Professional Documents
Culture Documents
NAMA KELOMPOK
Evilin Gratzya K
Alvia
Rindi Abdullah
Rusni
Sry Lestari
Sandy
Amina W
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada pasien yang berusia 45
– 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke
tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati
merupakan penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan Bagian Penyakit Dalam.
Perawatan di Rumah Sakit sebagian besar kasus terutama ditujukan untuk mengatasi berbagai penyakit
yang ditimbulkan seperti perdarahan saluran cerna bagian atas, koma peptikum, hepatorenal sindrom,
dan asites, Spontaneous bacterial peritonitis serta Hepatosellular carsinoma. Gejala klinis dari sirosis
hati sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai dengan gejala yang sangat jelas. Apabila
diperhatikan, laporan di negara maju, maka kasus Sirosis hati yang datang berobat ke dokter hanya kira-
kira 30% dari seluruh populasi penyakit in, dan lebih kurang 30% lainnya ditemukan secara kebetulan
ketika berobat untuk penyakit lain, sisanya ditemukan saat atopsi.
Sirosis hepatica adalah penyakit disfungsi hati yang ditandai dengan penumpukan cairan dibagian
peritoneum sehingga orang dengan penyakit ini memiliki perut yang besar. Oleh karena itu, dalam
makalah ini akan dibahas mengenai kajian teori serta asuhan keperawatan pada klien dengan sirosis
hepatis.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini memiliki tujuan jangka panjang yang ditujukan pada masyarakat agar lebih
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan asuhan keperawatan klien dengan sirosis hepatis.
2. Tujuan Khusus
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan pada klien dengan
sirosis hepatis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan
jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang
luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan
perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul
tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).
Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati normal oleh lembar-
lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal
( Price & Wilson, 2005, hal. 493). Sirosis hati adalah penyakit kronis hati yang dikarakteristikkkan oleh
gangguan struktur dan perubahan degenerasi, gangguan fungsi seluler, dan selanjutnya aliran darah ke
hati. Penyebab meliputi malnutrisi, inflamasi (bakteri atau virus), dan keracunan (alcohol, karbon
tetraklorida, acetaminoven)(Doenges, dkk, 2000, hal. 544).
B. ETIOLOGI
Etiologi bentuk sirosis masih kurang dimengerti, ada tiga pola khas yang ditemukan, yaitu :
a. Sirosis Laennec
Sirosis Laennec merupakan suatu pola khas sirosis terkait penggunaan alkohol. Perubahan pertama pada
hati yang ditimbulkan alkohol adalah akumulasi lemak secara bertahap di dalam sel-sel hati (ilfiltrasi
lemak). Penyebab utama kerusakan hati merupakan efek langsung alkohol pada sel hati. Secara
makroskopis hati membesar, rapuh, tampak berlemak, dan mengalami gangguan fungsional akibat
akumulasi lemak dalam jumlah yang banyak. Pada kasus sirosis Laennec sangat lanjut, lembaran-
lembaran jaringan ikat yang tebal terbentuk pada tepian lobules, membagi parenkim menjadi nodul-
nodul halus. Nodul-nodul ini dapat membesar akibat aktivitas regenerasi dan degenerasi yang dikemas
padat dalam kapsula fibrosa yang tebal. Penderita sirosis Laennec lebih berisiko menderita karsinoma
sel hati primer (hepatoseluler).
b. Sirosis Pascanekrotik
Sirosis pascanekrotik terjadi setelah nekrosis berbercak pada jaringan hati. Hepatosit dikelilingi dan
dipisahkan oleh jaringan parut dengan kehilangan banyak sel hati dan diselingi dengan parenkim hati
normal. Sekitar 75% kasus cenderung berkembang dan berakhis dengan kematian dalam 1 hingga 5
tahun. Sekitar 25 hingga 75% kasus memiliki riwayat hepatitis virus sebelumnya. Sejumlah kecil kasus
akibat intoksikasi yang pernah diketahui adalah dengan bahan kimia industry, racun, ataupun obat-
obatan seperti fosfat, kontrasepsi oral, metal-dopa, arsenic, dan karbon tetraklorida.
c. Sirosis Biliaris
Kerusakan sel hati dimulai dari sekitar duktus biliaris. Tipe ini merupakan 2% penyebab kematian akibat
sirosis. Penyebab tersering sirosis biliaris adalah obstruksi biliaris pasca hepatik. Hati membesar, keras,
bergranula halus, dan berwarna kehijauan. Ikterus selalu menjadi bagian awal dan utama dari sindrom
ini, pruritus, malabsorpsi, dan steatorea.
