You are on page 1of 4

SISTEM SARAF

Oleh :

Atim Inayah P17335116022

Intan Aisyah Nurrohmah P17335116036

Riska Intania Sofwan P17335116026

Ridwan Yusuf P17335116064

Syalfana Fitria Nurrohman P17335116024

Tanggal Praktikum : 01 Desember 2016

Tanggal Pengumpulan : 08 Desember 2016

Laboratorium Anatomi Fisiologi Manusia

Jurusan Farmasi

Poltekkes Kemenkes Bandung


A. Tujuan
- Mengetahui gerak reflek yang dikendalikan oleh otak dan medula spinalis (sumsum
tulang belakang) melalui katak.

B. Dasar Teori
Gerak refleks adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon
setelah adanya rangsang. Gerak refleks akan berhubungan dengan saraf-saraf yang ada
dalam tubuh. Secara normal seseorang pasti akan mengalami gangguan pada sistem
sarafnya. Pada umunya gerak refleks berlangsung terhadap stimulus yang berasal dari luar
tubuh, gerak refleks bukanlah gerak di bawah kesadaran dan kemauan, tetapi gerak yang
disadari namun pelaksanaan serta respon yang ditimbulkan tidak terpikirkan lebih dulu.
Refleks regangan adalah refleks dengan satu sinap pada lengkung refleksnya. Otot
skelet besar terdiri atas banyak kumparan otot. Kumparan otot merupakan organ sensori
tempat untuk mendeteksi perubahan panjang dan tekanan dari serabut otot. Setiap
kumparan berisi serabut otot modifikasi yang disebut serabut intrafusal. Pada bagian
tengah setiap serabut intrafusal mempunyai reseptor regangan mekanik, yang
berhubungan dengan saraf sensori. Peregangan otot mengaktifkan reseptor regangan,
meneruskan rangsang ke saraf yang menuju korda spinalis. Dalam korda spinalis,
terminal kumparan serabut sensori membuat kontak eksitatori langsung dengan sinap
neuron alfa motorik yang mengurus otot yang sama (Ratna,1996).
Dalam pengertian sehari-hari refleks dapat digambarkan sebagai respon yang spontan
dan automatik terhadap suatu rangsang tanpa melibatkan otak. Dalam pengertian yang
lebih luas, refleks merupakan mekanisme yang memulai semua aktivitas tubuh. Contoh
refleks dalam pengertian sehari-hari adalah menutupnya kelopak mata dengan cepat bila
ada benda mengenai mata, refleks baru akan terjadi bila didukung oleh lengkung refleks.
Lengkung refleks pada umumnya terdiri dari reseptor, neuron, sensorik, pusat saraf,
neuron motorik dan efektor. Lengkung saraf yang sederhana hanya melibatkan dua
rangkaian neuron antara reseptor dan efektor atau hanya mempunyai sebuah sinapsis
antara neuron sensorik dengan neuron motorik dan disebut lengkung refleks monosinaptik
misalnya pada lutut, jika lengkung saraf melibatkan satu atau lebih neuron penghubung
antara neuron sensorik dan neuron motorik disebut lengkung refleks polisinaptik
(Zulkarnain, 2011).
Sistem saraf manusia mengandung paling tidak 10 bilion sel saraf yang merupakan
komponen dasar sistem saraf. Sistem saraf meliputi otak, sum-sum tulang belakang
ganglion dan saraf. Unit struktural dan fungsional dan sistem saraf adalah sel saraf atau
neuron. Sistem saraf dikelompokkan menjadi dua yaitu sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi atau perifer. Sistem saraf pusat terdiri dari otak, dan sumsum tulang belakang,
sedangkan sistem saraf tepi terjadi atas semua saraf yang letaknya di luar otak dan di luar
sumsum tulang belakang (Pagarra, 2010). Sel saraf bekerja dengan cara menimbulkan dan
menjalarkan impuls. Impuls dapat menjalar pada sebuah sel saraf, tetapi juga dapat
menjalar ke sel lain dengan melintasi sinaps. Penjalaran impuls melintasi sinaps dapat
terjadi dengan cara transmisi elektrik atau transmisi kimiawi (dengan bantuan
neurotransmitter) (Wiwi, 2006).
C. Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
- Gunting - Katak 3 ekor
- Pinset - Asam asetat
- Benang - Air secukupnya
- Tissue
- Koran
- Ember kecil
- Pipet
-

D. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2.
E. Hasil Praktikum

Katak 1 (Rusak Otak)


Jepit kaki Tetesi as. asetat Uji berenang
Sebelum 2 detik, reaksi kuat 2 detik, reaksi kuat Seimbang

Sesudah 4 detik, reaksi kuat 4 detik, reaksi kuat Tidak seimbang

Katak 2 (Rusak Otak dan Sumsum Tulang Belakang)


Jepit kaki Tetesi as. asetat Uji berenang
Sebelum 1 detik, reaksi kuat 2 detik, reaksi kuat Seimbang
Tiga detik, reaksi
Sesudah Tidak ada respon Tidak seimbang
lemah

Katak 3 (Hilangkan Otak)


Jepit kaki Tetesi as. asetat Uji berenang
Sebelum 3 detik, lemah 1 detik, reaksi kuat Seimbang

Sesudah 5 detik, lemah Tidak ada respon Tidak seimbang

F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami dapat mengetahui gerak-gerak reflek yang terjadi pada
makhluk hidup, salah satunya terjadi pada katak sebagai bahan percobaan kami.
Pada percobaan pertama (tabel pertama), sebelum katak ke-1 dirusak otaknya, kami
melakukan beberapa rangsangan seperti menjepit kakinya dengan pinset untuk melihat
reaksi/respon, lalu meneteskan cairan asam asetat, dan mengujinya berenang. Lalu reaksi
yang diberikan oleh katak tersebut normal, karena katak masih memiliki sistem saraf pusat
yang normal sehingga penyampaian implus tidak terganggu. Sementara ketika otak dan
sumsum tulang belakangnya dirusak, sistem saraf akan terganggu sehingga penyampaian
implus menjadi terganggu, akibatnya ketika kami memberikan beberapa rangsangan, respon
gerak reflek dan keseimbangannya mengalami penurunan dan bahkan keseimbangan pada
katak yang dihilangkan otaknya tidak berfungsi lagi.
Namun ada beberapa yang masih menunjukkan gerak reflek dengan respon yang lambat,
hal itu kemungkinan karena jarak waktu saat dirusak sistem sarafnya, kami langsung
melakukan percobaan rangsangan tanpa dijeda sehingga katak masih bisa melakukan gerak
reflek ketika kami memberiakn cairan asam asetat.

G. Kesimpulan

H. Daftar Pustaka
http://natureisalam.blogspot.co.id/2012/08/sistem-saraf-pusat-sebagai-pengendali.html
http://fiswankelompok4.blogspot.co.id/2015/01/sistem-saraf-pada-katak-sawah-rana.html

I. Lampiran

You might also like