You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah rekayasa genetika dimulai sejak Mendel menemukan faktor yang diturunkan. Ketika
Oswald Avery (1944) menemukan fakta bahwa DNA membawa materi genetik, makin banyak
penelitian yang dilakukan terhadap DNA. Ilmu terapan ini dapat dianggap sebagai cabang
biologi maupun sebagai ilmu-ilmu rekayasa (keteknikan). Dapat dianggap, awal mulanya
adalah dari usaha-usaha yang dilakukan untuk menyingkap material yang diwariskan dari satu
generasi ke generasi yang lain. Ketika orang mengetahui bahwa kromosom adalah material
yang membawa bahan terwariskan itu (disebut gen) maka itulah awal mula ilmu ini.

Para ahli berusaha melawan gen-gen perusak dalam inti sel dengan berbagai cara rekayasa
genetika. Upaya yang dirintis tersebut dikenal dengan istilah terapi genetik. Terapi genetik
adalah perbaikan kelainan genetik dengan memperbaiki gen. Hal inilah yang melatar belakangi
diciptakannya rekayasa genetic dengan berbagai tujuan dengan melewati proses-proses
tertentu. Rekayasa genetika pada tanaman tumbuh lebih cepat dibandingkan dunia kedokteran.
Alasan pertama karena tumbuhan mempunyai sifat totipotensi (setiap potongan organ
tumbuhan dapat menjadi tumbuhan yang sempurna). Hal ini tidak dapat terjadi pada hewan,
kita tidak dapat menumbuhkan seekor tikus dari potongan kepala atau ekornya. Alasan kedua
karena petani merupakan potensi besar bagi varietas-varietas baru yang lebih unggul, sehingga
mengundang para pebisnis untuk masuk ke area ini.

Melalui rekayasa genetika manusia “menciptakan” tanaman, hewan dan mikroorganisme baru.
Para ilmuwan telah berhasil mengungkapkan kode genetis yang menentukan sifat-sifat khusus
semua makhluk hidup dan kini telah mampu mengkombinasikan gen-gen yang kalau secara
alami, tidak akan pernah berkombinasi. Perubahan genetis bukan sesuatu yang baru, karena
secara alami dapat terjadi melalui peristiwa yang disebut mutasi. Teknik yang paling dikenal
untuk mengubah makhluk hidup secara genetic adalah DNA rekombinan (rDNA). DNA adalah
singkatan dari Deoksiribonukleat Acid, suatu molekul yang mengkoda intruksi biologis.

Tren baru dalam budi daya buah-buahan adalah menghasilkan buah tanpa biji (seedless),
terutama untuk buah yang harganya mahal seperti anggur, jeruk, dan durian. Selain
meningkatkan daya tarik konsumen, harga buah tanpa biji juga lebih mahal. Secara alami, biji
sebenarnya diperlukan tanaman untuk berkembang biak, terutama bagi tanaman yang tidak bisa
diperbanyak secara vegetatif. Biji biasanya terlindung di dalam buah. Biji merupakan sumber
hormon (auksin) yang diperlukan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan buah. Namun,
pada beberapa jenis buah-buahan, biji terkadang mengganggu dan tidak diinginkan karena
merepotkan pada saat buah dikonsumsi. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas
mengenai rekayasa genetika tanpa biji pada buah jeruk. Terdapat beberapa kontra adanya
rekayasa genetika jika dilihat dari secara ekonomi:

· Tanaman transgenik diperkirakan berbahaya, di beberapa Negara telah mengatur dan


menolak produk transgenik, sehingga menutup pasar ekspor transgenik

· Produk bebas transgenik memperoleh harga yang lebih baik di pasaran internasional

· Perusahaan transgenik memonopoli sistem produksi pangan

· Perubahan pasar internasional atas produk minyak tangan

Jika dilihat dari segi konsumen:

