You are on page 1of 8

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal.

14 - 21 ISSN : 2337-8204

Identifikasi Sebaran Kandungan Bijih Besi


Di Kabupaten Bengkayang Menggunakan
Metode Geolistrik Resistivitas
Widodo Sumartono, Yudha Arman, Yoga Satria Putra

Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,


Universitas Tanjungpura, Pontianak
Email : Heckerwido@yahoo.co.id

Abstrak

Telah dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi sebaran bijih besi di daerah Bukit Munung Kecamatan
Sungai Betung Kabupaten Bengkayang dengan metode geolistrik resistivitas. Pengambilan data
menggunakan konfigurasi Wenner. Berdasarkan nilai resistivitasnya, model interpretasi memperlihatkan
bahwa dari 4 lintasan penyelidikan diduga yang berpotensi terdapatnya mineralisasi bijih besi brown iron
oxide di Line 1 (GL28) di koordinat N1o 30′.967“ dan E109o 19′.579“, hematit (Fe2O3) di Line 2 (GL39) di
koordinat N1o 02′.045“ dan E109o 29′.302“ dan magnetit (Fe3O4) berada pada Line 3 (GL37) di koordinat
N 1o 02’ 045“ dan E109o 29’ 302“.

Kata Kunci: Resistivitas, Wenner, Lavenberg-Marquardt.

1. Pendahuluan Penelitian ini menggunakan konfigurasi


Kawasan Bukit Munung Kecamatan Sungai elektroda Wenner untuk mengetahui struktur
Betung Kabupaten Bengkayang merupakan bawah permukaan secara 2D.
salah satu daerah yang didominasi oleh satuan Tujuan penelitian ini adalah untuk
batuan dari formasi Sungai Betung dan formasi mengidentifikasi sebaran bijih besi di Bukit
Banan. Mineralisasi bijih besi yang tersingkap Munung Kecamatan Sungai Betung Kabupaten
berada di batas antara kedua formasi tersebut. Bengkayang berdasarkan distribusi nilai
Mineralisasi bijih besi di lokasi ini diduga resistivitas pada tiap lapisan.
terbentuk dari pembentukan batuan Gunung Api Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
Raya (Sudiarto, 2008). sumber informasi mengenai keberadaan
Metode geolistrik resistivitas atau biasa sebaran kandungan bijih besi di Bukit Munung
disebut juga Electrical Resistivity Tomography Kecamatan Sungai Betung Kabupaten
(ERT) atau Electrical Resistivity Imaging Bengkayang dan dapat dipakai sebagai masukan
merupakan salah satu metode geofisika yang bagi pengembangan sistem basis data dan
mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi informasi tambang dan mineral daerah.
dan mendeteksinya di permukaan bumi 2. Landasan Teori
berdasarkan sifat tahanan jenis batuan. Metode 2.1. Keadaan geografis
ini dapat digunakan pada penentuan struktur Secara geografis, Kecamatan Sungai Betung
pondasi bangunan, pendugaan potensi air terletak pada 0o 44’ 35“ LU sampai 0o 54’ 60“
bawah permukaan, eksplorasi panas bumi, LU dan 109o 19’ 35“ BT sampai 109o 27’ 18“
eksplorasi mineral hingga pendugaan intrusi air BT. Letak Kecamatan Sungai Betung dalam peta
laut dan limbah. Data yang diperoleh dari hasil Kalimantan Barat dapat dilihat pada gambar di
pengukuran di lapangan adalah data akumulasi bawah ini.
kondisi bawah permukaan. Lokasi
Pemodelan inversi geofisika dilakukan pada
data untuk mendapatkan suatu model optimum
yang berasosiasi dengan minimum suatu fungsi
obyektif. Pada umumnya fungsi obyektif
merupakan selisih kuadratik respons model
dengan data observasi.
Pada penelitian ini dilakukan pemodelan
struktur bawah permukaan untuk kemudian
divalidasi dengan hasil pengukuran. Model
dibuat dan divalidasi menggunakan pemodelan
finite elemen dan pemodelan inversi. Model yang
dihasilkan kemudian dianalisa secara geologi.

