You are on page 1of 8

KAJIAN HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN MINUMAN

DI INSTALASI GIZI
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. R. M. SOEDJARWADI, KLATEN

Erni Cahyani Putri*, Sigid Sudaryanto**, Purwanto **

* JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl.Tatabumi 3, Banyuraden, Gamping, Sleman, DIY 55293
email: ernicahyani12@gmail.com
**JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Abstract

Hospitals are health care institution that organizing comprehensive individual health services that
provide inpatient, outpatient, and emergency services. On the other hand, based on it’s activities,
a hospitals can be a place of disease spreading and potential as a source of environmental pol-
lution and health disturbance. To avoid those risks and to improve the high-quality services, it is
needed to implement environmental health efforts, one of which is good food and beverage hygi-
ene and sanitation practices. The purpose of this study was to know the action of those hygiene
and sanitation measure at the Nutrition Installation of the Klaten’s Dr. R. M. Soedjarwadi local
Mental Hospital. The objects of this descriptive study comprised of: groceries selection, food ing-
redients storage, food processing, cooked food storage, food delivery, and food service. As the
respondents were the chief in-charge of the Nutrition Installation and 21 food processing officers.
To collect the data, check list form and interview guide were used. Based on the observations it
was found that the score of the hygiene and sanitation practices was 3140 or 92.08 % of the ma-
ximum value. Some findings that have not meet the standard were: six out of 10 officers did not
o
use head-gear, temperature of food store-room (26,03 C), humidity of food store-room (68.4 %),
lighting of food processing site (80 lux), and the facilities for food warming did not fulfill the re-
quirement. In general, it can be concluded that the implemnetation of the food and beverage hy-
giene and sanitation practices in the hospital is proper.
Keywords : food and beverage hygiene, food and beverage sanitation, hospital sanitation

Intisari

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehat-
an perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan ga-
wat darurat. Di sisi lain, berdasarkan aktifitasnya, rumah sakit juga dapat menjadi tempat penu-
laran penyakit dan memungkinkan bagi terjadinya pencemaran lingkungan serta gangguan ke-
sehatan. Untuk menghindari risiko-risiko tersebut serta untuk meningkatkan layanan yang ber-
mutu tinggi maka perlu diselenggarakan upaya kesehatan lingkungan, dimana salah satunya a-
dalah dengan melaksanakan praktik higiene dan sanitasi makanan minuman yang baik. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui tindakan higiene dan sanitasi tersebut di Instalasi Gizi Rumah
Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi, Klaten. Obyek dari penelitian deskriptif yang dilakukan
terdiri dari: pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan,
penyimpanan makanan masak, pengangkutan makanan, dan penyajian makanan. Responden
penelitian terdiri dari penanggung-jawab Instalasi Gizi dan 21 orang petugas pengelola makan-
an. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar check list dan panduan wawancara.
Berdasarkan hasil pengamatan, skor higiene dan sanitasi makanan minuman mencapai 3140
atau 92,08 % dari skor maksimal. Beberapa hal yang belum memenuhi standar adalah: ada 6
o
dari 10 petugas yang tidak menggunakan tutup kepala, serta suhu gudang makanan (26,03 C),
kelembaban gudang makanan (68,4 %), dan pencahayaan tempat pengolahan makanan (80
lux), serta fasilitas penghangat makanan tidak memenuhi persyaratan. Secara umum, dapat di-
simpulkan bahwa praktik higiene dan sanitasi makanan minuman yang dilakukan adalah laik.
Kata Kunci : higiene makanan minuman, sanitasi makanan minuman, sanitasi rumah sakit

PENDAHULUAN bentuk upaya kesehatan perorangan


dan upaya kesehatan masyarakat 1).
Derajat kesehatan yang optimal bagi Upaya kesehatan diselenggarakan
masyarakat harus diwujudkan dengan melalui pendekatan: pemeliharaan, pe-
diselenggarakannya upaya kesehatan ningkatan kesehatan (promotif), pence-
yang terpadu dan menyeluruh dalam gahan penyakit (preventif), penyembuh-