· Keracunan makanan transgenik

· Berisiko kanker

· Alergi terhadap makanan

· Rusaknya kandungan gizi dan kualitas makanan

· Kekebalan bibit penyakit terhadap antibiotik

Jika dilihat dari segi pertanian:

· Hasil panen lebih rendah

· Biaya produksi lebih tinggi

· Memicu pertanian monokultur yang tidak berkelanjutan

· Hilangnya varietas lokal

· Peningkatan penggunaan bahan kimia pertanian

Jika dilihat dari segi lingkungan:

· Polusi genetika

· Hilangnya keanekaragaman hayati


· Virus tanaman baru yang lebih berbahaya

· Dampak negative pada ekologi tanah

· Gulma super

· Hama super

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa itu rekayasa genetika?

2) Bagaimana tahapan dalam rekayasa genetika?

3) Apa contoh rekayasa genetika dan bagaimana melakukannya?

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui pengertian mengenai rekayasa genetika.

2) Untuk mengetahui tahapan dalam melakukan rekayasa genetika.

3) Untuk mengetahui contoh rekayasa genetika serta cara yang dilakukan untuk mengubah
gen pada buah jeruk.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rekayasa Genetika

Rekayasa genetika dapat diartikan sebagai kegiatan manipulasi gen untuk mendapatkan produk
baru dengan cara membuat DNA rekombinan melalui penyisipan gen. DNA rekombinan
adalah DNA yang urutannya telah direkombinasikan agar memiliki sifat-sifat atau fungsi yang
kita inginkan sehingga organisme penerimanya mengekspresikan sifat atau melakukan fungsi
yang kita inginkan. Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme,
mulai dari bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga tumbuh-
tumbuhan. Bidang kedokteran dan farmasi paling banyak berinvestasi di bidang yang relatif
baru ini. Sementara itu bidang lain, seperti ilmu pangan, kedokteran hewan, pertanian
(termasuk peternakan dan perikanan), serta teknik lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini
untuk mengembangkan bidang masing-masing.

Salah satu penelitian yang memberikan kontribusi terbesar bagi rekayasa genetika adalah
penelitian terhadap transfer (pemindahan) DNA bakteri dari suatu sel ke sel yang lain melalui
lingkaran DNA kecil yang disebut Plasmid. Plasmid adalah gen yang melingkar yang terdapat
dalam sel bakteri, tak terikat pada kromosom. Melalui teknik plasmid dalam rekayasa genetika
tersebut, para ahli di bidang bioteknologi dapat mengembangkan tanaman transgenik yang
resisten terhadap hama dan penyakit.

Penemuan struktur DNA menjadi titik yang paling pokok karena dari sinilah orang kemudian
dapat menentukan bagaimana sifat dapat diubah dengan mengubah komposisi DNA, yang
adalah suatu polimer bervariasi. Tahap-tahap penting berikutnya adalah serangkaian penemuan
enzim restriksi (pemotong) DNA, regulasi (pengaturan ekspresi) DNA (diawali dari penemuan
operon laktosa pada prokariota), perakitan teknik PCR, transformasi genetik, teknik peredaman
gen (termasuk interferensi RNA), dan teknik mutasi terarah (seperti Tilling). Sejalan dengan
penemuan-penemuan penting itu, perkembangan di bidang biostatistika, bioinformatika dan
robotika/automasi memainkan peranan penting dalam kemajuan dan efisiensi kerja bidang ini.

Dalam rekayasa genetika, ada kode etik yang melarang keras percobaan ini pada manusia.
Akan tetapi, para ahli tidak selamanya bersikap kaku sebab berbagai penyakit fatal memang
sulit disembuhkan kecuali dengan terapi genetik. Maka muncul pendapat tentang perlu adanya
dispensasi. Dispensasi itu dikeluarkan oleh Komite Rekayasa Genetika dari Nasional Institute
of Health (NIH) Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1990.

