You are on page 1of 26

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
TANGERANG SELATAN

MAKALAH KELOMPOK
ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN TRI RISMAHARINI
SEBAGAI WALIKOTA SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN
TEORI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL MENURUT
AVOLIO ET AL. (1991)

Diajukan Oleh Kelompok V:


1. DEWI SEKARSARI KUSUMANINGTYAS (10-1/5)
2. GORADOK PANDE RAJA SINABUTAR (10-1/13)
3. NANANG NURBUAT (10-1/21)
4. ROMINTA SASTRIANA BAKARA (10-1/29)
5. WISNU ADI SETYANTO (10-1/37)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan


Program Diploma IV Akuntansi Alih Program
April 2017
KATA PENGANTAR

Kami memanjatkan puji dan kepada Allah SWT, sebab atas segala nikmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kelompok yang berjudul “Analisis Gaya
Kepemimpinan Tri Rismaharini dengan Menggunakan Teori Kepemimpinan
Transformasional Menurut Avolio Et Al. (1991)”. Selama pengerjaan makalah kelompok
ini kami menghadapi hambatan dan rintangan yang tidak mudah. Meskipun begitu, kami
mendapatkan dukungan dari berbagai pihak sehingga makalah kelompok ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya dengan sebaik-baiknya.
Melalui kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada, yaitu:
1. Orang tua, sosok yang selalu memberikan doa dan dukungan sehingga makalah
kelompok ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan sebaik-baiknya;
2. Bapak Dr. Anies Said Basalamah, Ak., MBA selaku Kepala Pusdiklat Pengembangan
Sumber Daya Manusia Politeknik Keuangan Negara STAN dan dosen pengampu mata
kuliah Kepemimpinan, figur yang telah membuka wawasan dan pandangan kami tentang
kepemimpinan; dan
3. Seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun secara tidak langsung,
orang-orang yang kami tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga
makalah kelompok ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan sebaik-baiknya.
Penulis berharap semoga makalah kelompok ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
terkait. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
makalah kelompok ini di kemudian hari.

Tangerang Selatan, 17 April 2018

Kelompok V
Kelas X-1 Akuntansi Alih Program

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Ruang Lingkup ........................................................................................................ 4
C. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
D. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4
E. Manfaat (Kontribusi) Penulisan .............................................................................. 4
F. Sistematika Penulisan .............................................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................ 6
A. Sejarah Teori Kepemimpinan Transformasional..................................................... 6
B. Atribut Kepemimpinan Transformasional (Russel dan Stone 2002) ...................... 7
C. 4I Kepemimpinan Transformasional ....................................................................... 7
1. Individualised Consideration (Konsiderasi Individu) ........................................ 7
2. Intellectual Stimulation (Stimulus Intelektual) ................................................... 8
3. Inspirational Motivation (Motivasi yang Inspiratif)........................................... 8
4. Idealised Influence (Pengaruh ideal) .................................................................. 8
D. Tips Menurut Yulk (1998) Mengenai Kepemimpinan Transformasional ............... 9
BAB III METODOLOGI PENULISAN....................................................................... 10
A. Jenis Penulisan......................................................................................................... 10
B. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 10
C. Instrumen Penulisan ................................................................................................ 10
D. Metode Pengolahan Data ......................................................................................... 11
1. Analisis Pengumpulan Data (Data Reduction).................................................... 11
2. Analisis Situs (Display) ....................................................................................... 11
3. Simpulan (Conclusion Drawing/Verification) .................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 12
A. Profil Tri Rismaharini.............................................................................................. 12
B. Gaya Kepemimpinan Tri Rismaharini Berdasarkan Karakteristik
Kepemimpinan Transformasional Menurut Avolio Et Al. (1991) .......................... 15

iii
1. Individualised Consideration (Konsiderasi Individu) ........................................ 15
2. Intellectual Stimulation (Stimulus Intelektual) ................................................... 16
3. Inspirational Motivation (Motivasi yang Inspiratif)........................................... 16
4. Idealised Influence (Pengaruh ideal) .................................................................. 17
BAB V KESIMPULAN ................................................................................................. 20
Daftar Pustaka ................................................................................................................ v

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kartono (1994:33) mendefinisikan bahwa pemimpin adalah seorang pribadi
yang memiliki kecakapan dan kelebihan dalam satu bidang sehingga mereka mampu
mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin yang baik adalah seorang
pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan. Wahjosumidjo (1987:11) menjelaskan
bahwa pada hakikatnya kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang
pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu antara lain kepribadian (personality),
kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability). Kepemimpinan, sebagai
rangkaian kegiatan (activity) seorang pemimpin, tidak dapat dipisahkan antara
kedudukan atau posisi dan gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan
adalah proses interaksi antara pemimpin, pengikut (orang yang dipimpin), dan situasi.
Oleh karena itu, kepemimpinan harus dijalankan sesuai dengan fungsinya agar
terwujud kepemimpinan yang efektif.
Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam
kehidupan kelompok masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin
berada di dalam situasi sosial (bukannya berada di luar situasi sosial). Pemimpin
harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok atau
organisasinya (Hadari Nawawi 1995:74). Fungsi kepemimpinan memiliki dua

