You are on page 1of 7

Masuknya islam ke Eropa

1. Melalui Andalusia (Spanyol)

Dalam sejarah ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, tanah Spanyol lebih banyak
dikenal dengan nama Andalusia, yang diambil dari sebutan tanah Semenanjung Liberia.
Julukan Andalusia ini berasal dari kata Vandalusia, yang artinya negeri bangsa Vandal,
karena bagian selatan Semenanjung ini pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka
dikalahkan oleh bangsa Gothia Barat pada abad V. Daerah ini dikuasai oleh Islam setelah
penguasa Bani Umayah merebut tanah Semenanjung ini dari bangsa Gothi Barat pada masa
Khalifah Al-Walid ibn Abdul Malik.

Islam masuk ke Spanyol (Cordoba) pada tahun 93 H (711 M) melalui jalur Afrika
Utara di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad yang memimpin angkatan perang Islam untuk
membuka Andalusia.

Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan
menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Bani Umayah. Penguasaan
sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M).
Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di
daerah itu. Pada masa Khalifah Al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn
Nushair. Di zaman Al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya
dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari
pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah
memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn
Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai
Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan Kerajaan
Romawi, yaitu Kerajaan Gotik.

Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan
paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik,
Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik.
Ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu
pasukan perang lima ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat
buah kapal yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa
harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif ibn Malik
dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothicyang berkuasa di Spanyol pada saat
itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair
pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan
Thariq ibn Ziyad.

Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penaklukan Spanyol karena
pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku
Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim
Khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn
Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan
pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini,
maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di Bakkah,
Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya menaklukkan kota-kota
penting seperti Cordova, Granada dan Toledo (Ibu kota kerajaan Goth saat itu). Sebelum
menaklukkan kota Toledo, Thariq meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di
Afrika Utara. Lalu dikirimlah 5000 personil, sehingga jumlah pasukan Thariq 12000 orang.
Jumlah ini tidak sebanding dengan pasukan ghothic yang berjumlah 25.000 orang.

Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk
penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Musa bin Nushair pun melibatkan diri untuk
membantu perjuangan Thariq. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota
penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah


Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M, dengan sasarannya menguasai daerah sekitar
pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum
muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh
Spanyol dan melebar jauh ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.

Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu
tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal.

Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam
negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi
sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik,
wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil.
Bersamaan dengan itu, penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang
dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi.
Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa
dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh secara
brutal. Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga, keadaannya diliputi oleh
kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum
tertindas menanti kedatangan juru pembebas dan juru pembebasnya mereka temukan dari
orang Islam. Berkenaan dengan itu, Ameer Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin mengatakan,
ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan,
keadilan, dan kesejahteraan tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan
menyedihkan di bawah kekuasaan tangan resi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan
berada dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat. akibat perlakuan
yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan
pemberontakan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan
campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya dan sudah ada
jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk
ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol berada
di bawah pemerintahan Romawi, berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian
juga pertambangan, industri, dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang
baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian
lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa
digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dengan daerah lain sulit dilalui
akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.

Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh
keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick,
Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam.

Awal kehancuran kerajaan Ghot adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota
negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas
wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan
Achila, kakak, dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk
menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin.
Sementara itu, terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa
wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan
mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol. Julian bahkan memberikan
pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq, dan Musa.

Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah tentara Roderick yang terdiri dari
para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu, orang Yahudi
yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi
perjuangan kaum Muslimin.
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat
dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang, dan para prajurit Islam yang terlibat dalam
penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat,
tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah
dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang
ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap
toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum Muslimin itu
menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.

2. Melalui Sisilia (Daerah otonomi Italia)

Menurut sejarah yang ada, Sisilia pernah menjadi salah satu bagian dari wilayah peradaban
Islam.Wilayah ini menjadi salah satu pintu penghubung utama dunia Islam dengan Eropa
karena letaknya yang berdekatan dengan Tunisia di Afrika Utara. Saat berada di bawah
kekuasaan Islam, Sisilia berkembang begitu pesat dan berubah menjadi pusat peradaban dan
perniagaan.

