Professional Documents
Culture Documents
14 - 21 ISSN : 2337-8204
Abstrak
Telah dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi sebaran bijih besi di daerah Bukit Munung Kecamatan
Sungai Betung Kabupaten Bengkayang dengan metode geolistrik resistivitas. Pengambilan data
menggunakan konfigurasi Wenner. Berdasarkan nilai resistivitasnya, model interpretasi memperlihatkan
bahwa dari 4 lintasan penyelidikan diduga yang berpotensi terdapatnya mineralisasi bijih besi brown iron
oxide di Line 1 (GL28) di koordinat N1o 30′.967“ dan E109o 19′.579“, hematit (Fe2O3) di Line 2 (GL39) di
koordinat N1o 02′.045“ dan E109o 29′.302“ dan magnetit (Fe3O4) berada pada Line 3 (GL37) di koordinat
N 1o 02’ 045“ dan E109o 29’ 302“.
14
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 14 - 21 ISSN : 2337-8204
Gambar 2.1 Letak Kecamatan Sungai Betung Metode resistivitas merupakan salah satu
dalam peta Kalimantan Barat metode geofisika yang mempelajari sifat
(Sudiarto, 2008) resistivitas dari lapisan batuan di dalam bumi
Luas Wilayah Kecamatan Sungai Betung (Adhi, 2003). Prinsip metode resistivitas adalah
adalah 205,95 km2. Sungai Betung terbagi dalam dengan mengalirkan arus listrik ke dalam bumi
4 desa yaitu Desa Karya Bhakti, Desa Suka Maju, melalui kontak dua elektroda arus, kemudian
Desa Suka Bangun, dan Desa Cipta Karya diukur distribusi potensial yang dihasilkan.
(Sudiarto, 2008).
I
15
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 14 - 21 ISSN : 2337-8204
16
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 14 - 21 ISSN : 2337-8204
17
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 14 - 21 ISSN : 2337-8204
yang diperoleh kemudian diolah dengan damping dilakukan dengan bantuan algoritma
bantuan perangkat lunak RES2DINV. Parameter- yang terdapat pada perangkat lunak res2dinv.
parameter damping yang digunakan memiliki Adapun hasil interpretasi pengolahan data
nilai minimum 0,005 yang dibuat berubah dijelaskan sebagai berikut.
terhadap iterasi. Perhitungan pemodelan ke
depan menggunakan metode elemen hingga Line 1 (GL.28)
untuk memecahkan persamaan (2.3). Untuk
memperoleh akar kuadrat terkecil dari keempat Titik tengah lintasan ini berada pada koordinat
lintasan tersebut diperlukan lima iterasi dengan N1o 30′.967“ dan E109o 19′.579“. Pada lintasan
proses inversi Lavenberg Marquardt. Faktor ini menghasilkan penampang resistivitas
damping yang digunakan pada program dengan sebagaimana terlihat pada gambar berikut:
nilai yang berubah-ubah. Optimasi faktor
Dari hasil pengolahan data terlihat bahwa Sedangkan mineral Hematit yang terletak pada
terdapat sebaran nilai resistivitas yang beragam tiga titik dengan nilai resistivitasnya antara
dari yang terkecil 0,629 m hingga 76.091 0,629-17,8 m. Adapun sebarannya terletak
m. Adapun berbedaan nilai resistivitas pada jarak 30 m - 35 m dari titik lintasan dengan
tersebut dikarenakan oleh masing-masing sifat kedalaman 0 - 5 m dari permukaan. Jarak 78 -
mineralisasi bijih besi itu sendiri, yang dimana 85 m dari titik awal lintasan dengan kedalaman
lokasi ini didominasi oleh batuan andesit basah mulai dari 0 - 5 m dari permukaan. Jarak 139 m
yang diduga terdapat kandungan mineralisasi – 144 m dari titik lintasan dengan kedalaman 0 –
bijih besi seperti Brown Iron Oxide dan Hematit. 5 m dari permukaan.
Mineral Brown Iron Oxide yang terletak pada
dua titik dengan nilai resistivitas sekitar 2x104 – Line 2 (GL.39)
8x105 Ωm. Batuan besi yang pertama berada Titik tengah lintasan ini berada pada koordinat
pada jarak 58 m - 68 m dari titik awal lintasan N1o 02′.045“ dan E109o 29′.302“. Pada lintasan
dengan kedalaman mulai dari 0 - 8,5 m dari ini menghasilkan penampang resistivitas
permukaan. Batuan besi yang kedua berada sebagaimana terlihat pada gambar berikut:
pada 120 m - 137 m dari titik awal lintasan
dengan kedalaman 5 - 13 m dari permukaan.