1
2

dimensi yaitu: (1) dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan


mengarahkan dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan
orang-orang yang dipimpinnya; serta (2) dimensi yang berkenaan dengan tingkat
dukungan atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-
tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui
keputusan-keputusan dan kebijakan pemimpin. Mualldin (2016) menyimpulkan
bahwa kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
pengembangan dan kemajuan sebuah organisasi. Kepimimpinan yang efektif akan
berdampak terhadap kemajuan organsasi, sebab pemimpin sangat diperlukan untuk
menentukan visi dan tujuan organisasi, mengalokasikan dan memotivasi sumberdaya
agar lebih kompeten, mengkoordinasikan perubahan, serta membangun
pemberdayaan yang intens dengan pengikutnya, untuk menetapkan arah yang benar
atau yang paling baik.
Kotler dalam Lunenberg (2011) menjelaskan bahwa:
“Proses kepemimpinan melibatkan: (a) pengembangan visi untuk
organisasi; (b) penyelarasan orang-orang dengan visi tersebut melalui
komunikasi; serta (c) pemotivasian orang-orang untuk bertindak melalui
pemberdayaan dan pemenuhan kebutuhan dasar. Proses kepemimpinan
menciptakan ketidakpastian dan perubahan dalam organisasi.”
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan menjadi hal penting dalam
mengawal pencapaian tujuan sebuah organisasi, dalam kondisi ketidakpastian, kondisi
yang seringkali menghadapi perubahan yang tidak menentu.
Penelitian yang dilakukan oleh Lawler (2007) menunjukkan bahwa seorang
pemimpin dibutuhkan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang tidak
menentu, yang dihadapi oleh sebuah organisasi. Pemimpin yang dibutuhkan dalam
kondisi tersebut adalah seorang pemimpin dengan pengetahuan yang komprehensif
dalam mentrasformasikan perubahan organisasi. Salah satu teori kepemimpinan yang
dapat mengakomodir perubahan-perubahan yang tidak menentu yang dihadapi oleh
sebuah organisasi adalah teori kepemimpinan transformasional.
3

Kepemimpinan transformasional adalah sebuah kepemimpinan yang


terbentuk saat seorang (atau lebih) berhubungan dengan orang-orang lain sedemikian
rupa sehingga para pemimpin dan pengikut saling mengangkat diri untuk sampai
kepada tingkat-tingkat motivasi dan moralitas yang lebih tinggi (Burns 1978).
Seorang pemimpin transformasional mengartikulasikan masalah-masalah yang ada
dalam sistem yang berlaku dan mempunyai visi yang sangat mendesak berkenan
dengan apa dan bagaimana organisasi atau masyarakat yang baru tersebut. Visi baru
tentang organisasi atau masyarakat tersebut secara erat terkait dengan nilai-nilai yang
dianut oleh pemimpin dan para pengikutnya. Burns (1978) menyimpulkan bahwa
kepemimpinan transformasional pada akhirnya merupakan suatu praktek moral untuk
meningkatkan standar-standar perilaku manusia. Kepemimpinan transformasional
mempunyai dimensi moral karena mereka yang terlibat di dalamnya diangkat kepada
diri mereka yang lebih baik. Seorang pemimpin transformasional juga cekatan dalam
membingkai kembali isu-isu; mereka menunjukkan bagaimana masalah-masalah atau
isu-isu yang dihadapi para pengikutnya dapat dipecahkan apabila mereka mendukung
dan mewujudkan visi sang pemimpin tentang masa depan (Burns dalam Frans
Indrapradja 2015).
Siti Zuhro, peneliti politik senior dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), mengatakan bahwa kurang dari lima belas persen (15%) pemimpin di
Indonesia yang mampu melakukan perbaikan birokrasi di tengah pelaksanaan
otonomi daerah yang telah berjalan sejak tahun 2001; dan, hanya sedikit pemimpin
yang bisa menjadi pemegang kendali dan memaksakan terjadinya perubahan ke arah
lebih baik (republika.co.id 2013). Siti Zuhro menilai Tri Rismaharini, yang telah
menjabat sebagai walikota Surabaya sejak tahun 2010, adalah salah satu pemimpin
yang berhasil menjalankan reformasi birokrasi di Indonesia.
Berdasarkan pemaparan di atas, melalui penulisan makalah kelompok ini,
kami tertarik untuk menganalisis gaya kepemimpinan Tri Rismaharini sebagai
walikota Surabaya dengan menggunakan teori kepemimpinan transformasional.
4

B. Ruang Lingkup
Penulisan makalah kelompok ini dilakukan untuk menganalisis gaya
kepemimpinan Tri Rismaharini sebagai walikota Surabaya dengan menggunakan teori
kepemimpinan transformasional menurut Avolio et al. (1991). Ruang lingkup
penulisan makalah kelompok ini adalah kepemimpinan Tri Rismaharini sebagai
walikota Surabaya.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:
Bagaimanakah gaya kepemimpinan Tri Rismaharini sebagai walikota Surabaya
dengan menggunakan teori kepemimpinan transformasional menurut Avolio et
al. (1991)?

D. Tujuan Penulisan
Berdasarkan ruang lingkup dan rumusan masalah yang telah dijelaskan
sebelumnya, tujuan penulisan makalah kelompok ini, antara lain:
1. memaparkan teori kepemimpinan yang diperkenalkan oleh James MacGregor
Burns; dan
2. menganalisis gaya kepemimpinan Tri Rismaharini sebagai walikota Surabaya
dengan menggunakan teori kepemimpinan transformasional menurut Avolio et al.
(1991).

