Professional Documents
Culture Documents
Bab II Kajian Pustaka
Bab II Kajian Pustaka
KAJIAN PUSTAKA
A. Proses Abstraksi
1. Pengertian proses
action is repeated and the individual reflects upon it, he or she can make an internal
metal contruction called a process which the individual can think of as performing the
same kind of action, but no longer with the need of external stimuli” yang bermakna
proses transformasi diulang yang seluruhnya berada dalam pikiran siswa tersebut dapat
tentang transformasi mental atau fisik objek, sehingga siswa merasakan transformasi
tersebut.
Dalam penelitian ini seorang siswa dikatakan telah memiliki suatu proses, jika
berpikirnya terbatas pada konsep matematika yang dihadapinya dan ditandai dengan
12
13
2. Pengertian abstraksi
kata ‘abstraksi’ memiliki padanan arti ‘generalisasi’. Dalam KBBI, kata ‘generalisasi’
memiliki arti yang lebih luas daripada sekadar abstraksi, ‘generalisasi’ sebagai kata
benda memiliki arti sebagai berikut: (1) perihal membentuk gagasan atau simpulan
umum dari suatu kejadian; (2) perihal membuat suatu gagasan menjadi lebih sederhana
daripada yang sebenarnya; (3) perihal membentuk gagasan yang lebih kabur; dan (4)
penyamarataan.
menjadi fokus perhatian banyak ilmuwan dan filsuf. Abstraksi awalnya bermula dari
gagasan Aristoteles dan John Locke, abstraksi dipandang sebagai aksi diantaranya
menjadi satu konsep. Hal ini dilakukan dengan meniadakan sifat yang tidak sama dan
(2013:1898) yaitu “Abstraction is, in one sense, the transformation of events or objects
in the external world into mental constructs and related to obtaining new information
from these constructs. In other words, abstraction amounts to the appearance of new
between concepts. However, Noss and Hoyles (1996) addressed abstraction in the
this, when students perform activities successfully and progress, they learn to combine
previous activites with new ones” dengan kata lain bahwa abstraksi merupakan salah
satu hal dalam transformasi objek di dunia luar menjadi konstruksi mental dan terkait
dengan mendapatkan informasi baru dari konstruksi ini. Dengan kata lain, abstraksi
hubungan antar konsep. Namun Noss dan Hoyles (1996) membahas abstraksi dalam
dimensi pada hubungan informasi konseptual siswa yang mereka miliki. Menurutnya,
ketika siswa melakukan aktivitas dengan sukses dan berkembang, mereka belajar
Menurut Grey & Tall (1994) dalam Wiryanto (2014:571) kata abstraction
mempunyai dua arti, pertama sebagai proses ‘melukiskan’ suatu situasi, dan kedua
Menurut Van Oers & Poland (2007) abstraksi adalah proses konstruksi
abstraksi dapat pula dipandang sebagai sebuah prses dialektik, yaitu proses berpikir
yang teratur , logis, dan teliti antara objek-objek konkret yang diberikan dan
representasi abstraknya dari objek-objek tersebut. Lebih lanjut, Van Oers mengatakan
bahwa abstraksi dapat dimaknai sebagai suatu proses pemusatan perhatian pada
15
objek-objek tersebut. Proses pemusatan perhatian ini dapat dijelaskan sebagai sebuah
konstruksi dari sebuah objek mental yang dapat dipresentasikan sebagai sebuah model
Menurut Soedjadi (2000) abstraksi terjadi bila dari beberapa objek kemudian
di “gugurkan” ciri atau sifat objek itu yang dianggap tidak penting, dan akhirnya hanya
diperhatikan atau diambil sifat penting yang dimiliki bersama. Abstraksi berawal dari
penting, kemudian digugurkan sifat dan hubungan yang tidak penting. Hasil abstraksi
terdiri atas himpunan semua objek yang mempunyai sifat dan hubungan penting
membawa pengetahuan keluar dari konteksnya atau memisahkan suatu konsep dengan
16
konteksnya). Proses ini linear, berawal dari objek-obejk menuju pada kelas atau
penjelasan tentang abstraksi, yaitu abstraksi terjadi karena ‘aksi mental’ yang
dipengaruhi oleh konsep mental. Konsep mental ini digerakkan oleh operasi mental
Konsep mental
Aksi mental
Abstraksi
atau sebuah konsep baru dari apa yang telah diketahui sebelumnya menjadi sebuah
konsep yang lebih kompleks. Menurut Bruner dalam Tall (1996) dalam Sagala
(2016:51) proses abstraksi seorang siswa melalui tiga tahapan sebagai berikut.
