You are on page 1of 18

MAKALAH PENDIDIKA PANCASILA

TINJAUAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM PERTAHANAN DAN


KEAMANAN

Disusun Oleh:

Galih Iman Prakoso 15504241015

Muchamag Gigih S.H 15504241016

Oni Kurniawan 15504241017

Indra Susila 15504241019

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018
Daftar Isi

Halaman Sampul ................................................................................ i

Daftar Isi ............................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan............................................................................. 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................... 2

Bab II Pembahasan ............................................................................ 3

A. Pengertian Paradigma............................................................... 3
B. Pengaruh Aspek Pertahanan Dan Keamanan .......................... 4
C. Perkembangan Pancasila sebagai Paradigma Pertahanan dan
Keamanan ................................................................................. 5
D. Poster Kekuatan Hankam ......................................................... 10
E. Pembangunan Kekuatan Hankam ........................................... 10
F. Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara
Dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan .............................. 11
G. Sistem Pertahanan Dan Keamanan Negara Indonesia ............. 13

Bab III Penutup ................................................................................... 15

Kesimpulan................................................................................ 15

Daftar Pustaka .................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara testimologis paradigma diartikan sebagai asumsi-asumsi
dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang umum (merupakan sumber nilai).
Paradigma adalah suatu kerangka konseptual, termasuk nilai, teknik
dan metode, yang disepakati dan digunakan oleh suatu komunitas
dalam memahami atau mempersepsi segala sesuatu. Dengan
demikian, fungsi utama paradigma adalah sebagai acuan dalam
mengarahkan tindakan, baik tindakan sehari-hari maupun tindakan
ilmiah. Sebagai acuan, maka lingkup suatu paradigma mencakup
berbagai asumsi dasar yang berkaitan dengan aspek ontologis,
epistemologis dan metodologis. Dengan kata lain, paradigma dapat
diartikan sebagai cara berpikir atau cara memahami gejala dan
fenomena semesta yang dianut oleh sekelompok masyarakat.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan pertahanan dan
keamanan dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai acuan,
kerangka acuan berpikir, pola acuan berpikir atau jelasnya sebagai
sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara dan
sekaligus kerangka arah/tujuan bagi pertahanan dan keamanan bangsa
Indonesia.
Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini
mengandung makna bahwa tugas dan tanggung jawab tidak hanya oleh
penyelenggara negara saja, tetapi juga rakyat Indonesia secara
keseluruhan. Atas dasar tersebut, sistem pertahanan dan keamanan
mengikut sertakan seluruh komponen bangsa.
Sistem pembangunan pertahanan dan keamanan Indonesia
disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta

1
(sishankamrata). Sistem pertahanan yang bersifat semesta melibatkan
seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta
dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara
total terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari
segala ancaman. Meskipun sistem pertahanan dan keamanan telah
diupayakan untuk dilaksanakan sesuai dengan Pancasila, namun masih
ada penyimpangan-penyimpangan baik yang dilakukan oleh pihak
pemerintah, maupun masyarakat. Pembuatan makalah ini bermaksud
untuk mengkaji lebih lanjut tentang sejauh mana implementasi
Pancasila sebagai paradigma pertahanan dan keamanan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan paradigma pertahanan dan keamanan di
Indonesia di masa orde lama, orde baru, dan reformasi ?
2. Bagaimana implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan
negara dalam bidang pertahanan dan keamanan ?
3. Bagaimana sistem pertahanan dan keamanan yang dianut Negara
Indonesia saat ini ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan paradigma pertahanan dan
keamanan di Indonesia
2. Untuk mengetahui implementasi Pancasila dalam pembuatan
kebijakan negara dalam bidang pertahanan dan keamanan
3. Untuk mengetahui sistem pertahanan dan keamanan yang
diterapkan Negara Indonesia yang sesuai dengan dasar Negara dan
konstitusi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma
Istilah paradigma dalam dunia ilmu pengetahuan dikembangkan
oleh Thomas S. Khun dalam bukunya The Structure of Scientific
Revolution (1970:49). Secara testimologis paradigma diartikan sebagai
asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang umum. Dengan
demikian maka paradigma merupakan sumber hukum, metoda yang
diterapkan dalam ilmu pengetahuan, sehingga sangat menentukan sifat,
ciri dan karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Paradigma dapat diartikan
sebagai keutuhan konseptual yang sarat dengan muatan ajaran, teori,
dalil, bahkan juga pandangan hidup untuk dijadikan dasar dan arah
pengembangan segala hal.
Dalam istilah ilmiah, paradigma kemudian berkembang dalam
berbagai bidang kehidupan manusia dan ilmu pengetahuan lain,
misalnya politik, hukum, ekonomi, budaya, serta bidang-bidang lainnya.
Istilah paradigma kemudian berkembang menjadi terminologi yang
mengandung konotasi pengertian sumber nilai, pola pikir, orientasi
dasar, sumber asas serta arah dan tujuan dari suatu
perkembangan,perubahan serta proses pembangunan.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan, artinya nilai-nilai
dasar pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan
tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di
Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan
penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara
dan ideologi nasional.

