Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Karena pemeriksaan ginekologik merupakan pemeriksaan yang sangat sensitif bagi pasien
diharapkan para petugas kesehatan jadi lebih berhati-hati dalam melakukannya. Makalah ini
dibuat untuk menambah wawasan pembaca mengenai pemeriksaan ginekologik. 8
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Anatomi Alat Reproduksi Wanita
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan letaknya dekat
ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitive analog dengan penis laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah
menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual. 4,5
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu atau lonjong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra,
kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak
berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi.4,5
f. Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.
Perinium membentuk dasar badan perinium.
g. Kelenjar Bartholini
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah robek. Pada
saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.
3
h. Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah robek, himen
ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lender yang di keluarkan uterus dan darah saat
menstruasi. 4,5
i. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan
ujung bawah labia mayora dan labia minora. Di garis tengah berada di bawah orifisium vagina.
Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan hymen. 4,5
a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang
secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Vagina terletak di depan rectum dan di
belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran muskulo membraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari
muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan. Sel dinding
4
vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman
vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk
mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu
persalinan. 4,5
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih, cekung dan tampak
seperti bola lampu atau buah peer terbalik yang terletak di pelvis minor di antara kandung kemih
dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat.
Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpusuteri yang terletak di atas
kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri
dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding
depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan
kandung kemih. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu perimetrium, miometrium atau
lapisan otot, dan endometrium. 4,5
1) Perimetrium atau membrane serosa
Terdiri dari jaringan epitel yang menutupi struktur luar uterus 5
2) Lapisan otot atau miometrium
Lapisan tebal yang berperan pada kontraksi uterus
Jaringan ototnya terstruktur secara horizontal, vertical dan diagonal yang dimana
berfungsi untuk kontraksi kuat pada saat persalinan dan juga membantu mengeluarkan
darah pada saat fase menstruasi. 5
3) Endometrium
Lapisan terdalam uterus yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan stratum basalis dan
stratum fungsionalis. Stratum basalis adalah lapisan yang tidak terkikis pada saat
menstruasi sedangkan stratum fungsionalis adalah lapisan yang menebal dan terkikis pada
saat fase menstruasi. 5
5
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga suatu
tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas
ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim.
Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa,
muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia. 4
Fungsi tuba fallopi :
Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
Tempat terjadinya konsepsi.
Tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula
yang siap mengadakan implantasi.
d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi,
sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.
2.2.1 Anamnesis
Secara rutin ditanyakan; urutan penderita, sudah menikah atau belum, paritas, siklus
haid, penyakit yang pernah diderita, terutama kelainan ginekologik serta pengobatannya,
dan operasi yang dialami.
Perlu ditanyakan apakah penderita pernah menderita penyakit berat, seperti penyakit
tuberkulosis, penyakit jantung, riwayat penyakit ginjal, penyakit darah, diabetes mellitus, dan
penyakit jiwa, untuk penyakit jiwa perlu cara berkomunikasi sendiri. riwayat operasi non-
ginekologik perlu juga diperhatikan, misainya tiroidektomi, mastektomi, dan apendektomi. 1,2
6
b. Riwayat Obstetrik
Perlu diketahui riwayat kehamilan sebelumnya apakah berakhir dengan keguguran,
ataukah berakhir dengan persalinan; apakah persalinannya normal, diselesaikan dengan tindakan
atau dengan operasi, dan bagaimana nasib anaknya. Infeksi nifas dan kuretase dapat menjadi
sumber infeksi panggul menahun dan kemandulan. Jika perempuan tersebut pernah mengalami
keguguran, perlu diketahui apakah disengaja atau spontan. Perlu juga ditanyakan banyaknya
perdarahan dan apakah telah dilakukan kuretase. 1,2
c. Riwayat Ginekologik
Riwayat penyakit atau kelainan ginekologik serta pengobatannya dapat memberikan
keterangan penting, terutama operasi yang pernah dialami. Apabila penderita pernah diperiksa
oleh dokter lain, tanyakan juga hasil-hasil pemeriksaan dan pendapat dokter itu.1,2
d. Riwayat Haid
Haid merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan seorang perempuan. Perlu
diketahui menarke, siklus teratur atau tidak, lama haid, banyaknya darah waktu haid, disertai
nyeri atar tidak dan menopause. Selalu harus ditanyakan tanggal haid terakhir yang masih
normal. Jika haid terakhirnya tidak jelas normal, maka perlu ditanyakan tanggal haid sebeium itu.