14
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 14 - 21 ISSN : 2337-8204

Gambar 2.1 Letak Kecamatan Sungai Betung Metode resistivitas merupakan salah satu
dalam peta Kalimantan Barat metode geofisika yang mempelajari sifat
(Sudiarto, 2008) resistivitas dari lapisan batuan di dalam bumi
Luas Wilayah Kecamatan Sungai Betung (Adhi, 2003). Prinsip metode resistivitas adalah
adalah 205,95 km2. Sungai Betung terbagi dalam dengan mengalirkan arus listrik ke dalam bumi
4 desa yaitu Desa Karya Bhakti, Desa Suka Maju, melalui kontak dua elektroda arus, kemudian
Desa Suka Bangun, dan Desa Cipta Karya diukur distribusi potensial yang dihasilkan.
(Sudiarto, 2008).
I

Gambar 2.3 Rangkaian Metode Geolistrik


(Adhi, 2003)

Teori utama dalam metode resistivity sesuai


Gambar 2.2 Geomorfologi Kecamatan Sungai dengan hukum Ohm yaitu arus yang mengalir (I)
Betung Kabupaten Bengkayang pada suatu medium sebanding dengan potensial
(Sudiarto, 2008) (V) yang terukur dan berbanding terbalik
dengan resistansi (R) medium, atau dapat
2.2. Bijih Besi (Iron Ore) dirumuskan sebagai berikut :
Besi atau Ferrum (Fe) merupakan logam
yang dihasilkan dari bijih besi dan jarang V
R (2.1)
dijumpai dalam keadaan unsur bebas (Syahrizal, I
2008). Besi pada umumnya berbentuk oksida
besi seperti hematit (Fe2O3), magnetit (Fe3O4) dimana,
dan jenis batuan besi lainnya. Berikut senyawa- R = tahanan/resistance (Ω)
senyawa penyusun besi : V = perbedaan potensial listrik (V)
I = perbedaan arus listrik (A)
Tabel 2.1 Senyawa-senyawa yang mengandung
besi
Ada beberapa konfigurasi untuk tahanan jenis
Ore Gangue Rho(m) dalam melakukan akuisisi data. Salah satunya
Fe2O3 0.1 - 300 adalah dengan menggunakan konfigurasi
Fe2O3, massive 2.5 x 103 Wenner.
Fe3O4 60% 45
75% Brown Iron 25% 2 x 104 - 8 x 105 I
Oxide
Fe3O4 5 x 103 - 8 x 103 V

(Telford dkk, 1976)


A M N B
Batuan dan mineral yang ada di bumi
memiliki sifat-sifat listrik seperti; potensial
listrik alami, konduktivitas listrik, dan konstanta a a a
dielektrik. Ada berbagai metode yang dilakukan
untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan Gambar 2.4. Konfigurasi Elektroda Wenner
(Waluyo, 2005)
tanah. Salah satunya adalah metode geolistrik.
Metode ini dapat dijadikan cara untuk Jarak MN pada konfigurasi Wenner selalu
menyelidiki sifat listrik di dalam bumi melalui sepertiga (1/3) dari jarak AB. Bila jarak AB
respon yang ditangkap dari dalam tanah berupa diperlebar, maka jarak MN juga harus diubah
beda potensial, arus listrik, dan medan sehingga jarak MN tetap sepertiga jarak AB.
elektromagnetik. Salah satu dari metode Dalam hal ini, elektroda arus dan elektroda
geolistrik ini adalah metode tahanan jenis. potensial mempunyai jarak yang sama yaitu
2.3. Metode Tahanan Jenis (Resistivitas) AM= MN = NB = a.