E. Manfaat (Kontribusi) Penulisan


Adapun manfaat (kontribusi) yang diharapkan dari penulisan makalah
kelompok ini, yaitu:
1. Secara teoritis, hasil penulisan makalah kelompok ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan dalam pemikiran ilmiah dalam rangka memperkaya
khazanah keilmuan, khususnya mengenai penerapan gaya kepemimpinan
5

berdasarkan teori kepemimpinan transformasional menurut Avolio et al. (1991);


dan
2. Secara praktis, hasil penulisan makalah kelompok ini diharapkan dapat menjadi
inspirasi bagi para pemimpin masa depan dengan meneladani pola gaya
kepemimpinan yang dilakukan oleh Tri Rismaharini sebagai walikota Surabaya.

F. Sistematika Penulisan
Makalah kelompok ini direncanakan akan terdiri dari lima bab, yang tiap-tiap
bab tersebut akan berisi pembahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang penulisan, ruang lingkup,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat (kontribusi) penulisan, serta
sistematika pembahasan yang menggambarkan garis besar atau pokok-pokok
pembahasan secara menyeluruh.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas mengenai berbagai macam teori yang diambil dari
bermacam literatur yang dianggap relevan dengan penelitian.
BAB III METODOLOGI PENULISAN
Bab ini membahas mengenai jenis penulisan, jenis data dan teknik
memperoleh data, instrumen penulisan dan metode pengolahan data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil dan pembahasan, yang berisi profil Tri
Rismaharini serta gaya kepemimpinan Tri Rismaharini berdasarkan
karakteristik kepemimpinan transformasional menurut Avolio et al. (1991).
BAB V SIMPULAN
Bab ini berisi simpulan dari hasil dan pembahasan yang dilakukan.
Pernyataan-pernyataan singkat sebagai simpulan akan menjadi jawaban atas
rumusan masalah.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sejarah Teori Kepemimpinan Transformasional


Kepemimpinan transformasional diinisiasi oleh James MacGregor Burns
(1978), yang kemudian dikembangkan oleh Bass dan Avolio (1985) dengan
menyatakan bahwa dalam kepemimpinan tidak dapat dipisahkan antara
transformasional dan transaksional.
Tichy dan Ulrich (1984) menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional
melibatkan perubahan organisasi yang dramatis termasuk pengembangan dan
implementasi visi. Pemimpin transformasional membantu mengatur kembali nilai-
nilai dan norma organisasi mereka, dengan mengakomodasi baik perubahan internal
maupun perubahan eksternal. Dengan didukung oleh penelitian lain oleh Bennis dan
Nanus (1985); serta, Tichy dan Devanna (1986), Bass (1990) menspesifikasikan
kepemimpinan transformasional akan terjadi ketika pemimpin dapat memperluas dan
meningkatkan kesadaran sehingga bawahan dapat menerima tujuan dari misi suatu
organisasi, jauh dari kepentingan pribadi, melainkan untuk kepentingan grup,
organisasi, atau masyarakat.
Kepemimpinan transformasional adalah proses membangun komitmen untuk
tujuan organisasi dan kemudian memberdayakan pengikut untuk mencapai tujuan
tersebut (Yukl 1998).

6
7

B. Atribut Kepemimpinan Transformasional (Russell dan Stone 2002)


Dalam memberikan penjelasan yang komprehensif, Russell dan Stone (2002)
menjelaskan atribut apa saja yang melekat dalam konsep 4I dalam Kepemimpinan
Transformasional.
Tabel 2.1. Atribut Kepemimpinan Transformasional
No. Atribut Kepemimpinan Transformasional Atribut yang Melekat
1 Idealized Influence/Charisma Vision
Trust
Respect
Risk-sharing
Integrity
Modeling
2 Inspirational Motivation Commitment to goals
Communication
Enthusiasm
3 Intellectual Stimulation Rationality
Problem solving
4 Individualized Consideration Personal attention
Mentoring
Listening
Empowerment
Sumber: Russell dan Stone (2002)

C. 4I Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional dapat diukur, dan kepemimpinan
transformasional memberikan dampak kepada pengikutnya (orang yang dipimpin).
Terdapat 4I elemen kepemimpinan transformational (Bass 1985; Russell dan Stone
2002; serta, Avolio 1991).
1. Individualised Consideration (Konsiderasi Individu).
Konsiderasi individu yakni elemen dimana pemimpin ada saat bawahan
membutuhkannya. Dalam hal ini, pemimpin berperan sebagai mentor atau pelatih
dengan mendengarkan apa yang diharapkan dan dibutuhkan bawahan. Pemimpin
memberikan empati dan dorongan, membuka komunikasi dua arah, dan menempatkan
tantangan kepada bawahan. Hal ini penting untuk mendapatkan rasa hormat dan
mengapresiasi pencapaian individual bawahan. Melalui hal tersebut, bawahan
8

