Professional Documents
Culture Documents
Prosedur Pengerjaan
Rute pemberian obat secara oral
Diberikan dengan alat suntik yang dilengkapi dengan jarum/kanula berujung
tumpul/berbentuk bola. Jarum/kanula dimasukkan ke dalam mulut perlahan-lahan, diluncurkan
melalui tepi langit-langit ke belakang oesofagus.
1
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
ekor dengan mencelupkan ke dalam air hangat (40oC-50oC). Pegang ujung ekor dengan tangan
satu dan suntik dengan tangan yang lain.
Rute pemberian obat secara intra peritoneal
Penyuntikan dilakukan pada perut sebelah kanan garis tengah, jangan terlalu tinggi agar tidak
mengenai hati dan kandung kemih. Hewan dipegang pada punggung sehingga kulit abdomen
menjadi tegang. Pada saat penyuntikan posisi kepala lebihrendah dari abdomen. Suntikkan
jarum menembus kulit dan otot masuk ke rongga peritoneal.
Pengamatan
1. Untuk masing-masing rute pemberian obat, catat waktu pemberiannya saat timbul dan
hilangnya masing-masing efek.
2. Efek yang diamati yaitu berbagai tingkat depresi seperti diantaranya:
- Aktivitas spontan dari respon terhadap stimulus pada keadaan normal
- Perubahan aktivitas, spontan atau dengan stimulus (gerakan tidak terkoordinasi)
- Tidak ada respon lokomotrik kalau distimulasi
- Usaha untuk menegakkan diri tidak berhasil
- Diam tidak bergerak, usaha untuk menegakkan diri tidak lagi dicoba
3. Buatkan tabel hasil pengamatan secara lengkap.
2
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Data Pengamatan
Rute
Mencit BB (kg) Dosis (VAO) t (waktu) Respon
Pemberian
3
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
4
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Tujuan:
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa diharapkan:
1. Mengenal dan mengamati berbagai faktor yang memodifikasi dosis obat.
2. Dapat mengemukakan hal-hal yang melandasi pengaruh faktor-faktor lain.
Prosedur Pengerjaan
Pengaruh variasi biologik terhadap efek obat
1. Siapkan hewan coba : 2 mencit jantan dan 2 mencit betina.
2. Hitung dosis, suntikkan secara intra peritoneal larutan obat.
3. Setelah penyuntikan obat, masing-masing mencit ditempatkan dalam kandang terpisah
dan efeknya selama 45 menit.
Pengamatan
1. Sesuai dengan efek yang diamati, masing-masing mencit dikelompokkan sebagai
berikut:
- Sangat resisten : tidak ada efek
- Resisten : tidak tidur tetapi mengalami ataxia
- Sesuai dengan efek yang diduga : tidur tetapi tegak kalau diberi rangsangan nyeri
- Peka : tidur, tidak tegak walaupun diberi rangsangan
nyeri
5
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
6
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Data Pengamatan
Mencit Jantan
Rute
Mencit BB (kg) Dosis (VAO) t (waktu) Respon
Pemberian
7
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Mencit Betina
Rute
Mencit BB (kg) Dosis (VAO) t (waktu) Respon
Pemberian
8
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
9
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Tujuan:
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa diharapkan:
1. Mampu mengukur dan mengevaluasi diameter pupil mata kelinci akibat pengaruh obat
kolonomimetik, muskarinik bloker, agonis adnergik dan adrenergik bloker.
2. Mampu mendemonstrasikan dan mengevaluasi perbedaan efek obat kolinergik dan
anti kolinergik pada kelenjar ludah kelinci.
Prosedur Pengerjaan
1. Pengaruh Obat Otonom Terhadap Otot Iris Mata
Ukur diameter kedua pupil mata kelinci dengan menggunakan loupe. Teteskan larutan
Atropin pada mata kiri dan larutan pilokarpin pada mata kanan; teteskan pada lekuk bawah
mata. Catat diameter pupil 0,5’, 1’, 5’, 10’, 15’, 30’ setelah diberi obat.
Cuci mata kelinci dengan aquadest, sampai ukuran pupil kembali seperti semula,
kemudian teteskan larutan pilokarpin dan atropin pada mata kiri. Catat diameter kedua
pupil 0,5’, 1’, 5’, 10’, 15’, 30’ setelah pemberian obat.