18
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 14 - 21 ISSN : 2337-8204
Dari hasil pengolahan data, sebaran kandungan nilai resistivitas sekitar 5x103 – 8x103 Ωm. Selain
mineralisasi bijih besi di lintasan ini sangatlah itu dengan sebaran nilai resistivitas yang relatif
berpotensi. Dengan nilai resistivitas 0,792 Ωm kecil sekitar 0,1 – 300 Ωm, pada jarak 134 m –
hingga 21.790 m, diduga pada jarak 15 m - 140 m dari titik awal lintasan dengan
25 m dari titik awal lintasan dengan kedalaman kedalaman 0 - 3 m dari permukaan diduga
mulai dari 0 - 7 m dari permukaan terdapat mineralisasi bijih besi Hematit.
tersingkapnya mineralisasi bijih besi Brown
Iron Oxide. Sedangkan pada jarak 73.m – 85.m Line 4 (GL.38)
dari titik awal lintasan dengan kedalaman mulai
Titik tengah lintasan ini berada pada koordinat
dari 3 m - 13 m dari permukaan. Dan pada 98 N 1o 41′.019“ dan E 110o 22′.119“. Pada lintasan
m - 130 m dari titik awal lintasan dengan
ini menghasilkan penampang resistivitas
kedalaman 3 m - 19 m dari permukaan diduga
sebagaimana terlihat pada gambar berikut:
terdapat mineralisasi bijih besi Magnetit dengan
19
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 14 - 21 ISSN : 2337-8204
Dengan sebaran nilai resistivitas mulai dari 3. Dari keseluruhan interpretasi data ke 4
0,214 m hingga 8707 m, diduga terdapatnya Lintasan dengan bantuan tabel nilai
kandungan mineralisasi bijih besi Magnetit resistivitas menunjukkan bahwa lokasi yang
dengan nilai resistivitas sekitar 5x103 – 8x103 berpotensi terdapatnya mineralisasi bijih
Ωm. Batuan besi di lokasi ini terletak di dua titik besi Brown Iron Oxide di Line 1 (GL28)
sebaran, batuan besi yang pertama berada pada berada pada 120 m - 137 m dari titik awal
jarak 63 m - 80 m dari titik awal lintasan dengan lintasan dengan kedalaman 5 m - 13 m dari
kedalaman mulai dari 3 m - 11 m dari permukaan. Mineralisasi bijih besi Hematit
permukaan. Batuan besi yang kedua berada di Line 2 (GL39) pada jarak 50 m – 68 m
pada 95 m – 100.m dari titik awal lintasan dari titik awal lintasan dengan kedalaman
dengan kedalaman 4 m - 7 m dari permukaan. mulai dari 11 m – 23 m dari permukaan.
Sedangkan lokasi yang berpotensi
5. Kesimpulan terdapatnya mineralisasi bijih besi Magnetit
di Line 3 (GL37) berada pada 98 m hingga
5.1. Simpulan
130 m dari titik awal lintasan dengan
Berdasarkan hasil analisis data geolistrik
kedalaman 3 m hingga 19 m dari
dan hasil interpretasi, maka dapat disimpulkan
permukaan.
bahwa:
5.2. Saran
1. Pemodelan geofisika dikombinasikan
dengan pemodelan inversi dilakukan untuk 1. Untuk mendapatkan kepastian keberadaan
menghasilkan model kondisi geologi bawah mineralisasi bijih besi maka perlu dilakukan
permukaan dengan meminimalisir error uji lanjut yaitu dengan korelasi pengeboran.
dari parameter model.
2. Perlu dilakukan survei lanjutan untuk
2. Dari hasil pengolahan data terlihat sebaran
memastikan keberadaan bijih besi sekaligus
nilai resistivitas yang beragam mulai dari
untuk menghitung cadangannya. Survei
1,17 ohmmeter hingga 149.839 ohmmeter
lanjutan dapat menggunakan metode
dikarenakan lokasi penelitian ini didominasi
geomagnetik atau Induce Polarization (IP)
oleh adanya struktur sesar dan aliran
diutamakan di lokasi yang diduga terdapat
andesit piroklastik yang dimana merupakan
bijih besi berdasarkan analisis data
parameter yang esensial dalam proses
geolistrik.
terbentuknya mineralisasi bijih besi.
Berdasarkan dari hasil interpretasi data,
diduga terdapat kandungan mineralisasi Pustaka
bijih besi Brown Iron Oxide, Hematit
Adhi, M., Aryono., 2003, Metode Geofisika.
(Fe2O3) dan Magnetit (Fe3O4). Perkiraan
Semarang : Universitas Negeri Semarang.
mineral batuan bijih besi tersebut
Dey A. and Morrison H.F. 1979a. Resistivity
merupakan hasil letusan dari Gunung Api
modelling for arbitrary shaped two-
Raya yang terendap dari aliran andesit dan
dimensional structures. Geophysical
aliran piroklastik dimana terbentuk dari
Prospecting 27, 1020-1036.
mineral besi dan oksigen yang membentuk
Grandis, H., 2009, Pengantar Pemodelan Inversi
senyawa oksida besi.
Geofisika, Himpunan Ahli Geofisika (HAGI),
Bandung.
20
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 14 - 21 ISSN : 2337-8204
21