You are on page 1of 186
BJU ce mecxel alex IImu Pengetahuan KOSMETIK Dr. Retno Iswari Tranggono, SpKK Dra. Fatma Latifah, Apt. Editor: Joshita Djajadisastra, Pharm., MS, Ph.D. BUKU PEGANGAN ILMU PENGETAHUAN KOSMETIK Dr. Retno Iswari Tranggono, SpKK Dra. Fatma Latifah, Apt. Editor: Joshita Djajadisastra, Pharm., MS., Ph.D. GM 203 07.008 Desain Sampul: © 2007, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama JI. Palmerah Barat 33-37, Jakarta 10270 Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Anggota IKAPI, Jakarta 2007. Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. ISBN-10: 979-22-2766-0 ISBN-13: 978-979-22-2766-6 Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan. Daftar Isi Prakata xi Bab 1 Pencantar KosmMetovogr L.Pendahuluan 2. Sejarah Kosmetik 3. Sejarah Kosmetologi Medik di Indonesia 4. Kosmetik, Obat dan Medicated Cosmetics 5. Penggolongan Kosmetik Bab 2 Kosmenk pan Kuyp A. Anatomi dan Fisiologi Kulit N w . Struktur dan Fungsi Kulit Nia ula be =Gambaran Umum Kulit 91 - Keratinisasi ~ Susunan Kimia Kulit dan Keratin -s PARSE isis Patel ~ Empat Tipe Ikatan dalam Keratin - Kelenjar Keringat dan Perspirasi - Kelenjar Sebasea dan Sebum - Pembuluh Darah - Limfe dan Saraf . Fisiologi dan Biokimia Kulit - Pernapasan Kulit - Mantel Asam Kulit ~ Fungsi Mantel Asam Kulit - Mantel Lemak Kulit - Sistem Pengaturan Air Kulit - Permeabilitas dan Penetrasi Kulit , Fungsi Biologik Kulit - Proteksi - Thermoregulasi - Persepsi Sensori 15 16 16 17 17 18 18 19 20 21 23 25 26 26 26 26 EP Ke Buu PecANcaN lamu PenceTanuan KosHeTi« Vi - Absorbsi 27 - Fungsi Lain 27 4, Warna Kulit 27 - Warna Kulit 27 - Mekanisme Pigmentasi 27 - Intensitas Warna Kulit 29 - Sinar Matahari dan Melanogenesis 30 5. Proses Menua pada Kulit 30 6. Metode Pemeriksaan Kulit 32 - Klasifikasi Kulit 32 - Metode Non Invasif 32 B. Kosmenx, Ramaur pan Kuku 33 1, Rambut 33, - Anatomi Rambut 34 - Pertumbuhan Rambut 35 -Jumlah Rambut di Kepala 36 - Bentuk Rambut 36 - Warna Rambut 37 - Kesehatan Rambut 38 2. Fungsi dan Struktur Kuku 38 - Fungsi dan Fisiologi Kuku 38 Bab 3 Reaksi Kulit terhadap Kosmetik 41 1._Empat Faktor yang Berpengaruh pada Kulit (The Science of Beauty, Retno .S Tranggono 1983) 43 2. Reaksi Negatif Kosmetik pada Kulit 44 3._Daftar Kosmetik yang Dapat Menimbulkan Reaksi Negatif pada Kulit 47 4. Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Memproduksi Kosmetik 49 Bab 4 Penyiapan Kosmetik 51 A. Kosmetik Pembersih 53 1. Pendahuluan 53 2. Kosmetik Pembersih Kulit yang Didasarkan pada Air 53 3. Kosmetik Pembersih Kulit yang Didasarkan pada Surfaktan 54 4, Kosmetik Pembersih Kulit yang Didasarkan pada Minyak 62 5. Kosmetik Pembersih Kulit dalam Bentuk Padat (Solid Cleanser) 66 vil Dattar let ws 6. Kosmetik Pengampelas/Penipis Kulit 67 7. Kosmetik Pembersih Rambut dan Kulit Kepala 68 B. Kosmetik Pelembab dan Pelindung 75 1. Kosmetik Pelembab 75 2. Mengapa Kulit Perlu Dilembabkan? 76 3. Faktor yang Menyebabkan Dehidrasi Kulit 77 4, Macam-macam Kosmetik Pelembab Kulit 78 5, Kosmetik Pelindung 81 6. Preparat untuk Melindungi Kulit dari Radiasi Sinar Ultraviolet Matahari 81 7. Preparat yang Melindungi Kulit dari Kelukaan secara Mekanis 87 C. Kosmetik Dekoratif 90 1. Pembagian Kosmetik Dekoratif 90 2. Peranan Zat Pewarna dalam Kosmetik Dekoratif 91 3. Perona Pipi 93 4. Eye Shadow 96 5. Maskara 97 6. Pensil Alis 99 7. Lipstik 100 8. Cat Kuku 103 9. Bedak 104 10 Krim Dasar Bedak 106 11. Alas Bedak 108 12. Tata Rias Penutup Garis-Garis Keriput 112 13. Kosmetik Dekoratif untuk Rambut 113 Bab 5 Kosmetik Medik 115 1. Pendahuluan 17 2. Bahan Aktif 18 3. Bahan Kompleks yang Mengandung Bahan Aktif 125 4, Bahan Kompleks Alam secara Individual 126 5. Persyaratan Bagi Kosmetik Pengobatan 128 6. Preparat Khusus 129 7, Sistem Pengantaran 134 aR Buxu Pecanoan lumu Pencetanuay Kosmerik Vili Bab 6 Aspek Mikrobiologis & Bahan Pengawet Kosmetik 139 A. Aspek Mikrobiologis Kosmetik 141 1, Pendahuluan 141 2. Bakteri dan Jamur 141 3. Mikroorganisme pada Permukaan Kulit 143 4. Desinfektan 145 5. Kontaminasi Kosmetik oleh Mikroorganisme 150 B. Bahan Pengawet Kosmetik 152 1. Pendahuluan 152 2. Mengapa Diperlukan Pengawetan 153 3. Dua Bahan Pengawet yang Diawasi dengan Ketat 153 4. Efek Mikroorganisme pada Kesehatan 154 5. Empat Kategori Mikroorganisme 154 6. Lingkungan Hidup Mikroorganisme 155 7. Efek Bahan Pengawet 155 8. Peranan Bahan Pengawet pada pH 156 9. Kelarutan Pengawet 157 10. Efek Bahan yang Lain 157 11. Sifat-Sifat Bahan Pengawet Ideal 158 12. Bahan-Bahan Pengawet 160 Bab 7 Tes Keamanan Kosmetik 163 1. Pendahuluan 165 2. Patch Test 166 3. Open Test 167 4. Tes Potensi Iritasi pada Kulit 167 a. Draize Test 167 b. Freund’s Complete Adjuvant Test (FCAT) 168 c. Guinea Pig Maximization Test (GPMT) 168 d. Buhler Test 169 e. Open Epicutaneous Test (OET) 169 5. Iritasi pada Mata 170 6. Phototoxicity 171 7. Tes Iritasi untuk Sabun dan Detergent Bars 172 8. Tes Toleransi terhadap Detergen dalam Sampo 174 9. Tes untuk Potensi Menimbulkan Komedo atau Jerawat 175 ix DaitarIsi Bab 8 Bagaimana Memproduksi Kosmetik 1, Pemilihan Formula 2. Pemilihan Metode Pembuatan 3. 