Dengan cara demikian, dicari apakah haid pertama lambat ataukah dia mengalami gangguan haid
seperti amenorea. 1,2
e. Keluhan Sekarang
Mendengar keluhan penderita sangat penting untuk pemeriksaan. Pertanyaan yang sangat
sederhana seperti "untuk apa datang kemari?" atau "apa keluhan ibu?" dapat memberikan
keterangan banyak ke arah diagnosis. Misalnya, apabila seorang perempuan mengatakan bahwa
ia mengeluarkan darah dari kemaluan setelah haid terlambat, bahwa peranakannya turun atau
keluar, bahwa ia mengalami perdarahan teratur dan berbau busuk, maka dalam hal demikian
kiranya tidaklah sulit untuk menduga kelainan apa yang sedang dialami oleh penderita, seperti
abortus, prolaps, dan karsinoma serviks uteri. Namun, pemeriksaan lebih lanjut harus tetap
dilakukan karena diagnosis tidak boleh semata- mata berdasarkan anamnesis saja. 1,2
7
f. Perdarahan
Perdarahan yang sifatnya tidak normal sering dijumpai. Perlu ditanyakan apakah
perdarahan itu ada hubungannya dengan siklus haid atau tidak, banyaknya dan lamanya
perdarahan. Jadi, perlu diketahui apakah yang sedang dihadapi itu, menoragia, "spotting"
hipermenorea, polimenorea, hipomenorea, oligomenorea ataukah metroragia. Perdarahan yang
didahului oleh haid yang terlambat biasanya disebabkan oleh abortus,kehamilan mola, atau
kehamilan ektopik. Talaupun demikian, kemungkinan perdarahan karena polip, erosi portio, dan
karsinoma serviks tidak dapat disingkirkan begitu saja tanpa pemeriksaan yang teliti. 1,2
h. Rasa Nyeri
Rasa nyeri di perut, panggul, pinggang, alat-alat kelamin luar dapat merupakan gejala dari
beberapa kelainan ginekologik. Walaupun rasa nyerinya biasanya hebat sesuai dengan beratnya
penderitaan, dokter selalu harus waspada. Dismenorea yang dapat dirasakan di perut bawah atau
di pinggang dapat bersifat seperti mules-mules seperti ngilu, atau seperti ditusuk-tusuk.
Mengenai hebatnya rasa nyeri yang diderita, perlu ditanyakan apakah perempuan itu dapat
melakukan pekerjaannya sehari-hari ataukah dia sampai harus berbaring meminum obat-obat anti
nyeri. Rasa nyeri itu dapat timbul menjelang haid, sewaktu dan setelah haid selama satu dua hari,
atau lebih lama. Miksi
8
i. Defekasi
Beberapa penyakit yang berasal dari rektum dan kolon sigmoid sering menimbulkan
kesulitan dalam diagnosis penyakit ginekologik. Misalnya, divertikulitis dan karsinoma sigmoid
kadang-kadang sukar dibedakan dari tumor ganas ovarium, terutama dalam stadium lanjut. OIeh
karena itu, penderita harus selalu ditanya tentang buang air besarnya, apakah ada kesulitan
defekasi; apakah disertai nyeri, ataukah fesesnya encer disertai lendir, nanah, atau darah. Pada
inkontinensia alvi, feses dapat keluar dari vagina dan dari anus. Keluarnya feses dari kemaluan
menunjukkan adanya fistula rektovaginalis. Perempuan yang pernah mengalami ruptur perinei
tingkat III waktu bersalin, yang tidak dijahit dengan baik, sering tidak dapat menahan keluarnya
kotoran karena terputusnya muskulus sfingter ani eksterna. 1,2
10
- Lebarkan labia, warna kedua labia sama dan teksturnya padat pada usia dewasa, dan
mengalami atrofi pada masa menopause. Dan pada perabaan labia terasa kenyal.