C. MANIFESTASI KLINIS
· Kelelahan
· Anoreksia
· Dispepsia
· Flatulen
· Nyeri tumpul atau perasaan berat pada epigastrium atau kuadran kanan atas
· Hati keras dan mudah retaba tanpa memandang apakah hati membesar atau mengalami atrofi.
· Ikterus
· Edema perifer
· Kecenderungan perdarahan
· Atrofi testis
· Ginekomastia
· Alopesia
Gangguan perdarahan, anemia, lekopenia, dan trombositopeni, mudah memar, perdarahan hidung dan
gusi, menstruasi yang berat merupakan akibat berkurangnya faktor pembekuan dalam darah.
· Splenomegali
· Hemoroid internal
Gejala lain :
D. PATOFISOLOGI
Konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Sirosis terjadi paling
tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein turut
menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol yang berlebihan merupakan faktor
penyebab utama pada perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis
juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasan minum dan pada individu yang dietnya
normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen,
terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis dua kali lebih banyak daripada wanita dan
mayoritas pasien sirosis berusia 40 – 60 tahun.
Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh nekrosis yang melibatkan sel-sel hati dan
kadang-kadang berulang selama perjalanan penyakit sel-sel hati yang dihancurkan itu secara berangsur-
angsur digantikan oleh jaringan parut yang melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Pulau-
pulau jaringan normal yang masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjol dari bagian-
bagian yang berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu
berkepala besar (hobnail appearance) yang khas.
Sirosis hepatis biasanya memiliki awitan yang insidus dan perjalanan penyakit yang sangat panjang
sehingga kadang-kadang melewati rentang waktu 30 tahun/lebih.\
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada Darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom mikrositer / hipokrom
makrositer, anemia dapat dari akibat hipersplemisme dengan leukopenia dan trombositopenia,
kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang kurang baik.
Kenaikan kadar enzim transaminase - SGOT, SGPT bukan merupakan petunjuk berat ringannya
kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul dalam serum akibat kebocoran dari sel yang rusak,
pemeriksaan bilirubin, transaminase dan gamma GT tidak meningkat pada sirosis inaktif.
Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga globulin yang naik
merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan menghadapi stress.
Pemeriksaan CHE (kolinesterase). Ini penting karena bila kadar CHE turun, kemampuan sel hati turun,
tapi bila CHE normal / tambah turun akan menunjukan prognasis jelek.
Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan garam dalam diet, bila
ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukan kemungkinan telah terjadi sindrom hepatorenal.
Peningggian kadar gula darah. Hati tidak mampu membentuk glikogen, bila terus meninggi prognosis
jelek.
Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg/ HbcAb, HBV DNA, HCV RNA., untuk
menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP (alfa feto protein) penting dalam menentukan
apakah telah terjadi transpormasi kearah keganasan.
2. Pemeriksaan Radiologis
USG Abdomen, sudah secara rutin digunakan karena pemeriksaannya noninvasif dan mudah dilakukan.
Pemeriksaan USG meliputi sudut hati, permukaan hati, ukuran, homogenitas, dan adanya massa. Pada
sirosis lanjut, hati mengecil dan noduler, permukaan irreguler, dan ada peningkatan ekogenitas
parenkim hati. Selain itu USG juga dapat menilai asites, splenomegali, thrombosis vena porta, pelebaran
vena porta, dan skrining karsinoma hati pada pasien sirosis.
F. KOMPLIKASI
1. Ulkus peptikum
3. Ensefalopati hepatik
4. Carsinoma hepatoseluler
5. Koma hepatikum
G. PENATALAKSANAAN
a. Asites
- Asites diterapi dengan tirah baring total dan diawali dengan diet rendah garam, konsumsi garam
sebanyak 5,2 gram atau 90 mmol/hari.
- Respons diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari, tanpa adanya edema kaki
atau 1 kg/ hari bila edema kaki ditemukan.
