You are on page 1of 5

LAPORAN PRAKTIKUM

EVALUASI PADA BUDIDAYA TANAMAN KACANG PANJANG


(Vigna sinensis L) OLEH BAPAK SUPARMAN DI DESA
BAKALAN KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN
SUKOHARJO JAWA TENGAH

Kelompok 27
1. Prastyo Budi W H0715002
2. Aldhera Nanda A H0715008
3. Alim Al Rosyid H0715009
4. Anisa Jamil N. R H0715015
5. Aulia Alfi N. A H0715020
6. Aulia Anandita H0715021

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
I. KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia
dan rahmat yang telah diberikan sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan
praktikum Pengendalian Hama Terpadu tepat pada waktunya. Kegiatan praktikum
Pengendalian Hama Terpadu kelompok kami mendapatkan komoditas tanaman
kacang panjang (Vigna sinensis L.). Lokasi pertanaman kacang panjang terletak di
desa Bakalan, kecamatan Polokarto, kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Kegiatan
pengamatan dilakukan pada tanaman sampel selama 5 minggu dengan pengamatan
intensif setiap satu minggu sekali pada hama.
Hama yang menjadi objek amatan pada lahan kacang panjang relative
banyak. Hal ini dilihat dari pengamatan langsung dan dari gejala serangan yang
timbul pada daun. Hama yang ditemukan yaitu ulat, kepik, kutu apis dan belalang.
Pengambilan sampel dilakukan secara sistematik sampling. Pola yang digunakan
yaitu membentuk huruf W. Jumlah Sampel yang digunakan sebanyak 30 tanaman.
Lahan kacang panjang yang dijadikan tempat pengamatan memiliki luas 500 m²
terdiri dari 1468 tanaman dengan jumlah bedengan 12 besar dan 1 bedengan kecil.
Lahan kacang panjang ini memiliki bedengan kecil artinya pada bagian pinggir
lahan hanya ditanami setengah bedengan. Hal ini dikarenakan bentuk lahan yang
memiring. Pola W pun dipilih untuk dapat mewakili keseluruhan area lahan dan
mewakili seluruh populasi kacang panjang.
Dalam pelaksanaan praktikum dan penulisan laporan, penyusun banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Kami mengharap kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak agar dapat tersusun menjadi lebih sempurna.
Akhir kata, kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Desember 2017