160
Putri, Sudaryanto & Purwanto, Kajian Higiene dan …

an penyakit (kuratif), dan pemulihan ke- lakukan belum memenuhi syarat. Dari
sehatan (rehabilitatif), yang dilaksana- hasil penelitian, para peneliti menemu-
kan secara menyeluruh, terpadu, dan kan kurangnya pengawasan terhadap te-
berkesinambungan. Konsep kesatuan u- naga penjamah selama berlangsungnya
paya kesehatan ini menjadi pedoman proses pengolahan pada setiap harinya,
dan pegangan bagi semua fasilitas ke- hasil pemeriksaan terhadap parameter
sehatan di Indonesia, termasuk rumah bakteriologis makanan belum memenuhi
sakit 2). syarat, dan kurangnya pembinaan ter-
Rumah sakit adalah institusi pelaya- hadap proses pengolahan makanan 7).
nan kesehatan yang menyelenggarakan Hasil penelitian di RSJD Dr. Amino
pelayanan kesehatan perorangan secara Gondohutomo Semarang pada tahun
paripurna yang menyediakan pelayanan 2010 tentang pengetahuan dan sikap
rawat inap, rawat jalan, dan gawat daru- petugas penjamah makanan terhadap
rat 3). Namun demikian, upaya penye- praktik higiene dan sanitasi makanan,
diaan pelayanan kesehatan tersebut da- menemukan bahwa 50 % petugas terse-
pat menjadi tempat penularan serta me- but memiliki pengetahuan yang baik dan
mungkinkan bagi terjadinya pencemaran 50 % petugas bersikap mendukung 8).
lingkungan serta gangguan kesehatan. Berdasarkan hasil survei pendahulu-
Oleh karena itu, untuk menghindari risiko an yang dilakukan pada tanggal 26 Fe-
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan bruari 2015 di Instalasi Gizi Rumah Sakit
tersebut perlu diselenggarakan upaya Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi Klaten,
kesehatan lingkungan rumah sakit 4). diperoleh permasalahan yaitu petugas
Salah satu kegiatan untuk mening- pengolah makanan tidak menggunakan
katkan layanan yang bermutu tinggi dan perlengkapan pelindung pengolah ma-
menghindari risiko dari gangguan ke- kanan berupa sarung tangan plastik. Me-
sehatan adalah dengan cara melakukan nurut Peraturan Menteri Kesehatan No-
tindakan higiene dan sanitasi yang baik mor 1096/Men-kes/Per/VI/2011 tentang
untuk makanan minuman. Adapun fak- Persyaratan Higiene Sanitasi Jasa Boga,
tor-faktor yang mempengaruhi penye- kondisi tersebut tidak diperbolehkan.
lenggaraan higiene dan sanitasi makan- Menyadari pentingnya peran higie-
an dan minuman di instalasi gizi rumah ne dan sanitasi makanan minuman serta
sakit meliputi: faktor tempat atau ba- untuk mengetahui keberhasilannya, ma-
ngunan, faktor makanannya sendiri, fak- ka diperlukan kajian mengenai bagai-
tor manusia, dan faktor peralatan 5). mana praktik higiene dan sanitasi ma-
Melakukan upaya higiene dan sani- kanan minuman di Instalasi Gizi RSJD
tasi terhadap makanan minuman yang Dr. RM. Soedjarwadi tersebut dilaksana-
baik dapat meningkatkan tersedianya kan dan dibandingkan dengan standar
makanan yang berkualitas, baik dan yang ada.
aman, serta mewujudkan perilaku kerja
yang sehat dan benar serta menurun- METODA
kan kejadian risiko penularan penyakit Jenis penelitian yang dilakukan ada-
atau kesehatan 5). lah penelitian deskriptif yang bertujuan
Salah satu penyebab penularan pe- untuk mendeskripsikan atau menggam-
nyakit pada saat pengolahan makanan barkan tentang suatu keadaan secara
dan minuman yang tidak baik adalah in- obyektif dan kemudian dibahas dengan
feksi nosokomial. Penyakit yang dise- tinjauan pustaka yang relevan.
babkan oleh infeksi nosokomial akibat Obyek penelitian adalah praktik hi-
makanan dan minuman di rumah sakit, giene dan sanitasi makanan minuman di
antara lain adalah penyakit diare 6). Instalasi Gizi RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
Hasil penelitian terdahulu di tiga ins- Klaten yang terdiri dari: pemilihan bahan
talasi gizi rumah sakit di Jakarta yaitu di makanan, penyimpanan bahan makan-
RS Fatmawati, RS Pasar Rebo, dan RS an, pengolahan makanan, penyimpanan
Persahabatan menunjukkan bahwa upa- makanan masak, pengangkutan makan-
ya higiene sanitasi makanan yang di- an, dan penyajian makanan. Responden