17
1) Enaktif, dalam tahap ini anak-anak dalam belajar menggunakan manipulasi objek
secara langsung.
2) Ikonik, tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak mulai menyangkut mental yang
3) Simbolik, tahap ini adalah tahap memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan
a
Benda nyata
yang Pengetahuan
mempunyai tiga tentang sifat /
sisi seperti atap karakteristik
rumah, tanda maupun atribut
lampu lalu lintas dari segitiga
dan lain-lain. b c
3. Teori-teori abstraksi
seseorang merupakan abstraksi atas suatu objek atau hal. Piaget membedakan menjadi
obyek. Hal ini dapat diartikan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman-
pengalaman yang muncul. Pengetahuan yang diperoleh pada sifat ini bersifat internal
dan hasil konstruksi dibangun secara internal oleh subyek. Berdasarkan Piaget,
abstraksi jenis ini menghasilkan penurunan sifat-sifat umum suatu objek dan perluasan
suatu generalisasi, berarti objek-objek itu dijelaskan dari hal khusus ke yang umum.
kumpulan/himpunan benda yang masing-masing berisi dua benda. Benda dalam suatu
kumpulan adalah sama bentuk, besar, dan ciri lainnya tetapi berbeda dengan ciri benda
pada setiap kumpulan yang lain. Setelah mengamati setiap kumpulan benda itu, subjek
menemukan bahwa setiap kumpulan memiliki ciri yang berbeda dengan kumpulan
yang lain kecuali bahwa mereka memiliki satu ciri yang sama yaitu banyak anggota
pada masing-masing kumpulan itu. Ciri yang sama tersebut adalah suatu contoh
abstraksi. Hasil mengabstraksikan atau abstraksi (yaitu memiliki anggota yang sama)
abstraksi reflektif. Proses abstraksi semu terjadi ketika subjek dihadapkan pada suatu
tindakan yang dikenakan pada objek tersebut. Subjek berusaha membuat konfigurasi
pada objek dalam ruang serta mencermati hubungna-hubungan yang mungkin terjadi.
Dapat dikatakan bahwa abstraksi empiris semu sebagai upaya melepaskan sifat-sifat
Contoh dari abstraksi empiris semu yaitu subjek dihadapkan ke pada dua
kelompok benda (objek) dan ingin mengetahui kelompok mana yang lebih banyak.
Subjek mencacah (melakukan aksi) pada kelompok pertama ternyata ada 5 benda dan
pada kelompok kedua ada 7. Subjek mengumpulkan bahwa kelompok kedua lebih
banyak dari pada kelompok pertama. Pengetahuan yang diperoleh itu selain bersumber
pada objek juga bersumber pada aksi yang dilakukan subjek pada objek tersebut.
Abstraksi yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan itu disebut psido empiris.
Baik mencacah maupun membandingkan itu bersifat internal bagi subjek (konstruksi
(general coordination). Dari aksi demikian, sumbernya adalah subjek yang dilengkapi
dengan sifat internal lengkap. Abstraksi reflektif merupakan suatu konsep yang
mengkoordinasi aksi untuk membentuk urutan secara total. Abstraksi jenis ini
menghasilkan suatu urutan yang sangat berbeda tentang sesuatu secara umum dimana
hal ini konstruktif dan menghasilkan “suatu sintesis baru ditengah aturan khusus yang
memunculkan arti baru”. Contoh lainnya adalah konsep ring euclids dimana konsep
ini benar-benar abstrak dan sangat umum. Hasil ini dipertimbangkan termasuk
tindakan yang menghantarkan pada abstraksi empiris semu dan abstraksi reflektif
terbentuk melalui proses identifikasi sifat-sifat objek yang terjadi pada saat abstraksi
empiris. Di lain pihak, abstraksi empiris hanya mungkin terjadi melalui proses
balik tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: abstraksi empiris dan empiris semu
tersebut untuk membentuk tindakan baru dan pada akhirnya memperoleh objek baru.