Penulis
II. HASIL PENGAMATAN

A. Kondisi Lahan Umum


Lahan tanaman kacang panjang yang digunakan sebagai obyek pengamatan
adalah lahan yang digarap bapak Suparman yang terletak di desa Bakalan
Kecamatan Polokarto kabupaten Sukoharjo. Lahan kacang panjang tersebut
memiliki luas sekitar 500 m2. Lahan kacang panjang yang digunakan untuk
budidaya adalah lahan persawahan sehingga pada saat air banyak akan terjadi
penggenangan untuk itu perlu pembuatan bedengan dalam penanamannya.
Areal pertanaman kacang panjang dibuat bedengan dan setiap bedengan diberi
mulsa plastik hitam perak (MPHP) untuk menjaga kelembaban tanah dan
mengurangi evaporasi.
Menurut Dika et al. (2017), penggunaan mulsa dapat memberikan
keuntungan antara lain memperkecil fluktuasi suhu tanah sehingga
menguntungkan pertumbuhan akar dan mikroorganisme tanah, memperkecil
laju erosi tanah baik akibat tumbukan butir-butir hujan maupun aliran
permukaan dan menghambat laju pertumbuhan gulma sehingga mampu
meningkatkan produksi tanaman. Pemasangan mulsa dilakukan setelah tanah
diolah dan diberi pupuk dasar. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L)
merupakan salah satu tanaman yang dimanfaatkan buah (biji), sehingga pupuk
dasar yang digunakan adalah pupuk organic dan pupuk P yaitu phonska.
Lahan kacang panjang terbagi menjadi 12 bedengan besar dan 1 bedengan
kecil serta setiap bedengan terdiri dari dua baris tanaman dengan jarak tanam
45x30 cm sedangkan lebar bedengan 90 cm dan jarak antar bedengan 40 cm.
Menurut Rasyid (2012) dalam memproduksi tanaman kacang panjang yang
baik dan memiliki nilai ekonomi tinggi maka diperlukan teknik budidaya yang
tepat. Teknik budidaya kacang panjang meliputi pengolahan lahan, penanaman,
penyulaman, pemasangan ajir atau lanjaran, pemangkasan, pemupukan,
penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, kemudian panen. Jarak tanam
merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya
tanaman kacang panjang. Jarak tanam adalah pengaturan pertumbuhan dalam
satuan luas. Lahan kacang panjang bapak Sumin sebelumnya ditanami tanaman
timun. Lahan tanaman kacang panjang ini terletak di pinggir jalan dan
disamping kanan berbatasan dengan lahan padi dan pada samping kiri
berbatasan dengan lahan kacang panjang.
Pengairan pada lahan kacang panjang milik bapak Suparman ini hanya
mengandalkan air hujan. Menurut Menurut Setijo (2013) kacang panjang adalah
tanaman tanaman palawija yang tidak membutuhkan banyak air untuk
pertumbuhannya. Tanaman ini cocok ditanam pada akhir musim hujan atau
pada musim kemarau dengan jaminan air yang memadai. Tanaman ini toleran
terhadap curah hujan dengan variasi cukup besar yakni 620-4100 mm/tahun.
Curah hujan yang tinggi harus dihindari sehingga sebisa mungkin menghindari
penanaman pada musim hujan. Curah hujan yang sesuai dengan tanaman
kacang panjang berkisar antara 600-1500 mm/tahun.
Desa Bakalan merupakan desa yang memiliki suhu cukup tinggi sehingga
penguapan yang terjadi juga tinggi. Lahan pertanaman kacang panjang tidak
ternaungi oleh tajuk pohon lain karena pohon tahunan hanya terdapat dipinggir
jalan, sehingga tanaman kacang panjang mendapatkan intensitas matahari yang
penuh. Lahan kacang panjang ini terletak di daerah dataran rendah dengan suhu
yang tinggi ketika siang hari. Angin yang berhembus pada sekitar lahan tidak
menentu terkadang berupa angin sepoi-sepoi tetapi terkadang angin yang
berhembus cukup kencang. Angin yang kencang berdampak pada saat
pembungaan karena apabila berhembus dengan kencang dapat merontokkan
bunga dan buah muda.
Menurut Anto (2013) Produksi kacang panjang dapat ditingkatkan melalui
upaya budidaya tanaman yang tepat, termasuk aspek pemeliharaannya yaitu
pemupukan. Dewasa ini pupuk yang banyak beredar dipasaran adalah pupuk
anorganik atau pupuk kimia. Pemakaian pupuk kimia dalam jangka waktu yang
lama dapat merusak ekosistem tanah. Penggunaan pupuk kimia juga dapat
menambah keasaman tanah yang menyebabkan banyak mikroorganisme tanah
yang mati. Berkurangnya mikroorganisme dalam tanah menyebabkan
berkurangnya pasokan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman, sehingga
tanaman tidak subur dan produksinya berkurang.

Setijo P. 2013. Penangkaran Benih Kacang Panjang. Yogyakarta: Kanisius.

Dika CU, Agus S, Medha B. 2017. Penggunaan bergabai jenis mulsa untuk
meningkatkan produksi brokoli (Brasicca oleracea). J Produksi Tanaman 5(1)
: 100-107

Anto A. 2013. Teknologi Budidaya Kacang Panjang. Penyuluh Pertanian BPTP.


Kalimantan Tengah.

Rasyid P. 2012. Kacang panjang (Vigna Sinensis. L) merupakan tanaman sayuran


semusim. J Budidaya Tanaman Kacang Panjang 2(3): 423-447.

You might also like