161
Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.7, No.4, Mei 2016, Hal 160 – 167

penelitian berjumlah 22 orang terdiri dari nya tidak memenuhi syarat yang diatur
petugas penanggung-jawab Instalasi Gi- berdasarkan Kepmenkes RI No. 1204/
zi dan petugas pengelola makanan. Menkes/SK/2004 Tentang Persyaratan
Jalannya penelitian secara garis be- Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
sar meliputi: wawancara responden de-
ngan menggunakan panduan wawanca- Tabel 2.
Hasil pengukuran kualitas lingkungan fisik
ra; observasi pengelolaan higiene dan
sanitasi makanan minuman dari tahapan Hasil
No Parameter Standar
kegiatan atas dengan menggunakan for- pengukuran
mulir check list; pengukuran suhu dan 1 Suhu
o
22 C 26,03 C
o

kelembaban di gudang makanan dengan


2 Kelembaban 80-90 % 68,4%
menggunakan alat thermohygrometer,
pengukuran pencahayaan di ruang pe- 3 Pencahayaan 200 lux 80 lux
ngolahan makanan dengan mengguna-
kan alat lux meter, dan pengambilan Adapun berdasarkan hasil wawan-
sampel makanan minuman dan alat ma- cara dengan 21 orang petugas pengelo-
kan untuk dilakukan pemeriksaan di la- la makanan, diperoleh hasil sebagai ber-
boratorium dengan menggunakan per- ikut: 1) petugas yang mengetahui ten-
lengkapan berupa botol sampel steril, tang higiene dan sanitasi makanan mi-
sendok steril, lidi kapas steril, serta PBS numan sebanyak 14 orang atau 63,6 %,
(phosphate buffer salin), dan termos. 2) semua petugas sedang tidak meng-
idap penyakit menular, 3) semua petu-
HASIL gas pernah melakukan pemeriksaan ke-
sehatan diri, 4) petugas yang pernah
Berdasarkan hasil pengamatan, di- mengalami kecelakaan saat bekerja se-
ketahui bahwa skor praktik higiene dan banyak 14 orang atau 63,6 %, 4) semua
sanitasi makanan minuman di Instalasi petugas belum mengikuti pelatihan higie-
Gizi RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten ne dan sanitasi makanan minuman.
adalah mencapai 3140 atau 92,08 % da- Informasi lain yang diketahui adalah:
ri nilai maksimal standar yang berlaku. pembagian tugas dalam pengelolaan
Tabel 1. makanan di Instalasi Gizi tersebut di-
Hasil pengamatan lakukan secara bersama-sama atau ker-
tindakan hygiene dan sanitasi makanan minuman
ja-sama; proses penyimpanan bahan
makanan dilakukan dengan cara disortir,
Nilai
N
o
Kegiatan maksi Skor % dicuci, dan kemudian dimasukkan ke
mal
dalam tempat penyimpanan; APD yang
1
Pemilahan bahan
400 400 100,00
harus digunakan saat mengolah makan-
makanan an meliputi: celemek, tutup kepala, mas-
2
Penyimpanan bahan
940 880 93,61
ker, sarung tangan, pakaian kerja, dan
makanan
sepatu atau alas kaki.
3 Pengelolaan makanan 1160 1040 89,65 Diketahui pula bahwa: pengambilan
Penyimpanan makanan
bahan makanan dari tempat penyimpan-
4 390 390 100,00
masak an menggunakan prinsip FIFO (first in
Pengangkutan first out); peralatan makan yang diguna-
5 160 160 100,00
makanan kan masih layak; pengangkutan makan-
6 Penyajian makanan 360 270 75,00 an menggunakan jalur yang berbeda;
penyajian makanan berbeda-beda dise-
Jumlah 3410 3140 92,08
suaikan dengan ruangan dan penyakit
yang diderita.
Sementara itu, berdasarkan hasil Sementara itu, berdasarkan hasil
pengukuran terhadap kualitas lingkung- wawancara dengan petugas penang-
an fisik yang terdiri dari suhu, kelembab- gung-jawab Instalasi Gizi tentang higie-
an, dan pencahayaan, diketahui ketiga- ne dan sanitasi makanan minuman, me-

