Professional Documents
Culture Documents
A. Masalah Keperawatan
Gangguan pemenuhan kebutuhan harga diri.
B. Pengertian
Harga diri merupakan satu dari empat komponen konsep diri. Harga
diri (self-esteem) adalah penilaian individu tentang dirinya dengan
menganalisis kesesuaian antara perilaku dan ideal diri yang lain. Harga diri
dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri maupun orang lain.
Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan diterima, dicintai,
dihormati oleh orang lain, serta keberhasilan yang pernah dicapai individu
dalam hidupnya. Harga diri berkaitan dengan evaluasi individual terhadap
keefektifan di sekolah atau di tempat bekerja, di dalam keluarga, dan dalam
lingkungan sosial. Keefektifan diri berkaitan erat dengan ide harga diri,
misalnya penilaian diri tentang kompetensi seseorang dalam melakukan
berbagai tugas (Bandura, 2010).
Harga diri dapat dipahami dengan memikirkan hubungan antara
konsep diri seseorang dan diri ideal. Diri ideal terdiri atas aspirasi, tujuan, nilai
dan standar perilaku yang dianggap ideal dan diupayakan untuk dicapai.
Seseorang dengan harga diri yang tinggi cenderung menunjukkan keberhasilan
yang diraihnya sebagai kualitas dan upaya pribadi. Sedangkan, seseorang
individu dengan harga diri yang rendah cenderung mengatakan bahwa
keberhasilan yang diraihnya adalah keberuntungan dan atas bantuan orang lain
ketimbang kemampuan pribadi (Marsh dalam Hidayat, 2012).
Gangguan harga diri merupakan kondisi ketika individu mengalami
atau berisiko mengalami evaluasi diri negatif tentang diri sendiri atau
kemampuannya. Gangguan harga diri merupakan kategori diagnostik umum.
Harga diri rendah kronis dan harga diri rendah situasional mewakili tipe
gangguan harga diri yang spesifik, sekaligus, melibatkan intervensi yang lebih
spesifik. Awalnya perawat tidak memiliki data klinis yang cukup untuk
memvalidasi diagnosis yang lebih spesifik seperti harga diri rendah kronis dan
harga diri rendah situasional. Harga diri rendah kronis merupakan evaluasi
atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan klien seperti tidak
berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan
terus menerus. Sedangkan harga diri rendah situasional merupakan evaluasi
atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan klien sebagai
respon terhadap situasi saat ini (SDKI DPP PPNI, 2016).
C. Gejala dan Tanda (Data Mayor dan Minor)
1. Harga Diri Rendah Kronis
a. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
1) Menilai diri negatif (misalnya tidak berguna, tidak tertolong)
2) Merasa malu/bersalah
3) Merasa tidak mampu melakukan apapun
4) Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
5) Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
6) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
7) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
Objektif:
1) Enggan mencoba hal baru
2) Berjalan menunduk
3) Postur tubuh menunduk
b. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
1) Merasa sulit konsentrasi
2) Sulit tidur
3) Mengungkapkan keputusasaan
Objektif:
1) Kontak mata kurang
2) Lesu dan tidak bergairah
3) Berbicara pelan dan lirih
4) Pasif
5) Perilaku tidak asertif
6) Mencari penguatan secara berlebihan
7) Bergantung pada pendapat orang lain
8) Sulit membuat keputusan
9) Seringkali mencari penegasan
(SDKI DPP PPNI, 2016).
2. Harga Diri Rendah Situasional
a. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
1) Menilai diri negatif (misalnya tidak berguna, tidak tertolong)
2) Merasa malu/bersalah
3) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
4) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
Objektif:
1) Berbicara pelan dan lirih
2) Menolak berinteraksi dengan orang lain
3) Berjalan menunduk
4) Postur tubuh menunduk
b. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
1) Sulit berkonsentrasi
Objektif:
1) Kontak mata kurang
2) Lesu dan tidak bergairah
3) Pasif
4) Tidak mampu membuat keputusan
(SDKI DPP PPNI, 2016).