memiliki keinginan dan pemikiran tersendiri mengenai perkembangan diri dan


memiliki motivasi intrinsik dalam melaksanakan tugasnya. Atribut yang melekat
adalah perhatian individu, pelatihan, mendengarkan, dan pemberdayaan.
2. Intellectual Stimulation (Stimulus Intelektual).
Stimulus intelektual yakni elemen dimana pemimpin menantang isu dan
mengambil risiko. Pemimpin dengan gaya ini merangsang dan mendorong kreativitas
pengikutnya. Pemimpin memelihara dan mengembangkan kreativitas bawahannya
dan memupuk individu-idividu yang memiliki cara berpikir yang independen. Sebagai
pemimpin pembelajaran dilihat sebagai kesempatan untuk diraih. Hasil dari elemen
ini adalah bawahan memiliki pertanyaan (problem), berpikir secara mendalam untuk
mendapatkan solusi untuk menyelesaikan tugasnya Atribut yang melekat adalah
rasionalitas dan pemecahan masalah.
3. Inspirational Motivation (Motivasi yang Inspiratif).
Motivasi yang Inspiratif yakni elemen dimana pemimpin menjelaskan dan
membeberkan visi kepada bawahannya. Pemimpin dalam level ini memberikan
motivasi dan memberikan standar yang tinggi untuk dicapai oleh bawahannya,
mengkomunikasikan optimisme masa depan, dan menjelaskan makna dari tugas-tugas
yang ada. Bawahan perlu memiliki perasaan yang mendalam dalam terhadap tujuan
sehingga memiliki motivasi dan energi untuk bertindak dan terus maju. Sisi visionaris
ini perlu didukung dengan kemampuan berkomunikasi sehingga diperoleh
pemahaman visi yang menyeluruh, tepat, kuat, dan saling terkait. Hasil dari elemen
ini adalah adanya usaha lebih yang diberikan bawahannya dalam melaksanakan
tugasnya. Atribut yang melekat adalah komitmen atas target, komunikasi, dan
antusiasme.
4. Idealised Influence (Pengaruh ideal).
Pengaruh ideal yakni elemen dimana pemimpin memberikan suri tauladan, baik
mengenai etika, kebanggaan, maupun rasa saling percaya satu sama lain. Sebuah
karismatik elemen dari suatu kepemimpinan transformasional dimana sosok
pemimpin menjadi penting untuk ditiru. Atribut yang melekat adalah visi,
kepercayaan, penghormatan, berbagi-resiko, integritas, tauladan.
9

D. Tips Menurut Yulk (1998) Mengenai Kepemimpinan Transformasional


Beberapa hal yang dapat dilakukan berkaitan dengan kepemimpinan
tranformasional menurut Yukl (1998), antara lain:
1. mengembangkan visi yang menantang dan atraktif bersama dengan para pegawai;
2. mengaitkan visi dengan strategi untuk mencapai target;
3. mengembangkan visi, memberi detail dan mentranslasikan dalam bentuk
tindakan (program);
4. menunjukkan kepercayaan diri, keyakinan, dan optimis terhadap visi dan
implementasinya; dan
5. merealisasikan visi melalui rencana dan target yang dipecah-pecah sebagai
bagian dari target yang utuh.
BAB III

METODOLOGI PENULISAN

A. Jenis Penulisan
Jenis penulisan ini adalah penulisan kualitatif. Moleong (2012:6)
menyatakan bahwa penulisan kualitatif adalah penulisan yang dilakukan untuk
memahami fenomena yang dialami oleh subjek penulisan yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penulisan misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya, secara holistik dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah

B. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data


Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder. Data
sekunder merujuk pada informasi yang diperoleh dari sumber-sumber yang telah
tersedia (Sekaran 2003). Data tersebut berupa data dan informasi dari buku, jurnal,
laporan, berita di media dan hasil penelitian terkait objek penelitian. Pengumpulan
data dilakukan melalui penulisan kepustakaan, yaitu membaca dan memahami
berbagai literatur, buku, jurnal, kajian untuk menginventarisasi teori yang relevan.

C. Instrumen Penulisan
Instrumen penulisan adalah alat atau fasilitas yang digunakan penulis agar
pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya baik dalam arti cermat, lengkap, sistematis
sehingga lebih mudah diolah (Arikunto 2010:201). Penulis kualitatif sebagai human

10
11

instrument berfungsi untuk menetapkan fokus penelitian, memilih narasumber sebagai


sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis data,
menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Penulis adalah instrumen
kunci dalam penulisan kualitatif (Sugiyono 2016:222-223).

D. Metode Pengolahan Data


Langkah-langkah pengolahan data kualitatif menurut Creswell (2009:276-
284) adalah mengolah dan mempersiapkan data, membaca keseluruhan data,
menganalisis lebih detail dengan coding data, mengidentifikasikan tema-tema,
menghubungkan tema-tema dan deskripsi, dan terakhir menginterpretasikan tema-
tema atau deskriptif tersebut. Untuk analisis data, penulis menggunakan model
analisis data Miles and Huberman. Secara umum model ini terbagi menjadi tiga alur
kegiatan.
1. Analisis Pengumpulan Data (Data Reduction).
Proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
Rincian tahapan reduksi dalam penulisan ini meliputi ringkasan kontrak, pengkodean,
memo, dan ringkasan situs sementara. Pada tahapan ringkasan kontrak terdapat istilah
“situs” yang bermakna seseorang, suatu tempat, atau suatu kegiatan.
2. Analisis Situs (Display).
Sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Analisis terbagi menjadi dua jenis yakni “di
dalam situs” dan “lintas situs”. Rincian tahapan analisis di dalam situs yang
digunakan dalam penulisan ini meliputi bagan konteks, matriks gerombolan
konseptual, dan pengujian prediksi. Sedangkan untuk analisis lintas situs meliputi
jaringan konseptual lintas situs.
3. Simpulan (Conclusion Drawing/Verification).
Berdasarkan data hasil reduksi dan display, penulis membuat simpulan yang
merupakan jawaban dari ketiga rumusan masalah penulisan pada bab pendahuluan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Tri Rismaharini