4 5. Rencana Pembesaran Batch . Proses Produksi . Kontrol Kualitas Bab 9 Ringkasan CPKB sebagai Pedoman Kontrol Kualitas 1, . Personalia . Bangunan 10. CEN AARWN Ketentuan Umum Peralatan, Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan Mutu Inspeksi Diri Penanganan terhadap Hasil Pengamatan, Keluhan, dan Laporan Kosmetik yang Beredar Dokumentasi Daftar Gambar Daftar Pustaka Tentang Penulis 189 191 193 195 196 196 197 199 202 206 207 209 211 217 223 PRAKATA Buku Pegangan IImu Pengetahuan Kosmetik Kosmetik telah dipakai secara luas di Indonesia. Ilmu dan teknologi dalam dunia Kosmetik juga terus berkembang. Karena itu, pada tahun 1970 saya mendirikan Sub Bagian Kosmetik dan Bedah Kulit di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fekultas Kedokteran Universitas Indonesia yang belum pernah ada dalam kurikulum pendidikan Kedokteran di Indonesia, bahkan masih jarang ada di dunia. Ketertarikan saya yang besar terhadap kosmetik dan keinginan untuk membuat suatu wadah bagi para ilmuwan kosmetik memotivasi saya untuk menjadi Ketua dan salah satu dari 9 pendiri Himpunan Ilmuwan Kosmetik Indonesia (HIKI) yang dibentuk dan disahkan di Jakarta pada tanggal 14 De- sember 1986. HIKI adalah Organisasi profesi ilmiah yang bergerak di bidang kosmetik dan dibawah naungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPID), dan berafiliasi dengan organisasi kosmetik International The International Fe- deration of Societies of Cosmetic Chemists (IFSCC) yang berkedudukan di London, Inggris, sejak tahun 1987 dan menjadi anggota ke-27 organisasi dunia itu, HIKI bertujuan menjadi wadah komunikasi ilmiah antara ilmuwan kosmetik, sehingga dapat memberikan sumbangan yang bermakna dalam meningkatkan keilmuan dan teknologi kosmetik para anggota dan masyarakat lainnya, memajukan dan mengembangkan iptek kosmetik, dan meningkatkan pelayanan serta mutu kosmetik bagi masyarakat Indonesia. Seiring dengan makin berkembangnya kosmetik di Indonesia, buku mengenai ilmu kosmetik menjadi kebutuhan yang perlu dipenuhi. Ketika saya diminta untuk menjadi pengajar mata kuliah kosmetologi di Jurusan Farmasi FMIPA UI pada tahun 1990 oleh Dra. H. Farida Ibrahim, otomatis saya harus mempersiapkan segala materi yang dibutuhkan untuk kuliah tersebut. Akhirnya atas kesadaran aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. ee ae Buu Pecancan lum Penceranuan Kosmerik iV Dra. Siti Suyatmi yang juga merupakan salah satu pengajar mata kuliah teknologi kosmetik; kepada civitas akademika Fakultas Kedokteran UI Bagian Kulit dan Kelamin, Sub Bagian Kosmetik dan Bedah Kulit atas dukungannya, sehingga pendirian Sub Bagian Kosmetik & Bedah Kulit di tahun 1970 dapat terlaksana dan berkembang sampai saat ini dan mendapat pengakuan; kepada segenap pengurus (HIKI) Himpunan Ilmuwan Kosmetik Indonesia, di antaranya Dra. Rahayu Chosdu, MM.; Ibu DR Joshita Djajadisastra, MS,Ph.D, Ibu Dra. Yanti Mariana, Esika Wahasri, SE,MM, Ibu Dra. Fatma Latifah, Apt, kepada Dr. Yulia Hana atas bantuannya selama ini; kepada Wira Weti, A.Md, Isandra N. Saptari, dan Djatmiko Djoko Handoko dan segenap Pimpinan dan staf dari PT Ristra Indolab atas jerih payahnya; kepada Dyah P. Sitawati, SE beserta Tim Sales & Marketing department PT Ristra Indolab; dan kepada semua pihak yang telah turut membantu, mendorong, dan mendukung terbitnya buku ini. Terima kasih secara khusus saya sampaikan kepada suami saya, Dr. Suharto ‘Tranggono, Sp.KJ.,Sp.KP, dan anak-anak saya, Savitri Pardani Tranggono, MBA, Krishna Nindita Tranggono, M.Sc, MBA, dan Dr. Indira Parwitasari Tranggono Urip, MBA, atas dukungan moril serta pengertian mereka sehingga penulisan dan penerbitan buku ini dapat terlaksana Tak lupa saya haturkan terima kasih kepada para penulis buku dan makalah yang hasil karyanya telah menjadi referensi dalam penulisan buku ini. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para peminat buku ini. Semoga buku ini bisa menambah wawasan dan bermanfaat bagi para pembaca. Dr. Retno 1.S. Tranggono, SpKK Bab | PENGANTAR KOSMETOLOGI Re 3 Pengantar Kosmetologt ws |. Pendahuluan Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pema- kaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu Kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar- besaran pada abad ke-20 (Wall, Jellinek, 1970). Kosmetik menjadi salah satu bagian dunia usaha. Bahkan sekarang teknologi kosmetik begitu maju dan meru- pakan paduan antara kosmetik dan obat (pharmaceutical) atau yang disebut kosmetik medik (cosmeceuticals). Tidak dapat disangkal lagi bahwa produk kosmetik sangat diperlukan oleh manusia, baik laki-laki maupun perempuan, sejak lahir hingga saat meninggalkan dunia ini. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap hari dan di seluruh tubuh, mulai dari rambut sampai ujung kaki, schingga diperlukan persyaratan aman untuk dipakai Banyak profesi dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan kosmetik, seperti: Dalam profesi kedokteran terdapat ahli bedah plastik, dokter gigi, dan dokter ahli kulit. Yang terakhir disebutkan ini melihat kosmetik sebagai produk untuk mencegah kerusakan kulit (untuk perawatan) maupun sebagai produk yang dapat menimbulkan kerusakan kulit. * Abli biologi dan fisiologi, yang mempelajari struktur kulit, rambut, gigi, serta proses yang terjadi di dalamnya. @ Ahli mikrobiologi, yang meneliti masalah pengawetan kosmetik. Abli kimia organik, yang mengembangkan bahan dasar dan bahan baru untuk industri kosmetik. + Ahli kimia fisika, yang mempelajari sifat dan perilaku emulsi serta surfaktan. + Ahli farmasi dan kimia kosmetik (di Indonesia) yang bertanggung jawab atas penyiapan produk-produk kosmetik dan pengembangan produk bara untuk industri kosmetik. Abli penata rambut dan kecantikan, yang mengaplikasikan produk kosmetik untuk pelanggannya. Istilah kosmetik telah dipakai oleh banyak kelompok profesi yang berbeda, sehingga pengertian kosmetik itu sendiri menjadi begitu luas dan tidak jelas. Istilah kosmetologi sudah digunakan sejak tahun 1940 di Inggris, Prancis, dan Jerman. Istilah itu tidak sama artinya bagi tiap profesi yang menggunakannya. Sey Buxy PEGANGAN lumu PeNceTAHUAN KosweTiK 4 Kosmetologi (Jellinek, 1970) diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mem- pelajari hukum-hukum kimia, fisika, biologi maupun mikrobiologi tentang pem- buatan, penyimpanan, dan penggunaan (aplikasi) kosmetik. Selanjutnya, Mitsui (1997) menyebut kosmetologi sebagai ilmu kosmetik (Cosmetic Science) yang baru, yang lebih mendalam, dan menyeluruh. Sejak 40 tahun terakhir, kosmetik berkembang pesat. Industri bahan kimia memberi industri kosmetik banyak bahan dasar dan bahan aktif sementara se- tiap tahun perkembangan-perkembangan baru terus terjadi. Kuantitas dan kua- litas bahan biologis untuk digunakan pada kulit pun semakin meningkat. Mereka yang terjun dalam profesi kedokteran semakin meningkatkan perhatian pada ilmu kosmetik kulit (Cosmetodermatology) serta membangun kerjasama yang saling menguntungkan dengan para ilmuwan kosmetik maupun para ahli kecan- tikan, misalnya dalam hal pengetesan bahan baku atau bahan jadi, dan penyu- sunan formula berdasarkan konsepsi dermatologi atau kesehatan. Pengetahuan para ahli yang mengembangkan produk-produk baru telah ber- ubah secara radikal. Semula, inti pengetahuan mereka berasal dari formulasi- formulasi yang mereka kembangkan sendiri di apotik, salon, rumah, atau mereka warisi dari pendahulu mereka. Namun berkat perkembangan teknologi produk yang makin pesat, satu formula untuk suatu krim yang dapat diterima baik ta- hun ini, misalnya, belum tentu tetap dianggap baik di tahun berikutnya. Karena itu, para ilmuwan kosmetik harus memperbarui ilmu mereka secara kontinu. Mereka harus memahami sifat-sifat permukaan kulit dan rambut dan bagaimana produk kosmetik mempengaruhi jaringan-jaringan tersebut. Selain mengetahui struktur mikroskopis krim serta cara mempengaruhi struktur itu dengan pilihan bahan baku dan emulgator yang tepat, mereka juga harus memahami bagaimana perubahan di dalam struktur mikroskopis itu mempengaruhi sifat makroskopis yang nyata. Dengan demikian, ilmuwan kosmetik diharapkan mengetahui prinsip dasar dermatologi, kimia, maupun fisika. 2. Sejarah Kosmetik Sejak zaman dahulu, ilmu kedokteran telah turut berperan dalam dunia kosmetik dan kosmetologi. Data dari hasil penyelidikan antropologi, arkeologi, dan etnologi di Mesir dan India membuktikan pemakaian ramuan seperti bahan pengawet mayat dan salep-salep aromatik, yang dapat dianggap sebagai bentuk awal kosmetik yang kita kenal sekarang ini, Penemuan tersebut menunjukkan telah berkembangnya keahlian khusus di bidang kosmetik pada masa lalu. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. SE 7 Pengantar Koemetolog! \ secara positif, namun bukan obat. Pada tahun 1982 Faust mengemukakan istilah "Medicated Cosmetics”. Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit diperlukan jenis kosmetik tertentu—bukan hanya obat. Selama kosmetik tersebut tidak mengan- dung bahan berbahaya yang secara farmakologis aktif mempengaruhi kulit, peng- gunaan kosmetik jenis ini menguntungkan dan bermanfaat untuk kulit itu sendiri Contoh: preparat antiketombe, antiperspirant, deodoran, preparat untuk mem- pengaruhi warna kulit (untuk memutihkan atau mencoklatkan kulit), preparat antijerawat, preparat pengeriting rambut, dll. Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakal modem adalah untuk kebersinan pribadi, meningkatkan daya fark melalui make-up, meningkatkan_ rasa percaya di dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang Iain, mencegah penuaan, dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (NewCosmeticScience —,TMitsui) 5. Penggolongan Kosmetik Penggolongan kosmetik antara lain menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, menurut sifat modern atau tradisionalnya, dan menurut kegunaannya bagi kulit. A. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibagi ke dalam 13 kelompok: 1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dll. 2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dil. 3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow dll. 4, Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dll. 5. Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dll. 6. Preparat pewama rambut, misalnya cat rambut, dll. 7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstick, dll. 8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes, dll. 9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dll. 10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dll. 11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dll. ee He Buku Pecanoan Iumu PenoeraHuan Koomerk 8 12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dll. 13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dll. B. Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan: 1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern (termasuk antaranya adalah cosmedics). 2. Kosmetik tradisional: a. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun-temurun. b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar tahan lama. c Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional. C. Penggolongan menurut kegunaanya bagi kulit. 1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics). Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk di dalamnya: a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener). b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturiz- ing cream, night cream, anti wrinkle cream. c Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen foundation, sun block cream/lotion d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misal- nya scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver). 2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up). Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence). Dalam kosmetik riasan, peran zat pewarna dan zat pewangi sangat besar. Selanjutnya kita akan membahas seluk-beluk anatomi dan fisiologi kulit, hu- bungan antara kulit dan kosmetik, berbagai jenis kosmetik, cara memproduksi kosmetik, tes keamanan kosmetik, dan kontrol kualitas atau mutu kosmetik. Bab 2 KOSMETIK DAN KULIT % 11 Kosmetile dan Kulit iy A. ANATOMI DAN Fistotog! Kutt 1, Struktur dan Fungsi Kulit 1.1, Gambaran Umum Kulit Kulit merupakan "selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar. Selain itu, kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang besar (Montagna, Renault, Debreuil). Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter persegi, dengan berat 10 kg jika dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak. Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu: 1. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar. 2. Dermis (korium, kutis, kulit jangat ). Di bawah dermis terdapat subkutis atau jaringan lemak bawah kulit. Para ahli histologi membagi epidermis dari bagian terluar hingga ke dalam menjadi 5 lapisan, yakni: 1. Lapisan Tanduk (Stratum corneum), sebagai lapisan yang paling atas. Lapisan Jernih (Stratum lucidum), disebut juga "lapisan barrier’. Lapisan Berbutir-butir (Stratum granulosum). Lapisan Malphigi (Stratum spinosum) yang selnya seperti berduri yRYN Lapisan Basal (Stratum germinativum) yang hanya tersusun oleh satu lapis sel-sel basal Epidermis Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik karena kosmetik dipakai pada epidermis itu. Meskipun ada beberapa jenis kosmetik yang digunakan sampai ke dermis, namun tetap penampilan epidermis yang menjadi tujuan utama. Dengan kemajuan teknologi, dermis menjadi tujuan dalam kosmetik medik. ee Se Buku PEGANGAN himu PENoETANUAN Koswera 12 Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran | milimeter, misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, dan lapisan yang tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut. Sel- sel epidermis ini disebut keratinosit. 1. Lapisan Tanduk (stratum corneum) terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Secara alami, sel-sel yang sudah mati di permukaan kulit akan melepaskan diri untuk berregenerasi. Permukaan stratum cor neum dilapisi olch suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat asam, disebut Mantel Asam kulit. 2. Lapisan Jernih (stratum lucidum) terletak tepat di bawah stratum commeum, merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin, sangat tampak je- las pada telapak tangan dan telapak kaki. Antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin tipis yang disebut rein's barrier (Szakall) yang tidak bisa ditembus (impermeable). 3. Lapisan Berbutir-butir (stratum granulosum) tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut. Stoughton menemukan bahwa di dalam butir keratohyalin itu terdapat bahan logam, khususnya tembaga yang menjadi katalisator proses pertandukan kulit. 