You are on page 1of 14

DEFINISI

Bladder trining adalah latihan yang dilakukan untuk mengembalikan


tonus otot kandung kemih agar fungsinya kembali normal.
(AHCTR 1992)

B. TUJUAN
1. Melatih klien untuk melakukan BAK secara mandiri.
2. Mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang lama.
3. Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara
waktu tidak ada karena pemasangan kateter.
C. INDIKASI
Dilakukan pada :
1. Klien yang dilakukan pemasangan kateter cukup lama.
2. Klien yang akan di lakukan pelepasan dower kateter.
3. Klien yang mengalami inkontensia retentio urinea
4. Klien post operasi.

D. KONTRAINDIKASI
Tidak ada.

E. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Pastikan kebutuhan untuk bladder training

F. PROSEDUR KERJA
 Persiapan pasien
Sampaikan salam (Lihat SOP Komunikasi Terapeutik)
 Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
 Persiapan alat:
Catatan perawat
Klem
 Persiapan Lingkungan
Jaga privasi klien dengan menutup pintu
Atur pencahayaan, penerangan dan ruangan yang kondusif
 Pelaksanaan: ada 2 tingkat yaitu tingkat masih dalam kateter dan
tingkat bebas catheter.
Tingkat masih dalam kateter:
Prosedur 1 jam:
 Cuci tangan.
 Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00
s.d. jam 19.00. Setiap kali habis diberi minum ,catheter di klem.
 Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam
08.00 s.d. jam 20.00 dengan cara klem catheter dibuka.
 Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak
diklem) dan klien boleh minum tanpa ketentuan seperti pada
siang hari.
 Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai
program tersebut berjalan lancar dan berhasil.
Prosedur 2 jam:
 Cuci tangan.
 Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00
s.d. jam 19.00. Setiap kali habis diberi minum, catheter di klem.
 Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam
09.00 s.d jam 21.00 dengan cara klem catheter dibuka.
 Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak
diklem) dan klien boleh minum tanpa ketentuan seperti pada
siang hari.
 Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai
program tersebut berjalan lancar dan berhasil.
Tingkat bebas catheter prosedur ini
dilaksanakan apabila prosedur 1 sudah berjalan
lancar:
 Cuci tangan.
 Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00
s.d. jam 19.00, lalu kandung kemih dikosongkan.
 Kemudian catheter dilepas.
 Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk
konsentrasi BAK, kemudian lakukan penekanan pada area
kandung kemih dan lakukan pengosongan kandung kemih setiap
2 jam dengan menggunakan urinal.
 Berikan minum terakhir jam 19.00, selanjutnya klien tidak boleh
diberi minum sampai jam 07.00 pagi untuk menghindari
klien dari basahnya urine pada malam hari.
 Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih
selanjutnya dijadwalkan setiap 2 jam sekali, apabila ada
rangsangan BAK sebelum 2 jam klien diharuskan
menahannya
 Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencoba
mengosongkan kandung kemih dengan menggunakan urinal.
 Alat-alat dibereskan
 Akhiri interaksi dengan mengucapkan salam
 Cuci tangan (Lihat SOP Cuci Tangan)
 Dokumentasikan hasil tindakan

DAFTAR PUSTAKA

Anne Griffin Perry, A. Potter. 2005. Fundamental Keperawatan edisi 4. Jakarta :