2.2 Tahapan dan Manfaat Rekayasa Genetika

Tahap-Tahap Rekayasa Genetik

1. Mengindetifikasikan gen dan mengisolasi gen yang diinginkan.

2. Membuat DNA/AND salinan dari ARN Duta.

3. Pemasangan cDNA pada cincin plasmid


4. Penyisipan DNA rekombinan kedalam tubuh/sel bakteri.

5. Membuat klon bakteri yang mengandung DNA rekombinan

6. Pemanenan produk

Manfaat Rekayasa Genetik

1. Meningkatnya derajat kesehatan manusia, dengan diproduksinya berbagai hormon


manusia seperti insulin dan hormon pertumbuhan.

2. Tersedianya bahan makanan yang lebih melimpah.

3. Tersedianya sumber energy yang terbaharui.

4. Proses industri yang lebih murah.

5. Berkurangnya polusi

6. Adanya pestisida alami hasil dari tanaman rekayasa genetik

2.3 Contoh Rekayasa Genetika

Salah satu contoh rekayasa genetika pada buah tanpa biji adalah pada buah jeruk. Penghilangan
biji pada buah jeruk dilakukan dengan Tembakan sinar gamma. Penelitian ini dilakukan
oleh Dra Ismiyati Sutarto MS, pemulia tanaman di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
Pada April 2003 Ismiyati bersama Dita Agisimanto MP dan Ir Arry Supriyanto MS dari Balai
Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) di Batu, Jawa Timur, meradiasi
ranting keprok garut, keprok soe, dan pamelo nambangan sepanjang 20 cm yang memiliki 5-6
tunas. Ranting itu ditembak sinar gamma dengan dosis 0, 20, 40, 60, dan 80 grays. Dua hari
berselang, setiap mata tunas dari ranting itu diokulasi ke batang bawah jeruk JC berumur 4
bulan dalam polibag. Penanaman dilakukan di kebun penelitian Balitjestro di ketinggian 950
m dpl. Empat bulan kemudian diketahui tingkat keberhasilan hidup paling besar diperoleh dari
mata tunas yang diradiasi sinar gamma 20 grays. Setelah umur 1 tahun, semua tanaman yang
hidup ditanam dalam pot beton.

Dari 40 mata tunas keprok soe yang teradiasi sinar gamma 20 grays sebanyak 33 tunas bertahan
hidup dan tumbuh menjadi individu. Pada keprok garut tumbuh 47 tanaman dari 52 mata tunas.
Sedangkan pada pamelo nambangan dari 21 mata tunas, 20 berhasil tumbuh. Beberapa individu
dari mata tunas yang diradiasi 40 dan 60 grays masih bertahan. Sedangkan yang diradiasi sinar
gamma 80 grays hampir seluruhnya mati.

4-5 generasi

Pada 2005, jeruk yang terpapar radiasi itu mulai berbuah dan diamati. Buah kemudian
dikelompokkan berdasarkan jumlah biji. Keprok garut umumnya berbiji 10-33/buah, keprok
soe 12-14 biji/buah, dan pamelo nambangan 65-140 biji/buah. Ternyata radiasi 20 grays
melahirkan tanaman dengan buah seedless paling banyak dibandingkan radiasi 40 grays dan
60 grays. Untuk jeruk, dikatakan seedless jika hanya memiliki 0-5 biji per buah.

Pada keprok garut terdapat 14 tanaman dengan jumlah biji 0-5/buah. Keprok soe sebanyak 11
tanaman dan 3 tanaman pada pamelo nambangan. Radiasi sinar gamma 40 grays menghasilkan
1 keprok garut berbiji 0-5/buah, 9 tanaman keprok soe, dan 1 tanaman pamelo nambangan.

Yang menarik dengan radiasi itu tak hanya jeruk tanpa biji yang muncul. Penampilan buah pun
berubah. Contohnya pamelo nambangan yang semula berwarna hijau menjadi jingga
bersemburat hijau. Ada pula nambangan yang semula berdaging merah menjadi kuning
kehijauan.