4. Lapisan Malphigi (stratum spinosum atau malphigi layer) memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi ini. 5. Lapisan Basal (stratum germinativum atau membran basalis) adalah lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui dendrit-dendritnya. Satu sel melanosit melayani sekitar 36 sel kera- tinosit. Kesatuan ini diberi nama unit melanin epidermal (Quevedo et al, aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. wee Buku PecANcAaN IuMu PeNceTsHUAN KosmeTik = 14 Protein terpenting adalah albumin, globulin, musin, elastin, kolagen, dan kera- tin. Secara kasar 40 persen dari bahan-bahan yang larut air terdiri dari asam- asam amino bebas (Weber, Lustig, Gohlke, Benk). Menurut peneliti Leonhardi, Glasenapp dan Bruhl, 22 asam amino ditemukan di dalam ekstrak kulit, yaitu asam aspartat, asam glutamat, serine, glycocol, threonine, alanine, tirosin, triptofan, valine, fenilalanin, leucine, lysine, arginine, glutamine, citrulline, histidine, ornithine, taurine, cystine, oxyproline, proline, dan asam alfa-aminobutirat. Scbagai tambahan, asam alfa-pyrolidone karboksilat, suatu produk dehidrasi dari asam glutamat ditemukan di dalam komponen- komponen yang larut dalam air. Kehadiran asam laktat, asam hidrochlorat, di samping asam formiat, asam sitrat dan asam fosfat, juga telah ditetapkan dengan baik. Jika glutamine dan methio- nine hadir dalam jumlah besar, triptofan dapat disintesa di dalam sel. Evolusi sel- sel kulit hidup (bukan sel-sel tanduk yang sudah mati) juga membutuhkan hadirnya asam-asam sitrat, formiat, laktat, chlorida, natrium, kalium, ammonium, urea, kalsium, magnesium, urik dan glukonik, dalam bentuk yang larut dalam air. Sel pada lapisan stratum corneum tersusun oleh keratin yang berasal dari protein, juga merupakan penyusun utama rambut dan kuku manusia. 1.4. Susunan Pokok Kimia Protein Setiap molekul protein tersusun oleh gabungan molekul asam amino, yaitu se- nyawa yang mengandung gugus amino (-NH,) dan gugus karboksil (COOH) membentuk suatu gugus amida (-CONH-). Sampai saat ini sudah ditemukan sekitar 50 asam amino yang berbeda dalam. struktur gugus "R”-nya. Sekitar 30 jenis asam amino telah diidentifikasi sebagai protein-protein alami. Sifat setiap protein ditentukan sebagian besar oleh bentuk molekulnya dan sebagian oleh karakteristik asam amino yang dikandungnya. Gugus "R” sejumlah asam amino tidak reaktif, misalnya R=H (gliserol), R>CH2CH (CH3) 2 (leusin), R=CH2 (C6HS) fenilalanin. Kadang-kadang gugus ”R” adalah fenol, seperti pada terosin, kadang-kadang asam, seperti pada asam glutamat, dan kadang-kadang basa, seperti pada lysine atau arginine, Keratin terbangun dari kelompok-kelompok yang bersifat asam dan basa. Di dalam kajian analitisnya dengan menggunakan sinar-x, Astbury, et. al. (1933) menemukan bahwa kelompok asam amino keratin saling berhubungan mem- bentuk rantai yang panjang dan terjadi dalam bentuk alfa yang tertekuk atau beta yang terentang. Rantai tersebut berhubungan satu sama lain melalui 4 aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. Bab 3 REAKSI KULIT TERHADAP KOSMETIK GR 43° Reaksi Kulit Terhadap Kosmetile a |. EMPAT FAKTOR YANG BERPENGARUH (The Science of Beauty, Retno 1S. Tranggono 1983) Ada 4 faktor yang mempengaruhi hasil pemakaian kosmetik terhadap kulit, baik yang akan memberikan hasil positif yang menguntungkan kulit, atau hasil ne- gatif yang merugikan kulit. Keempat faktor itu adalah: + Faktor manusia « Faktor kosmetik — Faktor lingkungan * — Interaksi ketiga faktor tersebut ~ Faktor manusia Perbedaan ras warna kulit, misalnya antara Asia yang coklat dan Eropa (Kaukasia) yang putih serta pandangan mengenai kecantikan (aesthetic be- havior) yang berbeda menyebabkan efek kosmetik yang berbeda. a. Kurangnya pengetahuan akan seluk-beluk kulit dan seluk-beluk kosmetik dapat menimbulkan kesalahan dalam pemakaian kosmetik. b. Orang-orang tertentu berkulit sensitif sehingga kosmetik yang bagi orang lain tidak berpengaruh apa-apa, baginya dapat menimbulkan iritasi dil. + Faktor kosmetik a. Bahan baku tidak berkualitas tinggi, iritan, alergenik, aknegenik, toksik, dan photosensitizer. b. Formulasi tidak sesuai dengan jenis kulit dan keadaan lingkungan. Se- jumlah bahan, misalnya dalam kosmetik tabir surya (sunscreen), zat pe- warna, dan zat pewangi bersifat photosensitizer jika terkena sinar mata- hari di iklim tropis. c. Prosedur pembuatan tidak canggih dan higienis. ¢ Faktor lingkungan Di negara-negara tropis seperti Indonesia, matahari yang bersinar terik praktis sepanjang hari sepanjang tahun menyebabkan kulit lebih berkeringat dan berminyak. Karena itu, jika kosmetik pelembab (moisturizer) yang lengket berminyak untuk kulit orang Eropa yang kering di iklim dingin digunakan oleh orang Asia, kosmetik ini dapat merangsang terjadinya jerawat (acnegenic). Begitu pula tabir surya yang mengandung PABA (Para Amino Benzoic Acid) yang populer untuk mencoklatkan kulit di Eropa, di Indonesia tidak disukai aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. 45 Reakesi Kulit Terhadap Kosmetile 3. Fotosensitisasi: reaksi negatif muncul setelah kulit yang ditempeli kosmetik terkena sinar matahari karena salah satu atau lebih dari bahan, zat pewarna atau zat pewangi yang dikandung oleh kosmetik itu bersifat photosensitizer. Sejumlah zat pewarna dan zat pewangi di dalam kosmetik riasan (make- up), parfum, dan tabir surya yang mengandung PABA (Para Amino Benzoic Acid) dapat menimbulkan terjadinya reaksi fotosensitisasi pada kulit. 