Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI
SKRIPSI
Oleh
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 1 Agustus 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
A.n.Ketua Jurusan Manajemen,
Sekretaris
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 27 Agustus 2013
Penguji
Anggota I Anggota II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
ataupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi
ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari
terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
“Pendidikan Merupakan
Persembahan:
Ibu Tercinta.
Almamater FE UNNES
v
PRAKATA
dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
Berdasarkan Sistem Activity Based Costing (Studi Kasus pada Usaha Batik
Mustika Blora)”.
petunjuk, bantuan, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
Semarang.
skripsi ini.
vi
5. Moh Khoiruddin, S.E., M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan
7. Seluruh staf dan Dosen Fakultas Ekonomi khususnya jurusan Manajemen atas
8. Bapak Paradise Bayu Pradoto, yang telah memberikan ijin untuk melakukan
9. Bapak dan Ibuku tercinta, pengorbanan dan ketulusanmu tak akan mampu
10. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan baik moril
maupun materil.
dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
Penulis
vii
SARI
Dyah .S,Ayu . 2013. “Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Batik Mustika
Blora Berdasarkan Sistem Activity Based Costing (Studi Kasus pada Usaha Batik
Mustika Blora)”. Manajemen Keuangan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing I. Prof. Dr. H. Achmad Slamet, M.Si. Pembimbing II
Moh Khoiruddin, S.E., M.Si.
Kata Kunci: Biaya Bahan Baku (BBB), Biaya Tenaga Kerja (BTK),
Biaya Overhead Pabrik (BOP)
viii
ABSTRACT
Dyah .S,Ayu . 2013. “Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Batik Mustika
Blora Berdasarkan Sistem Activity Based Costing (Studi Kasus pada Usaha Batik
Mustika Blora)”.Financial Management. Faculty of Economy. Semarang State
University. First Advisor: Prof. Dr. H. Achmad Slamet, M.Si., Second Advisor:
Moh Khoiruddin, S.E., M.Si
ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ........................................................................................... iv
PRAKATA ................................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
x
2.1.4.1 Biaya Bahan Baku .......................................................... 12
................................................................................................. 82
xi
4.3 Perbandingan Harga Pokok Produksi Batik Tulis
Konvensional ............................................................................ 84
Konvensional ............................................................................. 97
Konvensional ............................................................................. 99
BAB V PENUTUP
xii
DAFTAR TABEL
xiii
Tabel 4.25 Penentuan harga Pokok Produksi Batik Cap berdasarkan Sistem
Activity Based Costing ............................................................... 97
Tabel 4.26 Penentuan Tarif BOP Sistem Konvensional .............................. 98
Tabel 4.27 Penentuan HPP Batik Cap Berdasarkan Sistem Konvensional
...................................................................................................... 98
Tabel 4.28 Perbandingan HPP Batik Cap antara Sistem ABC dengan sistem
Konvensional ................................................................................ 99
Tabel 4.29 Perbandingan HPP antara Sistem ABC dengan sistem
Konvensional ................................................................................ 101
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
meningkatkan daya saingnya, persaingan di dunia global saat ini tidak hanya
dalam perhitungannya, maka yang akan terjadi adalah harga barang produksi
harga terlalu rendah memang akan menarik minat konsumen untuk membeli
penjualan tidak dapat menutup biaya produksi apabila keadaan ini terus
dapat digunakan untuk produksi satu jenis barang saja, karena hanya akan
memfokuskan pada biaya yang timbul saja, Oleh karena itu untuk
perhitungan produk yang lebih dari satu jenis diperlukan perhitungan yang
1
2
lebih akurat, apabila perhitungan harga pokok produksi tidak tepat hal ini
akan berdampak ruginya perusahaan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukaan
oleh Haryadi (2002:67) bahwa penentuan harga pokok produksi yang tidak
costing atau dengan sistem activity based costing, namun untuk metode full
berupa batik. Usaha Batik Mustika Blora memproduksi 2 jenis output batik
yaitu batik tulis dan batik cap. Menurut fakta yang terjadi di lapangan usaha
menghitung harga pokok produksi terlebih lagi untuk produk yang bersifat
heterogen
pokok produksi usaha Batik Mustika Blora terdapat gap atau kesenjangan
produk yang dihasilkan oleh usaha Batik Mustika Blora ada dua output yaitu
batik tulis dan batik cap sehingga kemungkinan ada ketidakakuratan dalam
harga jual produk. Oleh karena itu menimbulkan pertanyaan berapa besarnya
harga pokok produksi yang akurat dan efisien untuk produk Batik Mustika
harga pokok produksi Batik Mustika Blora berdasarkan sistem activity based
4
costing kepada usaha Batik Mustika Blora dalam penentuan harga pokok
akurat dalam menentukan harga pokok produksi karena biaya yang di catat di
Costing mempergunakan lebih dari satu pemicu biaya (cost driver) untuk
pada perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk dan memiliki
tersebut meliputi batik tulis dan batik cap. Perusahaan ini salah satu industri
pokok produksinya. Saat ini Batik Mustika Blora menghitung harga pokok
produksinya dan harga jual produknya dengan menghitung semua biaya yang
yang akurat tentang biaya produksi yaitu Activity Based Costing. Sistem ini
1. Seberapa besar harga pokok produksi kain batik cap dengan menggunakan
1.1 Bagi usaha Batik Mustika Blora sebagai penelitian ini dapat memberikan
Mustika Blora yang lebih akurat serta mengkaji ulang penentuan biaya
costing, serta dapat menjadi referensi dan sumber sarana dalam penelitian
produk yang sudah selesai dan ditransfer ke produk dalam proses pada
Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi
adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk
jadi. Biaya produksi digolongkan menjadi tiga jenis yaitu : biaya bahan baku
langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik. Hal ini senada
adalah biaya yang digunakan untuk membeli bahan baku yang dipakai dalam
8
9
memperoleh aktiva.
merupakan salah satu data yang dipertimbangkan, disamping data biaya lain
laba atau rugi bruto periodik, diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk
dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi.
