You are on page 1of 23

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pemeriksaan ginekologik pada seorang perempuan memerlukan perhatian khusus dari


dokter pemeriksa. Seorang perempuan yang mengajukan hal-hal yang berhubungan dengan alat
kelaminnya, cenderung menunjukkan gejala-gejala kecemasan, kegelisahan, rasa takut, dan rasa
malu, sehingga saat menghadapi seorang penderita ginekologik, terutama pada pemeriksaan
pertama kali, yang sangat diperlukan adalah pengertian (simpati), kesabaran, dan sikap yang
menimbulkan kepercayaan. 1,2
Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa malu penderita, sebaiknya anamnesis diambil
tanpa hadirnya orang lain. Waktu dilakukan pemeriksaan, sebaiknya dokter didampingi oleh
seorang pembantu perempuan, contohnya adalah seorang suster. Bila penderita adalah seorang
gadis muda belia dan anak kecil, ia perlu didampingi oleh ibu atau keluarga terdekatnya. 1
Dalam anamnesis, penderita perlu diberi kesempatan untuk mengutarakan keluhan-
keluhannya secara spontan; baru kemudian ditanyakan gejala-gejala tertentu yang menuju ke arah
kemungkinan diagnosis. Simptomatologi penyakit ginekologik untuk bagian terbesar berkisar
antara 3 gejala pokok, yaitu: (1) perdarahan; (2) rasa nyeri; (3) benjolan. Selama anamnesis
pemeriksa juga sudah mempunyai kesempatan untuk memperhatikan pasien, misalnya mengenai
pertumbuhan rambut muka dan kepala, atau tinggi rendah suara. 1,2

I.2 Tujuan Penulisan

Karena pemeriksaan ginekologik merupakan pemeriksaan yang sangat sensitif bagi pasien
diharapkan para petugas kesehatan jadi lebih berhati-hati dalam melakukannya. Makalah ini
dibuat untuk menambah wawasan pembaca mengenai pemeriksaan ginekologik. 8

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Anatomi Alat Reproduksi Wanita

1. Organ Reproduksi Wanita Bagian Luar

Gambar 2.1 Organ Eksterna Wanita. 4


a. Mons veneris atau Mons pubis
Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian depan simfisis
terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang
bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) berfungsi
sebagai bantal pada waktu melakukan hubungan seks. 4,5

b. Bibir besar (Labia mayora)


Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia mayora 7-8
cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah
bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dari:
2
1) Bagian luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris.
2) Bagian dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak).

c. Bibir kecil (labia minora)


Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir besar (labia
mayora) tanpa rambut yang memanjang kearah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette,
semantara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial
labia minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah muda dan basah. 4,5

d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan letaknya dekat
ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah
menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual. 4,5

e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu atau lonjong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra,
kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak
berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi.4,5

f. Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.
Perinium membentuk dasar badan perinium.

g. Kelenjar Bartholini
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah robek. Pada
saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.

3
h. Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah robek, himen
ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lender yang di keluarkan uterus dan darah saat
menstruasi. 4,5

i. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan
ujung bawah labia mayora dan labia minora. Di garis tengah berada di bawah orifisium vagina.
Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan hymen. 4,5

2. Organ Reproduksi Wanita Bagian Dalam

Gambar 2.2 Organ Interna Wanita. 4

a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang
secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Vagina terletak di depan rectum dan di
belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran muskulo membraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari
muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan. Sel dinding

4
vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman
vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk
mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu
persalinan. 4,5

b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih, cekung dan tampak
seperti bola lampu atau buah peer terbalik yang terletak di pelvis minor di antara kandung kemih
dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat.
Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpusuteri yang terletak di atas
kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri
dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding
depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan
kandung kemih. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu perimetrium, miometrium atau
lapisan otot, dan endometrium. 4,5
1) Perimetrium atau membrane serosa
 Terdiri dari jaringan epitel yang menutupi struktur luar uterus 5
2) Lapisan otot atau miometrium
 Lapisan tebal yang berperan pada kontraksi uterus
 Jaringan ototnya terstruktur secara horizontal, vertical dan diagonal yang dimana
berfungsi untuk kontraksi kuat pada saat persalinan dan juga membantu mengeluarkan
darah pada saat fase menstruasi. 5
3) Endometrium
 Lapisan terdalam uterus yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan stratum basalis dan
stratum fungsionalis. Stratum basalis adalah lapisan yang tidak terkikis pada saat
menstruasi sedangkan stratum fungsionalis adalah lapisan yang menebal dan terkikis pada
saat fase menstruasi. 5

5
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga suatu
tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas
ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim.
Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa,
muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia. 4
Fungsi tuba fallopi :
 Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
 Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
 Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
 Tempat terjadinya konsepsi.
 Tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula
yang siap mengadakan implantasi.

d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi,
sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.