Kemudian abstraksi empiris akan menyarikan data dari objek-objek baru tersebut
2010:21-22).
21
terdapat empat jenis konstruksi yang penting berkaitan dengan proses berpikir
fenomena yang diterima mempunyai makna. Proses ini disebut oleh Piaget sebagai
interiorization. Contoh dalam belajar geometri, dapat dilihat ketika siswa belajar
tentang sumbu simetri, misalnya pada segitiga samasisi dengan alat peraga berupa
segitiga tersebut sehingga menjadi dua bangun yang sama bentuk dan ukurannya,
segitiga samasisi.
untuk membentuk sesuatu yang baru. Contoh dari kemampuan ini dalam belajar
geometri salah satunya dibutuhkan ketika siswa belajar tentang konsep menghitung
luas bangun datar. Siswa harus mengomposisikan proses membuat suatu satuan
3) Kemampuan mengonversi suatu proses (yang dinamis) menjadi sebuah objek (yang
statis). Proses ini disebut sebagai encapsulation. Contohnya dapat dilihat ketika
22
seorang siswa belajar tentang perkalian. Konsep perkalian pada dasarnya adanya
proses dinamis melakukan duplikasi pada sesuatu, namun konsep akhir yang
diperoleh merupakan hasil perkalian berupa suatu objek yang statis berupa besaran.
lebih luas, skema yang sudah melewati proses ini dikatakan telah digeneralisasi.
Dalam belajar geometri contoh yang sederhana dapat ditemukan, misalnya ketika
siswa belajar tentang konsep jumlah sudut dalam suatu bangun datar. Jika jumlah
besaran ketiga sudut dalam suatu bangun segitiga adalah 180°, bangun segiempat
adalah 360°, dan seterusnya hingga bangun segi-n, siswa dapat menemukan bahwa
Secara garis besar Mitchelmore & White membedakan abstraksi menjadi dua,
1) Abstraksi empiris
yang abstrak berdasar pada pengalaman empiris. Abstraksi empiris memiliki fokus
dihasilkan dari proses abstraksi empiris disebut juga sebagai konsep abstract-general
Contoh dari abstraksi empiris yaitu konsep abstraksi yang disampaikan oleh
Skemp, abstraksi terdiri dari proses pengenalan karakteristik yang sama kemudian
diikuti dengan penjelmaan kesamaan menjadi suatu objek mental yang baru. Aktivitas
abstraksi dimulai dengan kepekaan terhadap adanya karakteristik yang sama dari
abstraksi merupakan suatu perubahan yang tahan lama, sebagai hasil aktivitas
2) Abstraksi teoritis
dengan beberapa teori. Vygotsky membedakan antara makna konsep dalam konteks
kehidupan sehari-hari dengan makna konsep dalam konteks bidang ilmiah. Menurut
abstraksi empiris. Adapun pembentukan konsep-konsep ilmiah terdiri atas tiga aspek,
yaitu (1) penetapan sebuah sistem dari berbagai relasi diantara konsep-konsep, (2)
kesadaran dari aktivitas mental seseorang, dan (3) penetrasi ke dalam suatu esensi dari
objek justru akan memperkaya realitas yang dipresentasikan dalam konsep tersebut,
Contoh tentang perbedaan antara abstraksi empiris dan abstraksi teoritis dalam
garis, berdasarkan teori abstraksi empiris maka prosesnya adalah anak mengenal
24
berbagai bentuk representasi dari garis terlebih dahulu seperti gambar garis, lintasan
bekas lipatan kertas dan lainnya. Pada proses ini anak mengenali karakteristik yang
karakteristik yang sama tersebut hanya secara kasar terlihat linear dan dihasilkan dari
berbagai konteks, namun dari sanalah konsep akan dikenal. Sedangkan pada proses
abstraksi teoritis, maka siswa dikenalkan terlebih dahulu tentang konsep titik dan garis
generalisasi dari investigasi spasial (contohnya seperti dua garis yang berpotongan
pada satu titik). Lalu dilihat keterkaitan antar kedua konsep tersebut untuk mengenal
Dari contoh tersebut terlihat jelas perbedaan antara abstraksi empiris dan
abstraksi teoritis. Alur proses abstraksi empiris dan abstraksi teoritis berbeda. Pada
abstraksi empiris, individu membentuk konsep baru berdasar pada pengamatan dan
berkaitan dengan proses abstraksi yang dialami siswa, yaitu: siswa belajar sebuah
konsep empiris, siswa belajar tentang sebuah objek matematis dan siswa belajar
tentang hubungan atara konsep empiris dan objek matematis. Atau sebaliknya, siswa
25
belajar tentang objek matematis, siswa belajar tentang konsep empiris dan siswa
perbedaan konsep antara abstraksi empiris dan abstraksi teoritis, tetapi keduanya
merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari proses belajar matematika.