10
d. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
neraca dan laporan rugi laba. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan
harga pokok persediaan produk jadi, dan harga pokok produk yang pada
tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu
penentuan biaya produk yang digunakan dalam jenis industri yang berbeda
yaitu sistem penentuan biaya berdasarkan pesanan (job costing) dan sistem
penjualan (sales order), yang membuat jenis dan jumlah produk yang
harus diserahkan. Atas dasar pesanan penjualan akan dibuat perintah produksi
dengan biaya yang dinikmati oleh setiap pesanan, jumlah biaya produksi
setiap pesanan akan dihitung pada saat pesanan selesai. Untuk menghitung
biaya satuan, jumlah biaya produksi pesanan tertentu dibagi jumlah produksi
laba atau rugi tiap pesanan, 5) menentukan harga pokok persediaan produk
persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.
untuk mengolah bahan mentah menjadi produk jadi. Biaya produksi dapat
digolongkan kedalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik.
atau diikuti jejaknya atau merupakan bagian integral pada produk tertentu.
Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang dipakai
didalam pengolahan produk. Bahan baku langsung adalah bahan baku yang
menjadi bagian integral dari produk jadi perusahaan dan dapat ditelusuri
dengan mudah. Bahan baku langsung ini menjadi bagian fisik produk,
terdapat hubungan langsung antara masukan bahan baku dan keluaran dalam
bentuk produk akhir atau jadi. Objek biaya dari bahan baku langsung adalah
produk. Menurut Simamora (1999: 36) Biaya bahan baku langsung adalah
biaya dari komponen-komponen fisik produk dan biaya bahan baku yang
produk. Bahan baku menurut Slamet (2007: 65) diartikan sebagai bahan yang
terpisahkan dari produk jadi. Dari beberapa pengertian diatas tentang biaya
13
bahan baku, maka dapat disimpulkan bahwa biaya bahan baku adalah biaya
memperlancar proses produksi atau disebut bahan baku penolong dan bahan
baku pembantu. Bahan baku dibedakan menjadi bahan baku langsung dan
bahan baku tidak langsung. Bahan baku langsung disebut dengan biaya bahan
baku, sedangkan bahan baku tidak langsung disebut biaya overhead pabrik.
Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk pekerja atau
karyawan yang dapat ditelusuri secara fisik kedalam pembuatan produk dan
bisa juga ditelusuri dengan mudah atau tanpa memakan banyak biaya, hal ini
menurut Simamora (1999: 37). Biaya tenaga kerja menurut Mulyadi (2000:
343) adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia.
Sehingga biaya tenaga kerja adalah biaya yang timbul akibat penggunaan
kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja
langsung adalah biaya tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses
produksi. Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang
tidak terlibat langsung dengan proses produksi, biaya tenaga kerja tidak
kategori yang disebut ongkos overhead, Menurut Hansen, Mowen (2004: 51).
Biaya overhead pabrik digolongkan menjadi tiga jenis biaya, yaitu bahan
penolong, tenaga kerja tidak langsung dan biaya lain-lain. Biaya bahan
penolong adalah bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi namun
bukan bagian integral dari produk jadi. Biaya tenaga kerja tidak langsung
adalah biaya personalia yang tidak bekerja secara langsung atas produk,
adalah biaya pabrikasi yang bukan bahan baku dan tenaga kerja Menurut
Simamora (1999: 38). Overhead pabrik juga disebut beban pabrik atau biaya
tiga pendekatan, yaitu dengan menggunakan full costing, variable costing dan
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variabel. Harga pokok
produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga
pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
15
overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan
b. Variable costing
kedalam harga pokok produksi, yang terdiri biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Harga pokok produk yang
dihitung dengan pendekatan variabel costing terdiri dari unsur harga pokok
produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
(biaya pemasaran variabel, biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya
tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi
harga pokok produk yang ditujukan untuk menyajikan informasi cost produk
menghasilkan produk.
16
biaya sistem tanpa proses ataupun perspektif, dan karenanya biaya yang
volume terkait sangat seperti jam tenaga kerja langsung dan jam mesin
full costing dan variable costing. Sistem biaya full costing juga biasa disebut
bahwa semua biaya dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu biaya
unit atau volume produksi. Jika unit produk atau penyebab lain yang sangat
berkaitan dengan unit yang diproduksi, seperti jam kerja langsung atau jam
mesin dianggap sebagai cost driver yang penting. Cost driver berdasarkan
unit atau volume ini digunakan untuk menetapkan biaya produksi kepada
produk. Pada sistem biaya full costing, pembebanan biaya bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung pada produk tidak memiliki tantangan
pabrik memiliki masalah lain, yaitu hubungan input output yang secara fisik
17
dapat diamati pada bahan langsung, dan biaya tenaga kerja langsung tidak
penggunaan tarif pabrik atau tarif departemen. Untuk tarif pabrik, tahap awal
sebanding dengan penggunaan jam tenaga kerja langsung, karena itu pada
tarif dengan jam tenaga kerja langsung sesungguhnya yang digunakan oleh
tiap produk. Untuk tarif departemen, biaya overhead pabrik dibebankan pada
seperti jam tenaga kerja langsung dan jam mesin digunakan untuk
departemen berdasarkan unit (jam mesin atau tenaga kerja yang digunakan),
18
diterima masing- masing departemen. Sistem ini dianggap lebih akurat untuk
menentukan harga pokok produksi. Padahal metode ini juga masih tidak
administrasi.