II.2 Pemeriksaan Ginekologi

2.2.1 Anamnesis

Secara rutin ditanyakan; urutan penderita, sudah menikah atau belum, paritas, siklus
haid, penyakit yang pernah diderita, terutama kelainan ginekologik serta pengobatannya,
dan operasi yang dialami.

a. Riwayat Penyakit Umum

Perlu ditanyakan apakah penderita pernah menderita penyakit berat, seperti penyakit
tuberkulosis, penyakit jantung, riwayat penyakit ginjal, penyakit darah, diabetes mellitus, dan
penyakit jiwa, untuk penyakit jiwa perlu cara berkomunikasi sendiri. riwayat operasi non-
ginekologik perlu juga diperhatikan, misainya tiroidektomi, mastektomi, dan apendektomi. 1,2

6
b. Riwayat Obstetrik
Perlu diketahui riwayat kehamilan sebelumnya apakah berakhir dengan keguguran,
ataukah berakhir dengan persalinan; apakah persalinannya normal, diselesaikan dengan tindakan
atau dengan operasi, dan bagaimana nasib anaknya. Infeksi nifas dan kuretase dapat menjadi
sumber infeksi panggul menahun dan kemandulan. Jika perempuan tersebut pernah mengalami
keguguran, perlu diketahui apakah disengaja atau spontan. Perlu juga ditanyakan banyaknya
perdarahan dan apakah telah dilakukan kuretase. 1,2

c. Riwayat Ginekologik
Riwayat penyakit atau kelainan ginekologik serta pengobatannya dapat memberikan
keterangan penting, terutama operasi yang pernah dialami. Apabila penderita pernah diperiksa
oleh dokter lain, tanyakan juga hasil-hasil pemeriksaan dan pendapat dokter itu.1,2

d. Riwayat Haid
Haid merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan seorang perempuan. Perlu
diketahui menarke, siklus teratur atau tidak, lama haid, banyaknya darah waktu haid, disertai
nyeri atar tidak dan menopause. Selalu harus ditanyakan tanggal haid terakhir yang masih
normal. Jika haid terakhirnya tidak jelas normal, maka perlu ditanyakan tanggal haid sebeium itu.
Dengan cara demikian, dicari apakah haid pertama lambat ataukah dia mengalami gangguan haid
seperti amenorea. 1,2

e. Keluhan Sekarang
Mendengar keluhan penderita sangat penting untuk pemeriksaan. Pertanyaan yang sangat
sederhana seperti "untuk apa datang kemari?" atau "apa keluhan ibu?" dapat memberikan
keterangan banyak ke arah diagnosis. Misalnya, apabila seorang perempuan mengatakan bahwa
ia mengeluarkan darah dari kemaluan setelah haid terlambat, bahwa peranakannya turun atau
keluar, bahwa ia mengalami perdarahan teratur dan berbau busuk, maka dalam hal demikian
kiranya tidaklah sulit untuk menduga kelainan apa yang sedang dialami oleh penderita, seperti
abortus, prolaps, dan karsinoma serviks uteri. Namun, pemeriksaan lebih lanjut harus tetap
dilakukan karena diagnosis tidak boleh semata- mata berdasarkan anamnesis saja. 1,2

7
f. Perdarahan
Perdarahan yang sifatnya tidak normal sering dijumpai. Perlu ditanyakan apakah
perdarahan itu ada hubungannya dengan siklus haid atau tidak, banyaknya dan lamanya
perdarahan. Jadi, perlu diketahui apakah yang sedang dihadapi itu, menoragia, "spotting"
hipermenorea, polimenorea, hipomenorea, oligomenorea ataukah metroragia. Perdarahan yang
didahului oleh haid yang terlambat biasanya disebabkan oleh abortus,kehamilan mola, atau
kehamilan ektopik. Talaupun demikian, kemungkinan perdarahan karena polip, erosi portio, dan
karsinoma serviks tidak dapat disingkirkan begitu saja tanpa pemeriksaan yang teliti. 1,2

g. Fluor Albus (Leukorea)