15
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 14 - 21 ISSN : 2337-8204

Tahanan jenis semu medium yang terukur = ( )+ (2.4)


dihitung berdasarkan persamaan:
Persamaan tersebut dapat pula digunakan
untuk menyatakan hubungan antara data

= (2.2) dengan parameter model yang
direpresentasikan oleh suatu fungsi non-linier.
dengan Dalam hal ini adalah suatu fungsi pemodelan
kedepan (forward modeling) yang merupakan
fungsi non-linier dari parameter model. Fungsi
= − − −
dinyatakan dalam notasi vektor untuk
menyatakan adanya komponen yang berasosiasi
dimana: dengan komponen data (Grandis, 2009).
ρ : tahanan terukur (apparent resistivity) Misalkan solusi invers dari persamaan (2.4)
ΔV: potensial yang terukur adalah model yang merupakan suatu model
I : arus listrik yang mengalir ke tanah awal yang dipertubasi dengan agar
melalui elektroda C1 dan C2 diperoleh kecocokan yang lebih baik antara
K : faktor geometri konfigurasi respons model tersebut dengan data:
elektroda.
= + (2.5)
2.3.Interpretasi Resistivitas Dengan Bantuan
= ( + ) (2.6)
Software Res2dinv
Program res2dinv ini dapat digunakan Jika persamaan (2.6) dituliskan kembali dalam
untuk membuat model inversi hasil survey bentuk komponennya maka diperoleh:
geolistrik. Dirancang untuk melakukan
()
interpolasi dan menafsirkan data lapangan = ( + ) (2.7)
geolistrik (2D), resistivitas listrik dan induksi
polarisasi (Loke, M.H. 1999). Perangkat lunak ini dimana i = 1, 2, … N dan j = 1, 2, … M dengan N
dapat menangani data dari berbagai array dan M masing-masing adalah jumlah data dan
elektroda, termasuk Wenner, Wenner- jumlah parameter model.
Schlumberger, dipol-dipol, pole-dipole dan pole- Ekspansi Taylor orde pertama fungsi
pole. ( ) disekitar suatu model awal dengan
menggunakan notasi komponen seperti
2.4. Metode Kuadrat Terkecil persamaan (2.6) menghasilkan:
Metode kuadrat terkecil adalah suatu
() () 
metode untuk menghitung suatu kurva + ≈ ( +

+ ( )
sedemikian hingga meminimumkan ralat
penyesuaian ini di titik-titik data tersebut. Nilai (2.8)
resistivitas yang diperoleh pada pengambilan Dimana ( ) adalah suku sisa yang
data bukanlah merupakan data resistivitas yang melibatkan turunan orde ke-dua dan orde-orde
sebenarnya. Untuk menghasilkan data lebih tinggi. Hasil substitusi persamaan (2.8) ke
resistivitas yang sebenarnya diperlukan dalam persamaan (2.7) dengan mengabaikan
memecahkan solusi persamaan berikut (Dey A. suku sisa tersebut adalah sebagai berikut:
1979):
() 
= ( )+ (2.9)
I
-∇.[σ(x,y,z)∇Φ(x,y,z)]= δ(x-xs )δ(y-ys )δ(z-zs )
∆V
(2.3) Suku ke-dua pada ruas kanan persamaan (2.9)
adalah komponen turunan parsial fungsi ( )
solusi dari persamaan (2.3) dapat terhadap suatu elemen parameter model yang
diselesaikan secara numerik menggunakan membentuk matriks Jacobi atau Jacobian Matrix
metode beda hingga dan elemen hingga. berikut:

Persamaan (2.3) ini merupakan pemodelan = (2.10)
kedepan yang membuat parameter model
menjadi model (Silvester dan Ferrari , 1990). Selanjutnya, substitusi dan pengaturan kembali
Dalam permasalahan nonlinier, hubungan persamaan (2.9) menghasilkan:
antara data hasil pengukuran (d) dengan ()
parameter model (m) melalui suatu fungsi − = (2.11)
nonlinier pemodelan ke depan (g) adalah
(Menke, 1984) : Bentuk lengkap dalam notasi matriks
persamaan (2.11) adalah:

16
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 14 - 21 ISSN : 2337-8204