3. Biaya tenaga kerja langsung, bahan langsung dan dianggap dilacak (atau)
biaya produk.
dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu biaya tetap dan biaya
volume produksi. Jika hanya unit produksi atau penyebab lain yang sangat
berkaitan dengan unit yang diproduksi, seperti jam kerja atau jam mesin
dianggap sebagai cost driver yang penting. Cost driver berdasarkan unit
produk.
langsung dan tenaga kerja langsung pada produk tidak memiliki tantangan
masalah lain, yaitu hubungan masukan keluaran yang secara fisik dapat
diamati pada bahan langsung, dan biaya tenaga kerja langsung tidak
biaya overhead pabrik pada produk, melalui penggunaan tarif pabrik atau
tarif departemen. Untuk tarif pabrik, tahap awal yang harus dilakukan
sebanding dengan penggunaan jam tenaga kerja langsung, karena itu pada
langsung (untuk departemen padat tenaga kerja) dan jam mesin (untuk
berdasarkan unit (jam mesin atau jam tenaga kerja yang digunakan),
yang mendasarkan pada volume menurut Blocher dkk (2007: 220), jika :
dalam produksi,
2. Teknologi stabil,
Dalam beberapa situasi biaya produk yang diperoleh dengan cara tarif
tahun dan terus digunakan dengan sukses oleh banyak perusahaan. Pada
pada volume. Blocher dan Chen lin (2001:118) mengemukakan tarif ini
menghasilkan biaya produk yang tidak akurat, jika sebagian besar biaya
dan terus digunakan dengan sukses oleh banyak perusahaan. Namun, pada
beberapa situasi, tarif tersebut tidak banyak bekerja dengan baik dan
1. Mudah diterapkan
3. Mudah di audit. Karena jumlah cost driver yang digunakan sedikit, maka
terhadap sistem biaya tersebut agar biaya yang dikeluarkan untuk analisis
sebagai berikut :
overhead.
2. Hanya menggunakan dasar alokasi yang volume relate (unit level) untuk
berbeda.
aktivitas untuk produk atau proses produksi yang berbeda dalam pabrik
atau departemen.
diantaranya adalah :
1. Harga jam atau biaya tenaga kerja langsung yang digunakan untuk
2. Hanya basis alokasi yang berkaitan dengan volume, seperti jam kerja, jam
mesin dan rupiah bahan yang digunakan untuk mengalikan overhead dari
3. Pusat biaya terlalu besar dan terdiri dari mesin- mesin dengan struktur
biaya overhead yang sangat berbeda satu sama lain, mesin dan otomatik
utama yaitu :
27
yang menyebabkan distorsi sistem full costing ada dua yaitu : 1) proporsi
biaya overhead yang tidak berkaitan dengan unit terhadap total biaya
tidak berfungsi baik dan dapat menimbulkan distorsi biaya produk yang besar
unit, untuk membebankan biaya overhead secara tepat adalah proporsi biaya
overhead pabrik yang berkaitan dengan unit terhadap total biaya overhead,
adalah besar dan tingkat keragaman produk yang besar. Penggunaan tarif
overhead dalam proporsi yang berbeda- beda. Biaya produk akan terdistorsi,
28
memproduksi sendiri.
langsung.
3. Pengolahan data pada pusat yang padat karya lebih mahal daripada pusat
4. Tidak ada insetif bagi para manajer produk untuk mempengaruhi atau
penunjang.
5. Ruangan bersih yang mahal tidak digunakan secara efisien sebagai akibat
dapat digunakan dalam upaya mendapatkan harga pokok yang akurat melalui
pembebanan biaya overhead pabrik yang lebih teliti. ABC adalah pendekatan
memberikan analisis yang lebih rinci dan relevan biaya untuk keputusan
29
Sebaliknya, setiap sistem ABC perlu dirancang agar sesuai dengan kebutuhan
produk pada suatu proses pengolahan sebagai ganti dari pembebanan biaya
biaya bagi manajer untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang
mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap. ABC juga
objek biaya seperti produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang
perhitungan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan merupakan
30
hasil dari aktivitas dan aktivitas tersebut menggunakan sumber daya yang
informasi mengenai harga pokok produksi yang akurat, yang nantinya akan
Ada dua keyakinan dasar yang melandasi sistem activity based costing
1. Cost in caused
Activity Based Costing berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya
Pada konsep ini dasar activity based costing tersebut, biaya yang
merupakan konsumsi sumber daya (seperti: bahan, energi, tenaga kerja, dan
digunakan.
biaya tujuan atas dasar unit kegiatan dikonsumsi oleh tujuan biaya.
kepada pelanggan.
Sistem biaya full costing tidak lagi secara akurat membebankan biaya
(2007:281) :
2. Biaya Overhead Pabrik berlevel non unit jumlahnya besar Biaya berbasis
pabrik. Jika biaya- biaya berbasis non unit jumlahnya kecil, maka sistem
3. Diversitas Produk
aktivitas berbasis unit dan non unit berbeda-beda. Jika dalam suatu
relatif sama, berarti diersitas produk relatif rendah sehingga tidak ada
sumber daya berkaitan erat dengan unit yang diproduksi. Apabila biaya
manajemen harus menaksir trade off antara manfaat dan biaya sistem
costing secara optimal. Biaya sistem activity based costing harus lebih
hubungan biaya yang adalah langkah atau lebih dihapus dari objek
biaya akhir.
pelanggan.
atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver), yakni bertindak
biaya dasar unit maupun non unit dan biasanya jumlah pemicunya lebih
besar ketimbang jumlah pemicu biaya dasar unit yang lazim dipakai dalam
gugus.
38
biaya aktivitas, cost driver merupakan faktor yang dapat diukur yang
dasar yang sangat baik untuk membebankan biaya sumber daya pada
aktivitas dan biaya satu atau lebih aktivitas pada aktivitas atau objek biaya
(2006:94-95) adalah :
secara efektif sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas dan aktivitas
value and non value added activities, resources driver, activity driver.
aktivitas apa yang akan dilakukan, mengapa aktivitas itu dilakukan, dan
manfaat utama dari sistem activity based costing menurut Blocher dkk
(2007:232) yaitu :
lebih baik tentang penetapan harga jual, lini produk dan segmen pasar.
tentang biaya produk atau jasa yang lebih baik dibandingkan sistem
1. Alokasi
2. Mengabaikan biaya
berhubungan dengan produk atau jasa tersebut. Biaya produk atau jasa
sistem activity based costing itu sendiri memberi perhatian pada semua
(multiple cost driver), banyak dari cost driver tersebut adalah berbasis
kegiatan tersebut.
eliminasi.
eksternal.
overhead
ada. Bila ada yang dihasilkan dari sistem yang kurang bagus, maka
data yang ada perlu disesuaikan dengan cara yang lebih sulit
lebih luas.