EGC
Brunner, Suddarth. 1998. Manual of nursing practice edisi 4. Jakarta : EGC
http://familydoctor.org/online/famdocen/home/seniors/common-older/798.html
Definisi
Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung
kemih yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik
(potter & perry, 2005). Bladder training merupakan salah satu terapi yang efektif di antara
terapi nonfarmakologi.
Terdapat tiga macam metode bladder training, yaitu kegel exercises (latihan
pengencangan atau penguatan otot-otot dasar panggul), Delay urination (menunda berkemih),
dan scheduled bathroom trips (jadwal berkemih) Suhariyanto (2008). Latihan kegel (kegel
exercises) merupakan aktifitas fisik yang tersusun dalam suatu program yang dilakukan
secara berulang-ulang guna meningkatkan kebugaran tubuh. Latihan kegel dapat
meningkatkan mobilitas kandung kemih dan bermanfaat dalam menurunkan gangguan
pemenuhan kebutuhan eliminasi urin. Latihan otot dasar panggul dapat membantu
memperkuat otot dasar panggul untuk memperkuat penutupan uretra dan secara refleks
menghambat kontraksi kandung kemih. (Kane, 1996 dalam Nursalam 2006).
Bladder training dapat dilakukan dengan latihan menahan kencing (menunda untuk
berkemih). Pada pasien yang terpasang kateter, Bladder training dapat dilakukan dengan
mengklem aliran urin ke urin bag (Hariyati, 2000). Bladder training dilakukan sebelum
kateterisasi diberhentikan. Tindakan ini dapat dilakukan dengan menjepit kateter urin dengan
klem kemudian jepitannya dilepas setiap beberapa jam sekali. Kateter di klem selama 20
menit dan kemudian dilepas. Tindakan menjepit kateter ini memungkinkan kandung kemih
terisi urin dan otot destrusor berkontraksi sedangkan pelepasan klem memungkinkan kandung
kemih untuk mengosongkan isinya. (Smeltzer, 2001).
2. Tujuan
Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan
mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi
pengeluaran air kemih (potter&perry, 2005). Terapi ini bertujuan memperpanjang
interval berkemih yang normal dengan berbagai teknik distraksi atau teknik relaksasi
sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang, hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam
sekali. Melalui latihan, penderita diharapkan dapat menahan sensasi berkemih.
Latihan ini dilakukan pada pasien anak pasca bedah yang di pasang kateter
(Suharyanto, 2008).
Karon (2005) menyatakan tujuan dilakukan bladder training yaitu Membantu
anak mendapat pola berkemih yang rutin, Mengembangkan tonus otot kandung
kemih, Memperpanjang interval waktu berkemih, Meningkatkan kapasitas kandung
kemih.
· Melatih klien untuk melakukan BAK secara mandiri.
· Mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang lama.
· Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara waktu tidak
ada karena pemasangan kateter.
· Klien dapat mengontrol berkemih
· Klien dapat mengontrol buang air besar
· Menghindari kelembaban dan iritasi pada kulit lansia
· Menghindari isolasi sosial bagi klien
3. Indikasi dan kontraindikasi
a. Indikasi
· Klien yang dilakukan pemasangan kateter cukup lama.
· Klien yang akan di lakukan pelepasan dower kateter.
· Klien yang mengalami inkontinensia urin
· Klien post operasi.
· Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan
· Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urin.
b. Kontraindikasi
Tidak boleh dilakukan pada pasien gagal ginjal. karena akan terdapat batu
ginjal,yang di observasi hanya kencingnya. Jadi tidak boleh di bladder training
4. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan antara lain :
a. Pola berkemih
Info ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah program yang sering
memakan waktu 2 minggu atau lebih untuk dipelajari.
b. Ada tidaknya ISK atau penyakit penyebab
Bila terdapat ISK atau penyakit yang lainnya maka harus diobati dalam waktu
yang sama.
c. Kebutuhan klien akan bladder training
Pastikan bahwa pasien benar-benar membutuhkan bladder trainning
5. Prosedur
a. Persiapan pasien
· Sampaikan salam
· Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
b. persiapan alat
· Jam
· klem
· Air minum dalam tempatnya
· Obat deuritik jika diperlukan
c. Pelaksanaan
scheduled bathroom trips
· Beritahu klien untuk memulai jadwal berkemih pada bangun tidur, setiap 2-
3 jam sepanjang siang dan sore hari, sebelum tidur dan 4 jam sekali pada malam
hari.
· Beritahu klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal
untuk berkemih.
· Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika
rangsangan berkemihnya tidak dapat di tahan.
· Klien di suruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang waktu
yang telah ditentukan 2-3 jam sekali
· 30 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih yang telah ditentukan,
mintalah klien untuk memulai berkemih dengan teknik latihan dasar panggul.
Kegel exercise
· Minta kllien untuk mengembil posisi duduk atau berdiri
· Instruksikan klien untuk mengencangkan otot-otot di sekitar anus
· Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan
otot anterior secara perlahan sampai hitungan ke empat
· Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan
· Ulangi latihan 4 jam sekali, saat bangun tidur sealam 3 bulan
· Apabila memungkinkan, anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut di tekuk)
kepada klien
Delay urination
· Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul
· Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian
memulainya kembali.
· Praktikan setiap kali berkemih
d. Pasien dengan kateter
Masih dalam kateter
Prosedur 1 jam:
· Cuci tangan.
· Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d.
jam 19.00. Setiap kali habis diberi minum, catheter di klem.
· Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 08.00 s.d.
jam 20.00 dengan cara klem catheter dibuka.
· Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak diklem) dan
klien boleh minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari.
· Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai program
tersebut berjalan lancar dan berhasil.
Prosedur 2 jam:
· Cuci tangan.
· Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d.
jam 19.00. Setiap kali habis diberi minum, catheter di klem.
· Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 09.00 s.d
jam 21.00 dengan cara klem catheter dibuka.
· Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak diklem) dan
klien boleh minum tanpa ketentuan seperti padasiang hari.
· Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai program
tersebut berjalan lancar dan berhasil.
Bebas kateter
Prosedur ini dilakukan setelah prosedur masih dengan kateter sudah dilakukan
· Cuci tangan.
· Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam
19.00, lalu kandung kemih dikosongkan.
· Kemudian catheter dilepas.
· Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi
BAK, kemudian lakukan penekanan pada area kandung kemih dan lakukan
pengosongan kandung kemih setiap 2 jam dengan menggunakan urinal.
· Berikan minum terakhir jam 19.00, selanjutnya klien tidak boleh diberi
minum sampai jam 07.00 pagi untuk menghindari klien dari basahnya
urine pada malam hari.
· Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya
dijadwalkan setiap 2 jam sekali, apabila ada rangsangan BAK sebelum
2 jam klien diharuskan menahannya
· Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencoba
mengosongkan kandung kemih dengan menggunakan urinal.
6. Evaluasi
a. Klien dapat menahan berkemih dalam 6-7 kali perhari atau 3-4 jam sekali
b. Bila tindakan dirasakan belum optimal atau terdapat gangguan :
· Maka metode diatas dapat di tunjang dengan metode rangsangan dari
eksternal misalnya dengan suara aliran air dan menepuk paha bagian dalam
· Menggunakan metode untuk relaksasi guna membantu pengosongan
kandung kemih secara total, misalnya dengan membaca dan menarik napas
dalam.
· Menghindari minuman yang mengandung kafein.
· Minum obat diuretic yang telah diprogramkan atau cairan untuk
meningkatkan diuretic.
c. Sikap
· Jaga privasi klien
· Lakukan prosedur dengan teliti
7. Penatalaksanaan