162
Putri, Sudaryanto & Purwanto, Kajian Higiene dan …

nurutnya higiene adalah kebersihan dan an yang melakukan cuci tangan secara
kesehatan perorangan, individu, atau tidak benar serta tidak menggunakan a-
penjamah, sedangkan sanitasi adalah lat pelindung diri atau APD.
kebersihan dan kesehatan lingkungan
atau alam. Ia juga mengatakan bahwa PEMBAHASAN
ada Permenkes yang mengatur tentang
higiene dan sanitasi makanan minuman, Secara umum, hasil penelitian me-
dan memiliki SOP yang mengatur ten- nemukan bahwa pelaksananan higiene
tang higiene dan sanitasi makanan mi- dan sanitasi makanan minuman adalah
numan. sudah laik. Namun demikian, beberapa
Diperoleh informasi pula bahwa u- hal masih belum memenuhi standar
paya higiene dan sanitasi makanan mi- yang ada.
numan di Instalasi Gizi RSJD Dr. RM
Soedjarwadi dilakukan melalui pendidik- Pemilihan Bahan Makanan
an kelompok atau perorangan. Para pe- Pemilihan bahan makanan telah di-
tugas sudah menggunakan APD dan terapkan di RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi
sudah melakukan pemeriksaan kesehat- Klaten. Kepanitiaan dibentuk untuk pe-
an, yaitu minimal enam bulan sekali da- ngadaan bahan makanan. Semua pro-
lam satu tahun. ses pengadaan bahan makanan dimulai
Dari hasil wawancara diketahui bah- dari perencanaan berdasarkan stok dan
wa untuk mengawasi bahan makanan kebutuhan, lalu kemudian ditinjau kem-
sudah ada panitia yang dibentuk. Pem- bali menurut kebijakan Direktur RS, pa-
belian bahan makanan sudah ditentukan nitia, dan anggaran.
oleh panitia pengadaan. Evaluasi atau Bahan makanan yang dibutuhkan
pengawasan dilakukan setiap bulan ter- ada spesifikasinya. Apabila tidak sesuai
hadap jumlah bahan tambahan makanan dengan spesifikasi tersebut, bahan ma-
yang telah digunakan. Penggunaan ba- kanan yang tidak diinginkan akan dikem-
han tambahan makanan tersebut sedikit balikan. Jumlah pengiriman bahan ma-
sekali. Penyimpanan bahan makanan kanan disesuaikan dengan jumlah pa-
ada dua cara, yaitu basah dan kering. sien dan stok.
Pemilihan alat masak disesuaikan de- Pengawasan pemilihan bahan ma-
ngan spesifikasi yang dibutuhkan oleh kanan juga sudah ada kepanitiaannya
Instalasi Gizi. Prinsip pengambilan ba- dan setiap bulan panitia tersebut mem-
han makanan selain mengikuti prinsip buat laporan. Hal ini sudah sesuai de-
FIFO juga mengikuti prinsip FEFO (first ngan teori yang ada yaitu bahwa bahan
enter first out). makanan yang diperlukan harus sesuai
Diketahui pula bahwa cara member- dengan spesifikasinya 9).
sihkan alat masak dan alat makan ada-
lah dengan menggunakan alat pemanas Penyimpanan Bahan Makanan
berupa dish-washer dengan suhu antara Hasil pemeriksaan suhu dan kelem-
86 oC -105 oC. Jalur untuk mengangkut baban di tempat penyimpanan bahan
makanan siap santap dan alat makan makanan menunjukkan 26,03 oC dan
yang kotor berbeda. Kereta dorong se- 68,4 %. Hal ini tidak memenuhi standar,
telah digunakan untuk mengambil alat yaitu 22oC dan 80 % - 90 % 4).
makan yang kotor segera dibersihkan
dengan cara dicuci dengan air bersih Pengolahan Makanan
dan diusap dengan menggunakan kain. Hasil observasi terhadap tempat pe-
Kereta dorong yang digunakan untuk ngolahan makanan, peralatan masak,
mengangkut makanan siap santap dan dan alat makan sudah sesuai dengan
alat makan yang kotor juga berbeda. standar yang ada 4). Namun, hasil peme-
Hambatan yang ada di rumah sakit riksaan pencahayaan di tempat peng-
ini yaitu bangunan, selokan, dan lantai olahan makanan yaitu hanya 80 lux, se-
kotor sekali serta ditemukan keberadaan hingga tidak sesuai dengan yang diper-
tikus dan kucing. Ada penjamah makan- syaratkan, yaitu 200 lux 4).