Based Costing.
48
Costing menurut Jan Emblemsvag (2003: 103) itu seperti siang dan
tingkat unit.
mengenai organisasi.
kecil untuk analisis varian dari pada sistem full costing, karena
kelompok biaya (cost pool) dan pemicu biaya (cost driver) jauh lebih
akurat dan jelas, selain itu activity based costing dapat menggunakan
data biaya historis pada akhir periode untuk menghitung biaya aktual
yang ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang
produksi.
1. Fokus
karena biaya non unit dibebankan atas dasar unit yang diproduksi,
penggerak.
2. Lingkup
menjadi dua kategori fungsional utama, yaitu biaya produksi dan biaya
jadi sistem activity based costing tidak hanya berfokus pada biaya
3. Keterterapan
4. Pemanfaatan
perbaikan berkelanjutan.
akan semakin tinggi pula biaya pada batch level, sedangkan pada
setiap order, ini berarti terjadi pergeseran dari order yang bervolume
rendah.
jumlah :
1) Jam tenaja kerja untuk aktivitas yang bersifat intensif tenaga kerja;
perawatan umum.
Pada umumnya, output dan sistem biaya adalah produk dan jasa,
namun demikian output juga bisa berupa pelanggan, proyek, atau unit
bisnis.
ada dua tahap menurut Simamora (1999: 121), yaitu tahap pertama dalam
cost pool) adalah akumulasi biaya yang berkaitan dengan aktivitas yang
mesin produksi.
56
biaya.
1. Prosedur Tahap 1
a. Identifikasi aktivitas
kumpulan sejenis.
2. Prosedur Tahap 2
dihitung pada tahap pertama dan ukuran jumlah sumber daya yang
berikut:
sistem yaitu full costing, variabel costing dan activity based costing yang
jumlah output yang dihasilkan, sebenarnya sistem ini akurat dan tepat
untuk usaha yang memproduksi satu jenis barang saja atau homogen,
sedangkan untuk usaha yang memproduksi lebih dari satu jenis barang
sistem biaya full costing tidak tepat digunakan untuk menghitung harga
pokok produksi yang memproduksi output lebih dari satu jenis lebih tepat
62
macam hasil output yaitu batik tulis dan batik cap yang berasal dari satu
jenis bahan baku yang berupa kain mori sebagai bahan baku pembuatan
batik cap dan batik tulis. Tenaga kerja yang ada di usaha Batik Mustika
Blora berjumlah 19 orang dalam batik tulis dan 46 orang dalam batik cap
overhead pabrik yang dibebankan pada produksi batik antara lain biaya
bahan penolong, biaya listrik, biaya tenaga kerja pengiriman, biaya bahan
biaya tenaga kerja. Biaya overhead pabrik tidak dapat dibebankan secara
merata atau sama pada semua produk yang dihasilkan karena setiap
biaya dari setiap aktivitas produksi yang dilakukan sehingga tepat antara
menimbulkan distorsi.
untuk memproduksi batik cap dan batik tulis dibebankan semua langsung
sistem activity based costing dan pada metode konvensional pada usaha
METODE PENELITIAN
Objek penelitian ini adalah biaya harga pokok produksi yang menjadi
fokus dalam pembuatan batik cap dan batik tulis pada usaha kerajinan Batik
Mustika Blora untuk mengalokasikan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
Subjek penelitian ini adalah produk batik tulis dan batik cap dari
penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini akan mengkaji lebih dalam
65
66
aktivitas dalam pembuatan batik cap dan batik tulis dalam kerajinan Batik
Mustika Blora.
jadi. Dalam pembuatan produk jadi sendiri tidak terpaku saja pada harga beli
bahan baku saja melainkan juga memerlukan biaya lain yaitu biaya pembelian,
biaya pergudangan dan biaya perolehan lain yang nantinya akan menambah
membentuk suatu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dari produk jadi.
Bahan baku adalah bahan baku utama atau bahan pokok dan merupakan
Biaya bahan baku dalam penelitian ini adalah semua biaya yang
memperoleh produk jadi yang terdiri dari bahan baku utama berupa kain mori.
anggaran biaya bahan baku (BBB). Anggaran biaya bahan baku (BBB) adalah
kuantitas standar bahan baku dipakai (KSt) dikali harga bahan baku (HSt) per
Anggaran BBB (biaya bahan baku) disebut juga dengan biaya bahan
disebut kuantitas standar bahan baku dipakai (KSt). Kuantitas standar bahan
baku dipakai (KSt). Kuantitas standar bahan baku dipakai (KSt) adalah unit
ekuivalen produk (P) dikali kuantitas standar bahan baku per unit produk
KSt = P x KSBB
(2009,225) Biaya tenaga kerja langsung standar per unit produk terdiri dari jam
tenaga kerja langsung dan tarif upah standar tenaga kerja lansung. Jam standar
tenaga kerja langsung (JSTKL) adalah taksiran sejumlah jam tenaga kerja
langsung yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk tertentu. Jam
diharapkan.
68
tenaga kerja tidak langsung, penyusutan pabrik, mesin, berbagai alat manual
yang digunakan dalam proses produksi batik cap dan batik tulis serta
penggunaanya terhadap satu produk hasil output dari pabrik yang terdiri dari
3.5.1 Wawancara
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
satu topik tertentu hal ini menurut Esterberg dalam Sugiyono (2008:410).
Data yang diperoleh dari hasil wawancara ini adalah semua yang digunakan
untuk proses penelitian mulai dari aktivitas kegiatan, informasi tentang bahan
mendapatkan data mengenai prosedur produksi batik tulis dan batik cap pada
usaha Batik Mustika Blora selain itu wawancara juga difokuskan pada biaya-
biaya apa saja yang dikeluarkan untuk memproduksi batik cap dan tulis.