Fluor albus (leukorea) cukup mengganggu penderita baik fisik maupun mental. Sifat dan
banyaknya keputihan dapat memberikan petunjuk ke arah etiologinya. Perlu ditanyakan sudah
berapa lama keluhan itu, terjadinya secara terus-menerus atau hanya pada waktu-waktu tertentu
saja, seberapa banyaknya. Apa warnanya,baunya, disertairasa gatal atau nyeri atau tidak. Secara
fisiologis keluarnya getah yang berlebihan dari vulva (biasanya lendir) dapat dijumpai pada (1)
waktu ovulasi; (2) waktu menjelang dan setelah haid; (3) rangsangan seksual; dan (4) dalam
kehamilan. Akan tetapi, apabila perempuan tersebut merasa terganggu dirinya, berganti celana
beberapa kali sehari, apalagi bila keputihannya disertai rasa nyeri atau gatal, maka dapat
dipastikan itu merupakan keadaan patologis, yang memerlukan pemeriksaan dan penanganan
yang saksama.

h. Rasa Nyeri
Rasa nyeri di perut, panggul, pinggang, alat-alat kelamin luar dapat merupakan gejala dari
beberapa kelainan ginekologik. Walaupun rasa nyerinya biasanya hebat sesuai dengan beratnya
penderitaan, dokter selalu harus waspada. Dismenorea yang dapat dirasakan di perut bawah atau
di pinggang dapat bersifat seperti mules-mules seperti ngilu, atau seperti ditusuk-tusuk.
Mengenai hebatnya rasa nyeri yang diderita, perlu ditanyakan apakah perempuan itu dapat
melakukan pekerjaannya sehari-hari ataukah dia sampai harus berbaring meminum obat-obat anti
nyeri. Rasa nyeri itu dapat timbul menjelang haid, sewaktu dan setelah haid selama satu dua hari,
atau lebih lama. Miksi

8
i. Defekasi
Beberapa penyakit yang berasal dari rektum dan kolon sigmoid sering menimbulkan
kesulitan dalam diagnosis penyakit ginekologik. Misalnya, divertikulitis dan karsinoma sigmoid
kadang-kadang sukar dibedakan dari tumor ganas ovarium, terutama dalam stadium lanjut. OIeh
karena itu, penderita harus selalu ditanya tentang buang air besarnya, apakah ada kesulitan
defekasi; apakah disertai nyeri, ataukah fesesnya encer disertai lendir, nanah, atau darah. Pada
inkontinensia alvi, feses dapat keluar dari vagina dan dari anus. Keluarnya feses dari kemaluan
menunjukkan adanya fistula rektovaginalis. Perempuan yang pernah mengalami ruptur perinei
tingkat III waktu bersalin, yang tidak dijahit dengan baik, sering tidak dapat menahan keluarnya
kotoran karena terputusnya muskulus sfingter ani eksterna. 1,2

2.2.2 Pemeriksaan Abdomen


Lakukan pemeriksaan abdomen dengan meraba perut pasien dari umbilicus hingga ke
os.pubis untuk meraba uterus, dan catat hasil pemeriksaan (ukuran, posisi, konsistensi uterus).
Dan juga melakukan inspeksi pada kulit dan pola rambut di peur pasien. Periksa lymph node
pada inguinal, untuk mengetahui adanya pembesara, nyeri tekan serta konsistensinya. Dilakukan
dengan pasien pada posisi terlentang dengan lengan di samping dan dinding abdomen dalam
keadaan lemas. Lakukan inspeksi dengan memperhatikan kontur abdomen (apakah terdapat
pembesaran atau aksentuasi dari dinding abdomen, bila ada, tandai dan deskripsikan ukuran,
bentuk dan letaknya). Pada wanita hamil, perhatikan apakah terdapat hiperpigmentasi dan tanda
regang pada dinding abdomen yang dikenal sebagai striae gravidarum, garis hitam di tengah yang
dikenal sebagai garis Fuska, serta hiperpigmentasi lain di daerah abdomen. Setelah melahirkan,
striae gravidarum akan berubah berwarna putih keperakan yang dikenal sebagai striae albikans.
Hemoperitoneum pada wanita putih dan kurus, dapat terlihat bayangan kebiruan pada area
umbilikus yang dikenal sebagai tanda Cullen. 1,6