− ( )= atau yang dikenal dengan solusi Gauss-Newton. Untuk


= (2.12) menghindari matriks [JTJ] mendekati singular,
maka dapat ditambahkan factor damping pada
dimana adalah matriks Jacobi yang dievaluasi persamaan (2.15) sehingga menjadi:
pada = . Dengan menganggap
= [∆ − ∆ ] [∆ − ∆ ] +
= − ( ) maka persamaan (2.12)
[∆ ∆ − L ] (2.16)
mirip dengan persamaan yang berlaku pada
hubungan linier antara data dengan parameter dengan L2 adalah suatu kuantitas tertentu yang
model, yaitu . Dalam hal ini dapat dikatakan membatasi energi elemen-elemen pada koreksi
bahwa data digantikan oleh pertubasi data dan parameter ∆ dan  adalah faktor damping.
model menjadi pertubasi model. Sementara itu Dengan melakukan minimisasi E terhadap m
matriks kernel digantikan oleh matriks Jacobi diperoleh persamaan koreksi parameter sebagai
yang menyatakan sejauh mana data prediksi berikut :
berubah sebagai akibat dari perubahan atau ∆ =[ + ] ∆ (2.17)
pertubasi model. Oleh karena itu matriks Jacobi Dalam bentuk iterative dapat dituliskan sebagai
sering pula disebut sebagai matriks sensitivitas (Grandis, 2009):
(sensivity matrix).
Kemiripan bentuk persamaan (2.12) dengan = +[ + ] ∆ (2.18)
persamaan yang menyatakan hubungan linier
yang kemudian dikenal dengan solusi
antara data dengan parameter model =
Lavenberg-Marquardt.
mengindikasikan hubungan linier antara
= − ( ) dengan . Berdasarkan
3. Metodologi
analogi, solusi inverse dalam bentuk dari Pengambilan data geolistrik resistivitas pada
suatu permasalahan yang dapat dinyatakan oleh
penelitian ini menggunakan konfigurasi
persamaan (2.12) adalah sebagai berikut: Wenner. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan metode Inversi Lavenberg-
= ( − ( )) (2.13) Marquardt. Pengambilan data dengan cara
menginjeksikan elektroda yang terdiri dari
Persamaan (2.13) pada dasarnya menyatakan elektroda arus dan elektroda potensial. Dari
pertubasi yang diperlukan terhadap suatu hasil injeksi ini maka diperoleh nilai resistivitas
model awal agar diperoleh model yang lebih semu bahan yang terdapat pada lokasi
baik, yaitu = + . Respons model penelitian. Untuk mendapatkan nilai resistivitas
diharapkan lebih fit dengan data. bawah permukaan sebenarnya dilakukan
Mengingat sifat non-linier dari fungsi dengan menggunakan metode Inversi
yang menghubungkan data dengan parameter Lavenberg-Marquardt dengan bantuan software
model (pemodelan kedepan) maka pendekatan Res2Dinv.
orde pertama tersebut tidak dapat langsung
menghasilkan model optimum. Oleh karena itu 4. Hasil dan Diskusi
proses pertubasi model dilakukan terhadap
model awal secara iteratif menggunakan Secara geologi lokasi Sungai Betung
persamaan (2.13) sampai diperoleh konvergensi Kabupaten Bengkayang didominasi oleh satuan
menuju solusi optimum. litologi andesit, dasit, dan basal yang banyak
Untuk memperoleh solusi inversi atau terdapat klorit, epidot, sisipan tipis
model optimum diperlukan pertubasi secara konglomerat, batu pasir, batu lumpur yang
iteratif suatu model awal . Dengan demikian merupakan sedimen yang terbentuk dari proses
pada iterasi ke-(n+1) pertubasi dilakukan piroklastik Gunung Api Raya. Dari letusan
terhadap model hasil iterasi sebelumnya dengan gunung berapi tersebut terbentuklah suatu
menggunakan persamaan berikut: aliran andesit dan aliran piroklastik yang diduga
tersingkapnya suatu mineralisasi bijih besi yang
terletak antara formasi Sungai Betung dan
∆ = + ( − ( )) (2.14)
formasi Banan pada jura awal hingga trias akhir.
dengan vektor ∆ adalah selisih antara respon Target lokasi kedalaman penetrasi arus
hasil pengukuran dengan hasil perhitungan untuk survey geolistrik ini adalah lebih kurang
pada m0. Dengan melakukan minimisasi E akan 25 meter dengan panjang lintasan sepanjang
diperoleh koreksi parameter : 155 meter dan spasi jarak antar elektroda
sebesar 5 meter. Setelah arus listrik dialirkan ke
∆ =[ ] ∆ (2.15) dalam bumi melalui kontak dua elektroda arus,
dan terukur distribusi potensialnya, maka data