3.5.2 Dokumentasi
1. Mengidentifikasi aktifitas
Aktivitas yang dilakukan dalam pembuatan batik cap dan batik tulis
berbeda hal ini dikarenakan cara pembuatan yang tidak sama antara kedua
Biaya yang dikeluarkan dalam proses pembuatan batik cap dan batik
tulis ini antara lain: biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga
pokok per unit produk, langkah yang dilakukan adalah dengan menggunakan
tarif yang dihitung pada tahap pertama dan mengukur berapa jumlah konsumsi
berikut :
4.1 Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Activity Based Costing
Penentuan harga pokok produksi pada usaha Batik Mustika Blora sampai
saat ini masih menggunakan sistem konvensional, karena biaya produksi dihitung
batik tulis tersebut. Sedangkan untuk harga pokok produksi per satuan tiap produk
dihitung dengan membagi total harga pokok produksi dengan jumlah batik tulis
yang dihasilkan.
Analisis penentuan harga pokok produksi yang lebih akurat dapat dilakukan
pokok produksi batik pada usaha Batik Mustika Blora dengan sistem ABC dibagi
dalam dua cost pool. Cost pool tersebut yaitu batik tulis dan batik cap. Aktivitas
yang terjadi dalam pembuatan batik dikelompokkan dalam 5 cost driver yaitu
biaya-biaya yang dikeluarkan usaha Batik Mustika Blora selama proses produksi
pada bulan Juni 2013 terlebih dahulu harus diketahui. Proses klasifikasi biaya
dapat dimulai dengan suatu pengelompokkan yang sederhana dari semua biaya
dalam dua golongan, yaitu harga pokok produksi (manufacturing cost) dan biaya-
72
73
biaya komersil (commercial cost). Harga pokok produksi dibagi menurut tiga
unsur utama dari biaya yaitu biaya bahan baku (BBB), biaya tenaga kerja (BTK),
dan biaya overhead pabrik (BOP). Sedangkan biaya komersil yaitu biaya- biaya
Unsur utama dari biaya yang pertama adalah biaya bahan baku, bahan
baku yang digunakan dalam pembuatan batik tulis selama bulan Juni 2013 pada
No. Bahan Baku Jumlah pembelian Harga Bahan Jumlah Biaya Bahan
Baku Baku
(Rp) (Rp)
1 Kain mori 200 meter 20.000/m 4.000.000,00
Jumlah 4.000.000,00
Sumber : Data Batik Mustika Blora bulan Juni 2013
Harga per meter kain mori berbeda-beda tergantung dari kualitas bahan
namun usaha batik Blora memilih kain mori seharga Rp 20.000,00 untuk produksi
batiknya.Jumlah pemakaian bahan baku selama bulan Juni 2013 adalah sebesar
200 meter . Sehingga total biaya bahan baku Batik Tulis yang dikeluarkan sebesar
Rp 4.000.000,00.
Unsur utama biaya yang kedua adalah biaya tenaga kerja, upah tenaga
kerja langsung yang ada pada usaha Batik Mustika Blora dapat dilihat pada tabel
4.2
74
Jumlah 19 4.900.000,00
Sumber : Data Usaha Batik Blora bulan Juni 2013
Biaya tenaga kerja pada tabel 4.2 adalah biaya tenaga kerja langsung yang
membuat batik tulis di Usaha Batik Blora. Total biaya tenaga kerja pada Usaha
masing-masing.
Unsur utama dari biaya yang ketiga adalah biaya overhead pabrik. Biaya
yang termasuk dalam biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya yang tidak
Penentuan harga pokok produksi batik tulis dengan sistem activity based
A. Tahap Pertama
1. Analisis aktivitas
75
sebagai berikut :
a. Aktivitas pemeliharaan
c. Aktivitas pewarnaan
d. Aktivitas lorot
e. Aktivitas Pakaging
a. Aktivitas pemeliharaan
berdasarkan jam kerja langsung (JKL) selama bulan Juni 2013. Jumlah
jam kerja langsung sebesar 208 jam (8 jam x 26 hari). Biaya tersebut
208 JKL
= Rp 2.502,00/ JKL
yang digunakan selama bulan Juni 2013 sebesar 1200 meter. Biaya
1200 m
= Rp 1875/m
78
c. Aktivitas pewarnaan
bahan baku yang digunakan selama bulan Juni 2013. Jumlah bahan baku
1200m
= Rp 1.383,3/m
d. Aktivitas lorot
gas dan listrik Penentuan tarif kelompok berdasarkan jumlah bahan baku
yang diproduksi selama bulan Juni 2013. Jumlah bahan baku yang
1200 m
e. Aktivitas pakaging
biaya tas. Penentuan tarif kelompok berdasarkan jumlah unit batik yang
diproduksi selama bulan Juni 2013. Jumlah unit yang digunakan sebesar
600 unit.
600 unit
79
B. Tahap Kedua
a. Aktivitas pemeliharaan
batik tulis sebesar JKL104 (4 jam x 26 hari). Biaya yang digunakan dalam
berikut :
kelompok biaya pembuatan pola adalah biaya pemakain malam dan gas.
80
karena jumlah bahan baku adalah pemicu terjadinya biaya tersebut. Jumlah
bahan baku yang dianggarkan untuk pembuatan batik tulis sebesar 200
meter. Biaya yang digunakan untuk aktivitas pembuatan pola selama bulan
c. Aktivitas pewarnaan
driver berdasarkan jumlah pemakaian bahan baku batik tulis sebesar 200
d. Aktivitas lorot
masih menempel pada kain. Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya
81
aktivitas lorot adalah biaya gas dan listrik. Pengalokasian biaya ke cost
Biaya yang digunakan dalam aktivitas lorot selama bulan Juni 2013 adalah
e. Aktivitas pakaging
Pada proses ini batik telah siap untuk dijual tetapi di proses
pakaging ini batik diberikan tas sebagai kemasan saat dijual. Biaya yang
Tabel 4.11 Penentuan Harga Pokok Produksi Batik Tulis berdasarkan Sistem
Activity Based Costing
Jumlah BBB BTK BOP HPP HPP/unit
unit Rp % Rp % Rp %
100 4.000.000 38,92 4.900.000 47,67 1.378.541,67 13,41 10.278.541 102.785,42
Sumber : data primer yang diolah Juni 2013
Pada tabel 4.11 menyajikan penentuan harga pokok produksi batik tulis
dengan sistem activity based costing. Harga pokok produksi batik tulis sebesar Rp
10.278.541,00 diperoleh dari penjumlahan tiga unsur biaya yaitu biaya bahan
(13,41%) .