 Pengaturan diet dan menghidari makanan / minuman yang mempengaruhi pola


berkemih (seperti kafein, alkohol)

 Program latihan berkemih yaitu latihan penguatan otot dasar panggul (pelvic floor
exercise) latihan fungsi kandung kemih (bladder training) dan program kateterisasi
intermitten.

 Latihan otot dasar panggul menggunakan bio feed back

 Latihan otot dasar panggul menggunakan vaginal weight cone therapy. Selain
behavioral therapies, dikenal pula intervensi lain, yaitu perawatan dan pemanfaatan
berbagai alat bantu terapi.
REFERENSI

1. Anne Griffin Perry, A. Potter. 2005. Fundamental Keperawatan edisi 4. Jakarta :


EGC
2. Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Volume 2.
Jakarta: EGC
3. Brunner and Suddarth, 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed.8 Vol.2. Jakarta : EEC
4. Nanda. 2009. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika
5. Sinaga, FA. 2011. Bab II Tinjauan Pustaka. Available at
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25132/4/Chapter%20II.pdf), diakses 31 Mei
2014
PENGERTIAN
Ada berbagai macam cara untuk mengembalikan lagi fungsi berkemih. Salah satunya
bisa dilakukan dengan melatih kembali kandung kemih (bladder training). Bladder training
adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami
gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal (Potter & Perry, 2005). Bladder training
merupakan salah satu terapi yang efektif diantara terapi nonfarmakologis.
Terdapat tiga macam metode bladder training, yaitu Delay urination (menunda berkemih),
scheduled bathroom trips (jadwal berkemih), dan kegel exercises (latihan pengencangan atau
penguatan otot-otot dasar panggul). Kegel exercise adalah latihan untuk meningkatkan kekuatan
otot dasar panggul yang terdiri dari kontraksi kelompok otot yang berulang (Potter & Perry,
2005). Karena kegel exercise memiliki manfaat yang baik untuk mengembalikan fungsi
kandung kemih. Untuk itu diperlukan pemberian informasi dan demonstrasi mengenai kegel
exercise, khususnya bagi lansia karena berdasarkan data yang didapat inkontinensia lebih
umun dialami oleh lansia.

2. TUJUAN
Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan mengembalikan
pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih.
Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan berbagai teknik
distraksi atau tekhnik relaksasi sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang, hanya 6-7 kali
per hari atau 3-4 jam sekali. Melalui latihan, penderita diharapkan dapat menahan sensasi
berkemih.
Tujuan lain yang dapat di capai adalah :

 Klien dapat mengontrol berkemih


 Klien dapat mengontrol buang air besar
 Menghindari kelembaban dan iritasi pada kulit lansia
 Menghindari isolasi sosial bagi klien

3. INDIKASI

 Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan


 Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urine
 Orang dengan pemasangan kateter yang relative lama
 Klien dengan inkontinentia urine

4. PROGRAM LATIHAN BLADDER TRAINING


 Penyuluhan
Memberikan pengertian kepada klien tentang tata cara latihan bladder training yang baik,
manfaat yang akan di capai dan kerugian jika tidak melaksanakan bladder training dengan
baik.