17
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 14 - 21 ISSN : 2337-8204

yang diperoleh kemudian diolah dengan damping dilakukan dengan bantuan algoritma
bantuan perangkat lunak RES2DINV. Parameter- yang terdapat pada perangkat lunak res2dinv.
parameter damping yang digunakan memiliki Adapun hasil interpretasi pengolahan data
nilai minimum 0,005 yang dibuat berubah dijelaskan sebagai berikut.
terhadap iterasi. Perhitungan pemodelan ke
depan menggunakan metode elemen hingga Line 1 (GL.28)
untuk memecahkan persamaan (2.3). Untuk
memperoleh akar kuadrat terkecil dari keempat Titik tengah lintasan ini berada pada koordinat
lintasan tersebut diperlukan lima iterasi dengan N1o 30′.967“ dan E109o 19′.579“. Pada lintasan
proses inversi Lavenberg Marquardt. Faktor ini menghasilkan penampang resistivitas
damping yang digunakan pada program dengan sebagaimana terlihat pada gambar berikut:
nilai yang berubah-ubah. Optimasi faktor

Error sebelum iterasi : 47,1%

Error sesudah iterasi : 13,2%

Gambar 4.1. Hasil pengolahan data Line 1 menggunakan RES2DINV

Dari hasil pengolahan data terlihat bahwa Sedangkan mineral Hematit yang terletak pada
terdapat sebaran nilai resistivitas yang beragam tiga titik dengan nilai resistivitasnya antara
dari yang terkecil 0,629 m hingga  76.091 0,629-17,8 m. Adapun sebarannya terletak
m. Adapun berbedaan nilai resistivitas pada jarak 30 m - 35 m dari titik lintasan dengan
tersebut dikarenakan oleh masing-masing sifat kedalaman 0 - 5 m dari permukaan. Jarak 78 -
mineralisasi bijih besi itu sendiri, yang dimana 85 m dari titik awal lintasan dengan kedalaman
lokasi ini didominasi oleh batuan andesit basah mulai dari 0 - 5 m dari permukaan. Jarak 139 m
yang diduga terdapat kandungan mineralisasi – 144 m dari titik lintasan dengan kedalaman 0 –
bijih besi seperti Brown Iron Oxide dan Hematit. 5 m dari permukaan.
Mineral Brown Iron Oxide yang terletak pada
dua titik dengan nilai resistivitas sekitar 2x104 – Line 2 (GL.39)
8x105 Ωm. Batuan besi yang pertama berada Titik tengah lintasan ini berada pada koordinat
pada jarak 58 m - 68 m dari titik awal lintasan N1o 02′.045“ dan E109o 29′.302“. Pada lintasan
dengan kedalaman mulai dari 0 - 8,5 m dari ini menghasilkan penampang resistivitas
permukaan. Batuan besi yang kedua berada sebagaimana terlihat pada gambar berikut:
pada 120 m - 137 m dari titik awal lintasan
dengan kedalaman 5 - 13 m dari permukaan.

18
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 14 - 21 ISSN : 2337-8204