4. Jerawat (acne): beberapa kosmetik pelembab kulit (moisturizer) yang sangat berminyak dan lengket pada kulit, seperti yang diperuntukkan bagi kulit kering di iklim dingin, dapat menimbulkan jerawat bila digunakan pada kulit yang berminyak, terutama di negara-negara tropis seperti Indonesia karena kosmetik demikian cenderung menyumbat pori-pori kulit bersama kotoran dan bakteri. Jenis kosmetik demikian disebut kosmetik aknegenik. 5. Intoksikasi: keracunan dapat terjadi secara lokal atau sistemik melalui peng- hirupan lewat mulut dan hidung, atau lewat penyerapan via kulit, terutama jika salah satu atau lebih bahan yang dikandung oleh kosmetik itu bersifat toksik, misalnya merkuri di dalam kosmetik impor pemutih kulit pearl cream yang sudah dilarang peredarannya di Indonesia oleh pemerintah. Sejumlah parfum dan hair spray juga dapat menimbulkan intoksikasi. 6. Penyumbatan fisik: penyumbatan oleh bahan-bahan berminyak dan lengket yang ada di dalam kosmetik tertentu, seperti pelembab (moisturizer) atau dasar bedak (foundation) terhadap pori-pori kulit atau pori-pori kecil pada bagian-bagian tubuh yang lain. 2.2. Hebatnya Reaksi Negatif pada Kulit Hebatnya reaksi negatif pada kulit akibat kosmetik tergantung pada berbagai faktor, antara lain (Nater, 1983): 1. Lamanya Kontak Kosmetik dengan Kulit Kosmetik yang dikenakan pada kulit untuk waktu lama, misalnya pelembab dan dasar bedak lebih mudah menimbulkan reaksi negatif daripada yang hanya sebentar saja dikenakan pada kulit untuk kemudian segera dihilangkan atau diangkat kembali, misalnya sabun atau sampo yang cepat dibilas dengan air sampai bersih. 2. Lokasi Pemakaian Kulit daerah sekitar mata, misalnya, lebih sensitif terhadap kosmetik karena lebih tipis daripada kulit bagian tubuh lainnya. Karena itu kita perlu lebih waspada dan hati-hati dalam memakai kosmetik pada kulit sekitar mata. Buku Pecanaan lumu PencetaHuan Kosmerik 46, 3. pH Kosmetik Semakin jauh beda antara pH kosmetik dan pH fisiologis kulit (dapat jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah), semakin hebat kosmetik itu menim- bulkan reaksi negatif pada kulit. Karena itu yang terbaik adalah jika pH kosmetik disamakan dengan pH fisiologis kulit, yaitu antara 4,5 - 6,5 (disebut kosmetik dengan pH Balanced ). 4. Kosmetik yang Mengandung Gas Menyebabkan konsentrasi bahan aktif di dalam kosmetik itu lebih tinggi setelah gas menguap. 2.3. Iritasi, Alergi, dan Sensitisasi Silang (Cross Sensitization) Pada dasarnya ada dua tipe reaksi negatif kulit akibat pemakaian kosmetik yang tidak aman, yaitu reaksi toksik dan reaksi intoleransi. Menurut Sidi (1956), reaksi toksik adalah suatu kerusakan pasif pada organisme yang disebabkan oleh kerja dari sejumlah bahan yang bersifat racun. Bahan yang memiliki efek beracun tersebut dikenal sebagai iritan primer dan efeknya disebut iritasi primer, yang terjadi praktis pada semua orang yang dikenai kosmetik tersebut, meskipun tingkat keparahannya tergantung pada kesehatan kulit dan kesehatan umum orang tersebut. Contoh iritan primer misalnya sabun dari asam lemak rendah (asam kaprilat dan asam laurat), garam quaternary ammonium, dan bahan- bahan tertentu dalam parfum (misalnya aldehid alifatik ). Reaksi intoleransi berbeda dari reaksi iritasi primer. Reaksi intoleransi yang se- ring disebut reaksi alergi tidak terjadi pada semua orang yang mengenakan kosmetik yang sama. Bahan penyebab alergi yang ada di dalam kosmetik bukan merupakan clemen primer yang aktif menimbulkan kerusakan, melainkan hanya sebagai faktor pemicu terjadinya reaksi alergi pada orang-orang yang memiliki kelemahan tertentu (predisposisi). Karena itu, bahan penimbul alergi tersebut lebih tepat disebut sensitizer. Sekali pemakaian hanya akan membangkitkan sensitivitas orang yang bersangkutan terhadap pemakaian selanjutnya, sampai akhirnya setelah lama—yang dapat terjadi berminggu-minggu atau berbulan-bulan kemudian se- telah berkali-kali pemakaian—mulai terlihat timbulnya reaksi alergi. Bahan iritan primer dapat juga berlaku sebagai sensitizer jika konsentrasinya sangat rendah. Tetapi harus diketahui, meskipun suatu preparat kosmetik telah dibuat dengan bahan-bahan yang aman bagi kulit dan tidak akan menimbulkan iritasi maupun alergi, belum tentu kosmetik tersebut dalam bentuknya yang sudah jadi (finished product) akan aman jika dipakai bersama dengan kosmetik lain, sebab bila kedua AT — Reakesi Kulit Terhadap Kosmetile ug kosmetik itu dikombinasi di atas kulit dapat saja menimbulkan iritasi. Satu kosmetik dapat membuka jalan bagi terjadinya iritasi oleh kosmetik yang lain. Proses demikian dinamakan sensitisasi silang (cross sensitization). Sidi (1956) memberi contoh, jika terdapat derivat petroleum ketika mewarnai rambut dengan cat rambut yang terbuat dari pigmen, maka akan muncul reaksi yang biasanya tidak terjadi. Di samping itu, jenis bahan pengantar (vehicle) yang dipakai untuk mengan- tarkan suatu bahan, pigmen atau parfum ke kulit, menentukan apakah bahan- bahan itu akan menjadi iritan atau tidak. Suatu pigmen yang oleh kulit akan ditolerir dengan baik jika ada di dalam bedak, dapat menyebabkan iritasi jika berada dalam pengantar berbentuk krim—yang akan menyebabkan kontak yang jauh lebih erat dengan kulit daripada bedak. 