Gambar 2.3 Pemeriksaan Abdomen. 6


9
 Penderita harus tidur telentang dan tenang
 Inspeksi. Perhatikan bentuk, pembesaran atau cekungan, pergerakan pernapasan, kondisi
kulit, parut operasi, dsb.
 Palpasi. Sebelum pemeriksaan dilakukan, harus yakin bahwa kandung kemih dan rektum
kosong karena kandung kemih penuh teraba seperti kista dan rektum terisi menyulitkan
pemeriksaan. Kalau perlu pasien kencing atau BAB terlebih dahulu atau dilakukan
kateterisasi atau diberi klisma. Jelaskan pemeriksaan pada penderita. Kedua tungkai
ditekuk sedikit dan disuruh bernafas dalam. Palpasi abdomen dengan seluruh telapak
tangan dan jari-jari dari atas atau daerah yang tidak dikeluhkan nyeri. Diperiksa adanya
rangsangan peritoneum, adanya nyeri tekan dan nyeri lepas. Baru kemudian palpasi
dalam, sebaiknya bersamaan dengan irama pernafasan. Dimulai dari bagian-bagian yang
normal yang tidak dirasakan nyeri dan tidak membesar atau menonjol. 1,6
 Perkusi. Dapat ditentukan pembesaran yang disebabkan tumor atau cairan bebas dalam
rongga perut. Pada tumor, perkusi pekak terdapat di bagian menonjol saat pasien tidur
telentang. Daerah pekak ini tidak akan berpindah walaupun pasien dipindah baringkan.
Perkusi pada cairan bebas. Cairan mengumpul pada bagian yang paling rendah, sedang
usus-usus mengambang di atasnya. Apabila pasien telentang, maka perkusi timpani di
bagian atas perut melengkung ke ventral dan pekak sisi kanan dan kiri. Keadaan berubah
bila pasien berbaring miring ke kanan, cairan berpindah dan mengisi bagian kanan dan
ventral. Daerah timpani pun berpindah tempat. Tumor yang disertai dengan cairan bebas
menunjuk ke arah keganasan. 1,6
 Auskultasi. Detak jantung dan gerakan janin terdengar pada kehamilan yang cukup tua,
sedang bising uterus dapat terdengar pada uterus gravidus dan mioma uteri yang besar.
1,6
Bising usus penting untuk diagnostik peritonitis dan ileus.

2.2.4 Observasi Genitalia Eksternal


Perhatikan genital eksternal dan catat apabila ditemukan tanda-tanda seperti di bawah ini :
- Lesi, perubahan warna, luka, tanda-tanda infeksi, ulser, pus, cairan, kista, tanda trauma,
hangat, pembesaran kelenjar Skene dan kelenjar Bartholini.
- Nilai kematangan seksual seperti pertumbuhan rambut-rambut halus, dan ukuran vagina.
- Perhatikan dan nilai kondisi mons pubis

10
- Lebarkan labia, warna kedua labia sama dan teksturnya padat pada usia dewasa, dan
mengalami atrofi pada masa menopause. Dan pada perabaan labia terasa kenyal.
- Pada wanita yang belum pernah hamil labia mayornya akan bertemu di midline dan
menutup labia minor. Dan akan menjadi lebih lembek setelah melahirkan anak.

2.2.5 Pemeriksaan Pelvik

Pemeriksaan ini biasanya membuat pasien was-was. Sebelum melakukannya, pemeriksa


sebaiknya mendekati pasien, sehingga pasien mau bekerjasama dalam pemeriksaan ini.
Pemeriksaan dilakukan dengan pasien dalam posisi litotomi, dengan posisi berbaring lemas dan
meletakkan kakinya pada foot rest, untuk melemaskan bagian panggul. Perineum harus berada
tepat pada tepi meja pemeriksaan, kemudian pemeriksa menggunakan sarung tangan secara
aseptik. 1,6
Lakukan toilet vulva dan vagina dengan menggunakan kapas steril yang direndam dalam
larutan desinfektan non iritatif (mis : lysol), dengan menggerakkan kapas di dan sekitar vulva dan
perineum dari medial ke lateral atau dari sentral ke perifer. Area rektal harus dilakukan terakhir.

Gambar 2.4. Posisi Pemeriksaan Ginekologi 6

a. Inspeksi kelenjar limfa inguinal dan inspeksi perineum

Kanker pelvik dan infeksi bisa meluas ke kelenjar limfa inguinal dan ini harus dipalpasi dalam
pemeriksaan. Inspeksi perineum dilakukan mulai dari daerah mons pubis secara ventral, ke
lipatan genito crural secara lateral dan menuju ke anus. Infeksi dan neoplasma yang terjadi pada
vulva juga akan menjalar ke kulit perianal, sehingga daerah ini harus diinspeksi. Beberapa klinisi
juga memeriksa kelenja bartholini dan parauretra. Gejala pasien dan adanya ketidaksimetrisan
menunjukkan pasien ini perlu pemeriksaan lebih lanjut. 1,6

11
b. Pemeriksaan Spekulum

 Persiapan
 Lampu
 Spekulum
 Handschoen
 Lubrikan
 Perlengkapan sitologi : medium, spatel, cytobrush, kaca objek, fiksasi
 KOH 10% dan NaCl
 Media transpor untuk klamidia dan gonore
 Proctoswab dan cotton swab
 Media transpor untuk uji HPV
 Kertas uji PH

Gambar 2.5 Spekulum Grave's Spekulum Sim's. 1

12
 Prosedur:

Sebelum memulai memasukkan spekulum, spekulum disesuaikan dengan ukuran vagina.