3
B. Pengaruh Aspek Pertahanan Dan Keamanan
Dewasa ini konsep pertahanan dan keamanan negara sering
diartikan negatif, yaitu untuk mempertahankan kekuasaan atau
meningkatkan supremasi kekuasaan negara. Bagi sekelompok orang
yang memandang konsep negara terpisah dari masyarakat sipil, maka
akan berpandangan bahwa konsep pertahanan dan keamanan hanya
akan memperkuat sekelompok orang. Namun bagi sementara orang
orang yang memandang negara adalah sebagai lembaga hidup
bersama yang berkembang dalam masyarakat, maka pertahanan dan
keamanan adalah sebagai sesuatu yang mutlak harus ada, karena
masyarakat membentuk negara salah satunya tujuannya adalah untuk
mendapatkan jaminan keamanan dari negara, sehingga dalam
kehidupan sehari-harinya dapat tentram, damai, dan sejahtera.
Bangsa dan negara indonesia dalam memenuhi tujuannya dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pertahanan dan
keamanan adalah merupakan suatu kebutuhan yang mutlak harus
diwujudkan. Pertahanan dan keamanan merupakan upaya preventif
untuk menjaga dan mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara
indonesia dari berbagai rongrongan, tekanan, maupun gangguan baik
yang datang dari dalam maupun dari luar negara republik indonesia.
Menurut deklarasi bangsa indonesia yang tertuang dalam pembukaan
UUD 1945, bahwa negara berkewajiban melindungi segenap bangsa
indonesia dan seluruh tumpah darah negara indonesia. Sejalan dengan
pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan pengertian ketahanan
nasional dalam bidang pertahanan dan keamanan yaitu merupakan
suatu kondisi dinamis suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan,
yang mengandung potensi untuk mengembangkan kemampuan
nasional menjadi kekuatan nasional, guna menghadapi dan mengatasi
segala ancaman, rongrongan, gangguan hambatan baik yang datang
dari dalam maupun dari luar negara indonesia, langsung maupun tidak

4
langsung membahayakan pertahanan dan keamanan bangsa dan
negara.
Pertahanan mengandung makna suatu kemampuan bangsa
untuk membina dan menggunakan kekuatan nasional guna menghadapi
ataupun menangkal rongrongan, gangguan, ancaman maupun tekanan
dari luar. Adapun keamanan mengandung arti kemampuan bangsa
untuk membina dan menggunakan kekuatan nasional guna menghadapi
serta menangkal ancaman, gangguan, dan tantangan yang datang dari
dalam negeri. Dua macam tugas pertahanan dan keamanan itu
berdasarkan teori maupun pengalaman kehidupan berbangsa dan
bernegara dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
sangat menentukan keberhasilan atau kegagalandalam melaksanakan
salah satu tugas negara pertahanan dan keamanan (defences and
security). Di samping itu tugas tersebut secara keseluruhan juga
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan unsur-unsur
ketahanan nasional lainnya (Parmono, 1995)

C. Perkembangan Pancasila sebagai Paradigma Pertahanan dan


Keamanan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan pertahanan
keamanan telah diterima bangsa Indonesia sebagaimana tertuang
dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara. Dalam
undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pertahanan Negara bertitik
tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk
menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.