D. Pohon Masalah
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes MMPI
Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) ialah tes
kepribadian yang paling banyak digunakan secara luas dalam penelitian
dan penilaian dalam psikologi yang memakai skala klinis. Skala klinis
merupakan skala dengan penilaian objektif, yaitu bagaimana orang lain
menilai individu tersebut. Struktur MMPI yang terdiri dari 567 pertanyaan
yang dijawab benar atau salah membutuhkan sekitar 60- 90 menit untuk
diselesaikan. MMPI penting karena dapat digunakan untuk membedakan
orang yang normal dengan orang yang ada kemungkinan ketidaknormalan
dalam kepribadiannya. MMPI sampai saat ini masih sangat dipercaya,
terutama di Indonesia sebagai alat resmi diagnosa gangguan jiwa oleh
psikiater.
2. Electro Encephalography (EEG)
Electro Encephalography (EEG) merupakan pemeriksaan syaraf
otak dengan merekam gelombang gelombang otak. EEG adalah
pemeriksaan penunjang yang sangat diperlukan di bagian syaraf untuk
menentukan adanya kelainan gelombang gelombang di otak secara
fungsional. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya:
a. Pasien yang mengalami kejang atau yang diduga mengalami
kejang.
b. Mengevaluasi efek serebral dari berbagai penyakit sistemik
(misalnya keadaan ensefalopati metabolik karena diabetes, gagal
ginjal).
c. Melakukan studi untuk mengetahui gangguan tidur (sleep disorder)
atau narkolepsi.
d. Membantu menegakkan diagnosa koma.
e. Melokalisir perubahan potensial listrik otak yang disebabkan
trauma, tumor, gangguan pembuluh darah (vaskular) dan penyakit
degeneratif.
f. Membantu mencari berbagai gangguan serebral yang dapat
menyebabkan nyeri kepala, gangguan perilaku dan kemunduran
intelektual.
3. CT (Computed Tomography)
CT scan adalah test diagnostik yang memiliki informasi yang
sangat tinggi. Tujuan utama penggunaan ct scan adalah mendeteksi
perdarahan intra cranial, lesi yang memenuhi rongga otak (Space
Occupying Lesions/ SOL), edema serebral dan adanya perubahan
struktur otak.
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI adalah sebuah metode pemeriksaan diagnoatik yang mulai
digunakan sejak tahun 1980 gambar yang dihasilkan juga merupakan
hasil rekonstruksi komputer. Namun berbeda dengan CT-Scan, MRI
tidak menggunakan radiasi ion melainkan menggunakan medan magnet
dan radiofrekuensi. MRI merupakan studi pilihan bagi evaluasi pada
sebagian besar lesi pada otak dan spinal. MRI melakukan scan terhadap
nukleus hidrogen yang merupakan atom terbanyak ditubuh manusia.
F. Pelaksanaan Medis
Pemberian terapi medis pada kasus harga diri rendah juga tidak
digolongkan sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat golongan
antidepresan, karena fungsi dari obat anti depresan adalah memblok
pengambilan kembali neurotransmitter norepineprin dan serotonin,
meningkatkan konsentrasinya pada sinaps dan mengkoreksi defisit yang
diperkirakan menyebabkan alam perasaan melankolis. Hal ini sesuai dengan
masalah neurotransmitter yang dihadapi oleh klien dengan harga diri rendah
yaitu adanya penurunan neurotransmitter seperti serotonin, norepineprin.
Terdapat banyak jenis antidepresan tetapi pada kasus harga diri rendah
kali ini pemberian obat yang dapat diberikan lebih banyak dalam
jenis Tricyclic Anti Depresan (TCA): Amitriptiline, Imipramine, Desipramine,
Notriptilin, sesuai dengan fungsi dari obatnya yaitu untuk
meningkatkan reuptake seorotonin dan norepinefrin sehingga meningkatkan
motivasi klien dan sesuai dengan indikasinya yaitu pengobatan yang diberikan
pada klien dengan depresi tetapi juga mengalami skizofrenia sehingga
mempunyai efek pengobatan yang saling meningkatkan.
G. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang menyeluruh meliputi pengkajian psikososial klien dan
keluarga atau orang pendukung karena hal ini memberi petunjuk masalah
actual atau potensial. Perawat yang mengkaji konsep diri berfokus pada empat
komponen: (a) identitas personal, (b) citra tubuh, (c) performa peran, dan (d)
harga diri.
Sebelum melakukan pengkajian psikososial, perawat harus membina
hubungan saling percaya dan kerja sama dengan klien. Pedoman untuk
melakukan pengkajian psikosial meliputi:
1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung privasi.
2. Minimalkan gangguan jika mungkin.
3. Pertahankan kontak mata.
4. Duduk berhadapan dengan klien.
5. Tunjukkan penerimaan terhadap klien dengan tidak mengkritik,
mengernyitkan dahi, dan menunjukkan keterkejutan.
6. Untuk mendorong klien bicara, ajukan pertanyaan terbuka, bukan
pertanyaan tertutup yang cenderung membatasi keinginan klien untuk
berbagi.
7. Jangan ajukan pertanyaan yang terlalu personal jika tidak perlu.
8. Minimalkan mencatat secara detail selama wawancara karena hal ini dapat
membuat klien khawatir bahwa materi rahasia “dicatat” dan mengganggu
konsentrasi anda untuk berfokus pada apa yang dikatakan klien.
9. Tentukan apakah keluarga dapat memberikan informasi tambahan.
10. Pertahankan kerahasiaan.
11. Waspada akan prasangka dan ketidaknyamanan anda yang dapat
mempengaruhi pengkajian.
12. Pertimbangkan bagaimana perilaku klien dipengaruhi oleh budaya.
a. Komponen Pengkajian
1) Identitas Personal
2) Citra Tubuh
3) Performa peran
4) Harga diri
b. Data yang dapat dikaji
1) Identitas Personal
a) Stresor Identitas
(1) Perubahan penampilan fisik (misalnya kerut di wajah)
(2) Penurunan kemampuan fisik, mental dan sensori
(3) Ketidakmampuan mencapai tujuan
(4) Masalah dalam hubungan
(5) Masalah seksualitas
(6) Ideal diri tidak realistis
b) Stresor Citra Tubuh
(1) Kehilangan bagian tubuh (misalnya, amputasi, mastektomi,
histerektomi)
(2) Kehilangan fungsi tubuh (misalnya, akibat stroke, cedera
sumsum tulang belakang, penyakit neuromuscular, artritis,
penurunan kemampuan mental dan sensori)
(3) Distigurement (misalnya, selama kehamilan, luka bakar berat,
noda di wajah, kolostomi, trakeostomi)
(4) Ideal diri tidak realistis (misalnya, konfigurasi muscular yang
tidak dapat dicapai)
c) Stresor Harga Diri
(1) Kurang umpan balik positif dari orang terdekat
(2) Kegagalan berulang
(3) Harapan yang tidak realistis
(4) Hubungan yang dipenuhi penganiayaan
(5) Kehilangan keamanan finansial
d) Stresor Peran
(1) Kehilangan orang tua, pasangan, anak, atau teman dekat
(2) Perubahan atau kehilangan pekerjaan atau peran penting lain
(3) Perceraian
(4) Penyakit
(5) Harapan peran yang ambigu atau bertentangan
(6) Ketidakmampuan memenuhi harapan peran
e) Citra Tubuh
(1) Data Obyektif:
(a) Menolak penjelasan perubahan tubuh
(b) Persepsi negatif terhadap perubahan tubuh
(c) Mengungkapkan keputusasaan
(d) Mengungkapkan ketakutan
(2) Data Subyektif:
Menolak melihat, menyentuh bagian tubuh yang berubah
c. Performa Peran
1) Data Objektif :
Menarik diri dari lingkungan sosial.