Spekulum dipanaskan dan diberi lubrikan. Ketika akan memasukkan spekulum, labia minora
dilebarkan dan spekulum dimasukkan dibawah meatus. Selama memasukkan spekulum, jari
ditempatkan di vagina dan menekan melawan otot bulbocavernosus. Dengan masuknya
spekulum, vagina akan berkontraksi dan pasien akan merasa nyeri dan merasa tidak nyaman.
Setelah spekulum masuk semuanya, sepkulum dibuka untuk menilai vagina dan serviks. 1,8,

 Penilaian :

Pada serviks dinilai ukuran, permukaan, warna dan kontur. Selain itu juga dilihat adanya massa,
ulkus, discharge. Pemeriksaan pap smear juga bisa dilakukan untuk memeriksa sitologi serviks.
Pada vagina dinilai dinding vagina, rugae, infeksi, kista, dan benda asing.

c. Pemeriksaan Bimanual:

Pemeriksaan panggul bimanual (vaginal toucher) dilakukan dengan memasukkan tangan


pemeriksa ke dalam liang vagina sesuai sumbu vagina secara lembut dan perlahan. Sebelumnya
beri lubrikan dan desinfektan pada jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan yang akan
digunakan untuk pemeriksaan.Ibu jari dan telunjuk tangan kiri menggeser labia mayora ke sisi
kiri dan kanan, sehingga pemeriksa mudah memasukkan jari telunjuk dan jari tengan tangan
1,8
kanan ke dalam introitus vagina.
Setelah tangan kanan masuk, tangan kiri berpindah ke suprapubik. Letakkan telapak tangan
pada suprapubik, dan dengan sedikit tekanan menunjuk langsung pada organ yang diperiksa.
A B

C D
Gambar 2.6 Pemeriksaan Bimanual. 8

13
• Palpasi dimulai dari vagina hingga forniks, serviks uteri, uterus, adneksa atau parametrium
dan seluruh rongga panggul.
• Setelah tangan dikeluarkan, lakukan palpasi organ reproduksi eksternal (vulva, dsb).
• Pemeriksaan harus dilakukan secara sistematis dan berurutan.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan pelvis bimanual :
• Vagina :
– Kelainan pada daerah introitus vagina (kista Bartolini, abses Bartolini)
– Kekuatan dinding vagina
– Sistokel atau rektokel, dan kista Gardner
– Permukaan dan kondisi rugae (ulkus, tumor dan fistula)
– Kelainan kongenital
– Penonjolan forniks atau kavum Douglasi
• Serviks uteri
– Permukaan (sikatriks, ulkus, tumor)
– Ukuran dan bentuk serviks uteri
– Konsistensi (kenyal, lunak, tanda Hegar)
– Kanalis servikalis terbuka atau tertutup
– Mobilitas
– Nyeri pada pergerakan
• Uterus
– Bentuk uterus
– Ukuran atau dimensi uterus
– Posisi uterus (anteversi, retroversi, antefleksi, retrofleksi, sinistro atau dekstroposisi)
– Konsistensi (padat, lunak)
– Permukaan uterus (bernodul, rata)
– Mobilitas
– Tumor (bentuk, ukuran, konsistensi)
– Kelainan kongenital
• Parametrium
– Struktur adneksa (tuba, ovarium)
– Parametrium (melebar, memendek)
– Nyeri pada palpasi
14
– Tumor (lokasi, ukuran, permukaan, konsistensi, mobilitas, hubungan dengan jaringan
lain)
– Keganasan

d. Pemeriksaan rectovaginal

Pemeriksaan ini dilakukan pada beberapa indikasi seperti, nyeri pelvik, adanya massa pelvis,
gejala pada rektum dan pada skrining ca kolon. Pada pemeriksaan ini, jari telunjuk dimasukkan
ke dalam vagina dan jari tengah ke dalam rektum. Posisikan jari seperti menggunting dan meraba
septum untuk menilai adanya luka. Kemudian jari telunjuk dikeluarkan, dan jari tengah
melakukan perabaan diseluruh rektum untuk mendeteksi massa. 1,6,9