- Pada wanita yang belum pernah hamil labia mayornya akan bertemu di midline dan
menutup labia minor. Dan akan menjadi lebih lembek setelah melahirkan anak.
Kanker pelvik dan infeksi bisa meluas ke kelenjar limfa inguinal dan ini harus dipalpasi dalam
pemeriksaan. Inspeksi perineum dilakukan mulai dari daerah mons pubis secara ventral, ke
lipatan genito crural secara lateral dan menuju ke anus. Infeksi dan neoplasma yang terjadi pada
vulva juga akan menjalar ke kulit perianal, sehingga daerah ini harus diinspeksi. Beberapa klinisi
juga memeriksa kelenja bartholini dan parauretra. Gejala pasien dan adanya ketidaksimetrisan
menunjukkan pasien ini perlu pemeriksaan lebih lanjut. 1,6
11
b. Pemeriksaan Spekulum
Persiapan
Lampu
Spekulum
Handschoen
Lubrikan
Perlengkapan sitologi : medium, spatel, cytobrush, kaca objek, fiksasi
KOH 10% dan NaCl
Media transpor untuk klamidia dan gonore
Proctoswab dan cotton swab
Media transpor untuk uji HPV
Kertas uji PH
12
Prosedur:
Penilaian :
Pada serviks dinilai ukuran, permukaan, warna dan kontur. Selain itu juga dilihat adanya massa,
ulkus, discharge. Pemeriksaan pap smear juga bisa dilakukan untuk memeriksa sitologi serviks.
Pada vagina dinilai dinding vagina, rugae, infeksi, kista, dan benda asing.
c. Pemeriksaan Bimanual:
C D
Gambar 2.6 Pemeriksaan Bimanual. 8
13
• Palpasi dimulai dari vagina hingga forniks, serviks uteri, uterus, adneksa atau parametrium
dan seluruh rongga panggul.
• Setelah tangan dikeluarkan, lakukan palpasi organ reproduksi eksternal (vulva, dsb).
• Pemeriksaan harus dilakukan secara sistematis dan berurutan.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan pelvis bimanual :
• Vagina :
– Kelainan pada daerah introitus vagina (kista Bartolini, abses Bartolini)
– Kekuatan dinding vagina
– Sistokel atau rektokel, dan kista Gardner
– Permukaan dan kondisi rugae (ulkus, tumor dan fistula)
– Kelainan kongenital
– Penonjolan forniks atau kavum Douglasi
• Serviks uteri
– Permukaan (sikatriks, ulkus, tumor)
– Ukuran dan bentuk serviks uteri
– Konsistensi (kenyal, lunak, tanda Hegar)
– Kanalis servikalis terbuka atau tertutup
– Mobilitas
– Nyeri pada pergerakan
• Uterus
– Bentuk uterus
– Ukuran atau dimensi uterus
– Posisi uterus (anteversi, retroversi, antefleksi, retrofleksi, sinistro atau dekstroposisi)
– Konsistensi (padat, lunak)
– Permukaan uterus (bernodul, rata)
– Mobilitas
– Tumor (bentuk, ukuran, konsistensi)
– Kelainan kongenital
• Parametrium
– Struktur adneksa (tuba, ovarium)
– Parametrium (melebar, memendek)
– Nyeri pada palpasi
14
– Tumor (lokasi, ukuran, permukaan, konsistensi, mobilitas, hubungan dengan jaringan
lain)
– Keganasan
d. Pemeriksaan rectovaginal
Pemeriksaan ini dilakukan pada beberapa indikasi seperti, nyeri pelvik, adanya massa pelvis,
gejala pada rektum dan pada skrining ca kolon. Pada pemeriksaan ini, jari telunjuk dimasukkan
ke dalam vagina dan jari tengah ke dalam rektum. Posisikan jari seperti menggunting dan meraba
septum untuk menilai adanya luka. Kemudian jari telunjuk dikeluarkan, dan jari tengah
melakukan perabaan diseluruh rektum untuk mendeteksi massa. 1,6,9
Dipakai untuk memantau pertumbuhan folikel serta pengambilan ovum pada pasien infertilitas
dan merupakan pelengkap bagi sonografi abdominal. Sonografi transvaginal dapat menilai