terutama dalam perhitungan biaya overhead pabrik tidak dihitung secara detail
83
berdasarkan atas pemicu biaya dan sumber daya yang dikonsumsi oleh produk
batik tulis, karena harga pokok produksi dihitung dengan cara menjumlahkan
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
= Rp 7.230.416,67
600
= Rp12.045,14
10.104.513,89 diperoleh dari penjumlahan tiga unsur biaya yaitu biaya bahan
biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Dalam sistem activity based costing
aktivitas yang terjadi dalam proses produksi untuk menghasilkan batik tulis.
Penentuan harga pokok produksi dan biaya overhead pabrik dengan sistem
tabel 4.14
Tabel 4.14 Perbandingan Harga Pokok Produksi antara Sistem ABC dengan
Sistem Konvensional
distorsi biaya pada perhitungan menggunakan sistem konvensional hal ini karena
perusahaan tidak memikirkan detail kegiatan dari setiap aktivitas yang dilalui
oleh produk, seperti yang ada dalam kelompok aktivitas pemeliharaan, dengan
Activity Based Costing yang mana sistem konvensional menghasilkan harga lebih
Batik Blora lebih sederhana dibandingkan dengan sistem Activity Based Costing
karena pada sistem akuntansi biaya tradisional pembebanan biaya overhead pada
produk yang dihasilkan hanya menggunakan satu penggerak biaya, yaitu volume
masing-masing produk tidak tepat. Pada sistem Activity Based Costing, biaya
produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja. Sedangkan pada sistem
pembuatan batik tulis, Sehingga dalam sistem activity based costing mampu
karena hanya menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik, tetapi perhitungan tersebut kurang tepat untuk menghitung harga
pokok produksi lebih dari satu jenis produk karena tidak mencerminkan konsumsi
4.4 Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Activity Based Costing
Penentuan harga pokok produksi pada usaha Batik Mustika Blora sampai
saat ini masih menggunakan sistem konvensional, karena biaya produksi dihitung
batik cap tersebut, Sedangkan untuk harga pokok produksi per satuan tiap produk
87
dihitung dengan membagi total harga pokok produksi dengan jumlah batik cap
yang dihasilkan.
Analisis penentuan harga pokok produksi yang lebih akurat dapat dilakukan
pokok produksi batik pada usaha Batik Mustika Blora dengan sistem ABC dibagi
dalam dua cost pool. Cost pool tersebut yaitu batik tulis dan batik cap. Aktivitas
yang terjadi dalam pembuatan batik dikelompokkan dalam 5 cost driver yaitu
biaya-biaya yang dikeluarkan usaha Batik Mustika Blora selama proses produksi
pada bulan Juni 2013 terlebih dahulu harus diketahui. Proses klasifikasi biaya
dapat dimulai dengan suatu pengelompokkan yang sederhana dari semua biaya
dalam dua golongan, yaitu harga pokok produksi (manufacturing cost) dan biaya-
biaya komersil (commercial cost). Harga pokok produksi dibagi menurut tiga
unsur utama dari biaya yaitu biaya bahan baku (BBB), biaya tenaga kerja (BTK),
dan biaya overhead pabrik (BOP). Sedangkan biaya komersil yaitu biaya- biaya
Unsur utama dari biaya yang pertama adalah biaya bahan baku, bahan
baku yang digunakan dalam pembuatan batik cap selama bulan Juni 2013 pada
No. Bahan Baku Jumlah pembelian Harga Bahan Jumlah Biaya Bahan
Baku Baku
(Rp) (Rp)
1 Kain mori 1000 meter 20.000/m 20.000.000,00
Jumlah 20.000.000,00
Sumber : Data Batik Mustika Blora bulan Juni 2013
Harga per meter kain mori berbeda-beda tergantung dari kualitas bahan
namun usaha Batik Mustika Blora memilih kain mori seharga Rp 20.000,00 untuk
produksi batiknya. Jumlah pemakaian bahan baku selama bulan Juni 2013 adalah
sebesar 1000 meter . Sehingga total biaya bahan baku Batik Cap yang dikeluarkan
sebesar Rp 20.000.000,00.
Unsur utama biaya yang kedua adalah biaya tenaga kerja, upah tenaga
kerja langsung yang ada pada usaha Batik Mustika Blora dapat dilihat pada tabel
4.16
Jumlah 46 7.000.000,00
Sumber : Data Usaha Batik Blora bulan Juni 2013
Biaya tenaga kerja pada tabel 4.16 adalah biaya tenaga kerja langsung
yang membuat batik cap di Usaha Batik Blora. Total biaya tenaga kerja pada
89
bagiannya masing-masing.
Unsur utama dari biaya yang ketiga adalah biaya overhead pabrik. Biaya
yang termasuk dalam biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya yang tidak
Penentuan harga pokok produksi batik cap dengan sistem activity based
A. Tahap Pertama
1. Analisis aktivitas
sebagai berikut :
a. Aktivitas pemeliharaan
c. Aktivitas pewarnaan
d. Aktivitas lorot
e. Aktivitas Pakaging
pabrik.
sebagai berikut :
a. Aktivitas pemeliharaan
langsung (JKL) selama bulan Juni 2013. Jumlah jam kerja langsung
sebesar 208 jam (8 jam x 26 hari). Biaya tersebut dapat dirinci sebagai
berikut :
208 JKL
= Rp 3.587,74/ JKL
yang digunakan selama bulan Juni 2013 sebesar 1200 meter . Biaya
1200 m
= Rp 1.875/m
c. Aktivitas pewarnaan
bahan baku yang digunakan selama bulan juni 2013. Jumlah bahan baku
1200 m
= Rp 1.383,33/m
d. Aktivitas lorot
gas dan listrik Penentuan tarif kelompok berdasarkan jumlah bahan baku
yang diproduksi selama bulan juni 2013. Jumlah bahan baku yang
1200
e. Aktivitas pakaging
biaya tas. Penentuan tarif kelompok berdasarkan jumlah unit batik yang
diproduksi selama bulan juni 2013. Jumlah unit yang digunakan sebesar
600 unit.
