You are on page 1of 5

GEL

 Gel merupakan system semipadat terdiri dari suspensi yang di buat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organic yang besar, terpenetrasi oleh suatu
cairan. ( FI IV, hal 7 ).
 Sifat gel : lunak, lembut, mudah dioleskan dan tidak meninggalkan lapisan
berminyak pada permukaaan klit.
 Penyimpanan gel harus dalam wadah tertutup karena kandungan airnya sangat
mudah menguap.
 Penggolongan gel berdasarkan sifatnya :
1. Gel bersifat hidrofobik ( oleogels ) : formulasi gel yang terdiri dari basis
paraffin liquid dengan polyethylene atau minyak serta penyabunan dengan
silica, aluminium.
2. Gel bersifat hidrofilik ( hydrogels ) : formulasi gel yang terdiri dari air, gliserol
atau propilen glikol dan sebagai gelling agent digunakan tragakant, pati derivate
selulosa.
 Penggolongan berdasarkan system fase yang terbentuk :
1. Gel system fase tunggal ( gel satu fasa ):
- Masa gel terdiri dari makromolekul seragam, tersebar merata ke seluruh
cairan, sehingga tidak lagi tampak batas yang jelas Antara molekul yang
terdispersi dengan cairan : lendiran.
- Ex : gel aluminium hidroksida, gel aluminium fosfat.
2. Gel system fase rangkap:
- Masa gel terdiri dari gumpalan partikel kecil yang terpisah, disebut sebagai
lumeran ,magma atau susu.
- Gel jenis ini terdiri dari kelompok – kelompok patikel kecil yang berbeda (
system dua fasa )
- Ex : bentonite magma, magma bismuth.
 Penggolongan berdasarkan sifat pelarutnya :
1. Hidrogel ( pelarut air ) :
- Terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik
- Bersifat lembut/ lunak, sehingga meminimalkan iritasinkarena mekanik
pada jaringan sekitarnya
- Kekurangan : memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan yang rendah
setelah mengembang
- Ex : gelatin, bentonite magma
2. Organogel ( pelarut bukan air/ pelarut organic ) :
- Ex : plastibase ( suatu polyethylene dengan BM rendah yang terlarut dalam
minyak mineral dan didinginkan secara shock cooled ), dan disperse logam
stearate dan minyak.
3. Xerogel :
- Gel padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah
- Sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut, sehingga sisa-sisa kerangka gel
yang tertinggal
- Kondisi ini dapat dikembalikan pada keadaan semula dengan penambahan
agen yang menimbibisi dan mengembangkan matriks gel
- Ex : gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, sellulosa kering.
 Keunggulan sediaan gel :
- Mempunyai aliran tiksotropik dan pseudoplastik, yaitu gel berbentuk padat
apabila disimpan segera mencair bila dikocok
- Konsentrasi pembentuk gel yang dibutuhkan untuk membentuk massa gel sedikit
- Viskositas gel tidak mengalami perubahan pada suhu kamar
- Untuk hydrogel : efek dingin di kulit, penampilan jernih dan elegan.
 Kerugian gel :
- Hidrogel : sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan
surfaktan yang tinggi sehingga dapat mengiritasi dan harga lebih mahal, harus
menggunakan zat aktif yang larut dalam air, seperti surfaktan.
- Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk
mencapai kejernihan yang tinggi,.
- Hidroalkoholik : gel dengan kandungan alcohol yang tinggi, menyebabkan pedih
di mata dan wajah, penampilan yang buruk di kulit jika terpapar oleh matahari,
alcohol akan mudah menguap, sehingga akan meninggalkan film yang berpori
atau pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi.
 Kegunaan Gel :
- Gel untuk pemberian oral, dalam bentuk sediaan obat long-acting yang