5
1. Pancasila sebagai Paradigma Pertahanan dan Keamanan pada
Masa Orde Lama
Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan
paradigma yang berkembang pada situasi dunia yang diliputi oleh
tajamnya konflik ideologi. Pada saat itu kondisi politik dan keamanan
dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya
berada dalam suasana transisional dari masyarakat terjajah menjadi
masyarakat merdeka. Masa orde lama adalah masa pencarian
bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan.
Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja
menjadi masalah, tetapi lebih dari itu ada upaya-upaya untuk
mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan faham komunis
oleh PKI melalui pemberontakan di Madiun tahun 1948 dan oleh
DI/TII yang akan mendirikan negara dengan dasar islam. Pada
periode ini, nilai persatuan dan kesatuan masih tinggi ketika
menghadapi Belanda yang masih ingin mempertahankan
penjajahannya di bumi Indonesia. Namun setelah penjajah dapat
diusir, persatuan mulai mendapat tantangan. Dalam kehidupan
politik, sila keempat yang mengutamakan musyawarah dan mufakat
tidak dapat dilaksanakan, sebab demokrasi yang diterapkan adalah
demokrasi parlementer, dimana presiden hanya berfungsi sebagai
kepala negara, sedang kepala pemerintahan dipegang oleh Perdana
Menteri. Sistem ini menyebabkan tidak adanya stabilitas
pemerintahan. Kesimpulannya walaupun konstitusi yang digunakan
adalah Pancasila dan UUD 1945 yang presidensiil, namun dalam
praktek kenegaraan system presidensiil tak dapat diwujudkan.
Pada periode 1950-1959, walaupun dasar negara tetap
Pancasila, tetapi rumusan sila keempat bukan berjiwakan
musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak (voting). Sistem
pemerintahannya yang liberal sehingga lebih menekankan hak-hak
individual. Pada periode ini persatuan dan kesatuan mendapat

6
tantangan yang berat dengan munculnya pemberontakan RMS,
PRRI, dan Permesta yang ingin melepaskan diri dari NKRI. Dalam
bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya
pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis. Tetapi anggota
Konstituante hasil pemilu tidak dapat menyusun UUD seperti yang
diharapkan. Hal ini menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan
keamanan, yang menyebabkan pemerintah mengeluarkan Dekrit
Presiden 1959 untuk membubarkan Konstituante, UUD 1950 tidak
berlaku, dan kembali kepada UUD 1945. Kesimpulan yang ditarik
dari penerapan Pancasila selama periode ini adalah Pancasila
diarahkan sebagai ideology liberal yang ternyata tidak menjamin
stabilitas pemerintahan.

2. Pancasila sebagai Paradigma Pertahanan dan Keamanan pada


Masa Orde Baru
Dilihat dari konteks zaman, upaya Soeharto tentang Pancasila,
diliputi oleh paradigma yang esensinya adalah bagaimana
menegakkan stabilitas guna mendukung rehabilitasi dan
pembangunan ekonomi. Istilah terkenal pada saat itu adalah
stabilitas politik yang dinamis diikuti dengan trilogi pembangunan.
Perincian pemahaman Pancasila itu sebagaimana yang kita lihat
dalam konsep P4 dengan esensi selaras, serasi dan seimbang.
Soeharto melakukan ijtihad politik dengan melakukan pemahaman
Pancasila melalui apa yang disebut dengan P4 (Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) atau Ekaprasetia
Pancakarsa. Itu tentu saja didasarkan pada pengalaman era
sebelumnya dan situasi baru yang dihadapi bangsa.
Pada awalnya memang memberi angin segar dalam
pengamalan Pancasila, namun beberapa tahun kemudian kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan ternyata tidak sesuai dengan jiwa
Pancasila. Walaupun terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat dan

7
penghormatan dari dunia internasional, Tapi kondisi politik dan
keamanan dalam negeri tetap rentan, karena pemerintahan
sentralistik dan otoritarian. Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan
kekuasaan pemerintah dan tertutup bagi tafsiran lain. Demokratisasi
akhirnya tidak berjalan, dan pelanggaran HAM terjadi dimana-mana
yang dilakukan oleh aparat pemerintah atau negara. Pancasila
seringkali digunakan sebagai legimitator tindakan yang
menyimpang. Ia dikeramatkan sebagai alasan untuk stabilitas
nasional daripada sebagai ideologi yang memberikan ruang
kebebasan untuk berkreasi. Kesimpulan, Pancasila selama Orde
Baru diarahkan menjadi ideology yang hanya menguntungkan satu
golongan, yaitu loyalitas tunggal pada pemerintah dan demi
persatuan dan kesatuan hak-hak demokrasi dikekang.