3. Melalui Albania (Wilayah Balkan)

Salah satu posisi faktor utama dan yang membuka peluang pengenalan rakyat Balkan kepada
Islam adalah posisi geografis Balkan yang strategis. Secara keseluruhan, perkenalan mereka
terhadap Islam melalui jalur Albania.

4. Melalui kedatangan orang-orang Salib di Timur Islam

Invasi atas Sisilia dan Spanyol memberi arti bahwa di daerah pinggiran Kristen Latin kelak
suatu saat Islam akan hadir.

5. Pertukaran perdagangan antara barat dan timur melalui Mesir

6. penaklukan WINA

Wina, ibukota Republik Austria, saat ini adalah kota yang indah, bersih nan cantik di jantung
Eropa. Wina yang kini berpenduduk sekitar 1,7 juta jiwa, dan diapit oleh sungai Donau
(Danube) dan pegunungan dengan hutan “Wienerwald”-nya, sejak zaman Romawi sudah
merupakan tempat strategis dalam lalu lintas Eropa. Di zaman pertengahan, kekuasaan
Kekaisaran Habsburg Austria yang direstui oleh Sri Paus meliputi hampir separuh Eropa
(termasuk Jerman, Polandia, Cekia, Slowakia, Hungaria, Balkan, dsb).

Wina tercatat sebagai wilayah terakhir eropa yang menjadi saksi ekspansi kekhilafahan islam,
adalah sultan sulaiman yang diangkat menjadi khalifah islam pada 20 september 1520 di
ibukota turki utsmani islambul / konstantinopel yang memprakarsai untuk menaklukan
wilayah eropa.

Diapun memobilisasi para mujahidin dari seluruh dunia islam untuk ikut dalam ekspedisi
ini…tercatat banyak mujahidin datang dari maroko,mesir,arabia,persia hingga india, lantaran
banyaknya mujahidin dari luar turki praktis mujahidin dari turki menjadi minoritas dibanding
mujahidin dari daerah lain. pada tahun pertama ekspedisi dia sudah menaklukan beograd dan
seluruh balkan.

pada era 1520-an eropa sedang terpecah akibat pembaharuan agama oleh marthin luther,
pembaharuan ini berlangsung sampai ketataran politik. kaisar austria yang katolik bersikap
represif terhadap rakyatnya yang tertarik pada ajaran pembaharuan ini. karena sikap yang
represif pangeran John Zapolya dari Hungaria meminta bantuan Sultan Sulaiman karena takut
penindasan kekaisaran Austria.

kepungan atas wina pertama (1529)


Pada awal musim panas (Mei 1529) 120.000 mujahidin berangkat dari Konstantinopel
menuju Wina, dipimpin langsung Sultan Sulaiman. Berita ini menyebabkan pengungsian
massal penduduk Wina. Seruan bertahan dari Raja Ferdinand-I hampir tidak mendapat
sambutan. Cuma 12.000 tentara dan 5000 penduduk sipil yang siap mempertahankan kota,
sebagian akhirnya desersi.

22 september 1529 (19 Muharram 936 H) pasukan islam sudah mengepung Wina. Yang
disebut Wina saat itu baru cuma distrik-1 sekarang, yakni yang ada di dalam benteng.
Sekarang ini, jejak benteng itu adalah “Ring-strassen”, suatu boulevard cantik yang
mengelilingi pusat kota.

Sultan Sulaiman mengirim utusan untuk mengabarkan bahwa pasukan Islam tidak akan
memasuki Wina jika Wina menyerah. Bila tidak, maka Wina terpaksa akan
dibumihanguskan. Sultan Sulaiman ingin merebut Wina dengan sedikit mungkin korban di
kedua belah pihak. Dari laporan agen maya-mata, Sultan mengetahui, bahwa peluang Wina
untuk bertahan amat sangat kecil. Bangunan benteng kota Wina relatif ringkih. Selain itu
rakyat Austria sedang terpecah karena agama dan raja-raja Eropa lainnya banyak yang
menyangkal adanya “ancaman” dari kekhilafahan islam.