2) Data Subjektif:
Klien mengungkapkan ketidakmampuan dalam melakukan
peran yang seharusnya di lingkungan.
d. Harga Diri
1) Data Objektif:
a)Merusak diri sendiri
b)Merusak orang lain
c)Menarik diri dari hubungan sosial
d)Tampak mudah tersinggung
e)Tidak mau makan dan tidak tidur
2) Data Subjektif:
a) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
b) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
c) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
d) Mengungkapkan dirinya tidak berguna
e) Mengkritik diri sendiri
H. Daftar Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI DPP PPNI (2016), daftar masalah keperawatan sebagai
berikut:
1. Harga Diri Rendah Kronik
Harga diri rendah kronik merupakan evaluasi atau perasaan negatif
terhadap diri sendiri atau kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak
berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus
menerus (SDKI DPP PPNI, 2016).
a. Batasan Karakteristik
1) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
a) Menilai diri negatif (misalnya tidak berguna, tidak tertolong)
b) Merasa malu/bersalah
c) Merasa tidak mampu melakukan apapun
d) Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
e) Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
f) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
g) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
Objektif:
a) Enggan mencoba hal baru
b) Berjalan menunduk
c) Postur tubuh menunduk
2) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
a) Merasa sulit konsentrasi
b) Sulit tidur
c) Mengungkapkan keputusasaan
Objektif:
a) Kontak mata kurang
b) Lesu dan tidak bergairah
c) Berbicara pelan dan lirih
d) Pasif
e) Perilaku tidak asertif
f) Mencari penguatan secara berlebihan
g) Bergantung pada pendapat orang lain
h) Sulit membuat keputusan
i) Seringkali mencari penegasan
(SDKI DPP PPNI, 2016).
b. Faktor yang Berhubungan
1) Ketidakefektifan adaptasi terhadap kehilangan
2) Kurang kasih sayang
3) Kurang persetujuan
4) Kurang keanggotaan dalam kelompok
5) Persepsi ketidaksesuaian antara norma budaya dan diri
6) Persepsi ketidaksesuaian antara norma spiritual dan diri
7) Persepsi kurang rasa memiliki
8) Persepsi kurang dihargai oleh orang lain
9) Gangguan psikiatrik
10) Kegagalan berulang
11) Penguatan negatif berulang
12) Peristiwa traumatik
13) Situasi traumatik
2. Harga Diri Rendah Situasional
Harga diri rendah situasional merupakan evaluasi atau perasaan
negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan klien sebagai respon terhadap
situasi saat ini.
a. Batasan Karakteristik
1) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
a) Menilai diri negatif (misalnya tidak berguna, tidak tertolong)
b) Merasa malu/bersalah
c) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
d) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
Objektif:
a) Berbicara pelan dan lirih
b) Menolak berinteraksi dengan orang lain
c) Berjalan menunduk
d) Postur tubuh menunduk
2) Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
a) Sulit berkonsentrasi
Objektif:
a) Kontak mata kurang
b) Lesu dan tidak bergairah
c) Pasif
d) Tidak mampu membuat keputusan
(SDKI DPP PPNI, 2016).
b. Faktor yang Berhubungan
1) Perilaku yang tidak selaras dengan nilai
2) Perubahan perkembangan
3) Gangguan citra tubuh
4) Kegagalan
5) Gangguan fungsional
6) Kurang penghargaan
7) Kehilangan
8) Penolakan
9) Perubahan peran sosial
3. Risiko Harga Diri Rendah Kronik
Definisi berisiko mengalami penilaian-diri/perasaan negatif dalam
jangka panjang tentang diri sendiri atau kemampuan diri.