Error sebelum iterasi : 44,7%

Error sesudah iterasi : 11,9%

Gambar 4.2. Hasil pengolahan data Line 2 menggunakan RES2DINV


Adanya proses intrusi batuan vulkanis serta – 90 m dari titik awal lintasan dengan
batuan sedimen yang membentuk batuan kedalaman mulai dari 4m – 11 m dari
andesit basah, diduga adanya kandungan permukaan dan pada jarak 116 m – 120 m dari
mineralisasi bijih besi Brown Iron Oxide dan titik awal lintasan dengan kedalaman mulai dari
Hematit. Brown Iron Oxide terdapat dua titik 0 m – 6 m dari permukaan dengan nilai
yaitu pada jarak 75 m - 80 m dari titik awal resistivitas sekitar 0,1 – 300 Ωm.
lintasan dengan kedalaman mulai dari 0 - 10 m
dari permukaan dan pada jarak 100 m-110 m Line 3 (GL.37)
dari titik awal lintasan dengan kedalaman 0 - 3 Titik tengah lintasan ini berada pada koordinat
m dari permukaan dengan nilai resistivitas N 0o 17′.139“ dan E110o 34′.644“. Pada lintasan
sekitar 2x104– 8x105 Ωm. Sedangkan Hematit ini menghasilkan penampang resistivitas
diduga terletak pada jarak 50 m – 68 m dari titik sebagaimana terlihat pada gambar berikut:
awal lintasan dengan kedalaman mulai dari 11
m – 23 m dari permukaan dan pada jarak 82 m

Error sebelum iterasi : 47,7%

Error sesudah iterasi : 11,6%

Gambar 4.3. Hasil pengolahan data Line 3 menggunakan RES2DINV

Dari hasil pengolahan data, sebaran kandungan nilai resistivitas sekitar 5x103 – 8x103 Ωm. Selain
mineralisasi bijih besi di lintasan ini sangatlah itu dengan sebaran nilai resistivitas yang relatif
berpotensi. Dengan nilai resistivitas 0,792 Ωm kecil sekitar 0,1 – 300 Ωm, pada jarak 134 m –
hingga  21.790 m, diduga pada jarak 15 m - 140 m dari titik awal lintasan dengan
25 m dari titik awal lintasan dengan kedalaman kedalaman 0 - 3 m dari permukaan diduga
mulai dari 0 - 7 m dari permukaan terdapat mineralisasi bijih besi Hematit.
tersingkapnya mineralisasi bijih besi Brown
Iron Oxide. Sedangkan pada jarak 73.m – 85.m Line 4 (GL.38)
dari titik awal lintasan dengan kedalaman mulai
Titik tengah lintasan ini berada pada koordinat
dari 3 m - 13 m dari permukaan. Dan pada 98 N 1o 41′.019“ dan E 110o 22′.119“. Pada lintasan
m - 130 m dari titik awal lintasan dengan
ini menghasilkan penampang resistivitas
kedalaman 3 m - 19 m dari permukaan diduga
sebagaimana terlihat pada gambar berikut:
terdapat mineralisasi bijih besi Magnetit dengan

19
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 14 - 21 ISSN : 2337-8204