Tri Rismaharini (Risma) (lahir di Kediri pada 20 November 1961) adalah
wanita pertama yang terpilih sebagai walikota Surabaya sepanjang sejarah. Risma
terpilih sebagai walikota Surabaya untuk dua periode berturut-turut, yaitu periode
2010-2015 dan periode 2016-2021. Pada 28 September 2010, Risma dilantik menjadi
walikota Surabaya menggantikan Bambang Dwi Hartono, yang kemudian menjabat
menjadi wakilnya. Pasangan Risma-Bambang diusung oleh Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP) dan memenangi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
Surabaya 2010 dengan perolehan suara mencapai 358.187 suara (38,53%). Namun,
pada tanggal 14 Juni 2013, Bambang resmi mengundurkan diri sebagai wakil walikota
Surabaya karena mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Timur pada Pilkada Jawa
Timur 2013. Setelah pengunduran diri Bambang, Risma didampingi oleh Wisnu Sakti
Buana yang resmi dilantik pada tanggal 24 Januari 2014. Wisnu kembali
mendampingi Risma pada Pilkada Serentak 2015 dan pasangan Risma-Wisnu terpilih
kembali dengan perolehan suara sebesar 893.087 suara (86,34%).
Risma menempuh pendidikan sarjana di jurusan Arsitektur Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dan lulus pada tahun 1987. Di ITS Risma juga
melanjutkan pendidikan magisternya di bidang Manajemen Pembangunan Kota dan
lulus pada tahun 2002. Sebelum menjadi walikota, Risma telah meniti karir sebagai
seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Kota Surabaya sejak tahun 1990-an.
Karir birokrat Risma sebelum menjadi Walikota Surabaya, antara lain sebagai berikut:

12
13

1. Kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Badan Perencanaan
Pembangunan Kota Surabaya (1997);
2. Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Dinas Bangunan Kota Surabaya (2001);
3. Kepala Cabang Dinas Pertamanan Kota Surabaya (2001);
4. Kepala Bagian Bina Pembangunan (2002);
5. Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan (2005);
6. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya (2005); dan
7. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya (2008).
Popularitas Risma kali pertama berkibar karena dikenal sebagai figur yang
piawai menghijaukan kota Surabaya dan membuka taman-taman untuk publik secara
gratis (Ardison 2015). Jauh hari sebelum menjadi walikota Surabaya, yaitu saat masih
menjabat sebagai Kepala DKP dan Kepala Bappeko, Risma sudah disebut-sebut
sebagai otak penataan kota Surabaya. Risma juga memperoleh pujian atas
keberaniannya untuk menutup lokalisasi Gang Dolly pada Juni 2014. Gang Dolly
dikenal sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara. Gang Dolly dan beberapa
kawasan eks lokalisasi lainnya dijadikan fasilitas umum (taman, olahraga, atau
pelengkap lainnya) serta sentra bisnis dan perdagangan.
Keberhasilan Risma sebagai walikota Surabaya bahkan diakui hingga di
dunia internasional. Sebagai buktinya, Risma mendapat penghargaan dari City
Mayors Foundation sebagai Mayor of the Month untuk bulan Februari 2014 dan
menempati urutan ketiga walikota Terbaik Dunia Tahun 2014 versi World Mayor
(lembaga kajian di bidang studi pembangunan kota yang berpusat di London, Inggris).
Pada tahun 2015, Risma juga berhasil masuk jajaran 50 Pemimpin Dunia Terhebat
(World’s Greatest Leaders) versi majalah Fortune. Risma dinilai berhasil menerapkan
kebijakan yang berpihak kepada lingkungan, memperhatikan aspek sosial, dan
konsisten mendukung kemajuan ekonomi. Selama masa kepemimpinan Risma
sebagai walikota, kota Surabaya juga telah beberapa kali memperoleh penghargaan
baik di skala nasional maupun di skala internasional. Adapun penghargaan Risma
adalah sebagai berikut:
14