600 unit
94
B. Tahap Kedua
a. Aktivitas pemeliharaan
batik tulis sebesar JKL104 (4 jam x 26 hari). Biaya yang digunakan dalam
berikut :
batik cap yang dinamakan mencap. Biaya yang termasuk dalam kelompok
karena jumlah bahan baku adalah pemicu terjadinya biaya tersebut. Jumlah
bahan baku yang dianggarkan untuk pembuatan batik cap sebesar 1000
meter. Biaya yang digunakan untuk aktivitas pembuatan pola selama bulan
c. Aktivitas pewarnaan
driver berdasarkan jumlah pemakaian bahan baku batik cap sebesar 1000
d. Aktivitas lorot
masih menempel pada kain. Biaya yang termasuk dalam kelompok biaya
aktivitas lorot adalah biaya gas dan listrik. Pengalokasian biaya ke cost
96
Biaya yang digunakan dalam aktivitas lorot selama bulan Juni 2013 adalah
e. Aktivitas pakaging
Pada proses ini batik telah siap untuk dijual tetapi di proses
pakaging ini batik diberikan tas sebagai kemasan saat dijual. Biaya yang
Tabel 4.25 Penentuan Harga Pokok Produksi Batik Cap berdasarkan Sistem
Activity Based Costing
Jumlah BBB BTK BOP HPP HPP/unit
unit Rp % Rp % Rp %
500 20.000.000 60,67 7.000.000 21,23 5.964.791,67 18,10 32.964.791,67 65.929,58
Sumber : Data Primer yang Diolah Juni 2013
Pada tabel 4.25 menyajikan penentuan harga pokok produksi batik cap
dengan sistem activity based costing. Harga pokok produksi batik cap sebesar Rp
32.964.791,67 diperoleh dari penjumlahan tiga unsur biaya yaitu biaya bahan
5.964.791,67(18,10%)
terutama dalam perhitungan biaya overhead pabrik tidak dihitung secara detail
98
berdasarkan atas pemicu biaya dan sumber daya yang dikonsumsi oleh produk
batik cap, karena harga pokok produksi dihitung dengan cara menjumlahkan biaya
= Rp 7.456.250
600
= Rp 12.427,08
harga pokok produksi batik cap berdasarkan sistem konvensional disajikan pada
tabel 4.27
33.213.542,00 diperoleh dari penjumlahan tiga unsur biaya yaitu biaya bahan
biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Dalam sistem activity based costing
aktivitas yang terjadi dalam proses produksi untuk menghasilkan batik cap.
Penentuan harga pokok produksi dan biaya overhead pabrik dengan sistem
tabel 4.28
Tabel 4.28 Perbandingan Harga Pokok Produksi batik cap antara Sistem
ABC dengan Sistem Konvensional
Berdasarkan tabel 4.28, harga pokok produksi batik cap yang dilaporkan
distorsi biaya pada perhitungan menggunakan sistem konvensional hal ini karena
perusahaan tidak memikirkan detail kegiatan dari setiap aktivitas yang dilalui
oleh produk, seperti yang ada dalam kelompok aktivitas pemeliharaan, dengan
Activity Based Costing yang mana sistem konvensional menghasilkan harga lebih
Sistem akuntansi biaya tradisional yang telah diterapkan oleh usaha batik
Blora lebih sederhana dibandingkan dengan sistem Activity Based Costing karena
pada sistem akuntansi biaya tradisional pembebanan biaya overhead pada produk
masing-masing produk tidak tepat. Perbedaan yang terjadi antara harga pokok
sistem konvensional biaya overhead produk hanya dibebankan pada satu cost
driver saja. Sedangkan pada sistem activity based costing, biaya overhead pada
101
aktivitas yang dilakukan dalam pembuatan batik cap. Sehingga dalam sistem
karena hanya menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik, tetapi perhitungan tersebut kurang tepat untuk menghitung harga
pokok produksi lebih dari satu jenis produk karena tidak mencerminkan konsumsi
Konvensional.
metode activity based costing dengan metode konvensional dimana dalam batik
produk tersebut menghasilkan hasil yang berbeda yaitu dalam batik tulis
lebih rendah atau lebih murah daripada sistem Activity Based Costing, sebaliknya
pada batik cap mengalami Overvalue dimana harga pokok produksi dengan sistem
konvensional menghasilkan harga lebih tinggi atau mahal daripada sistem Activity
Based Costing.
oleh perhitungan Biaya Overhead Pabrik karena sebagian besar dari perhitungan
tentang jam kerja untuk peralatan yang sebenarnya, untuk batik tulis dengan
metode activity based costing diperoleh biaya aktivitas pemeliharaan sebesar Rp.
dengan jumlah produksi dan kemudian dikalikan dengan jumlah produk batik
akan lebih murah daripada metode activity based costing setelah hasil tersebut
pemeliharaan hanya diperoleh biaya sebesar Rp. 621.875,00 yang diperoleh dari
produk batik cap, perbedaan hasil tersebut membuktikan bahwa nantinya sistem
konvensional akan lebih mahal daripada metode activitas based costing setelah
Based Costing lebih murah atau efektif daripada konvensional, Sedangkan untuk
batik cap sistem Activity Based Costing lebih mahal daripada konvensional tetapi
hal ini tidak menunjukkan bahwa sistem konvensional lebih unggul, Hal ini
karena tidak semua aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi barang tersebut
pemicu biayanya adalah unit jumlah produksi seperti yang terjadi pada aktivitas
perusahaan dan pemicu terjadinya biaya tersebut adalah pemakaian aset tersebut
yang mana diukur dengan menggunakan jam kerja langsung atau seberapa sering
aset tersebut digunakan untuk proses produksi, distorsi kedua terjadi karena antara
batik tulis dan batik cap terjadi perbedaan dalam aktivitas pemeliharaaan namun
semua hasil produksi batik tulis maupun cap, hal ini mengakibatkan distorsi
sebaliknya.