Dalam proses belajar matematika kedua proses abstraksi tetap harus terjadi.
Beberapa konsep dalam matematika, memang dapat dengan mudah diajarkan melalui
sebuah proses abstraksi empiris seperti konsep bilangan positif, sudut dan bangun
datar. Namun beberapa konsep dalam matematika seperti bilangan irasional, bilangan
ini lebih mengarah pada abstraksi yang dikemukakan oleh Mitchelmore & White
(2007:3) bahwa abstraksi terdiri dari proses pengenalan karakteristik yang sama
kemudian diikuti dengan penjelmaan kesamaan menjadi suatu objek mental yang baru.
Aktivitas abstraksi dimulai dengan kepekaan terhadap adanya karakteristik yang sama
abstraksi merupakan suatu perubahan yang tahan lama, sebagai hasil aktivitas
teori abstraksi yang dikenal dengan model abstraksi Recognizing, Building-With and
Constructing (RBC). Model ini juga dikenal oleh William (2007) dalam mengkaji
spontan dijelaskan oleh William sebagai suatu aktivitas keterlibatan siswa dalam
pembentukan konsep yang terjadi secara spontan hingga menarik fokus perhatian
siswa dalam belajar untuk membentuk suatu konsep matematika yang baru. Abstraksi
epistemis yang diidentifikasi terkait pada proses abstraksi yaitu: Pertama, Recognising
atau pengenalan struktur-stuktur matematis yang dikenal, hal ini terjadi ketika seorang
siswa menyadari bahwa struktur itu melekat dalam situasi matematis yang diberikan.
atau struktur-struktur hasil pemikiran sebelumnya) yang ada dalam rangka mencapai
Tugas yang sama dapat mengarahkan seorang anak pada fase Building-With tetapi
27
mungkin hal ini tidak berlaku bagi anak yang lain. Hal tersebut bergantung pada
adalah langkah utama pada abstraksi yang terdiri atas kumpulan pengetahuan artefak
untuk menghasilkan struktur baru yang menjadi ciri khas para anggotanya.
oleh Dreyfus dkk (2001) adalah sebuah aktivitas yang merupakan proses mental dalam
terjadinya proses abstraksi dalam belajar dapat dicermati dari beberapa aktivitas
merupakan komponen dasar dari proses abstraksi. Semua ahli sepakat dengan hal ini,
sebab proses abstraksi membutuhkan pengalaman siswa terhadap benda atau objek
langsung di dunia nyata yang mewakili objek-objek yang abstrak, pendapat yang
secara jeelas menggambarkan indikator ini adalah pendapat Liebeck (1984), Piaget
2014).