1. Penghargaan Adipura selama tujuh tahun berturut-turut, yaitu Adipura Kencana


untuk kategori kota metropolitan di tahun 2011-2015, Adipura Paripurna di tahun
2016, dan Adipura Kencana di tahun 2017;
2. Penghargaan Kota dengan Partisipasi Publik Terbaik se-Asia Pasifik di tahun
2012 versi Citynet atas keberhasilan pemerintah kota dan partisipasi rakyat dalam
mengelola lingkungan;
3. Penghargaan Kota Berkelanjutan ASEAN dari Enviromentally Award 2012;
4. Penghargaan tingkat Asia-Pasifik dari FutureGov Award 2013 di bidang data
center melalui data center Pemerintah Kota Surabaya dan bidang data inclusion
melalui Broadband Learning Center (BLC);
5. Penghargaan The 2013 Asian Townscape Award dari Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) yang menempatkan Taman Bungkul Surabaya sebagai taman terbaik se-
Asia;
6. Penghargaan inovasi pelayanan publik terbaik kategori Future City versi
FutureGov di tahun 2014 melalui sistem perizinan daring Surabaya Single
Window (SSW); dan
7. Penghargaan Sustainable Cities and Human Settlement Awards kategori Global
Green City dari PBB di tahun 2017.
Menurut Ardison (2015), Risma dikenal sebagai pemimpin yang berorientasi
pada kepentingan publik dan sangat kokoh dalam memegang prinsip yang seringkali
justru menimbulkan gesekan antara Risma dengan pihak-pihak lain (misal: DPRD dan
PDIP). Risma juga dinilai sebagai sosok pemimpin yang merakyat, tidak mengejar
kekayaan, dan tegas. Dukungan terhadap Risma tidak hanya berasal dari masyarakat
kota Surabaya saja, tetapi juga dari masyarakat kota-kota lainnya. Hal ini dibuktikan
dengan besarnya dukungan yang muncul agar Risma tidak mundur dari jabatannya
ketika terjadi konflik internal partai pada saat penunjukan Wisnu sebagai wakil
walikota. Meskipun banyak kontribusi positif yang telah diberikan, di lain pihak,
Risma dinilai memiliki karakter-karakter yang kontroversial. Ia sering disebut sebagai
pribadi yang kaku, emosional, dan tidak mampu berkomunikasi dengan baik (Ardison
2015).
15

B. Gaya Kepemimpinan Tri Rismaharini Berdasarkan Karakteristik


Kepemimpinan Transformasional Menurut Avolio Et Al. (1991)
1. Individualised Consideration (Konsiderasi Individu).
Karakteristik konsiderasi individu memiliki arti bahwa pemimpin seharusnya
berperan sebagai mentor atau pelatih, dengan mendengarkan apa yang diharapkan dan
dibutuhkan bawahan. Risma adalah pemimpin yang bersedia hadir untuk bekerja
sama dengan eksekutifnya (Rahmi 2015). Ia menanamkan pola kerja tim yang kuat
dari setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk menyelesaikan
permasalahan dengan lebih efisien dan efektif. Awalnya budaya ini sulit untuk
dilakukan karena ego sektoral dari masing-masing SKPD, namun seiring berjalannya
waktu budaya kerja ini semakin berjalan dengan baik. Untuk koordinasi dan
kerjasama yang lebih efektif, pemerintah kota Surabaya memaksimalkan penggunaan
Handy Talky (HT) dan Line karena kedua teknologi tersebut terhitung murah dan
mudah digunakan. Dalam rangka mempererat hubungan personal dengan stafnya,
Risma juga sering mengajak bawahannya untuk makan bersama setelah melakukan
suatu pekerjaan tertentu. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi bawahannya,
Risma seringkali tidak segan untuk turun langsung ke lapangan. Gaya blusukan
menjadi salah satu kekhasan gaya kepemimpinan Risma. Ia menilai gaya blusukan
efektif untuk memperoleh banyak aduan dari masyarakat sehingga dapat membantu
dalam penyusunan kebijakan ke depannya.
Konsiderasi individu merupakan salah satu faktor penting dalam
mengapresiasi pencapaian individual bawahan. Risma tidak segan untuk memberikan
penghargaan dan hukuman kepada stafnya. Remunerasi PNS Pemerintah Kota
Surabaya meningkat sejak Risma menjabat menjadi walikota dan pemberian
tunjangan tersebut sudah berbasis kinerja. Namun, ia juga dikenal tidak berkompromi
terhadap PNS yang melanggar peraturan dan kode etik. Sudah beberapa kali, Risma
melakukan pemecatan kepada puluhan PNS Pemerintah Kota Surabaya. Mereka
kedapatan melakukan pelanggaran seperti poligami tanpa izin, pungutan liar (pungli),
penyalahgunaan anggaran dan/atau wewenang. Sebagai bentuk pemberdayaan, Risma
16

juga memberlakukan sistem lelang terbuka untuk mengisi jabatan tertentu di


Pemerintah Kota Surabaya.
Meskipun Risma memiliki beberapa gaya kepemimpinan yang memenuhi
karakteristik konsiderasi individu, ia juga memiliki beberapa gaya kepemimpinan
yang kurang baik. Contohnya adalah sifat emosional Risma baik di depan staf
maupun di depan media massa. Dalam beberapa kali kesempatan, Risma tertangkap
media massa sedang meluapkan emosinya di muka publik karena adanya
permasalahan yang terjadi di lapangan. Ia juga tidak segan untuk memarahi stafnya di
depan publik apabila staf bersangkutan tidak melaksanakan pekerjaannya dengan
baik.
2. Intellectual Stimulation (Stimulus Intelektual).
Karakteristik stimulasi intelektual merupakan proses dua arah. Pemimpin tidak
hanya mempengaruhi pikiran individu, melainkan juga terbuka dan dipengaruhi oleh
ide-ide individu. Sebagai pemimpin yang dapat mempengaruhi individu, Risma
dikenal sebagai pemimpin yang bertipe director dimana staf dituntut untuk
mencontoh yang ia lakukan agar mencapai target kerja (Rahmi 2015). Gaya
kepemimpian yang tegas dan otoriter diperlukan ketika budaya organisasi dinilai
buruk. Sifat pemimpin bukan untuk mengubah karyawan, namun untuk mengubah
budaya lama yang sudah tidak relevan untuk digunakan. Hasil dari gaya
kepemimpinan ini menunjukkan peningkatan pada disiplin dan kinerja PNS Kota
Surabaya. Risma juga dinilai terbuka terhadap masukan dan ide yang disampaikan
kepadanya. Dalam menyusun kebijakan, ia mempertimbangkan masukan para staf
maupun masyarakat. Risma adalah pemimpin yang paham akan kelemahannya dan
tidak segan untuk meminta bantuan kepada orang yang lebih ahli.
3. Inspirational Motivation (Motivasi yang Inspiratif).
Motivasi yang menginspirasi berarti karakter seorang pemimpin yang
mampu menerapkan standar yang tinggi akan tetapi sekaligus mampu mendorong
bawahan untuk mencapai standar tersebut. Karakter seperti ini mampu
membangkitkan optimisme dan antusiasme yang tinggi dari para bawahan. Dengan
17