Selama masa pengepungan yang berlangsung tiga minggu, cuma sekali-sekali terjadi
bentrokan senjata. Pasukan muslimin mencoba membobol benteng kota dengan bahan
peledak. Serangan umum baru dijadwalkan pada 14 Oktober. Pada hari itu, sebuah ledakan
mengikis pintu gerbang “Kaertner” selebar 80 meter. Mulailah perang orang per orang.
Namun siangnya, Sultan Sulaiman menghentikan pengepungan dan menarik diri. Alasan
sesungguhnya tidak diketahui. Para ahli sejarah hanya bisa berspekulasi. Mungkin Sultan
cuma ingin berhenti sementara, dan toh secara umum, expedisi jihad ini sudah cukup berhasil
(Hungaria dan sebagian besar wilayah timur dan selatan Austria sudah direbut). Kebetulan
musim dingin datang agak lebih awal, dan Sultan cemas, bahwa pasukannya bisa kurang
disiplin bila mereka kedinginan. Ada memang legenda yang menceritakan bahwa sebenarnya
kathedral St. Stephan sudah direbut tentara islam, tapi mereka lalu mulai tidak disiplin dan
sibuk mengumpulkan ghanimah ( harta sitaan perang ). Di saat itulah, suatu peleton pasukan
Wina menggempur mereka. Dan Sultan cemas, bila korban pihak kaum muslimin di Wina
terlalu besar dibanding di tempat lain.

Namun secara prinsip Sultan Sulaiman bisa dianggap menang. Raja Ferdinand sudah mau
membayar “upeti” 30.000 Gulden per tahun. Namun upeti ini belum bisa dianggap jizyah.
Jizyah adalah pajak atas non muslim, yang hidup dalam Daarul Islam, karena mereka
dilindungi, mendapat jaminan sosial, serta tidak terkena kewajiban zakat dan jihad. Hanya
non muslim lelaki dewasa yang mampu yang terkena kewajiban jizyah. Jadi sistem Islam
belum bisa diterapkan di Austria. Austria belum masuk wilayah Daarul Islam.

Kepungan atas Wina kedua (1683)


Lebih dari 150 tahun kemudian, Sultan Muhammad-IV, berniat menyempurnakan pekerjaan
pendahulunya, dengan slogan: “Tempat yang pernah diinjak oleh telapak kuda Sultan, adalah
bumi Islam” serta “Makam para syuhada tak boleh dibiarkan ada di Daarul Kufr”. Kesalahan
yang terjadi 150 tahun yang lalu juga telah dianalisa, dan dicoba untuk dihindarkan. Maka
mereka berangkat jauh-jauh hari sebelum musim dingin tiba. Dengan demikian senjata berat
mereka bisa dibawa semua dan tak ada yang perlu ditinggal di perjalanan.
Pada 13 juli 1683 (18 Rajab 1094 H), Wazir Akbar Kara Mustafa ditugaskan ke Wina
memimpin 300.000 mujahidin. Kembali terjadi pengungsian massal, dan sedikit yang
bersedia ikut mempertahankan kota. Kara Mustafa masih memberi Wina tempo sampai
menyerah. Daerah-daerah sekitar Wina mulai mengirim duta untuk memulai negosiasi
perdamaian. Bahkan pada 29 juli 1529, Bratislava (ibu kota Slovakia sekarang) memohon
agar dijaga. Daerah-daerah itu merasa bebas dibawah kekhilafahan Islam dibanding di bawah
Kaisar Habsburg Austria (ingat !! , kekhilafahan islam tidak pernah mengusik agama pribadi
seseorang entah dia katolik atau protestan namun pada masa itu hal ini tidak berlaku bagi
kaisaran Austria).

