You are on page 1of 1

KASUS

An. A seorang pengamen jalanan masuk panti rehabilitasi pada tanggal 19 Juni 2012 pukul
13:00 WIB setelah dirazia oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP) di Sekitaran Stasiun Jati Negara,
Bekasi karena kedapatan sedang “ngelem” bersama teman-teman ngamennya. Kemudian klien
dilakukan wawancara dan pemeriksaan lebih lanjut oleh petugas panti rehabilitasi. Setelah dilakukan
wawancara, didapatkan data sebagai berikut :

Klien berusia 12 tahun berasal dari keluarga kurang mampu dan tinggal di lingkungan kumuh
di dekat TPS. Sehari-hari klien bekerja sebagai pengamen jalanan bersama anak-anak sebayanya yang
juga berasal dari keluarga kurang mampu. Klien mengaku dulu pernah sekolah sampai kelas 2 SD
kemudian tidak melanjutkan karena tidak ada biaya. Orang tuanya kemudian menuntut klien untuk
membantu mencari nafkah di jalanan.

An. A dan teman-temannya biasa melakukan kegiatan yang tidak biasa/menyimpang dari anak
normal seusianya, disela-sela waktu istirahat ngamen, klien sering “ngelem” di pingggir jalan bersama
dengan teman-temanya. Awalnya hanya karena ikut-ikutan anak jalanan lain dan mulai penasaran
dengan efek yang ditimbulkan. Kemudian klien mulai “ngelem” bersama teman-teman pengamennya
dan lam-kelamaan kebiasaan tersebut menjadi rutinitas klien dan teman-temannya setiap hari,
bahkan terkadang dengan “ngelem” tersebut mereka merasa tidak pernah lelah untuk mencari uang
dijalanan. Kebiasaan “ngelem” ini merupakan kebiasaan yang biasa mereka gunakan untuk
mengalihkan segala masalah yang mereka hadapi, termasuk melupakan rasa lapar karena berhari-hari
tidak makan. Mereka juga mengungkapkan dengan “ngelem” mereka akan menjadi lebih
bersemangat, percaya diri, berenergi. Suatu hari klien tidak ngelem selama sehari karena ia merasa
tidak enak badan, kemudian klien merasa sangat tersiksa dan merasa badan berkeringat dingin,
pusing, gemetaran, dan merasa bahwa hidupnya berat sekali.

Masalah :

Dari hasil wawancara dengan An. A terbukti bahwa klien melakukan penyalahgunaan zat
termasuk inhalasi. Pasien menggunakan lem sebagai zat yang kemudian dihirup dan kemudian
menikmati sensasi yang dihasilkan dari “ngelem” tersebut. Dengan kebiasaan itu, pasien bisa
melupakan sejenak rasa capai dan beban hidupnya.

Berdasarkan data wawancara dengan klien, maka perlu adanya pengkajian lebih lanjut untuk
menegakkan diagnosa dan membuat rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan napza :
inhalasi.

You might also like