kata lain, pemimpin transformasional senantiasa memberikan inspirasi dan


memotivasi bawahannya.
Dalam kepemimpinannya, Risma lebih mengedepankan contoh langsung
untuk ditiru oleh para bawahannya gayanya yang cekatan sebagai teguran sekaligus
contoh yang harus diikuti oleh bawahannya. Ia tipe orang yang sangat serius dan tegas
sehingga lingkungan kerja kental dengan budaya profesionalitas dan kedisiplinan
tinggi. Beliau tidak segan untuk terjun sendiri mengatur lalu lintas yang macet, selalu
mematau daerah-daerah banjir di Surabaya, ikut membersihkan saluran air dan taman,
dan dia juga tidak segan untuk memberikan penghargaan and hukuman kepada
staffnya serta memarahi PNS kota Surabaya yang dirasa tidak menjalankan tugasnya
dengan baik.
Risma adalah pemimpin yang bertipe director dan staffnya dituntut untuk
mencontoh agar apa yang dia lakukan agar mencapai target kerja. Goleman memberi
catatan ada suatu waktu gaya kepemimpinan memerintah diperlukan. Gaya
kepemimpinan yang tegas dan otoriter ini dilakukan ketika budaya organiasi dinilai
buruk. Sifat pemimpin bukan untuk mengubah karyawan namun untuk merubah
budaya yang lama berkembang dan sudah tidak relevan untuk digunakan. Gaya
memerintah digunakan dengan sangat hati-hati dengan pengendalian emosi diri yang
baik, namun jika pemimpin besifat kaku maka organisasi akan berantakan (Goleman
2007:93-94). Maka itu, gaya kepemimpinan Risma yang tegas dan keras memang
dibutuhkan untuk merubah iklim organisasi publik yang lamban.
Hasilnya dapat dilihat bagaimana disiplin dan kinerja pegawai yang
meningkat. Selain itu pelayanan publik bagi masyarakat juga dinilai semakin baik.
4. Idealised Influence (Pengaruh ideal).
Pengaruh ideal mempunyai makna bahwa seorang pemimpin
transformasional harus mempunyai kharisma yang mampu membuat bawahan untuk
mengikuti pimpinan. Dalam bentuk konkrit, kharisma ini ditunjukan melalui
pemahaman terhadap visi dan misi organisasi, mempunyai pendirian yang kukuh,
komitmen dan konsisten terhadap setiap keputusan yang telah diambil, dan
18

menghargai bawahan. Dengan kata lain, pemimpin transformasional menjadi figur


yang dikagumi, dihargai dan diikuti oleh bawahan.
Risma dikenal sebagai pemimpin yang tegas, pemberani, dan disiplin.
Dengan latar belakangnya sebagai seorang arsitek, dia berfokus mengembangkan kota
Surabaya menjadi kota yang berbasis ekologi. Kebijakan pertama yang diambil saat
terpilih menjadi walikota adalah mencegah Surabaya menjadi “hutan reklame”.
Namun hal tersebut membuat hubungannya dengan pihak DPRD menjadi kurang
harmonis. Namun Risma kukuh melaksanakan kebijakan tersebut dan mendapat
dukungan dari masyarakat Surabaya.
Kebijakan lainnya terkait lingkungan adalah penataan kota surabaya dengan
penyediaan ruang-ruang bagi publik dalam bentuk ruang terbuka hijau dan penataan
permukiman. Kebijakan tersebut mampu mengubah wajah kota surabaya yang semula
penuh dengan masalah kota metropolitan, seperti kebersihan lingkungan dan
permukiman kumuh, menjadi kota yang bersih, hijau dan ramah lingkungan.
Kebijakan tersebut mampu membawa surabaya meraih penghargaan adipura secara
beruntun dari tahun 2011-2016. Selain itu surabaya juga mendapat penghargaan The
2013 Asian Townscape Award serta Sustainable Cities and Human Settlement Awards
kategori Global Green City pada 2017.
Salah satu bentuk ketegasan Risma yang terkenal adalah saat terjadi
kerusakan Taman Bungkul karena kegiatan pembagian es krim gratis pada tahun
2014. Mendapati Taman Bungkul rusak, Risma tidak segan melaporkan
penyelenggara acara ke jalur hukum. Risma meminta stafnya menggunakan Undang-
Undang (UU) pengerusakan lingkungan sebagai dasar laporan. Pihak penyelenggara
akhirnya bersedia bertanggung jawab dan menanggung perbaikan Taman Bungkul
tersebut.
Kebijakan Risma yang begitu berani untuk perubahan kota Surabaya adalah
penutupan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara yaitu Dolly. Upaya beliau untuk
menutup Dolly mendapat berbagai reaksi dari masyarakat baik pro maupun kontra.
Dalam sebuah wawancara Risma menyatakan telah merelakan jiwa raganya ketika
melaksanakan kebijakan penutupan lokalisasi Dolly yang banyak ditentang oleh
19