28
Aspek kedua ini sesuai dengan pendapat Gray dan Tall (2002) serta pendapat
Durmus dan Karakirik (2006). Menurut Gray dan Tall, kadangkala proses abstraksi
terjadi pada alam bawah sadar. Sedangkan menurut Durmus dan karakirik,
yang signifikan dan menghilangkan unsur-unsur yang tidak penting. Kedua pendapat
3) Membuat generalisasi
Membuat generalisasi telah dikaitkan dengan abstraksi oleh Ferrai (2003) dan
Piaget. Ferrari mengatakan bahwa komponen dasar dari abstraksi adalah generalisasi
yaitu pemisahan sebuah konsep dari konteks yang semestinya dan reifikasi yatiu
penggunaan ulang suatu konsep. Sedangkan Piaget mengatakan bahwa salah satu
belajar untuk menerapkan skema yang ada untuk digunakan pada fenomena yang lebih
matematika
simbol matematika sesuai dengan pendapat Van Oers (2007), Ferrari (2003), Barsalou
(2003), Liebeck (1984), Piaget. Menurut Van Oers, abstraksi merupakan konstruksi
objek mental yang dapat disimbolisasi (dapat direpresentasikan). Selain pendapat itu,
Mudzakir menyatakan representasi dalam bentuk visual berupa gambar dapat diamati
melalui aktivitas, yaitu membuat gambar pola-pola geometri, serta membuat gambar
idealisasi dimana siswa melepaskan sifat-sifat kebendaan dari sebuah objek atau
melakukan idealisasi. Indikator ini didukung oleh Van Oers (2007), Marsigit (2009),
dan Liebeck (1984). Menurut Marsigit (2009), idealisasi adalah kegiatan menganggap
sempurna sifat-sifat yang ada. Dari model kubus yang terbuat dari kayu jati, maka
dengan abstraksi hanya mempelajari tentang bentuk dan ukuran. Dengan idealisasi
maka dapat diperoleh bahwa ruas-ruas kubus berupa garis lurus. Apabila disimpulan
dari beberapa pendapat di atas, maka didapati bahwa salah satu indikator siswa telah
baru
pengertian baru telah didukung oleh Nurhasanah (2010:144) dimana aktivitas yang
menandakan proses ini berlangsung adalah jika siswa secara spontan saling
Aspek mengaplikasikan konsep pada konteks yang sesuai, indikator ini sesuai
dengan pendapat Van Oers, Skemp, dan Dienes. Menurut Van Oers (Nurhasanah,
aspek menghubungkan antarproses lalu muncul aspek aplikatif. Hal ini sesuai dengan
adalah suatu aktivitas ketika seseorang menjadi peka terhadap karakteristik yang sama
dijadikan dasar untuk melakukan klasifikasi hingga seseorang dapat mengenali suatu
merupakan aspek tertinggi, sebab pada indikator ini siswa tidak memerlukan lagi objek
kongkret atau dapat dikatakan siswa sudah lepas dari hal-hal yang kongkret. Aspek ini
menurut Yevdokimov dapat diamati pada aktivitas siswa yang mulai dapat
analisis.
B. Gaya kognitif
ini sering disebut gaya kognitif. Menurut Rahmatina dkk (2014:64) gaya kognitif
merupakan salah satu ide baru dalam kajian psikologi perkembangan dan pendidikan.
Ide ini berkembang pada penelitian bagaimana individu menerima dan mengorganisasi
highly consistent and pervasive way” berarti gaya kognitif adalah ciri khas dalam
32
melakukan sesuatu yang diungkapkan secara konsisten dan sudah mendarah daging
dalam keseluruhan aktivitas berpikir dan intelektual dengan cara yang konsisten dan
meluas.
Messick et al. dalam Rahman (2003) dalam Muniri (2015:61) memberi batasan
gaya kongitif yakni “Cognitive style are stable attitudes, represent or habitual
and problem solving” berarti gaya kognitif merupakan sikap stabil (relatif tetap), yang
sebagai berikut: gaya kognitif terkait dengan bentuk ketimbang isi dan kandungan
aktivitas kognitif; gaya kognitif mengacu pada inferensi individu tentang bagaimana
berhubunggan dengan orang lain; gaya kognitif adalah ciri kepribadian, pola dan ciri
kolektif yang mencakup ciri perilaku, temperamen, emosi, dan mental seseorang; gaya
kognitif bersifat stabil sepanjang masa; dan gaya kognitif dapat dibedakan dari
perseptual dan intelektual. Ciri tersebut bersifat konsisten dan dapat “menembus” ke
seluruh tingkah laku baik dalam aspek kognitif maupun dalam aspek afektif. Gaya
kognitif merujuk pada cara orang memperoleh informasi dan menggunakan strategi
Beberapa jenis gaya kognitif yang diidentifikasi oleh Siegel & Coop dalam
Thomas (1990) dalam Muniri (2015:64) adalah (a) mengutamakan perhatian global
dalam kategori yang lebih besar versus kategori bagian-bagian kecil yang banyak; (c)
kesamaan fungsi, waktu, atau ruang versus lambat, tingkah laku pemecahan masalah
Berdasarkan uraian di atas, setidaknya ada dua gaya kognitif yang secara
khusus penting dalam pendidikan, yaitu (1) gaya kognitif berdasarkan psikologis yakni
gay kognitif field independent versus gaya kognitif field dependent, dan (2) gaya
kognitif berdasarkan konseptual tempo yakni gaya kognitif impulsive versus gaya
kognitif reflexive.
