Professional Documents
Culture Documents
Dilema Iptek Dalam Transkultural Nursing
Dilema Iptek Dalam Transkultural Nursing
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
1. Dilema
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), dilema
mengandung arti situasi sulit yg mengharuskan orang menentukan
pilihan antara dua kemungkinan yg sama-sama tidak menyenangkan atau
tidak menguntungkan; situasi yg sulit dan membingungkan. Dilema,
suatu pilihan yang kadang-kadang sulit sekali untuk menentukan pilihan.
2. Transkultural Nursing
Kultur adalah kesatuan dari nilai, kepercayaan, norma, dan jalan
hidup yang menjadi pedoman dalam berpikir dan berperilaku (Purnell &
Paulanka, 2005 ).
Keperawatan transkultural melintasi batas-batas kebudayaan untuk
mencari esensi. Keperawatan transkultural merupakan campuran dari
antropologi dan keperawatan dalam teori dan praktik. Antropologi
mengacu pada manusia, termasuk asal, perilaku, status sosial, fisik,
mental, dan perkembangan zaman. Keperawatan merupakan sebuah ilmu
dan seni, maka keperawatan transkultural memungkinkan untuk melihat
profesi ini dengan perspektif yang berbeda (potter & perry, 2009).
Keperawatan transkultural adalah keperawatan yang berfokus pada
studi komparatif dan analisa pada perbedaan budaya. Keperawatan ini
berhubungan dengan kepedulian akan perilaku, keperawatan, dan nilai
sehat-sakit, serta kepercayaan mereka. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan untuk memberikan
keperawatan dalam kebudayaan khusus dan kebudayaan universal (potter
& perry, 2009).
4
Keperawatan transkultural memerlukan kemampuan dan
keterampilan untuk menilai dan mengabalisa untuk menyusun rencana,
implementasi, dan evaluasi keperawatan (potter & perry, 2009).
Menurut Leininger (1995), keperawatan transkultural penting
karena beberapa faktor, yaitu :
a. Terjadi peningkatan imigrasi
b. Terjadi peningkatan idealitas multikultural dalam pemahaman dan
penghargaan pada perawat dan tenaga kesehatan lain
c. Peningkatan teknologi kesehatan
d. Konflik budaya yang terjadi berdampak pada interaksi budaya lain
e. Terjadi peningkatan jumlah orang yang bekerja atau berwisata
kenegara lain
f. Terjadi peningkatan konflik budaya yang dihasilkan oleh praktik
kesehatan
g. Adanya emansipasi wanita dan gender
h. Peningkatan permintaan untuk komunitas dan latar belakang budaya
dalam konteks lingkungan
5
(pernyataan) yang satu dengan yang lainnya mempunyai hubungan
rasional sehingga dapat ditarik keputusan yang rasional pula.
Ilmu pengetahuan ini menurut ahli ilmu pengetahuan Karl Raimund
Popper dalam bukunya The Logic of Science Discovery (1959)
mempunyai ciri khas (critizable dan refutable) atas dasar pengamatan
dan pemeriksaan, maksudnya terbuka untuk dibantah kendati mungkin
akan tetap bertahan.
Menurut Adisusilo ( 1983 ) Proses sistematisasi pengetahuan
menjadi ilmu pengetahuan biasanya melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Tahap perumusan pertanyaan sebaik mungkin,
b. Merancang hipotesis yang mendasar dan teruji,
c. Menarik kesimpulan logis dari pengandaian-pengandaian,
d. Merancang teknis mentes pengandaian-pengandaian,
e. Menguji teknik itu sendiri apakah memadai dan dapat diandalkan,
f. Tes itu sendiri dilaksanakan dan hasil-hasilnya ditafsirkan,
g. Menilai tuntutan kebenaran yang diajukan oleh pengandaian-
pengandaian itu serta menilai kekuatan teknik tadi.
6
Sampai pada permulaan abad XX, istilah teknologi telah dipakai
secara umum dan merangkum suatu rangkaian sarana, proses, dan ide
disamping alat‐alat dan mesin‐mesin. Perluasan arti ini berjalan terus
sehingga sampai pertengahan abad ini muncul perumusan teknologi
sebagai sarana atau aktivitas yang dengannya manusia berusaha
mengubah atau menangani lingkungannya. Ini merupakan suatu
pengertian yang sangat luas karena setiap sarana perlengkapan maupun
kultural tergolong suatu teknologi.
Teknologi tidak dapat hanya dipahami sebagai benda‐benda
konkret saja, seperti mesin, alat, perkakas dan lain sebagainya. Seperti
terlihat dari awal katanya, teknologi adalah sebuah ilmu, yaitu ilmu untuk
membuat suatu alat, perkakas, mesin atau bentuk‐bentuk konkret lainnya
(sebagai penerapan kaidah dan prinsip‐ prinsip ilmu pengetahuan) untuk
memudahkan aktivitas atau pekerjaan manusia. Dengan demikian,
teknologi itu, mempunyai empat komponen utama:
a. Pengetahuan, yaitu seperangkat gagasan bagaimana mengerjakan
sesuatu,
b. Tujuan, untuk apa “sesuatu” tersebut digunakan,
c. Aktivitasnya harus terpola dan terorganisasi, dan
d. Lingkungan pendukung agar aktivitas itu dapat berjalan efektif.
7
Teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan dalam
pengertian bahwa penerapan itu menuju pada perbuatan atau perwujudan
sesuatu. Kecenderungan ini pun mempunyai suatu akibat dimana jika
teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan, dalam
perwujudan tersebut maka dengan sendirinya setiap jenis teknologi/
bagian ilmu pengetahuan dapat ada tanpa berpasangan dengan ilmu
pengetahuan dan pengetahuan tentang teknologi perlu disertai oleh
pengetahuan akan ilmu pengetahuan yang menjadi pasangannya.