- Bila pemberian spironolaktin belum adekuat maka bisa dikombinasi dengan furosemide dengan dosis
20-40 mg/hari. Parasintesis dilakukan jika jumlah asites sangat besar.
b. Encephalophaty
Pada pasien dengan adanya ensephalophaty hepatik dapat digunakan laktulosa untuk mengeluarkan
amonia dan neomisin dapat digunakan untuk mengeliminasi bakteri usus penghasil amonia.
c. Pendarahan Esofagus
Untuk perdarahan esofagus pada sebelum dan sesudah berdarah dapat diberikan propanolol. Waktu
perdarahan akut, dapat diberikan preparat somatostatin atau okreotid dan dapat diteruskan dengan
tindakan ligasi endoskopi atau skleroterapi.
H. ASKEP TEORITIS
1. Pengkajian
Pada umumnya sebagian besar penderita sirosis hati berusia antara 40-70 tahun dan pria paling
umum terkena penyakit ini karena mengkosumsi alkohol dalam jangka panjang.
Perlu di kaji data diri di antaranya nama lengkap ,umur,jenis kelamin dan faktor-faktor pencetus
lainnya .
b. Riwayat Kesehatan
- Kembung - Diare/konstipasi
- BB menurun
Apakah ada riwayat konsumsi alkohol, menderita penyakit hepatitis viral sebelumnya, riwayat malaria,
menderita penyakit
c. Data Fisik
1. Aktivitas/Istirahat
- Kelemahan
- Letargi
2 Sirkulasi
- Perikarditis
- Distensi abdomen
4 Makanan/Cairan
- Anoreksia, mual/muntah, berat badan menurun atau peningkatan berat badan, edem umum, kulit
kering, turgor buruk, perdarahan gusi, spidernevi, ikterik
5 Nyeri/kenyamanan
6 Pernafasan
- Dispnea, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan, ekspansi paru terbatas.
7 Keamanan
8 Seksualitas
9 Neurosensorik
2 Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d diit tak adekuat, ketidakmampuan
memproses/ mencerna makanan, anoreksia, mual/muntah.
b. Kelebihan volume cairan b.d kelebihan natrium/masukan cairan, penurunan protein plasma,
malnutrisi.
c. resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi/status metabolik, akumulasi garam
empedu kulit, asites
d. resiko tinggi pernafasan tak efektif b.d penggumpalan cairan intra abdomen, penurunan ekspansi
paru.
e. resiko tinggi terhadap cidera b.d profil darah abnormal, gangguan faktor pembekuan, hipertensi
portal.
f. resiko tinggi perubahan proses pikir b.d peningkatan kadar amoniak serum
3. Intervensi Keperawatan
a. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d diit tak adekuat, ketidakmampuan memproses/
mencerna makanan, anoreksia, mual/muntah.
Kriteria hasil:
Intervensi,Rasional,Mandiri
1. Kaji status nutrisi klien,kebiasaan makan, makanan yang disukai dan tidak disukai
6. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman pada saat klien makan
8. Timbang berat badan klien setiap hari sesuai toleransi dan kekuatan klien untuk timbang BB
Kolaborasi
Makanan dengan porsi kecil dan sering ditolerir oleh penderita anoreksia
Kebersihan mulut yang terjaga dapat mengurangi cita rasa tidak enak dan merangsang selera makan
Makanan yang dimakan akan dirasakan lebih menarik atau enak pada ruangan dan kenyamanan tersedia
Pemberian vitamin dapat meningkatkan nafsu makan dan pemberian obat anti muntah dan mual dapat
meningkatkan nafsu makan
b. kelebihan volume cairan b.d kelebihan natrium / masukan cairan, penurunan protein plasma,
malnutrisi
Kriteria hasil:
· BB ideal
· Udema negative
Intervensi
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian diuretik, suplemen, kalium dan protein
Rasional
Meningkatkan pemahaman dan kerja sma klien dalam menjalani dan melaksanakan pembatasan cairan
Meningkatkan eksresi cairan lewat ginjal dan mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit
yang normal
c. risiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi / status metabolik, akumulasi garam
empedu pada kulit, asites.