Gaya kognitif yang telah ditemukan para ahli cukup banyak macamnya, pada
oleh Jerome Kagan tahun 1965. Kagan dan Kogan (1970) dalam Warli (2009:568)
ketidakpastian jawaban.
dalam mengukur impulsif reflektif dilihat dari variabel waktu yang digunakan siswa
jawaban sampai mendapatkan jawaban betul. Bila aspek waktu dibedakan menjadi
dua, yaitu cepat dan lambat, kemudian aspek frekuensi menjawab dibedakan menjadi
menjawab banyak), maka siswa dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok yakni fast
accurate, reflektif, impulsif, dan slow inaccurate. Nama gaya kongitif ini adalah
Reuchlin dalam Rozencwajg & Corroyer (2005) dalam Warli (2009:568) menemukan
proporsi anak impulsif-reflektif sebesar 70% demikian juga Rozencwajg & Corroyer
76,2%.
siswa yang mempunyai karakteristik cepat dalam menjawab masalah dan cermat/teliti
lambat dalam menjawab masalah dan cermat/teliti sehingga jawaban cenderung benar;
impulsif, siswa yang mempunyai karakteristik cepat dalam menjawab masalah tetapi
kurang cermat/kurang teliti sehingga jawaban cenderung salah; slow inaccurate, anak
35
berbeda tingkatannya. Ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat. Oleh
karena itu, mereka seringkali harus menempuh cara yang berbeda untuk bisa
memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Hal ini terjadi karena adanya
kebiasaan yang berhubungan dengan lingkungan belajar itulah yang dimaksud dengan
gaya kognitif.
jenis situasi lingkungannya. Setiap siswa memiliki gaya kognitif yang berbeda dalam
memproses informasi atau menghadapi suatu tugas dan masalah. Perbedaan ini
36
bukanlah menunjukkan tingkat intelegensi atau kecakapan tertentu, sebab siswa yang
berbeda dengan gaya kognitif yang sama belum tentu tingkat intelegensi atau
kemampuan yang sama. Apalagi dengan gaya kognitif yang berbeda, kecenderungan
perbedaan tingkat intelegensi dan kemampuan yang dimilikinya lebih besar. Didalam
gaya kognitif terdapat suatu cara yang berbeda untuk melihat, mengenal, dan
mengorganisir informasi. Setiap siswa memiliki cara yang lebih disukai dalam
respon yang lebih cepat, tetapi ada pula yang lebih lambat.
matematika yang telah dimiliki sebelumnya menjadi sebuah struktur baru yakni
menjadi satu konsep. Hal ini dilakukan dengan meniadakan sifat yang tidak sama dan
abstraksi karena pemahaman konsep merupakan bagian penting dari seorang siswa
tempo yang digunakan untuk merespon suatu stimulus, gaya kognitif dibagi menjadi
dua, yaitu gaya kognitif impulsif dan gaya kognitif reflektif. Kagan et al dalam
Backhaus dan Liff (2007) dalam Sarjana dkk (2016:3) mengemukakan bahwa siswa
sesuatu hal dengan detail sebelum mengambil keputusan. Sedangkan siswa yang
D. Materi Segitiga
1. Pengertian segitiga
Menurut Suhartono (2006:2) segitiga adalah gabungan tiga ruas garis yang
dibentuk oleh tiga titik yang tidak segaris yang sepasang-sepasang saling
titik tersebut adalah A, B, dan C maka segitiga yang terbentuk disebut segitiga ABC
dan ditulis ∆𝐴𝐵𝐶 dan sisi dihadapan titik sudut diberi nama huruf kecil yang sesuai
A
b
c C
∠𝐴𝐶𝐵 (∠𝐴, ∠𝐵, dan ∠𝐶) disebut sudut-sudut ∆𝐴𝐵𝐶 dengan titik-titik sudutnya adalah
titik A, B, dan C.