Faktor Risiko
a. Ketidakefektifan adaptasi pada kehilangan
b. Kurang afeksi
c. Kurang keanggotaan dalam kelompok
d. Adanya kesenjangan antara diri dan norma budaya
e. Adanya kesenjangan antara diri dan norma spiritual
f. Merasa kurang memiliki
g. Merasa kurang dihargai orang lain
h. Gangguan psikiatrik
i. Kegagalan berulang
j. Penguatan negatif berulang
k. Kejadian traumatik
l. Situasi traumatik
4. Risiko Harga Diri Rendah Situasonal
Definisi berisiko mengalami persepsi negatif tentang harga diri
sebagai respons terhadap situasi saat ini.
Faktor risiko
a. Perilaku tidak selaras dengan nilai
b. Penurunan kendali terhadap lingkungan
c. Perubahan perkembangan
d. Gangguan citra tubuh
e. Kegagalan
f. Gangguan fungsi
g. Riwayat ditinggalkan
h. Riwayat penganiayaan
i. Riwayat ketidakberdayaan yang dipelajari
j. Riwayat pengabaian
k. Kurang pengenalan
l. Kehilangan
m. Penyakit fisik
n. Penolakan
o. Perubahan peran sosial
p. Harapan diri tidak realistis
I. Intervensi Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil
No Diagnosa Intervensi (NIC)
(NOC)
1 Harga diri Tingkat Depresi: 1) Penumbuhan Harapan:
rendah kronik Keparahan alam perasaan Memfasilitasi perkembangan
melankolis dan hilang penampilan positif pada
minat dalam peristiwa situasi tertentu
hidup. 2) Manajemen Alam Perasaan:
Menciptakan keamanan,
Kualitas Hidup: Tingkat kestabilan, pemulihan, dan
persepsi positif tentang pemeliharaan pasien yang
situasi hidup saat ini. mengalami disfungsi alam
perasaan bank depresi
Harga Diri: Penilaian diri maupun peningkatan alam
tentang penghargaan perasaan.
terhadap diri. 3) Peningkatan Harga Diri:
Membantu pasien
meningkatkan penilaian
penghargaan terhadap diri.
a) Pantau pernyataan
pasien tentang harga
diri.
b) Tentukan rasa percaya
diri pasien dalam
penilaian diri.
c) Pantau frekuensi ucapan
peniadaan diri.
d) Beri penguatan atas
kekuatan diri yang
diidentifikasi oleh
pasien.
e) Bantu pasien
mengidentifikasi respons
positif dari orang lain.
f) Hindari tindakan yang
dapat mengusik pasien.
g) Bantu penyusunan
tujuan yang realistis
untuk mencapai harga
diri yang lebih tinggi.
h) Bantu pasien mengkaji
kembali persepsi negatif
tentang dirinya.
i) Bantu pasien
mengidentifikasi
dampak teman sebaya
pada perasaan harga diri.
j) Gali pencapaian
sebelumnya.
k) Beri penghargaan atau
pujian atas kemajuan
pasien dalam mencapai
tujuan.
l) Fasilitasi lingkungan dan
aktivitas yang dapat
meningkatkan harga diri.
4) Penyuluhan untuk
pasien/keluarga
a) Beri informasi tentang
pentingnya konseling
dan ketersediaan
sumber-sumber di
komunitas.
b) Ajarkan keterampilan
untuk bersikap positif
melalui bermain peran,
model peran, diskusi,
dsb.
5) Aktivitas Kolaboraif
Minta bantuan sumber dari
rumah sakit (misalnya,
petugas dinas sosial,
spesialis psikiatrikklinis, dan
layanan keagamaan), jika
diperlukan.
6) Aktivitas lain
Tentukan batasan tentang
ucapan negatif (misalnya,
menyangkut frekuensi, isi
pembicaraan, dan
pendengar).
7) Klasifikasi Nilai: Membantu
individu mengklarifikasi
nilai mereka untuk
memfasilitasi pembuatan
keputusan yang efektif.