Gambar 2.9 Pemeriksaan Rektovaginal. 6

II.3 Pemeriksaan Penunjang

2.3.1 Sonografi transvaginal.

Dipakai untuk memantau pertumbuhan folikel serta pengambilan ovum pada pasien infertilitas
dan merupakan pelengkap bagi sonografi abdominal. Sonografi transvaginal dapat menilai
bentuk, ukuran, dan letak organ atau massa, akan tetapi tidak dapat menilai mobilitas organ atau
massa tersebut dan tidak dapat dipakai pada pasien yang masih virgo. 1,6
15
2.3.2 Kolposkopi

Penderita dalam letak litotomi, lalu dipasang speculum. Portio dibersihkan dari lendir dengan
larutan cuka 2% atau dengan larutan nitras argenti 5% atau dilakukan percobaan schiller terlebih
dahulu. Tampak jelas batas antara epitel berlapis gepeng dari ektoserviks dan mukosa dari
endoserviks. Apabila ada lesi tampak jelas pula batas antara daerah yang normal dan yang tidak
normal. Muara kelenjar-kelenjar endoserviks dapat dilihat pula, dan dengan kenyataan ini dapat
jelas dibedakan antara erosio dan karsinoma. 1,6

II.5 Pemeriksaan Tambahan

Pemeriksaan tambahan yang kadang kala dilakukan pada saat pemeriksaan ginekologis adalah :
– Pap’s smear (Papanicolou swab)
– IVA Test (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
– Uji Fern (Fern test) untuk deteksi ovulasi
– Uji Schiller untuk keganasan vagina dan serviks
– Contoh sediaan untuk pemeriksaan mikrobiologi
– Sondase kavum uteri
– Manuver Acosta-Scizon
– Pungsi Douglas (kuldosentesis)
– Kolposkopi
– Histeroskopi

2.4.3 Vaginal Swab


• Getah vagina diambil dengan kapas lidi dari forniks posterior, dimasukkan ke dalam botol
kecil berisi larutan garam fisiologik (NaCl 0.9%).
• Larutan yang mengandung getah vagina dipusing (centrifuge).
• Satu tetes ditempatkan di kaca objek, ditutup dengan kaca penutup, lalu diperiksa di bawah
mikroskop.
• Pemeriksaan dilakukan untuk mencari Trichomonas vaginalis dan benang-benang (miselia)

16
2.4.4 Pemeriksaan Sitologi Vagina

Gambar 2.8. Kiri : Prosedur pemeriksaan sitologi vagina, kanan : pembuatan apusan.

Untuk deteksi tumor ganas (Pap Smear):


2.4.4.1 Pap Smear
Prosedur Pemeriksaan Pap Smear .
1. Persiapan alat, alat yang akan digunakan, meliputi spekulum Bivalve (cocor bebek),
cytobrush, spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan alkohol
95%.
2. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
3. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior, serviks
uterus, dan kanalis servikalis.
Periksa serviks apakah normal atau tidak. Terlebih dahulu dilakukan tindakan
pengambilan sampel endoserviks (dari kanalis servikalis), karena kandungan musin
yang banyak mencegah pengeringan sel. Ini penting, terutama bila sampel sel berada
dalam satu kaca benda. Sangat dianjurkan mengambil bahan endoserviks dengan
cytobrush, pengambilan dengan lidi kapas (cotton bud). Setelah diyakinkan cytobrush
mencakup keseluruhan kanalis servikalis dilakukan pemutaran sehingga sel melekat
pada sikat tersebut. Sel yang diperoleh dipindahkan ke kaca benda dengan memutar
cytobrush (bukan dengan menggesek lurus) sehingga mengisi sebagian kaca benda
yang telah diberi nomor atau nama masing- masing pasien (dianjurkan kaca benda
frosted end atau yang mudah ditulis dengan pencil). Selanjutnya untuk pengambilan
bahan ektoserviks dengan spatula Ayre (ujung yang pendek) dimasukkan ke dalam
endoserviks sedalam mungkin, dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360̊ searah jarum
jam. Bila pada pemeriksaan atau inspekulo ditemukan kelainan cerviks bermakna,
dilakukan pengambilan sampel khusus (diagnostic pap smear). Sediaan yang telah
17
didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah diberi tanda dengan
membentuk sudut 45̊ satu kali usapan. Masukkan segera (dalam hitungan detik)
apusan pada kaca benda ke dalam botol berisi cairan fiksasi etil alkohol, di beberapa
negara fiksasi dilakukan dengan semprotan (spray fiksatif, bukan hair spray). Bila
sediaan apus akan dikirim dengan pos ke laboratorium sitologi, sediaan direndam di
dalam cairan fiksasi paling sedikit 30 menit, keluarkan dan keringkan di udara
terbuka. Sediaan apus jangan direndam dalam cairan fiksasi lebih dari 1 minggu
karena akan terjadi distorsi sel. Kemudian sediaan yang telah dikeringkan dimasukkan
ke dalam wadah transport dan dikirim ke ahli patologi anatomi. Untuk diproses dan
diperiksa. 1,9
4. Untuk pemeriksaan hormonal, pada wanita pascamenopase beberapa tetes sekret dari
puncak vagina dapat ditambahkan.
5. Kemudian dibuat sediaan apusan di kaca benda bersih yang kedua, untuk mendeteksi
kelainan endometrium.
• Bila mukosa atrofi, spatula sebaiknya dibasahi dahulu dengan larutan garam fisiologis (NaCl
0,9 %). Bila sediaan apus mulai mengering dapat dilakukan rehidrasi dengan meneteskan air
selama beberapa saat sebelum dilakukan fiksasi.
• Lalu dimasukkan ke dalam botol khusus (cuvette) berisi etil alkohol 95%.
• Setelah kira-kira satu jam, kaca objek dikeluarkan dan dikeringkan, dilakukan pulasan
menurut Papanicolou.