38
2. Sifat-sifat segitiga
Sifat 1
Jumlah panjang dua sisi dari suatu segitiga lebih panjang dari sisi yang
lain
Sifat 2
Sifat 3
Besar sudut luar segitiga sama dengan jumlah dua sudut dalam lainnya
Sifat 4
Dalam suatu segitiga sisi yang terpendek berhadapan dengan sudut yang
lebih kecil
3. Jenis-jenis segitiga
a) Segitiga lancip (acute triangle) adalah segitiga yang semua sudutnya merupakan
sudut lancip (sudut yang berukuran lebih dari 0° dan kurang dari 90°).
b) Segitiga tumpul (obtuse triangle) adalah segitiga yang mempunyai sudut tumpul
(sudut yang berukuran lebih dari 90° tetapi kurang dari 180°).
c) Segitiga siku-siku (right triangle) adalah segitiga yang mempunyai sudut siku-
a) Segitiga tidak sama sisi/sebarang (scalene triangle) adalah segitiga yang panjang
ketiga sisinya tidak sama panjang dan ketiga besar sudutnya tidak sama besar.
b) Segitiga sama kaki (isosceles triangle) adalah segitiga yang panjang kedua sisi
c) Segitiga sama sisi (equilateral triangle) adalah segitiga yang panjang ketiga
1) Garis tinggi
Garis tinggi dalam sebuah segitiga adalah garis lurus yang menghubungkan
satu titik sudut ke sisi dihadapannya secara tegak lurus (membentuk sudut siku-siku).
menghubungkan titik ∠𝐻 dengan sisi IJ pada titik K sedemikian hingga ∠𝐻𝐾𝐼 dan
2) Garis bagi
Garis bagi dalam sebuah segitiga adalah garis lurus yang menghubungkan satu
titik sudut segitiga ke sisi dihadapannya dan membagi sudut tersebut menjadi dua sama
besar. Perhatikan ∆𝐴𝐵𝐶 pada gambar. Garis AD adalah garis bagi. Garis AD
menghubungkan titik ∠𝐴 dengan sisi BC pada titik D sedemikian hingga ∠𝐵𝐴𝐷 sama
3) Garis berat
Garis berat dalam sebuah segitiga adalah garis lurus yang menghubungan satu
titik sudut ke sisi dihadapannya dan membagi sisi tersebut menjadi dua bagian sama
panjang. Perhatikan ∆𝑃𝑄𝑅 pada gambar. Garis PS adalah garis berat. Garis PS
menghubungkan titik ∠𝑃 dengan sisi QR pada titik S sedemikian hingga panjang sisi
QS sama dengan panjang sisi SR yaitu setengah dari panjang sisi QR.
41
Segitiga
Segitiga
segitiga siku-
segitiga lancip siku segitiga tumpul
Segitiga
dua sisinya
sama panjang
Gambar 2.3 Hubungan Jenis Segitiga Berdasarkan Dua Sisinya yang Sama Panjang
Segitiga
segitiga
segitiga segitiga segitiga
segitiga siku- segitiga segitiga
lancip lancip tumpul
lancip siku siku-siku tumpul
sama sama sama
sebarang sama sebarang sebarang
sisi kaki kaki
kaki
Gambar 2.4 Hubungan Jenis Segitiga Berdasarkan Besar Sudut dan Panjang Sisinya
43
Segitiga
segitiga
7. segitiga segitiga segitiga
segitiga segitiga segitiga
sama sama sebarang sebarang
sama sisi sama kaki sebarang
kaki kaki siku- tumpul
lancip siku-siku lancip
lancip tumpul siku
8.
Gambar 2.5 Hubungan Jenis Segitiga Berdasarkan Panjang Sisi dan Besar Sudutnya