Tanaman yang menghasilkan jeruk dengan biji hanya 0-5/buah kemudian diokulasi kembali
pada batang bawah JC untuk mengetahui tingkat kestabilan. ‘Jika dalam 4-5 generasi
dihasilkan buah yang tanpa biji, maka dapat dikatakan sifat itu stabil,’ kata Dr Ir Hardiyanto
MSc, kepala Balitjestro. Sampai saat ini hasil radiasi itu baru teruji 2 generasi di kebun
Balitjestro. ‘Generasi ke-2 ini menghasilkan 5 kandidat keprok soe seedless dengan jumlah biji
1-5 dan satu kandidat nambangan dengan jumlah biji nol,’ kata Baiq Dina Mariana SP, peneliti
jeruk dari Balitjestro.

Mudah dan murah

Sukses BATAN dan Balitjestro menghasilkan jeruk tanpa biji itu mendorong Ir Ni Luh Putu
Indriyani MP, peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Tropika, Solok, Sumatera
Barat, menghasilkan buah tanpa biji lain. Sebut saja duku, manggis, rambutan, durian, dan
mangga. Pada pertengahan hingga akhir 2009 Ni Luh mengumpulkan cabang mangga, duku,
manggis, durian, dan rambutan untuk diradiasi.
Menurut Ni Luh, teknik dengan radiasi untuk mendapat karakter yang diinginkan sebetulnya
peluangnya kecil. Ismiyati menyebut peluang kemunculan 0,1% dari populasi. Makanya
jumlah cabang yang diradiasi banyak sehingga peluang munculnya bisa besar. Waktunya pun
sangat panjang. Ni Luh mesti menunggu tanaman itu berbuah 4-5 tahun pascapenyambungan,
lalu mengujinya pada 3-4 generasi berikutnya atau 8-16 tahun untuk mengetahui tingkat
kestabilan. Artinya, mungkin, duku tanpa biji paling cepat muncul pada 2017.

Radiasi oleh BATAN dilakukan dengan alat radiasi irradiation gamma chamber dengan sumber
energi cobalt yang terlindung logam timbal, Di Institute of Radiation Breeding, Ibaraki, Jepang,
radiasi malah dilakukan di alam terbuka. Sumber radiasi dengan radius 100 m itu dikelilingi
bukit sebagai perisainya. Tanaman seperti pir, apel, padi, dan krisan langsung ditanam di
gamma field dan mendapat radiasi kronik. Dikatakan kronik karena energi radiasi rendah dan
waktu radiasi lama, bisa 8 jam sehari.

Sebetulnya tak hanya peneliti yang dapat menghasilkan buah tanpa biji dengan radiasi.
Pekebun pun bisa melakukan ujicoba karena biayanya murah. Biaya sekali penembakan hanya
Rp50.000-Rp100.000. Pekebun cukup membawa batang bawah dan ranting buah yang
diinginkan ke BATAN. Jumlahnya tergantung ketersediaan yang dimiliki pekebun. Bisa 1, 4,
5, atau 50 ranting, bahkan biji,’ kata Ismiyati.

Bahan kimia

Teknik radiasi hanya satu dari banyak cara memperoleh buah tanpa biji. Teknik lain ialah
penyilangan, pemberian bahan kimia seperti giberelin, mutasi alam, rekayasa genetika, atau
kombinasinya. Contohnya pada 1940-an para ahli Jepang membuat semangka tanpa biji dengan
memberikan kolkisin-bersifat melipatgandakan jumlah kromosom.

Menurut Drs Hendro Sunarjono, pakar buah di Bogor, Jawa Barat, caranya dengan
menyemprotkan giberelin pada saat bunga mekar. Buah terbentuk membesar jadi buah tanpa
biji. Sementara penggunaan giberelin untuk membuat buah tanpa biji dilakukan pekebun
anggur di Jepang sejak 1960-an.