2.4.4.2 Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat (IVA TEST)


Inspeksi visual dengan asam asetat adalah pemeriksaan serviks secara langsung dengan
mata telanjang, tanpa menggunakan alat pembesar setelah serviks diusap dengan asam asetat 3-
5%. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya lesi prakanker atau kanker
melalui perubahan warna epitel serviks menjadi putih, yang disebut acetowhite. 7
Adanya metaplasia skuamosa atipik pada serviks akibat stimulus onkogen dalam
perkembangan sel yang mengalami metaplasia akan menampakkan daerah peralihan yang atipik.
Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan nisbah inti sitoplasma. Peningkatan ini berakibat
berkurangnya kemampuan sinar untuk menembus epitel. Epitel akan tampak putih yang segera
terlihat setelah serviks diusap dengan asam asetat 3-5%. Efek asam asetat akan menyebabkan
dehidrasi sel akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler yang
18
bersifat hipertonik ini akan menarik cairan intraseluler sehingga membran sel akan kolaps dan
jarak antar sel semakin dekat. Epitel kolumnar akan menjadi plumper (gemuk) setelah pemberian
asam asetat, sehingga sel-sel mudah terlihat. Sel yang mengalami displasia paling terpengaruh
terhadap pemberian asam asetat karena memiliki inti yang besar dan kromatin dengan kandungan
protein tinggi. Akibatnya bila permukaan sel mendapat sinar, maka sinar tidak akan diteruskan ke
dalam stroma namun akan dipantulkan keluar permukaan sel. Asam asetat juga mempunyai efek
koagulasi protein dalam sitoplasma dan inti sehingga tampak opaque dan putih. Epitel abnormal
memiliki inti dengan kepadatan yang tinggi, sehingga menghambat cahaya untuk menembus
epitel. Hal ini menyebabkan sel akan terlihat berwarna putih (acetowhite) oleh karena warna
kemerahan pada pembuluh darah di bawah epitel tidak terlihat. Inilah yang membedakan hasil
ulasan pada epitel serviks yang normal. Pada keadaan normal, epitel tidak berwarna dan tembus
cahaya. Warna kemerahan yang terlihat merupakan warna pembuluh darah di bawah epitel. 7
Derajat putihnya epitel pada reaksi acetowhite menunjukkan daerah dengan peningkatan
densitas inti yang mencerminkan bertambahnya jumlah, ukuran dan konsentrasi DNA sel yang
abnormal. Semakin tinggi konsentrasi protein, epitel akan semakin putih. Kondisi ini akan
berhubungan langsung dengan derajat displasia. Efek asam asetat akan mencapai puncak sekitar
1-2 menit sesudah aplikasi dan akan menghilang dalam waktu 5 menit. Tindakan pengusapan
asam asetat dapat dilakukan beberapa kali selama pemeriksaan.
Untuk melakukan pemeriksaan IVA dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut :
- Ruang tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi
- Tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada dalam posisi litotomi
- Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
- Spekulum vagina
- Asam asetat 3-5%
- Swab (lidi kapas)
- Sarung tangan
Prosedur pemeriksaan IVA :
- Pasien berada di atas tempat tidur pemeriksaan dalam posisi litotomi.
- Pemeriksa duduk di depan vulva, dengan sumber cahaya terang berupa lampu sorot di
belakang pemeriksa.
- Visualisasi serviks dengan spekulum cocor bebek kering tanpa pelumas.
- Setelah serviks terlihat jelas, dengan sumber cahaya terang dari belakang pemeriksa, serviks
19
dipulas dengan asam asetat 3-5%. Ditunggu selama 1-2 menit. Dilihat perubahan pada
serviks dengan mata telanjang.
- Pada lesi prakanker akan terlihat warna bercak putih yang disebut acetowhite pada daerah
transformasi (IVA positif). Jika tidak terlihat bercak putih pada daerah transformasi disebut
IVA negatif.
Kategori yang dipergunakan untuk interpretasi hasil pemeriksaan IVA yaitu :