 Tahapan latihan mengontrol berkemih


Beberapa tindakan yang dapat membantu klien untuk mengembalikan kontrol kemih yaitu :
Persiapan alat :

 Jam
 Air minum dalam tempatnya
 Obat diuretic jika diperlukan
Persiapan pasien

 Jelaskan maksud dan tujuan dari tindakan tersebut


 Jelaskan prosedur tindakan yang harus dilakukan klien
Langkah-langkah :

1. Beritahu klien untuk memulai jadwal berkemih pada bangun tidur, setiap 2-3 jam
sepanjang siang dan sore hari, sebelum tidur dan 4 jam sekali pada malam hari.
2. Beritahu klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal untuk
berkemih.
3. Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika rangsangan
berkemihnya tidak dapat di tahan.
4. Klien di suruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang waktu yang telah
ditentukan 2-3 jam sekali
5. 30 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih yang telah ditentukan, mintalah klien
untuk memulai berkemih dengan teknik latihan dasar panggul.
 Senam Kegel
 Pengertian
Senam Kegel adalah senam yang bertujuan untuk memperkuat otot-otot dasar panggul
terutama otot pubococcygeal sehingga seorang wanita dapat memperkuat otot-otot saluran
kemih. Nama senam ini diambil dari penemunya Arnold Kegel, seorang dokter spesialis
kebidanan dan penyakit kandungan di Los Angeles sekitar tahun 1950-an. Dokter Kegel
seringkali melihat pasiennya yang sedang dalam proses persalinan sering tidak dapat
menahan keluarnya air seni (ngompol). Timbullah inisiatifnya untuk menemukan exercise
agar pasiennya tidak mengalami hal tersebut.

 Langkah-langkah Senam Kegel


Persiapan pasien

 Sampaikan salam (Lihat SOP Komunikasi Terapeutik)


 Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan

Persiapan alat:

 Catatan perawat
 Klem
Persiapan Lingkungan

 Jaga privasi klien dengan menutup pintu


 Atur pencahayaan, penerangan dan ruangan yang kondusif
Pelaksanaan: ada 2 tingkat yaitu tingkat masih dalam kateter dan tingkat bebas catheter.
 Tingkat masih dalam kateter:
- Prosedur 1 jam:
 Cuci tangan.
 Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam 19.00. Setiap
kali habis diberi minum ,kateter di klem.
 Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 08.00 s.d. jam 20.00
dengan cara klem kateter dibuka.
 Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak diklem) dan klien boleh
minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari.
 Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai program tersebut berjalan
lancar dan berhasil.

- Prosedur 2 jam:
 Cuci tangan.
 Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam 19.00. Setiap
kali habis diberi minum, catheter di klem.
 Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 09.00 s.d jam 21.00
dengan cara klem catheter dibuka.
 Pada malam hari (setelah jam 20.00) catheter dibuka (tidak diklem) dan klien boleh
minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari.
 Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai program tersebut berjalan
lancar dan berhasil.

 Tingkat bebas kateter prosedur ini dilaksanakan apabila prosedur 1 sudah


berjalan lancar:
 Cuci tangan.
 Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 07.00 s.d. jam 19.00, lalu
kandung kemih dikosongkan.
 Kemudian kateter dilepas.
 Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi BAK, kemudian
lakukan penekanan pada area kandung kemih dan lakukan pengosongan kandung
kemih setiap 2 jam dengan menggunakan urinal.
 Berikan minum terakhir jam 19.00, selanjutnya klien tidak boleh diberi minum
sampai jam 07.00 pagi untuk menghindari klien dari basahnya urine pada
malam hari.
 Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya dijadwalkan
setiap 2 jam sekali, apabila ada rangsangan BAK sebelum 2 jam klien
diharuskan menahannya
 Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencoba mengosongkan kandung
kemih dengan menggunakan urinal.
 Alat-alat dibereskan
 Akhiri interaksi dengan mengucapkan salam
 Cuci tangan (Lihat SOP Cuci Tangan)
 Dokumentasikan hasil tindakan

DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik;.
Volume 2. Jakarta : EGC.
Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Volume 2.
Jakarta: EGC.

You might also like