bentuk, ukuran, dan letak organ atau massa, akan tetapi tidak dapat menilai mobilitas organ atau
massa tersebut dan tidak dapat dipakai pada pasien yang masih virgo. 1,6
15
2.3.2 Kolposkopi
Penderita dalam letak litotomi, lalu dipasang speculum. Portio dibersihkan dari lendir dengan
larutan cuka 2% atau dengan larutan nitras argenti 5% atau dilakukan percobaan schiller terlebih
dahulu. Tampak jelas batas antara epitel berlapis gepeng dari ektoserviks dan mukosa dari
endoserviks. Apabila ada lesi tampak jelas pula batas antara daerah yang normal dan yang tidak
normal. Muara kelenjar-kelenjar endoserviks dapat dilihat pula, dan dengan kenyataan ini dapat
jelas dibedakan antara erosio dan karsinoma. 1,6
Pemeriksaan tambahan yang kadang kala dilakukan pada saat pemeriksaan ginekologis adalah :
– Pap’s smear (Papanicolou swab)
– IVA Test (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
– Uji Fern (Fern test) untuk deteksi ovulasi
– Uji Schiller untuk keganasan vagina dan serviks
– Contoh sediaan untuk pemeriksaan mikrobiologi
– Sondase kavum uteri
– Manuver Acosta-Scizon
– Pungsi Douglas (kuldosentesis)
– Kolposkopi
– Histeroskopi
16
2.4.4 Pemeriksaan Sitologi Vagina
Gambar 2.8. Kiri : Prosedur pemeriksaan sitologi vagina, kanan : pembuatan apusan.
IVA negative : Serviks normal, permukaan epitel licin, tidak ada reaksi acetowhite
IVA Positif : Terlihat bercak putih (rekasi acetowhite). Semakin putih, tebal dan ukuran yang
besar dengan tepi tumpul, semakin berat derajat kelainan.
20
Kanker Serviks : Gambran pertumbuhan massa seperti kembang kol, kemungkinan ditemukan
jaringan nektorik, rapuh mudah berdarah dan gambaran putih yang keras.
Bila ditemukan hasil IVA positif di pusat pelayanan kesehatan primer, maka pasien dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi untuk dilakukan konfirmasi diagnosis dengan kolposkopi
atau penatalaksanaan dengan cryotherapy. 8
Sebagai metode skrining, IVA memiliki kelebihan sebagai berikut :
1. Tidak invasif, pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah.
2. Dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di semua tingkat pelayanan, termasuk perawat dan
bidan.
3. Alat yang dibutuhkan sangat sederhana.
4. Hasil didapat dengan segera.
5. Memiliki sensitivitas yang tinggi.
Keterbatasan metode ini adalah tidak diketahuinya jenis perubahan sel pada serviks dan
9
kemungkinan terlewatkan untuk deteksi dini perubahan serviks di daerah endoserviks.
21
BAB 3
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta
2. Kenneth.J . 2009. Panduan Ringkas Obstetri William. ECG :Jakarta
3. Derek L.Jones. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Hipokrates :Jakarta
4. Universitas Sumatra Utara. 2014. Anatomi Organ Reproduksi Wanita. Medan. Universitas
Sumatra Utara
5. OpenStax College. 2014. Anatomy and Physiology of the Female Reproductive System.
Texas. Rice University
6. Unkels R. 2010. Gynecological History Taking and Examination. Cambridge Univeristy
7. Juanda D, Kesuma H. Pemeriksaan Metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) untuk
Pencegahan Kanker Serviks. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Volume 2, NO. 2, April
2015: 169-174
8. Anggriani A, Qadariah N. 2010. Pemeriksaan Ginekologi. Makassar: 23-30
9.
Anggaraini, S. Budihartono UR. 2013. Pemeriksaan Ginekologi dan Pap Smear.
Bandung: 30-38
23