Rekayasa genetik atau transformasi gen dilakukan dengan cara, ‘Memasukkan suatu gen untuk
mengkatalisis pembentukan enzim yang merangsang pembesaran buah,’ kata Dr Ragapadmi
Purnamaningsih, peneliti di Balai Besar Bioteknologi dan Genetika Pertanian (Balitbiogen),
Bogor. Cara itu dilakukan BB-Biogen pada tomat. Selain tak berbiji, anggota famili Solanaceae
itu bisa berproduksi optimal di dataran rendah.
Meski peluang munculnya buah dengan sifat yang diinginkan tinggi, tapi teknik itu sulit
dilakukan. ‘Perlu ahli khusus untuk memasukkan gen tertentu tersebut. Selain itu, biayanya
mahal,’ kata Dr Endang Gati Lestari, peneliti di BB-Biogen. Beda dengan radiasi yang peluang
munculnya acak, tapi lebih mudah dan murah, serta tak ada kontaminasi bahan kimia.

Adapun beberapa tahapan dalam melakukan radiasi ini adalah sebagai berikut :

1) Setek batang jeruk sepanjang 15 cm dimasukkan dalam wadah plastik transparan


lalu ditempatkan dalam tabung stainless steel untuk diradiasi

2) Selongsong logam berbentuk pensil dengan tinggi 50 cm dan diameter 11 mm berisi


logam cobalt yang memancarkan energi sinar gamma

3) Tabung stainless steel yang berisi setek batang jeruk diradiasi sesuai dengan dosis
yang diinginkan. Untuk sekali radiasi hanya bisa untuk sekali dosis perlakuan. Pada penelitian
radiasi untuk hasilkan jeruk tanpa biji ada 4 dosis perlakuan radiasi yaitu:

o 20 grays = radiasi selama 1 menit 22 detik

o 40 grays = radiasi selama 2 menit 44 detik

o 60 grays = radiasi selama 4 menit 6 detik

o 80 grays = radiasi selama 5 menit 29 detik

Dari radiasi itu yang banyak menghasilkan jeruk tanpa biji adalah perlakuan 20 dan 40 grays.

4) Perisai dari logam timbal sebagai pelindung agar radiasi gamma tidak menembus
keluar sehingga aman bagi operator

5) Pamelo nambangan berdaging merah muda dan seedless setelah ditembak sinar
gamma 40 grays

6) Radiasi dengan sinar gamma 20 gray hasilkan keprok soe berbiji 0-5 per buah

7) Pamelo nambangan daging putih seedless-2 biji per buah-hasil radiasi

8) Pada keprok garut hanya ada 1 biji per buah setelah diradiasi sinar gamma 20 grays.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Melalui rekayasa genetika manusia “menciptakan” tanaman, hewan dan mikroorganisme baru.
Tren baru dalam budi daya buah-buahan adalah menghasilkan buah tanpa biji (seedless),
terutama untuk buah yang harganya mahal. Selain meningkatkan daya tarik konsumen, harga
buah tanpa biji juga lebih mahal. Secara alami, biji sebenarnya diperlukan tanaman untuk
berkembang biak, terutama bagi tanaman yang tidak bisa diperbanyak secara vegetatif.

REFRENSI

Indrawanto, Evi. 2011.Bioteknologi dan Rekayasa


Genetika. http://cuntuleboar.blogspot.co.id/2015/02/bioteknologi-dan-rekayasa-
genetika_19.html

Saipol. 2012. Rekayasa Genetika Dalam Bidang Pertanian. file:///D:/rekayasa


genetika/GENETIKA PEMANFAATAN DAN DAMPAK BIOTEKNOLOGI.htm

Hasim. 2012. 12 Contoh Rekayasa Genetika Yang Aneh. http://www.mnn.com/green-


tech/research-innovations/photos/12-bizarre-examples-of-genetic-engineering/mad-science

You might also like