3. Pancasila sebagai Paradigma Pertahanan dan Keamanan pada


Masa Reformasi
Bentuk aktualisasi Pancasila sebagai paradigma membangun
hankam yang santun (madani) adalah bahwa setiap alat Negara
yang ada (TNI AD, AL dan AU) bersatu padu dalam menjaga
keutuhan NKRI serta melindungi segenap individu warga Negara
tanpa terkecuali. Profil alat Negara tersebut harus benar-benar
menampilkan penampilan yang netral, jujur, professional, kreatif,
inovatif dan santun serta mampu menjalankan tugas pokok dan
fungsi dalam mengawal berbagai agenda besar perubahan bangsa
pasca reformasi 1998 serta menjamin profesionalisme prajurit dalam
menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik
yang berskala regional maupun global.
Pada masa pemerintahan SBY, terdapat banyak sekali teroris
yang masuk ke Indonesia. Misal, Amrozi, Imam samudera. Namun
dengan sistem keamanan Densus 88, terorisme mampu dibasmi.
Peningkatan anggaran pertahanan Indonesia secara signifikan telah

8
ditunjukkan selama era kepemimpinan Presiden SBY. Kekayaan
Angkatan Bersenjata RI sebagai kekuatan sosial, bersama kekuatan
sosial lainnya, memikul tugas dan tanggung jawab perjuangan
bangsa dalam mengisi kemerdekaan dan memperjuangkan
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pembinaan kemampuan ABRI sebagai kekuatan sosial
diarahkan agar Angkatan Bersenjata RI dalam persatuannya dengan
rakyat, mampu secara aktif melaksanakan kegiatan pembangunan
nasional, serta dapat meningkatkan peranannya dalam
memperkokoh ketahanan nasional. Adapun beberapa upaya dalam
meningkatkan sistem pertahanan dan keamanan NKRI, diantaranya
yaitu Kemhan memulai pembangunan kekuatan pertahanan secara
besar-besaran yang dilakukannya sejak tahun 2010, salah satunya
dengan mendorong kemajuan industri pertahanan dalam negeri.
Selain meningkatkan kemampuan pertahanan, Kemhan/TNI
juga aktif berpartisipasi dalam perdamaian dunia dengan mengirim
pasukan pemelihara perdamaian di bawah Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB). Ini merupakan amanat konstitusi agar Indonesia aktif
dalam perdamaian dunia. Saat meningkatnya Anggaran 2014 untuk
TNI, Indonesia terdorong untuk membeli alat senjata diantaranya
yaitu pesawat tempur, helicopter, pesawat angkut, rudal pertahanan,
kendaraan tempur taktis, kendaraan lapis baja, dan kapal cepat.
Selain itu, kasus Teroris di Poso yang terjadi akhir-akhir ini,
merupakan salah satu contoh pengaplikasian pancasila dalam
pengembangan keamanan dan pertahanan. Panglima Kodam
VII/Wirabuana Mayjen TNI Bachtiar mengajak masyarakat Poso di
Sulawesi Tengah untuk bersatu melawan terorisme. Yaitu dengan
berkomitmen untuk melapor kepada aparat jika mengetahui
keberadaan teroris, dan tidak diperbolehkannya warga untuk
memberikan bantuan dalam bentuk apapun kepada teroris. Hal ini
dapat disimpulkan dalam perwujudan sila ketiga pancasila yang

9
berbunyi “Persatuan Indonesia”, yang menunjukkan adanya rasa
persatuan antar warga untuk saling bahu membahu dalam
pemberantasan kejahatan terorisme dengan membangun
pertahanan dan keamanan bersama antar aparat dan warga.