3. Daftar Kosmetik yang Dapat Menimbulkan Reaksi Negatif Pada Kulit 3.1. Kosmetik Pemutih Kulit Isi Merkuri Bertahun-tahun lamanya ammoniated mercury 1 - Spersen dalam oinment direkomendasikan sebagai bahan pemutih kulit karena berpotensi sebagai bahan pereduksi (pemucat) warna kulit. Penggunaan kosmetik pemutih kulit isi merkuri di Indonesia meningkat dan populer di kalangan keturunan Cina. Kosmetik pemutih ini datang dari Cina dan disebut pearl cream (krim mutiara), digunakan sebagai foundation atau night cream. Daya pemutihnya terhadap kulit sangat kuat. Tetapi pemerintah Indonesia terpaksa melarang peredaran kosmetik pemutih isi merkuri tersebut karena ternyata toksisitasnya terhadap organ-organ tubuh seperti ginjal, saraf, dan sebagainya, sangat besar. Ada dua jenis reaksi negatif yang terlihat: reaksi iritasi (kemerahan dan pembengkakan kulit) dan reaksi alergi, berupa perubahan wara kulit sampai menjadi keabu-abuan atau kehitam-hitaman, setempat atau tersebar merata. Kulit yang sudah dikelantang (bleaching) menjadi sangat sensitif terhadap sinar matahari, kosmetik yang berwarna, dan parfum. Kadang-kadang timbul juga jerawat karena pearl cream itu sangat lengket pada kulit. Lin J.T. (1982) melaporkan bahwa ribuan artis di Cina menderita noda-noda hitam (hiperpigmentasi) atau pigmented cosmetic dermatitis setelah menggunakan krim mutiara seperti itu. 3.2. Kosmetik Pemutih Kulit Isi Hidrokinon Akhir-akhir ini hidrokinon (hydroquinone) dan derivatnya serta hidrokortison Se Ae Buku PecaNoan limu Penoeranuan Kosmerik 48 direkomendasikan oleh dokter ahli kulit sebagai preparat pemutih kulit atau peluntur pigmen kulit. Tetapi ternyata preparat-preparat itu dapat menimbulkan dermatitis kontak dalam bentuk bercak wama putih yang disebabkan oleh over bleaching, atau sebaliknya, menimbulkan reaksi hiper- pigmentasi. 3.3. Krim Untuk Wajah Krim untuk preparat pembersih, pelembab, alas bedak (foundation), tata rias (make-up), pemerah pipi, dan bedak padat dapat menyebabkan terjadi- nya hiperpigmentasi dan jerawat di wajah. Zat pewarna, pewangi, penge- mulsi, pengawet, dan lanolin dapat bersifat sensitizer. 3.4. Kosmetik Tabir Surya (Sunscreen) Penggunaan kosmetik tabir surya dianjurkan di negara-negara yang penuh sinar matahari. Fungsi tabir surya adalah untuk melindungi kulit dari radiasi ultraviolet dalam sinar matahari, yang dapat menimbulkan berbagai kerusakan pada kulit, seperti penuaan dini, kekeringan, hiperpigmentasi, sampai kanker kulit. Tabir surya yang mengandung PABA (Para Amino Benzoic Acid) populer di negara-negara Barat karena efektif menyerap sinar UV-B dan cepat mencokelatkan kulit. Tetapi untuk kulit Asia/Indonesia, tabir surya isi PABA tidak cocok dan tidak aman karena cepat mencokelatkan kulit dan bersifat photosensitizer. 3.5. Cat Rambut Cukup sering ditemukan terjadinya penyakit kulit kepala dermatitis karena cat rambut. Penyakit ini timbul akibat reaksi parafenildiamin, sejenis zat pewarna tipe oksidasi permanen yang ada di dalam cat rambut. Walaupun kepekaan pemakai terhadap bahan itu telah diuji oleh petugas kecantikan, tetapi tetap tidak bisa dijamin bahwa reaksi tidak akan terjadi. Reaksi alergi oleh cat rambut dapat terjadi beberapa jam setelah pemakaian, biasanya ringan sampai berat, yaitu berupa kemerahan, iritasi, bengkak isi cairan (oedema), persisikan, eksudasi di kulit kepala, wajah, leher, dan kadang- kadang di bahu, dan kelopak mata membengkak serta lunak (puffy). 3.6. Parfum Berbagai jenis parfum dapat menimbulkan dermatitis di tempat aplikasinya. Krim pelembab tangan dan badan, krim wajah, kertas tissue untuk wajah yang berisi parfum dapat menjadi alergen khusus yang menyebabkan reaksi- aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. Buxu Pecanoan lumu Pencetanuay Kosmerik — 50 Namun, produsen kosmetik bukannya sama sekali tak punya harapan dalam menanggulangi masalah alergi ini. Pengalaman menunjukan bahwa banyak bahan lebih sering menimbulkan alergi daripada bahan-bahan lainnya. Antibiotika, garam kinine (dalam losion rambut), garam fenil merkuri (dalam preparat pemutih kulit dan antiseptik), bahan parfum tertentu atau pigmen tertentu termasuk di dalam kelompok alergen. Lanolin, bahan baku yang umumnya sangat berharga, tidak selamanya ditoleransi oleh tubuh, tetapi tidak pernah terjadi peristiwa intoleransi terhadap derivat-derivat lanolin. Sejumlah preparat cat rambut (para phenylene atau para toluene diamine serta derivat-derivatnya) sering sekali menyebabkan reaksi alergi sehingga patch test umumnya selalu diadakan sebelum preparat itu digunakan. Produsen kosmetik dapat mengurangi kemungkinan terjadinya reaksi-reaksi intoleransi produknya dengan cara menghindari pemakaian bahan-bahan yang diketahui dapat menimbulkan reaksi alergi dan dengan melakukan berbagai tes keamanan atas produk-produknya. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. Se ay Buku PEcANGAN lumu Pensetauan Kosmenk 62 Ultrawet - - 8.0 Polimer vinyl methyl ether-maleic 04 2 : Sodium carboxymethylselulosa : 2.50 6.0 Lanolin - - 5.0 Gliserol 50 = - Polyethylene glycol 5.0 3 s Dioxane - - 20.0 Air 90.0 89.0 32.0 Bahan pengawet 0.01 1.0 “ 4. Kosmetik Pembersih Kulit yang Didasarkan pada Minyak Keuntungan kosmetik pembersih kulit yang didasarkan pada minyak antara lain: 1. Lebih efektif dalam membersihkan kotoran yang larut dalam minyak tapi tidak larut dalam air, misalnya make-up. 2. Risiko kulit menjadi kering dan pecah-pecah berkurang, Pembengkakan kulit dan penghilangan lemak kulit oleh pembersih sabun dan air tidak terjadi. 3. Surfaktan yang dikandung dalam kosmetik pembersih kulit yang berdasarkan minyak lebih besar afinitasnya dengan kulit daripada yang berdasarkan air, sehingga daya pembersihnya lebih besar. Sementara, kekurangan kosmetik pembersih kulit yang didasarkan pada minyak adalah: 1, Bahan-bahannya, seperti mineral oil, dll, lebih mahal 2. Air yang tertinggal di permukaan kulit sulit menguap dengan sendirinya seperti pada pembersih kulit yang berdasar air. Jika bahan yang dikandungnya tidak berkualitas tinggi, bisa mengiritasi kulit. 3. Kotoran yang larut air sukar dibersihkan dengan minyak. |. Liquefying Cleansing Creams Preparat ini merupakan campuran sederhana minyak dan wax. Yang paling se- derhana tapi sangat efektif adalah minyak zaitun (olive oil) murni, yang tidak menimbulkan reaksi negatif pada kulit. Creams tanpa air pasti bersifat thixotropik: meleleh di bawah tekanan (ketika dikenakan pada kulit), Viskositasnya tidak boleh terlalu tinggi sehingga aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. Buku Pecanoan lumu Penceranuan Kosmerik 66 Paraffin oil 5.0 35.0 Petrolatum - 10.0 Isopropyl myristate 20.0 - Peanut oil 7.0 - Stearyl alkohol 1.0 2 Stearic acid 3.0 8.0 Tricthanolamine lauryl sulfate 2.0 - Triethanol amine = 3.0 Air 62.0 39.0 Gliserol - 5.0 Keterangan: 1. Keithler 2. Harry 5. Kosmetik Pembersih Kulit dalam Bentuk Padat (Solid Cleansers) ‘Terdapat dua bentuk preparat yang efek pembersihnya didasarkan pada penye- rapan kotoran ke dalam serpihan-serpihan padat: 1. bentuk serpihan/bubuk padat, dan 2. bentuk krim, di mana bubuk padat terbentuk setelah cairan pelarut menguap di permukaan kulit. Preparat tersebut memiliki daya pembersih yang kuat, dan selama tidak berisi alkali atau abrasiver yang kuat, atau kadar disinfektan yang tinggi, menimbulkan efek lembut pada kulit lembut sehingga cocok untuk orang yang tidak dapat mentoleransi sabun. Walaupun demikian, alergi terhadap preparat tertentu ter- nyata sering terjadi. Kebanyakan preparat ini juga berisi bahan koloidal (selulosa atau derivat protein). Selain pada kemampuan menyerap kotoran, daya pembersih preparat ini juga didasarkan pada kemampuan bahan-bahan koloidal itu mensuspensi partikel-partikel kotoran. Preparat pembersih kulit dalam bentuk padat masih digunakan cukup luas di Eropa. Bahan baku utamanya adalah buah almond yang dipres, dikeringkan, dan dipulverisasi, tetapi karena mahal lalu sering diganti dengan biji peach atau apricot. Bahan lain yang sering digunakan adalah bubuk talcum, tapioka, akar orris, dan sejumlsh abrasivers. WER 1 67 —_Penyiapan Kormetil Rolling Creams Bahan aktif—yaitu bahan yang "menjadi remah-remah’” di permukaan kulit setelah preparat itu menguap—biasanya adalah selulosa eter dan kadang-kadang tepung tapioka atau paraffin wax murni, Preparat ini sering berisi alkohol dan air untuk merangsang pengeringan bahan- bahan dalam larutan koloidal itu serta mengisap kotoran. Gliserol, lanolin, dan disinfektan juga ditambahkan. Jika preparat pembersih tangan dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran minyak yang pekat, formula ini kadang-kadang juga ditambahi pelarut-pelarut organik yang tidak larut dalam air. Berikut 2 contoh formulasi rolling creams yang agak berbeda: Methyl selulosa 143 - Cornstarch - 143 Paraffin oil - Ze Lanolin. 0.3 - Ammonion stearat - 8.5 Boric acid - 28 Prostearin - 1.0 Alkohol 5.5 - Gliserol Deo 3.3 Aqua destilata 74.0 66.9 Parfum - 0.5 Keterangan: 1. Lesser 2. Janistyn. 6. Kosmetik Pengampelas/Penipis Kulit (Scrub Cream) Ada kotoran pada kulit yang tidak bisa dibersihkan dengan jenis-jenis kosmetik pembersih seperti yang telah discbutkan scbelumnya, yaitu sel-sel kulit mati di permukaan kulit, yang jika tidak diangkat akan menyebabkan kulit menebal, ku- sam, dan pori-porinya mudah tersumbat sehingga memudahkan terjadinya jerawat. Selain itu, pergantian (regenerasi) sel-sel kulit lama dengan sel-sel kulit yang masih baru, sehat, dan segar, juga terhambat. Kosmetik pembersih seperti sabun, krim pembersih, susu pembersih, bahkan krim pembersih untuk kulit yang sangat kotor pun tidak sanggup untuk meng- aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book. aa You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing limit for this book.

You might also like