163
Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.7, No.4, Mei 2016, Hal 160 – 167

Peneliti mengambil sampel alat ma- dilakukan, alat untuk memeriksa logam
kan berupa piring, karena dibersihkan berat di BLK sedang rusak, sehingga
dengan perlakuan yang sama, yaitu di- pemeriksaan dipindah ke Laboratorium
bersihkan dengan dishwasher pada su- Dasar milik Jurusan Kesehatan Lingku-
hu antara 86 oC - 105 oC. Selain itu, pi- ngan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
ring juga adalah alat makan yang paling Pemeriksaan dilakukan dengan me-
sering digunakan untuk pasien dengan toda kualitatif, dan dari hasil pemeriksa-
gangguan jiwa. Sampel alat makan yang an diketahui bahwa semua sampel ma-
diambil tersebut diperiksakan di Balai kanan negatif mengandung ketiga logam
Laboratorium Kesehatan (BLK) Provinsi berat tersebut. Hal ini sudah sesuai de-
D. I. Yogyakarta, dan hasilnya menun- ngan standar yang berlaku 4).
jukkan negatif dari kuman E. coli. Hal ini
sudah sesuai dengan standar yang su- Pengangkutan Makanan
dah diatur 4). Makanan yang diolah oleh petugas
Saat wawancara dengan petugas pengelola makanan selanjutnya diangkut
pengelola makanan, mereka mengetahui dengan kereta dorong yang tertutup dan
APD apa saja yang harus digunakan bersih. Setiap setelah digunakan untuk
pada saat mengolah makanan. Namun, mengangkut alat makan kotor, kereta
ketika dilakukan pengamatan, ada enam dorong tersebut selalu dibersihkan.
dari 10 petugas yang sedang bekerja Pembersihannya menggunakan air
yang tidak menggunakan tutup kepala. bersih yang kemudian dikeringkan de-
Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan ngan kain. Setelah bersih, kereta dorong
standar yang berlaku 10). lalu dimasukkan ke ruang distribusi. Pe-
ngisian makanan di dalam kereta dorong
Penyimpanan Makanan Masak tidak sampai penuh, sehingga ada udara
Makanan jadi yang diolah oleh pe- untuk ruang gerak. Jalur yang digunakan
tugas pengelola makanan langsung ha- untuk mengangkut makanan dan alat
bis dan hanya menyisakan sedikit untuk makan yang kotor, berbeda atau terpi-
sampel makanan. Penyimpanan sampel sah. Hal ini sudah sesuai dengan stan-
makanan tidak dicampur dengan bahan dar yang ditetapkan 4).
makanan mentah. Tempat atau wadah
penyimpanan setiap sampel makanan Penyajian Makanan
berbeda-beda. Makanan yang disimpan Penyajian makanan di RSJD Dr. R.
tidak rusak, tidak busuk atau basi. Jika M. Soedjarwadi Klaten terhindar dari
setelah satu jam shift makan tersebut pencemaran dan alat yang digunakan
para pasien tidak ada keluhan, makanan sudah bersih serta memiliki wadah yang
kemudian dibuang. Hal ini sudah sesuai tertutup. Makanan jadi langsung diporsi-
dengan standar yang berlaku 4). kan sesuai dengan diet masing-masing
Makanan yang diolah oleh petugas pasien. Setelah ditunggu sebentar agar
pengelola makanan tidak mengandung dingin, dalam selang waktu antara 30
E. coli dan kandungan logam berat. Hal menit sampai dengan satu jam, makan-
ini dibuktikan dengan hasil pemeriksaan an diantar ke bangsal pasien.
sampel makanan berupa nasi, lauk (per- Ada dua cara dalam menyajikan
kedel), sayur (sop), dan air putih di BLK makanan, yaitu cara sentralisasi dan
sebagaimana di atas yang menyatakan cara desentralisasi. Sentralisasi diguna-
negatif dari keberadaan E. coli. Pemerik- kan untuk pasien non jiwa atau pasien
saan sampel-sampel makanan tersebut umum sedangkan desentralisasi diguna-
dilakukan dengan metoda biakan iden- kan untuk pasien jiwa. Perbedaan dari
tifikasi. Hal ini sudah sesuai dengan ke dua cara tersebut adalah dari cara
standar yang berlaku 4). memporsikannya. Sentralisasi diporsikan
Adapun untuk pemeriksaan logam langsung oleh pengelola makanan di
berat pada sampel makanan, hanya di- Instalasi Gizi, sedangkan desentralisasi
lakukan untuk Hg, Pb, dan Cu. Hal ter- diporsikan oleh para perawat yang men-
sebut terjadi karena pada saat penelitian jaga di bangsal pasien jiwa.

