekankan pentingnya
meningkat
perawatan prenatal
Kondisi gizi adekuat
sejak dini
14
berinteraksi dengan menjelaskan sesuai dengan kondisi
sumber adaptif dan cara/metode untuk fisik dan fungsi
sumber defensive mencegah kognitif pasien dan
individu. injury/cedera riwayat penyakit
terdahulu
Menghindari
lingkungan yang
berbahaya
Menyediakan tempat
tidur yang nyaman dan
bersih
Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
3.4 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan melibatkan pasien, keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya
15
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kejang Demam atau Febrile Convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 derajat C) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium. Kejang demam diklasifikasikan menjadi 2, yakni kejang demam
sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam dapat menyebabkan Kerusakan
sel otak, penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lebih dari 15 menit dan
bersidfat unilateral, dan lebih beresiko mengalami epilepsi. Pengobatan Kejang demam
meliputi 3 fase, yakni Pengobatan fase akut, mencari dan mengobati penyebab,
pengobatan Profilaksis
Kejang demam sering terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 4 tahun. Sumber lain
mengatakan bahwa anak yang sering mengalami kejang demam adalah anak usia antara 3
bulan-5 tahun. Pengkajian spesifiknya dalah meliputi Aktifitas/istirahat, Eliminasi,
Sirkulasi, Integritas ego, makanan/ cairan, Neurosensori, Nyeri/kenyamanan,
Pernapasan, Keamanan, Interaksi sosial.
4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah konsep keperawatan dan asuhan keperawatan tentang
kejang demam ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami lebih dalam lagi. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam belajar serta jangan
pernah menyerah untuk membaca dan tumbuhkan rasa ingin tahu supaya lebih ingin giat
lagi dalam belajar terutama mahasiswa yang kuliah di kesehatan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17