2. Pengaruh Obat Otonom Terhadap Kelenjar Ludah
Timbang kelinci dan sedasikan dengan Pentobarbital Na dosis 35 mg/kgBB secara i.m.
Suntikkan larutan Pilokarpin dosis 5 mg/kgBB secara i.m, catat saat munculnya saliva
dan tamping selama 5 menit serta ukur volume saliva.
10
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Suntikkan larutan Atropin sulfat dosis 0,15 mg/kgBB secara i.m, tamping saliva segera
setelah penyuntikkan dan ukur volumenya.
Bandingkan volume saliva setelah penyuntikkan Pilokarpin dan setelah penyuntikkan
atropin.
Data Pengamatan
1. Pengaruh obat otonom terhadap otot iris mata kelinci yang diberi Atropin (mata kanan)
dan Epinefrin (mata kiri)
D pupil
Diameter pupil kanan (cm) Diameter pupil kiri (cm)
normal
Kanan Kiri 0,5’ 1’ 5’ 10’ 15’ 30’ 0,5’ 1’ 5’ 10’ 15’ 30’
2. Pengaruh obat otonom terhadap otot iris mata kelinci yang diberi Pilokarpin + Atropin
(mata kanan) dan Pilokarpin (mata kiri)
D pupil
Diameter pupil kanan (cm) Diameter pupil kiri (cm)
normal
Kanan Kiri 0,5’ 1’ 5’ 10’ 15’ 30’ 0,5’ 1’ 5’ 10’ 15’ 30’
11
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
12
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
13
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Prosedur Pengerjaan
1. Tiap kelompok mahasiswa bekerja dengan 2 ekor tikus jantan.
2. Pada masing-masing tikus, amati dan catat hal-hal berikut sebelum pemberian anestesi
umum:
a. Kelakuan umum tikus
b. Reflek-reflek (nyeri)
3. Masukkan tikus ke dalam toples kaca yang di dalamnya diberi kapas yang sudah
ditetesi dengan eter, kloroform, atau etanol absolut.
4. Catat setiap perubahan yang terjadi pada masing-masing tikus seperti ad. 2.
5. Setelah dicapai tingkat anestesi untuk pembedahan, pemberian anestesi dihentikan.
6. Perhatikan dan catat tahap-tahap pemulihan kesadaran tikus.
7. Buatlah tabel pengamatan selengkap mungkin sehingga saudara dapat membahas dan
menarik kesimpulan dari percobaan ini dan terlihat korelasi antara gejala yang muncul
dengan tahap dan tingkat anestesi yang dicapai.
14
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Data Pengamatan
15
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
16
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Tujuan:
Setelah selesai menyelesaikan praktikum mahasiswa diharapkan:
1. Mampu melakukan cara penetapan aktivitas spontan tikus dengan alat rotarod sebagai
salah satu pengujian obat penekan susunan saraf pusat dan tranquilizer.
2. Mampu mengevaluasi perbedaan efek Klorpromazin dan Barbital pada peruabahn
aktivitas spontan tikus.
Prosedur Pengerjaan
Pengaruh Obat Sedatif dan Tranquilizer Terhadap Aktivitas Spontan Tikus
Timbang 2 ekor tikus dan mencit yang berjenis kelamin sama. Ukur pupil, amati reflek
kornea, reflek spinal, dan reflek balik badan tikus. Adaptasikan tikus dan mencit tersebut pada
rotarof selama 5 menit dengan meletakkan pada roda berputar rotarod kemudian catat selama
2 menit berapa kali tikus jatuh dari ban berputar rotarod.
Suntikkan larutan Klorpromazin dosis 20 mg/kgBB pada tikus pertama dan larutan
Pentobarbital Na dosis 20 mg/kgBB pada kedua tikus masing-masing secara i.m. Untuk
mencit pertama Klorpromazin dosis 10 mg/kgBB dan Pentobarbital Na dosis 10 mg/kgBB
pada mencit kedua masing-masing secara i.m.
Amati dan catat ukuran pupil, reflek kornea, reflek spinal, dan berjalan di rotarod pada
menit ke 20 dan 40 setelah pemberian obat.