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
activity based costing lebih akurat dan tepat apabila dibandingkan dengan sistem
tradisional. Harga pokok produksi batik tulis dengan sistem activity based costing
batik tulis adalah sebesar Rp. 10.104.513,89 per 100 unit kain yang diproduksi,
hal ini menimbulkan selisih harga Rp. 174.027,78 lebih kecil daripada
terjadi antara harga pokok produksi menggunakan sistem konvensional dan sistem
pembuatan batik tulis, perbedaan yang terjadi dikarenakan adanya distorsi biaya
tidak memikirkan detail kegiatan dari setiap aktivitas yang dilalui oleh produk,
jumlah BOP yang dihasilkan antara sistem konvensional dengan Activity Based
105
106
daripada sistem Activity Based Costing, hal ini dapat terlihat pada aktivitas
biaya sebesar Rp. 86.736,12 hal inilah yang menyebabkan Undervalue Sehingga
produk.
activity based costing lebih akurat dan tepat apabila dibandingkan dengan sistem
tradisional. Harga pokok produksi batik cap dengan sistem activity based costing
batik cap adalah sebesar Rp. 33.213.542,00 per 500 unit kain yang diproduksi, hal
ini menimbulkan selisih harga Rp. 248.750,00 lebih besar dibandingkan dengan
metode activity based costing (overvalue). Perbedaan yang terjadi antara harga
detail kegiatan dari setiap aktivitas yang dilalui oleh produk, seperti yang ada
tidak memperhitungkan jumlah jam kerja yang benar-benar dilalui oleh produk
107
antara sistem konvensional dengan Activity Based Costing yang mana sistem
Costing, Hal ini bisa dilihat dari hasil yang diperoleh biaya aktivitas
pembuatan produk
5.1.3 penentuan hasil produksi pada batik tulis sistem Activity Based
Costing lebih murah atau efektif daripada konvensional, Sedangkan untuk batik
cap sistem Activity Based Costing lebih mahal daripada konvensional tetapi hal ini
tidak menunjukkan bahwa sistem konvensional lebih unggul, Hal ini dikarenakan
biayanya adalah unit jumlah produksi seperti yang terjadi pada aktivitas
perusahaan dan pemicu terjadinya biaya tersebut adalah pemakaian aset tersebut
yang mana diukur dengan menggunakan jam kerja langsung atau seberapa sering
aset tersebut digunakan untuk proses produksi, distorsi kedua terjadi karena antara
batik tulis dan batik cap terjadi perbedaan dalam aktivitas pemeliharaaan namun
semua hasil produksi batik tulis maupun cap, hal ini mengakibatkan distorsi
108
sebaliknya.
5.2. Saran
activity based costing tersebut dapat dijadikan masukan bagi Usaha Batik Mustika
Blora dengan menggunakan formulasi biaya pada masing -masing produk (batik
tulis dan batik cap). Formulasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan
harga pokok produksi yang lebih akurat terutama dalam menghadapi persaingan
harga jual sehingga tidak terjadi lagi distorsi atau kesalahan perhitungan yang
diperoleh lebih banyak alternatif untuk mendapatkan harga pokok produksi yang
Blocher, Edward J., Chen Kung H. Lin, Thomas W.2000. Manajemen Biaya:
Salemba Empat
Emblemsvag, Jan. 2003. Life Cycle Costing : Using Activity-Based Costing and
Monte Carlo Methods to Manage Future Costs and Risks. New Jersey: John
Empat.
109
110
Kumar, Sameer dan Matthew. 2007. Supply Chain Cost Control Using Activity-
Martusa, Riki dan Agnes F.A. 2011. Peranan Activity-Based Costing System
dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Kain yang Sebenarnya
untuk Penetapan Harga Jual (Studi kasus pada PT Panca Mitra
Sandang Indah). Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi, Nomor 04 Tahun
ke-2 Januari-April 2011 diunduh pada tanggal 9 Januari 2013.
Lino C, Paolo M.V, Arianna P dan Cri. stina C. 2009. Process view and cost
management of a new surgery technique in hospital. Business Process
111
Rajabi, A dan A. Dabiri. 2012. Applying activity Based costing (ABC) Method to
Calculate Cost Price in Hospital and Remedy Services.Iranian J Publ
Health, Volume 41 nomor 4 April 2012 diunduh pada tanggal 9
Januari 2013.
INSTRUMEN PENELITIAN
“Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Batik Mustika Blora
Berdasarkan Sistem Activity Based Costing ”
1. Berapa besar jumlah pembelian bahan baku yang dikeluarkan perusahaan setiap
bulannya untuk produk Batik Tulis?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2. Berapa besar jumlah pembelian bahan baku yang dikeluarkan perusahaan setiap
bulannya untuk produk Batik Cap?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3. Berapa besar total biaya bahan baku yang dikeluarkan perusahaan setiap
bulannya?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
6. Berapa besar biaya tenaga kerja langsung (BTKL) yang dikeluarkan Usaha
Batik Mustika Blora setiap bulannya sesuai dengan bagiannya masing-masing?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
7. Berapa besar upah untuk membayar tenaga kerja dalam pembuatan Batik?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
8. Berapa besar biaya tenaga kerja tidak langsung (BTKTL) yang dikeluarkan
Usaha Batik Blora setiap bulannya?
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Rincian pengeluaran
a. Variabel Biaya Bahan Baku
produk Pembelian bahan Harga bahan Jumlah hari Total harga
baku baku (Rp) (1 bulan) pembelian (Rp)
Batik tulis
Batik cap
jumlah
d. Gabungan Variabel
Variabel Jumlah (Rp) Persentase (%)
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja
Biaya Overhead pabrik
Jumlah
117
118