Kriteria Hasil :
Intervensi
Lihat permukaan kulit, adanya edema, gunakan lotion / minyak untuk pijak
Ubah posisi tidur secara teratur tiap 2 jam bantu latihan tentang gerak aktif / pasif
Pertahankan alat timun dan zeil tetap bebas dari basa dan usahakan kering dan bebas dari lipatan
Edema jaringan lebih cenderung untuk mengalami kerusakan dan terbentuk dekubitus
Pengubahan posisi menurunkan tekanan pada jaringan edema untuk memperbaharui sirkulasi, latihan
meningkatkan sirkulasi
d. risiko tinggi pola nafas tak efektif b.d penumpukan cairan intraabdomen, penurunan ekspansi paru
Kriteria Hasil :
Intervensi
Rasional
Untuk mengetahui masalah pernafasan dan sejauh mana masalah dirasakan urin
Aktifitas dan pikiran membuat peningkatan metabolisme yang memerlukan O2 sehingga nafas semakin
sesak untuk memenuhi O2
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat
disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan
perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul
tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001). Penyebab sirosis hepatis adalah alkohol,
sirosis pasca nekrostik, obstruksi biliaris pasca hepatik.
RENCANA KEPERAWATAN Klien dengan Sirtosis Hepatis
No Diagnosa Rencana Keperawatan
. Tujuan Intervensi
1 Kelebihan volume Nursing Outcome Nursing Intervetion Classification (NIC)
cairan b.d Classification (NOC 1. on going assesment (pengkajian terus menerus)
perubahan ) - Monitor status hidrasi
mekanisme - Electroliyte and
- Monitor lokasi dan perluasan edema
regulasi Acid-Base Balance- Monitor berat badan dan peningkatannya secara
Definisi: mendadak
- Fluid Balance - Monitor bunyi paru (krakles), usaha nafas, ortopnea
Definisi: - Dengan tinggi kepala tempat tidur 30-45 derajat, monitor
ketidakseimbangan
distensi vena jugularis pada sisi kanan; kaji refleks positif
cairan di intraseluler
dan ekstraseluler hepatojugularis
yang merupakan - Monitor central venous pressure (CVP), mean arterial
bagian dari tubuh pressure (MAP), pulmonary artery pressure (PAP),
- Hydration pulmonary capillary wedge pressure, dan kardiak output
Definisi: jumlah
- Monitor tanda vital, irama gallop
cairan di intraseluler
- Monitor penurunan osmolalitas serum, sodium serum,
dan ekstraseluler BUN/rasio kreatinin, dan hematokrit
yang merupakan- Monitor intake dan output makanan dan minuman
bagian dari tubuh - Monitor kondisi yang meningkatkan risiko klien kelebihan
Kriteria hasil cairan
- Mempertahankan - Monitor albumin serum
bunyi paru yang - Monitor efek diuretik; hipotensi ortostatik (terutama jika
bersih; tidak ada klien juga mendapat ACE inhibitor), dan keseimbangan
dispnea atau elektrolit dan metabolik (hiponatremia, hipokalsemia,
ortopnea hipomagnesemia, hiperuresemia, dan alkalosis
- Bebas dari distensi metabolik)
vena jugularis,
2. intervensi terapi keperawatan
refleks hepatojugular - Pasang kateter urin jika perlu
positif, suara gallop - Catat dan laporkan jika ada peningkatan CVP, MAP,
ritmik PAP, pulmonary capillary wedge pressure, dan kardiak
- Mempertahankan output
CVP, kardiak output, - Catat adanya penurunan tekanan darah, takikardi, dan
dan tanda vital takipnea
normal - Batasi diet sodium jika perlu dan diinstruksikan dokter
- Mempertahankan - Memberikan makanan tinggi protein jika perlu
haluaran urin 500 ml - Memberikan diuretik jika perlu
dari intake dan - Batasi intake cairan jika diinstruksikan, terutama jika
osmolalitas urin dan sodium serum rendah
gravitasi spesifik
- Mengatur tetesan infus dengan hati-hati
normal - Menyediakan waktu istirahat yang cukup
- Bebas dari kurang - Meningkatkan bogy image dan harga diri
istirahat, kecemasan, - Konsultasi dengan dokter tentang tanda dan gejala
atau kebingungan kelabihan volumew cairan
- Menjelaskan 3. pendidikan kesehatan
penilaian yang dapat Mengajarkan klien/keluarga untuk membatasi cairan
digunakan untuk
menangani atau
mencegah kelebihan
volume cairan,
khususnya
pembatasan cairan
dan diet, dan
pengobatan
Mendeskripsikan
gejala yang
mengindiksikan
kebutuhan konsul
dengan penyedia
pelayanan kesehatan
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (1999). Rencana asuhan
keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: Penerbit EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran (EGC).