Error sebelum iterasi : 30,4%

Error sesudah iterasi : 7,3%

Gambar 4.4. Hasil pengolahan data Line 4 menggunakan RES2DINV

Dengan sebaran nilai resistivitas mulai dari 3. Dari keseluruhan interpretasi data ke 4
0,214 m hingga 8707 m, diduga terdapatnya Lintasan dengan bantuan tabel nilai
kandungan mineralisasi bijih besi Magnetit resistivitas menunjukkan bahwa lokasi yang
dengan nilai resistivitas sekitar 5x103 – 8x103 berpotensi terdapatnya mineralisasi bijih
Ωm. Batuan besi di lokasi ini terletak di dua titik besi Brown Iron Oxide di Line 1 (GL28)
sebaran, batuan besi yang pertama berada pada berada pada 120 m - 137 m dari titik awal
jarak 63 m - 80 m dari titik awal lintasan dengan lintasan dengan kedalaman 5 m - 13 m dari
kedalaman mulai dari 3 m - 11 m dari permukaan. Mineralisasi bijih besi Hematit
permukaan. Batuan besi yang kedua berada di Line 2 (GL39) pada jarak 50 m – 68 m
pada 95 m – 100.m dari titik awal lintasan dari titik awal lintasan dengan kedalaman
dengan kedalaman 4 m - 7 m dari permukaan. mulai dari 11 m – 23 m dari permukaan.
Sedangkan lokasi yang berpotensi
5. Kesimpulan terdapatnya mineralisasi bijih besi Magnetit
di Line 3 (GL37) berada pada 98 m hingga
5.1. Simpulan
130 m dari titik awal lintasan dengan
Berdasarkan hasil analisis data geolistrik
kedalaman 3 m hingga 19 m dari
dan hasil interpretasi, maka dapat disimpulkan
permukaan.
bahwa:
5.2. Saran
1. Pemodelan geofisika dikombinasikan
dengan pemodelan inversi dilakukan untuk 1. Untuk mendapatkan kepastian keberadaan
menghasilkan model kondisi geologi bawah mineralisasi bijih besi maka perlu dilakukan
permukaan dengan meminimalisir error uji lanjut yaitu dengan korelasi pengeboran.
dari parameter model.
2. Perlu dilakukan survei lanjutan untuk
2. Dari hasil pengolahan data terlihat sebaran
memastikan keberadaan bijih besi sekaligus
nilai resistivitas yang beragam mulai dari
untuk menghitung cadangannya. Survei
1,17 ohmmeter hingga 149.839 ohmmeter
lanjutan dapat menggunakan metode
dikarenakan lokasi penelitian ini didominasi
geomagnetik atau Induce Polarization (IP)
oleh adanya struktur sesar dan aliran
diutamakan di lokasi yang diduga terdapat
andesit piroklastik yang dimana merupakan
bijih besi berdasarkan analisis data
parameter yang esensial dalam proses
geolistrik.
terbentuknya mineralisasi bijih besi.
Berdasarkan dari hasil interpretasi data,
diduga terdapat kandungan mineralisasi Pustaka
bijih besi Brown Iron Oxide, Hematit
Adhi, M., Aryono., 2003, Metode Geofisika.
(Fe2O3) dan Magnetit (Fe3O4). Perkiraan
Semarang : Universitas Negeri Semarang.
mineral batuan bijih besi tersebut
Dey A. and Morrison H.F. 1979a. Resistivity
merupakan hasil letusan dari Gunung Api
modelling for arbitrary shaped two-
Raya yang terendap dari aliran andesit dan
dimensional structures. Geophysical
aliran piroklastik dimana terbentuk dari
Prospecting 27, 1020-1036.
mineral besi dan oksigen yang membentuk
Grandis, H., 2009, Pengantar Pemodelan Inversi
senyawa oksida besi.
Geofisika, Himpunan Ahli Geofisika (HAGI),
Bandung.

20
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 14 - 21 ISSN : 2337-8204

Loke, M.H., 1999, RES2DINV Rapid 2D Resistivity


& IP Inversion (Wenner, dipole-dipole, pole-
pole, pole-dipole, Schlumberger, rectangular
arrays) on Land, Underwater and Cross-
borehole Surveys; Software Manual Ver.3.3
for windows 3.1, 95 and NT, Malaysia:
Penang.
Menke, W., 1984, Geophysical Data Analysis :
Discrete Inverse Theory, Academic Press.
Inc., Orlando-Florida.
Silvester P.P. and Ferrari R.L., 1990. Finite
elements for electrical engineers (2nd. ed.).
Cambridge University Press.
Sudiarto., 2008, Laporan Hasil Survei Bijih Besi di
Bukit Munung Kecamatan Sungai Betung
Kabupaten Bengkayang Menggunakan
Metode Geolistrik Resistivitas dan
Geomagnet, PT. Millenium Danatama
Resource, Pontianak.
Syahrizal, Eddy, 2008. Pengolahan Besi dan Baja,
http://eddysyahrizal.
blogspot.com/2008/01/pengolahan-besi-
dan-baja.html, (diakses tanggal 05 April
2011).
Telford, W.N.; Geldard, L.P.; Sherrif, R.E.; and
Keys, D.A., 1979, Applied Geophysics,
Cambridge University Press, Cambridge,
London,Newyork, Melbourne.
Waluyo., 2005, Panduan Workshop Eksplorasi
Geofisika (Teori dan Aplikasi), Laboratorium
Geofisika UGM, Yogyakarta.

21

You might also like