8
dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan
saat ini, alasan mencari bantuan kesehatan, persepsi sehat-sakit,
kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan. Alasan klien
tidak mau operasi dan klien memilih pengobatan alternatif. Klien
mengikuti tes laboratorium darah dan memahami makna hasil tes
tersebut.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical
factors)
Agama adalah suatu sistem symbol yang mengakibatkan
pandangan dan motivasi yang amat realistik bagi para pemeluknya.
Sifat relistis merupakan ciri khusus agama. Agama menyediakan
motivasi kuat sekali untuk menempatkan kebenarannya diatas
segalanya, bahkan di atas kehidupan sendiri. Faktor agama yang
perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan agama
yang berdampak positif terhadap kesehatan, beriktiar untuk sembuh
tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh, status
pernikahan, persepsi klien terhadap kesehatan dan cara beradaptasi
terhadap situasinya saat ini, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan penularan kepada orang lain.
c. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan (kinship & social factors)
Pada faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh
perawat : nama lengkap dan nama panggilan di dalam keluarga,
umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan
klien dengan kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh
keluarga misalnya arisan keluarga, kegiatan yang dilakukan bersama
masyarakat misalnya : ikut kelompok olah raga atau pengajian.
d. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural values &
lifeways)
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia,
mengenai apa yang dianggap baik apa yang dianggap buruk. Nilai-
9
nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk.
Norma adalah aturan sosial atau patokan prilaku yang dianggap
pantas. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai
sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Hal-hal yang
perlu dikaji berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup
adalah : posisi dan jabatan misalnya ketua adat atau direktur, bahasa
yang digunakan, bahasa non verbal yang ditunjukkan klien,
kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang
berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang biasa
dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-
hari, misalnya sakit apabila sudah tergeletak dan tidak dapat pergi ke
sekolah atau ke kantor.
e. Faktor kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku (political
and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dan kelompok dalam
asuhan keperawatan transkultural (Andrew & Boyle, 1995), seperti
peraturan dan kebijakan dapat berkaitan dengan jam berkunjung,
klien harus memakai baju seragam, jumlah anggota keluarga yang
boleh menunggu, hak dan kewajiban klien yang harus dikontrakkkan
oleh rumah sakit, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-
sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera
sembuh. Sumber ekonomi yang pada umumnya dimanfaatkan klien
antara lain: asuransi, biaya kantor, tabungan dan patungan antar
anggota keluarga. Faktor ekonomi yang perlu dikaji oleh perawat
antara lain seperti pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,
kebiasaan menabung dan jumlah tabungan dalam sebulan. Faktor
10
ekonomi dapat ikut menentukan pasien atau keluarganya dirawat di
ruang yang sesuai dengan daya embannya.
11
pemeliharaan kesehatan holistik, penyembuhan penyakit, dan persiapan
menghadpi kematian. Oleh karena itu, ketujuh faktor tersebut harus dikaji
oleh perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien sebab
masing – masing faktor memberi ekspresi, pola, dan praktek keperawatan
(care expression, patterns, and practices). Dengan demikian, ketujuh faktor
tersebut besar kontribusinya terhadap pencapaian kesehatan secara holistik
atau kesejahteraan manusia, baik pada level individu, keluarga, kelompok,
komunitas, maupun institusi, di berbgai sistem kesehatan. Jika disesuaikan
dengan proses keperawatan, ke tujuh faktor tersebut masuk kedalam level
pertama yaitu tahap pengkajian.
12
Yaitu prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu
memperbaiki kondisi kesehatan dan gaya hidup klien kearah yang
lebih baik.
13
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek
dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.
4. Nonmalefisien
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya / cedera secara fisik
dan psikologik. Segala tindakan yang dilakukan pada klien.
5. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprehensif dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada
pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
salama menjalani perawatan. Walaupun demikian terdapat beberapa
argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika
kebenaran akan kesalahan prognosis pasien untuk pemulihan, atau
adanya hubungan paternalistik bahwa “doctor knows best” sebab
individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan
informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran adalah dasar dalam
membangun hubungan saling percaya
6. Fidelity
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan
adalah kewajiban seeorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya. Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap
14
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat
adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
7. Kerahasiaan (confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi
tentang klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi
tersebut kecuali jika diijin kan oleh klien dengan bukti persetujuannya.
Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikannya pada
teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus
dicegah.
8. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa
tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk
menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan standar yang pasti yang
mana tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak
jelas atau tanpa terkecuali.
15
Alasan klien tidak mau operasi dan klien memilih pengobatan alternatif.
Klien mengikuti tes laboraturium darah dan memahami makna hasil tes
tersebut.
E. Pembahasan
Menurut kelompok kami, dalam mengatasi masalah shock transcultural dalam
Dilema (IPTEK) harus menggunakan delapan prinsip, yaitu :
1. Otonomi
2. Benefisiensi
3. Keadilan (justice)
4. Nonmalefisien
5. Veracity (kejujuran)
6. Fidelity
7. Kerahasiaan (confidentiality)
8. Akuntabilitas (accountability)
16
Prinsip diatas merupakan prinsip penanganan masalah Dilema (IPTEK)
dalam transcultural nursing sehingga mahasiswa dan perawat dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari baik untuk diri sendiri
maupun orang lain.
17