Kara Mustafa masih menunda perintah serbuan umum, karena khawatir, bahwa pasukan
muslim akan kurang disiplin dan merampas apa saja yang ditemuinya untuk diri sendiri.
Apalagi banyak pedagang yang ikut dalam expedisi jihad ini yang siap-siap menjadi tukang
tadah. Dengan jumlah prajurit yang besar serta persenjataan yang canggih, mereka merasa
pasti menang. Namun penundaan ini ternyata tidak berakibat positif. Jumlah manusia dan
kuda yang sangat banyak, setiap hari membutuhkan logistik yang besar pula. Orang yang
tidak sabar mulai jalan sendiri untuk mendapat “hasil” dari keikutsertaan mereka dalam
ekspedisi ini. Beberapa oknum pasukan Islam lalu menukar bahan makanan atau senjata
dengan perhiasan atau bahkan minuman keras (!!) dengan tentara dari dalam kota (tentara
wina). Dan mereka yang sudah merasa mendapat “hasil” biasa pergi diam-diam (desersi).
Secara umum kedisiplinan mulai turun.

Sementara itu Graf Ernst Ruediger von Starhemberg, panglima Wina, masih sempat
mengirim kurir untuk meminta pasukan bantuan dari negeri-negeri sekutunya seperti
Spanyol, Jerman, Polandia, dan Italia. Bahkan Paus pun mengirim sejumlah besar uang dan
senjata. Pada 11 september 1683 sekitar 40.000 pasukan Polandia dan 70.000 pasukan
Jerman, di antaranya 40.000 pasukan berkuda sampai ke Wina. Pada waktu itu sebenarnya
situasi Wina sudah sangat kritis. Namun Kara Mustafa melakukan kesalahan taktis yang fatal:
ia salah hitung jumlah sebenarnya dari pasukan bantuan musuh itu. Akibatnya ia tak
memusatkan perhatian menghadapi pasukan bantuan musuh, melainkan sambil lalu tetap
melakukan serangan atas benteng kota Wina.

Akhirnya di suatu tempat yang kini dijuluki Taman Persembunyian orang-orang Turki
(Tuerkenschanzpark), terjadi pertempuran sengit. Pasukan bantuan negara eropa berhasil
menembus garis pertahanan pasukan islam, dan beberapa komandan kekhilafahan turki
utsmani yang tidak sabar mulai menyerukan untuk menarik diri. Akibatnya barisan justru jadi
panik porak poranda, kepungan atas Wina pecah, dan tentara islam lari tunggang langgang.
Puluhan ribu akhirnya gugur. Sejumlah besar meriam dan persenjataan canggih lainnya jatuh
ke tangan pasukan wina dan sekutunya.

kekalahan di Wina mengguncang dunia islam, hal ini karena mereka terbiasa mendengar
kemenangan tentara islam dalam setiap pertempuran…hal ini bisa dimaklumi karena selain
jumlah yang masif, juga kemampuan persenjataan yang kuat pada zamannya. Namun yang
paling penting adalah disiplin prajurit yang tinggi serta kesediaannya untuk menyetor
nyawanya / mati syahid menjadi faktor penting kemenangan tentara islam….namun
pelanggaran pada banyak faktor pada pengepungan di Wina seperti kedisiplinan dan tamak
harta sitaan perang serta kesalahan taktik menjadi faktor kekalahan telak di Wina. padahal
diatas kertas tentara islam bisa menang.
catatan sedikit:
Kekhilafahan Turki utsmani sebenarnya sudah memiliki tentara reguler yang menerima
bayaran secara teratur..namun penduduk sipil juga ikut dalam ekspedisi ini karenanya bila
ada kata2 mujahiddin / tentara islam kemungkin adalah gabungan antara tentara reguler
dengan para penduduk sipil. mujahiddin adalah sebutan umum untuk para pejuang islam
entah dia penduduk sipil / tentara reguler.

You might also like