17
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Data Pengamatan
1. Pemberian Klorpromazin
Rotarod
Rx balik
Perlakuan Rx kornea d pupil (dalam 1
badan
menit)
Sebelum
20 menit
40 menit
2. Pemberian Pentobarbital Na
Rotarod
Rx balik
Perlakuan Rx kornea d pupil (dalam 1
badan
menit)
Sebelum
20 menit
40 menit
18
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
19
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Tujuan:
Setelah selesai menyelesaikan praktikum mahasiswa diharapkan:
1. Mampu melakukan cara penetapan aktivitas spontan tikus dengan uji renang sebagai
salah satu pengujian obat anti depresan.
2. Mampu mengevaluasi perbedaan efek yang ditimbulkan oleh obat anti depresan dan
hewan coba normal.
Prosedur Pengerjaan
Sediakan 2 ekor tikus jantan dengan berat badan 150-200 gram. Kemudian ditimbang
berat badan tiap ekor tikus untuk menentukan dosis yang tepat. Untuk tikus yang satu
diinjeksikan imipramin dengan dosis 10 mg/kgBB. Tikus yang satu lagi digunakan sebagai
kontrol normal.
Dengan alat uji renang dicatat waktu yang diperlukan hewan percobaan untuk bertahan
berenang setelah sebagian ekornya diberi beban seberat tertentu. Hewan dikatakan terbenam
bila kepalanya tidak muncul lagi ke permukaan air selama 3 detik.
Untuk senyawa antidepresan, waktu yang diperlukan oleh masing-masing hewan untuk
bertahan melawan pergerakan yang disebabkan oleh masing-masing alat tersebut adalah makin
panjang bila disbanding dengan hewan kontrol.
20
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Data Pengamatan
40 menit
21
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Tujuan:
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa diharapkan:
1. Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek analgesik suatu
obat.
2. Mampu mengobservasi dan menyimpulkan perubahan respon akibat pemberian
berbagai dosis analgetika.
3. Mampu membuat kurva hubungan dosis-respon.
Prosedur Pengerjaan
Metode Jentik Ekor (Tail Flick)
Rangsang nyeri yang digunakan dalam metode ini beruapa air panas dengan suhu 50oC
dimana ekor mencit dimasukkan ke dalam air panas akan merasakan nyeri panas dan ekor
dijentikkan ke luar air panas tersebut.
1. Timbang masing-masing mencit, beri nomor dan catat.
2. Sebelum pemberian obat catat dengan menggunakan stopwatch waktu yang diperlukan
mencit untuk menjetikkan ekornya ke luar dari air panas. Tiap rangkaian pengamatan
dilakukan tiga kali selang 2 menit. Pengamatan pertama diabaikan, hasil pengamatan
terakhir dirata-ratakan dan dicatat sebagai respon normal masing-masing tikus.
22
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
3. Suntikkan secara intra muscular kepada masing-masing mencit obat dengan dosis yang
telah dikonversikan ke dosis mencit.
4. Pengamatan dilakukan pada menit ke 5, 15, 30, dan 45 setelah pemberian obat.
5. Buatlah tabel hasil pengamatan dengan lengkap.
6. Gambarkan suatu kurva hubungan antara dosis yang diberikan terhadap respon mencit
untuk stimulus nyeri.
23
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Metode
Pengamatan
Mencit BB (kg) Dosis (VAO)
Sebelum 5’ 15’ 30’ 45’
24
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
25
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
VIII. DIURETIK
Tujuan:
Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa diharapkan:
1. Mampu menerapkan metode pengujian obat diuretik
2. Mampu mengevaluasi potensi obat diuretik
Prosedur Pengerjaan
1. Puasakan tikus satu malam, dengan tetap diberi minum.
2. Beri pada semua tikus air hangat sebanyak 2,5 ml/100 g BB secara oral.
3. Suntikkan obat secara i.p obat furosemid dengan dosis 20 mg/kgBB dan 160 mg/kgBB
(dosis manusia).
4. Tempatkan masing-masing tikus dalam kandang metabolism dan tamping urin selama
90 menit.
5. Catat volume urin tiap 10’, 30’, dan 60’ setelah pemberian obat.
6. Hitung persentase volume urin kumulatif selama 60 menit terhadap volume air yang
diberikan secara oral.
7. Buatlah kurva hubungan antara dosis obat yang diberikan dengan volume urin yang
dikeluarkan selama 90 menit.