diinjeksikan secara intramuscular.
- Gelling agent: digunakan untuk bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan
pengental pada sediaan cairan oral, dan basis suppositoria.
- Untuk kosmetik : misalnya shampoo, parfum, pasta gigi.
- Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topical ( non steril ) atau
dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata ( gel steril ). ( FI IV, hal 8 ).
 Komponen Gel : zat aktif, gelling agent dan bahan tambahan.
 Gelling agent:
- Ex: gum alam, turunan selulosa, karbomer.
- Sejumlah polimer yang merupakan bagian penting dari system gel.
- Beberapa partikel padat koloidal dapat berperilaku sebagai pembentuk gel
karena terjadinya flokulasi partikel.
- Konsentrasi yang tinggi dari surfaktan nonionic, digunakan untuk penjernihan
gel di dalam system yang mengandung sampai 15% minyak mineral.
1. Polimer ( gel organic )
a. Gom alam ( natural gums )
- Umumnya bersifat anionic
- Mudah terurai secara mikrobiologi dan menunjang pertumbuhan mikroba,
sehingga harus ditambahkan pengawet
- Pengawet yang bersifat kationik inkompatibel dengan gum yang bersifat
anionic sehingga penggunaanya harus dihindari
- Ex : natrium alginate, karagenan, tragakant, pectin.
b. Derivat selulosa
- Derivat selulosa yang sering digunakan adalah MC, HEMC, HPMC, EHEC,
HEC, dan HPC.
c. Polismer sintesis ( karbomer/ karbopol )
- Gelling agent yang kuat, membentuk gel pada konsentrasi 0,5%
- Gel akan terbentuk dengan cara netralisasi dengan basa yang sesuai.
- Ex : karbopol 934 ( pH 5,5-11 ), karbopol 940 ( pH 4,5-11 ), karbopol 941
(pH 3,5-11 ).
2. Polietilen ( gelling oil )
- Digunakan gel hidrofobik liquid, akan dihasilkan gel yang lembut, mudah
tersebar, membentuk lapisan yang tahan air pada permukaan kulit.
- Untuk membentuk gel, polimer harus didispersikan dalam minyak pada
suhu tinggi ( diatas 800 C ), lalu langsung didinginkan dengan cepat untuk
mengendapkan Kristal pembentuk matriks.
3. Koloid padat terdispersi
- Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai gallant, dengan
pembentukan jaringan karena gaya tarik menarik antar partikel seperti
ikatan hydrogen.
- Konsentrasi rendah dibutuhkan untuk cairan non polar.
- Untuk cairan polar dibutuhkan konsentrasi yang lebih besar untuk
membentuk gel.
4. Surfaktan
- Gel yang jernih dihasilkan oleh kombinasi antara minyak mineral, air, dan
konsentrasi yang tinggi ( 20-40% ) dari surfaktan anionic.
 Bahan tambahan :
1. Humektan
- Bertujuan untuk mencegah kehilangan air, untuk menjaga kelembapan gel.
- Ex : gliserol, propilenglikol, dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20%.
2. Pengawet
- Tragacant : metil hidroksi benzoate 0,2% w/v dengan propil hidroksi benzoate
0,05% w/v
- Metil selulosa : fenil merkuri nitrat 0,001% w/v
- Na CMC : metil hidroksi benzoate 0,2% w/v dengan propil hidroksi benzoate
0,02% w/v.
3. Peningkat penetrasi ( Enhancer )
- Komponen kimia yang berinteraksi dengan lipid dari sratum korneum untuk
meningkatkan penertasi obat.
- Golongan zat yang dapat meningkatkan penetrasi obat pada sediaan topical
adalah hidrokarbon, allkohol (etanol, propandiol, undecanol ), keton dan
derivatnya ( keton siklik, derivate dioksolan ), eter ( polisorbat ), asam
karboksilat.
4. Zat pewarna dan pewangi
- Digunakan untuk menutupi bau dan penampilan yang kurang menarik sediaan,
diperlukan untuk menambah daya tarik dari sediaan gel tersebut.

You might also like