IVA negative : Serviks normal, permukaan epitel licin, tidak ada reaksi acetowhite

Gambar 2.9 IVA Negatif. 9


Inflamasi : Serviks dengan peradangan dan gangguan jinak lainnya (polip).

Gambar 2.10 Inflamasi pada test IVA. 9

IVA Positif : Terlihat bercak putih (rekasi acetowhite). Semakin putih, tebal dan ukuran yang
besar dengan tepi tumpul, semakin berat derajat kelainan.

Gambar 2.11 IVA Positif 9

20
Kanker Serviks : Gambran pertumbuhan massa seperti kembang kol, kemungkinan ditemukan
jaringan nektorik, rapuh mudah berdarah dan gambaran putih yang keras.

Gambar 2.12 Kanker Serviks pada test IVA 9

Bila ditemukan hasil IVA positif di pusat pelayanan kesehatan primer, maka pasien dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi untuk dilakukan konfirmasi diagnosis dengan kolposkopi
atau penatalaksanaan dengan cryotherapy. 8
Sebagai metode skrining, IVA memiliki kelebihan sebagai berikut :
1. Tidak invasif, pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah.
2. Dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di semua tingkat pelayanan, termasuk perawat dan
bidan.
3. Alat yang dibutuhkan sangat sederhana.
4. Hasil didapat dengan segera.
5. Memiliki sensitivitas yang tinggi.
Keterbatasan metode ini adalah tidak diketahuinya jenis perubahan sel pada serviks dan
9
kemungkinan terlewatkan untuk deteksi dini perubahan serviks di daerah endoserviks.

21
BAB 3

KESIMPULAN

Pemeriksaan ginekologi terdiri dari anamnesis, pemeriksaan abdomen, genetalia


eksterna dan interna serta pemeriksaan penunjang dan tambahan yang dimana bisa kita
lakukan guna untuk mengetahui kondisi kesehatan organ genetalia wanita. Pemeriksaan
ginekologi merupakan pemeriksaan yang bermanfaat untuk wanita baik yang sudah atau yang
belum melakukan hubungan seksual guna mendeteksi penyakit-penyakit di organ reproduksi
wanita secara dini.

Pemeriksaan ginekologi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan untuk


menentukan atau mengetahui kondisi organ genitalia wanita, berkaitan dengan upaya
pengenalan atau penentuan ada tidaknya kelainan pada bagian tersebut. Pemeriksaan ini
merupakan rangkaian dari suatu prosedur pemeriksaan yang lengkap sehingga hasil
pemeriksaan ini terfokus pada tampilan genitalia eksterna dan upaya untuk mengetahui arah,
besar, konsistensi uterus dan serviks, kondisi adneksa, parametrium, dan organ-organ di
sekitar genitalia interna (rongga pelvik).

Pemeriksaan ginekologi merupakan pemeriksaan yang aman dilakukan selama


dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya.

22
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta
2. Kenneth.J . 2009. Panduan Ringkas Obstetri William. ECG :Jakarta
3. Derek L.Jones. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Hipokrates :Jakarta
4. Universitas Sumatra Utara. 2014. Anatomi Organ Reproduksi Wanita. Medan. Universitas
Sumatra Utara
5. OpenStax College. 2014. Anatomy and Physiology of the Female Reproductive System.
Texas. Rice University
6. Unkels R. 2010. Gynecological History Taking and Examination. Cambridge Univeristy
7. Juanda D, Kesuma H. Pemeriksaan Metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) untuk
Pencegahan Kanker Serviks. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Volume 2, NO. 2, April
2015: 169-174
8. Anggriani A, Qadariah N. 2010. Pemeriksaan Ginekologi. Makassar: 23-30
9.
Anggaraini, S. Budihartono UR. 2013. Pemeriksaan Ginekologi dan Pap Smear.
Bandung: 30-38

23

You might also like