26
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Data Pengamatan
Dosis t Volume urin (ml)
Tikus BB (kg)
(VAO) pemberian 10’ 30’ 60’ Total
27
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
28
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Tujuan:
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan:
1. Mampu melaksanakan penetapan uji toksisitas akut
2. Mampu menetapkan LC50 sebagai parameter ketoksisan akut dengan analisa probit
3. Mahasiswa mampu menetapkan potensi ketoksisan akut
Teori
Hewan uji yang digunakan pada pengujian toksisitas adalah Artemia salina Leach yang
umum disebut sebagai Brine Shrimp. Artemia adalah udang tingkat rendah yang hidup sebagai
zooplankton, yang menghuni di perairan-perairan dengan kadar garam tingkat tinggi.
Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan metode uji pendahuluan yang
sangat sederhana bagi penelitian sumber bahan alami. Aktivitas senyawa aktif yang diketahui
berdasarkan nilai konsentrasi kematian (LC50), dimanifestasikan sebagai toksisitas pada hewan
uji Artemia salina Leach. Senyawa yang dapat menyebabkan kematian terhadap larva Brine
Shrimp merupakan senyawa yang diperkirakan memiliki efek toksik. Larva Brine Shrimp
telah banyak digunakan dalam beberappa sistem bioassay, salah satunya adalah metode
dimana ekstrak bahan alami, fraksi atau senyawa murni diuji pada konsentrasi 1000, 100, 10
dan 1 µg/ml dalam tabung (vial) berisi 10 ml air laut dan 10 ekor larva Artemia salina Leach
yang berumur 24 jam setelah menetes dengan tiga kali pengulangan. Orientasi konsentrasi
bertujuan untuk menentukan batas konsentrasi terkecil yaitu 10% kematian hewan uji (LC 50)
dan batas konsentrasi terbesar yaitu 90% kematian hewan uji (LC90), sehingga didapat
batasan-batasan konsentrasi yang tetap untuk pengujian.
Larva yang mati dihitung setelah 24 jam. Dari hasil ini dapat diketahui konsentrasi
terkecil dan konsentrasi terbesar yang mematikan hewan uji. Sehingga dapat dihitung rentang
konsentrasinya menggunakan rumus :
29
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
k a
Log N = log
n n
Keterangan :
N = konsentrasi yang mematikan 90%
N = konsentrasi yang mematikan 10%
k = banyaknya variasi – 1
a = konstanta awal setelah nol
Prosedur Pengerjaan
Persiapan Hewan Uji
30
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
6. Hitunglah jumlah Artemia salina yang mati tiap pada masing-masing konsentrasi
ekstrak.
7. Buatlah tabel hasil pengamatan dengan lengkap.
8. Hitunglah nilai LC50 menggunakan rumus analisa probit.
31
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Data Pengamatan
32
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
X. TOKSISITAS AKUT
Tujuan:
Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa diharapkan:
1. Mampu melaksanakan penetapan uji toksisitas akut.
2. Mampu menetapkan LD50 sebagai parameter ketosisan akut menurut cara FI III
3. Mahasiswa mampu menetapkan potensi akut.
Prosedur Pengerjaan
1. Adaptasikan hewan selama seminggu dan timbang berat badan. Siapkan hewan
percobaan 4 ekor perkelompok.
2. Berikan obat pada masing-masing sekelompok dengan dosis berbeda (dosis kelipatan).
3. Amati hewan selama 3 jam pengamatan meliputi:
a. Pengamatan fisik terhadap gejala klinis.
b. Jumlah hewan yang mati pada masing-masing kelompok uji.
4. Hitung LD50 dengan cara sebagai berikut :
m = a – b ( ∑ pi – 0,5)
m = LD50
a = logaritma dosis terendah yang masih menyebabkan jumlah kematian 100 % tiap
kelompok.
b = beda logaritma dosis yang berututan.
pi = jumlah hewan yang mati menerima dosis i dibagi dengan jumlah hewan
seluruhnya yang menerima dosis i.
33
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
34
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Data Pengamatan
II. 1
2
3
4
III. 1
2
3
4
IV. 1
2
3
4
35
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
Perhitungan LD50
jml hewan per Hewan yang Hewan yang
Dosis pi
kelompok mati hidup
36
Modul Praktikum Farmakoogi
Program Studi Farmasi
STIKES Prima Husada Indonesia
37