berbagai pihak. Risma sudah berpamitan dan meminta suami dan anaknya
mengikhlaskan jika dalam penutupan lokalisasi Dolly dirinya pulang ke rumah tinggal
nama.
Berbagai kebijakan yang diambil selama memimpin Surabaya membuat Tri
Rismaharini begitu dicintai oleh masyarakat Surabaya dan mengangkat namanya ke
jajaran pemimpin yang disegani baik di level nasional maupun di level internasional.
Bahkan pada 2015, nama Tri Rismaharini masuk dalam jajaran 50 tokoh berpengaruh
di dunia versi majalah Fortune bersama dengan tokoh-tokoh lain seperti Chief
Executive Officer (CEO) Facebook Mark Zuckerberg, Perdana Menteri India
Narendra Modi, dan tokoh lainnya. Risma dinilai berhasil melakukan banyak
terobosan luar biasa di Surabaya dengan membuat kota tersebut lebih tertata dan
manusiawi.
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan pada bab IV dapat disimpulkan


bahwa Tri Rismaharini memiliki karakter yang memenuhi kriteria pemimpin
transformasional menurut Avolio et al. (1991). Karakter Tri Rismaharini yang
memenuhi teori tersebut, antara lain:
1. bersedia bekerja sama dengan staffnya, menekankan kerjaa sama tim dalam
bekerja, dan bersedia mengapresiasi pencapaian individual (Individual
Consideration);
2. bersedia mempertimbangkan masukan dan ide baik dari staff maupun dari
masyarakat (Intelectual Stimulation);
3. memiliki visi yang jelas dalam bekerja, dan mengedepankan contoh di lapangan
(Inspirational Motivation); dan
4. tegas, pemberani, dan konsisten dalam menerapkan kebijakan demi tercapainya
tujuan (Idealized Individual).

20
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Ardison. 2015. Tri Rismaharini Pemimpin Lokal yang Mendunia. Surabaya: Ardison
Book.
Creswell, John. 2014. Penelitian Kualitatif dan Design Riset Memilih di Antara Lima
Pendekatan Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Moleong, Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis Buku 1. Penerbit: Salemba
Empat
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis Buku 2. Penerbit: Salemba
Empat
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabet.
2. Jurnal dan Sumber Lainnya
Damayanti, Rizka. 2015. Profil dan Biografi Tri Rismaharini Sang Walikota
Surabaya. http://www.profilpedia.com/2015/01/profil-dan-biografi-tri-
rismaharini.html (diakses 7 April 2018).
Effendi, Zaenal. 2017. Surabaya Sabet Empat Penghargaan Lingkungan Tingkat
Nasional. https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3583744/surabaya-sabet-
empat-penghargaan-lingkungan-tingkat-nasional (diakses 7 April 2018).
Garmabrata, Galuh. 2017. Hijaukan Surabaya, Risma Dapat Penghargaan di New
York. https://www.liputan6.com/news/read/3146524/hijaukan-surabaya-risma-
dapat-penghargaan-di-new-york (diakses 7 April 2018).
Hove, Tann V. 2014. Mayor of the Month for February 2014: Tri Rismaharini Mayor
of Surabaya, Indonesia. http://www.citymayors.com/mayors/surabaya-mayor-tri-
rismaharini.html (diakses 7 April 2018).
Liputan6.com. 2017. Wali Kota Risma: Pangeran Charles Puji Program Sampah
Surabaya. https://www.liputan6.com/regional/read/3034740/wali-kota-risma-
pangeran-charles-puji-program-sampah-surabaya (diakses 7 April 2018).

v
Listyanti, Agita. 2015. Risma Tempati Posisi 3 Wali Kota Terbaik Dunia.
https://nasional.tempo.co/read/639648/risma-tempati-posisi-3-wali-kota-terbaik-
dunia (diakses 7 April 2018).
Rahmi, Purwati. 2015. Kepemimpinan Kepala Daerah (Studi Kasus Walikota
Surabaya, Tri Rismaharini dalam Perspektif Emotional Intelligence). Jurnal
Kebijakan dan Manajemen Publik, 3 (2), 112-121.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/kmp2163504191full.pdf (diakses 7 April
2018).
Sejarah-indonesia-raya.blogspot.co.id. 2014. Biografi Tri Rismaharini - Walikota
Surabaya. http://sejarah-indonesia-raya.blogspot.co.id/2014/11/biografi-tri-
rismaharini-walikota.html (diakses 7 April 2018).
____________. 2015. Surabaya Mayor Named as Fortune's 50 Best Leaders.
https://en.tempo.co/read/news/2015/03/29/055653760/Police-Map-Locations-of-
ISIS-Followers-in-East-Java (diakses 7 April 2018).

vi

You might also like