D. Poster Kekuatan Hankam


Poster kekuatan hankam mencakup struktur kekuatan, tingkat
kemampuan, dan gelar kekuatan. Terdapat empat pendekatan yang di
gunakan untuk membangun postur kekuatan hankam, yaitu (1)
pendekatan Ancaman, (2) Misi, (3) kewilayahan, dan (4) politik. Dalam
konteks ini perlu ada pembagian tugas dan fungsi yang jelas antara
masalah pertahanan dan masalah keamanan.
Pertahanan difokuskan untuk menghadapi ancaman dari luar
negeri dan menjadi tanggung jawab TNI. Keamanan difokuskan untuk
menghadapi ancaman dan gangguan dari dalam negeri dan hal ini
menjadi tanggung jawab POLRI. TNI dapat dilibatkan untuk ikut
menangani masalah keamanan apabila di minta atau POLRI sudah tidak
mampu lagi karena kondisi ancaman yang meningkat ke keadaan
darurat.

E. Pembangunan Kekuatan Hankam


Konsepsi hankam perlu mengacu kepada konsep wawasan
nusantara dimana hankam mengarah pada upaya pertahanan seluruh
wilayah kedaulatan negara kesatuan republik indonesia yang meliputi
wilayah laut, udara, dan darat termasuk pulau-pulau besar dan kecil. Di
samping itu kekuatan hankam perlu mengantisipasi prediksi ancaman
dari luar sejalan dengan pesatnya perkembangan iptek militer yang telah
menghasilkan daya gempur yang tinggi dan jarak jangkauannya jauh.

10
F. Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara
Dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan
Pokok-pokok pikiran persatuan, keadilan sosial, kedaulatan
rakyat, dan Ketuhanan Yang Maha Esa yang terkandung dalam
Pembukaan UUD NKRI tahun 1945 merupakan pancaran dari
Pancasila. Empat pokok pikiran tersebut mewujudkan cita-cita hukum
yang menguasai hukum dasar negara, yaitu Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945. Penjabaran keempat pokok
pikiran Pembukaan ke dalam pasal-pasal UUD NKRI tahun 1945
mencakup empat aspek kehidupan bernegara, yaitu: politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan yang disingkat menjadi
POLEKSOSBUD HANKAM.
Aspek pertahanan keamanan dituangkan dalam pasal 27 ayat (3)
dan pasal 30 (Bakry, 2010: 276). Pasal 27 ayat (3) menetapkan bahwa
setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam pembelaan
negara. Dalam ketentuan ini, hak dan kewajiban warga negara
merupakan satu kesatuan, yaitu bahwa untuk turut serta dalam bela
negara pada satu sisi merupakan hak asasi manusia, namun pada sisi
lain merupakan kewajiban asasi manusia.
Pasal 30 ayat (1) menyatakan hak dan kewajiban setiap warga
negara ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Ketentuan ini menunjukkan bahwa usaha pertahanan dan keamanan
negara adalah hak dan kewajiban asasi manusia. Pada ayat (2) pasal
30 ini dinyatakan bahwa usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung. Selanjutnya pada ayat (3) pasal 30 ini juga dijelaskan
bahwa Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut, Angkatan Udara, sebagai alat negara bertugas
mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan

11
kedaulatan negara. Dalam ayat (4) pasal 30 dinyatakan Kepolisian
Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi,
mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum. Ayat (5)
pasal 30 menyatakan susunan dan kedudukan Tentara Nasional
Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan
kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat
keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara, serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan
diatur dengan undang-undang.
Pasal 27 ayat (3) dan pasal 30 di atas adalah penjabaran dari
pokok pikiran persatuan yang merupakan pancaran dari sila ketiga
Pancasila. Pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang
pertahanan keamanan nasional. Berdasarkan penjabaran pokok pikiran
persatuan tersebut, maka implementasi Pancasila dalam pembuatan
kebijakan negara dalam bidang pertahanan keamanan harus diawali
dengan kesadaran bahwa Indonesia adalah negara hukum. Dengan
demikian dan demi tegaknya hak-hak warga negara, diperlukan
peraturan perundang-undangan negara untuk mengatur ketertiban
warga negara dan dalam rangka melindungi hak-hak warga negara.
Dalam hal ini, segala sesuatu yang terkait dengan bidang pertahanan
keamanan harus diatur dengan memperhatikan tujuan negara untuk
melindungi segenap wilayah dan bangsa Indonesia. Pertahanan dan
keamanan negara diatur dan dikembangkan menurut dasar
kemanusiaan, bukan kekuasaan. Dengan kata lain, pertahanan dan
keamanan Indonesia berbasis pada moralitas kemanusiaan sehingga
kebijakan yang terkait dengannya harus terhindar dari pelanggaran hak-
hak asasi manusia.
Secara sistematis, pertahanan keamanan negara harus berdasar
pada tujuan tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk

12
Tuhan Yang Maha Esa (Sila pertama dan kedua), berdasar pada tujuan
untuk mewujudkan kepentingan seluruh warga sebagai warga negara
(Sila ketiga), harus mampu menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat
serta kebebasan kemanusiaan (Sila keempat), dan ditujukan untuk
terwujudnya keadilan dalam hidup masyarakat (Sila kelima). Semua ini
dimaksudkan agar pertahanan dan keamanan dapat ditempatkan dalam
konteks negara hukum, yang menghindari kesewenang-wenangan
negara dalam melindungi dan membela wilayah negara dan bangsa,
serta dalam mengayomi masyarakat.

G. Sistem Pertahanan Dan Keamanan Negara Indonesia


Pengembangan Hankam negara bertumpu dan berpegang pada
pendekatan historis Sishankamrata. Sishankamrata yang kita anut
selama ini adalah sistem pertahanan dan keamanan negara yang
hakikatnya adalah perlawanan rakyat semesta. Dalam arti bahwa
kemampuan penangkalan yang diwujudkan oleh sistem ini, sepenuhnya
disandarkan kepada partisipasi, semangat dan tekat rakyat yang
diwujudkan dengan kemampuan bela negara yang dapat diandalkan.
Kesemestaan harus dibina sehingga seluruh kemampuan nasional
dimungkinkan untuk dilibatkan guna menanggulangi setiap bentuk
ancaman, baik yang datang dari dalam maupun luar negeri.
Seluruh wilayah merupakan tumpuan perlawanan dan segenap
lingkungan harus dapat didayagunakan untuk mendukung setiap bentuk
dan kesemestaan, memang menuntut pemanduan upaya lintas sektoral
serta pemahaman dari semua pihak, baik yang berada di suprastruktur
politik maupun di infrastruktur politik. Corak perlawanan rakyat semesta
tersebut dengan sendirinya merupakan kebutuhan, baik konteks
kesiapan menghadapi kontinjensi sosial yang setiap saat bisa terjadi,
maupun menghadapi kontijensi bidang hankam. Disamping itu TNI juga
mendapat embanan tugas bantuan yang meliputi : Pertama, membantu
penyelenggaraan kegiatan kemanusiaan. Kedua, memberikan bantuan

13
kepada kepolisian atas permintaan. Ketiga, membantu tugas
pemeliharaan perdamaian dunia. Meskipun MPR telah dapat
menetapkan peran TNI, maka masih diperlukan payung hukum yang
menjadi dasar dari perubahan fungsi dan organisasi. Sebagaimana
diketahui Tap MPR merupakan aturan dasar yang melalui undang-
undang dapat berwujud Verbindliche Rechtsnormen yang disertai
paksaan dan hukuman. Tingkat pertama undang-undang merupakan
tempat selain untuk merinci aturan dasar yang terdapat dalam Tap MPR,
juga untuk menjadikan aturan dasar itu mempunyai kekuatan memaksa
hukum bagi pelanggar-pelanggarnya.

14
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Pancasila sebagai paradigma pembangunan pertahanan keamanan
telah diterima bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam UU
No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara. Dalam undang-
undang tersebut dinyatakan bahwa pertahanan Negara bertitik tolak
pada falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk
menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
2. Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang pertahanan dan keamanan mengacu pada aspek pertahanan
keamanan yang dituangkan dalam pasal 27 ayat (3) dan pasal 30.
3. Pengembangan Hankam negara tetap bertumpu dan berpegang
pada pendekatan historis Sishankamrata. Sishankamrata yang kita
anut selama ini adalah sistem pertahanan dan keamanan negara
yuang hakikatnya adalah perlawanan rakyat semesta. Dalam arti
bahwa kemampuan penangkalan yang diwujudkan oleh sistem ini,
sepenuhnya disandarkan kepada partisipasi, semangat dan tekat
rakyat yang diwujudkan dengan kemampuan bela negara yang
dapat diandalkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bakry, Noor Ms. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional.
Rukiyati, dkk. 2015. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Press

16

You might also like