164
Putri, Sudaryanto & Purwanto, Kajian Higiene dan …

Pada selang waktu antara 30 menit gas pengelola makanan tentang higiene
sampai dengan satu jam tersebut, ma- dan sanitasi makanan minuman hanya
kanan jadi ditempatkan pada ruangan ada 14 orang dari 21 petugas yang me-
yang sama dengan tempat pengelola ngetahui.
makanan, sehingga suhu penghangat Oleh karena itu, diperlukan pelatih-
makanan tidak sesuai dengan standar an mengenai higiene dan sanitasi ma-
yang berlaku 4). kanan minuman untuk menambah pe-
ngetahuan mereka agar dalam melak-
Penyakit Menular dan Pemeriksaan sanakan tugasnya dapat dijalankan de-
Kesehatan ngan baik. Dengan adanya pelatihan
Dari hasil wawancara dengan pe- higiene dan sanitasi maka akan diper-
tugas penanggung jawab Instalasi Gizi oleh tambahan pengetahuan, kemampu-
dan petugas pengelola makanan, dike- an dan keahlian sehingga dalam kegiat-
tahui bahwa mereka tidak mempunyai an kerja akan lebih terampil dan lebih
penyakit menular dan pernah melakukan baik karena dapat menerapkan upaya-
pemeriksaan kesehatan. upaya higiene dan sanitasi yang baik 11).
RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten
dalam menerima pegawai selalu melaku- Kecelakaan Kerja yang Pernah
kan tes kesehatan terlebih dahulu. Jika Dialami
calon pegawai mempunyai penyakit me- Kecelakaan kerja saat bekerja se-
nular, terlebih untuk pegawai pengelola ring terjadi termasuk di Instalasi Gizi
makanan, maka calon pegawai tersebut RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi. Hasil wa-
tidak diterima. Hal tersebut karena jika wancara yang dilakukan peneliti dengan
petugas pengelola makanan mempunyai petugas pengelola makanan memper-
penyakit menular maka akan dapat me- oleh informasi bahwa jenis kecelakaan
nularkannya kepada pasien. yang terjadi selama bekerja adalah 12
Makanan yang dibuat oleh petugas orang pernah terpeleset dan tiga orang
pengelola makanan dapat menjadi per- terkena benda tajam yaitu pisau dan pa-
antara penularan penyakit, sehingga rut kelapa. Hal ini harus selalu diwas-
penyelenggaraan higiene dan sanitasi padai agar tetap berhati-hati sehingga
makanan minuman dapat berpengaruh. selama bekerja tidak lagi mengalami ke-
Hal ini sesuai dengan teori yang berlaku celakaan kerja.
yang menyatakan bahwa salah satu fak-
tor yang mempengaruhi penyelenggara- Pembagian Tugas dalam Pengelolaan
an higiene dan sanitasi makanan minu- Makanan
man adalah faktor manusia dan faktor Petugas pengelola makanan Insta-
makanan 5). lasi Gizi di RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi
RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten Klaten hanya 22 orang sehingga sangat
secara rutin melakukan kegiatan peme- kurang dalam melakukan pengelolaan
riksaan kesehatan kepada semua pe- makanan. Oleh karenanya, di dalam
tugas yang ada setiap enam bulan se- pembagian tugas mengolah makanan di-
kali. Hal ini sudah sesuai dengan ke- lakukan secara kerjasama. Dalam hal
tentuan yang berlaku 10). ini, petugas tidak hanya melakukan apa
yang menjadi tugasnya saja tapi jika ada
Pelatihan Higiene dan Sanitasi pekerjaan lain yang belum terselesaikan
Makanan Minuman juga dapat membantu, sehingga makan-
Semua petugas pengelola makanan an yang disajikan untuk pasien dapat
di RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten terselesaikan secara tepat waktu.
belum pernah mengikuti pelatihan higie-
ne dan sanitasi makanan minuman. Wa- Masalah dalam Menerapkan Higiene
laupun praktik higiene dan sanitasi ma- dan Sanitasi Makanan Minuman
kanan minuman yang telah dilakukan Instalasi Gizi RSJD Dr. R. M. Soe-
dinyatakan laik, hasil wawancara mene- djarwadi pernah mengalami masalah da-
mukan bahwa untuk pengetahuan petu- lam menerapkan higiene dan sanitasi

165
Sanitasi, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.7, No.4, Mei 2016, Hal 160 – 167

makanan minuman. Masalah tersebut, harapkan dapat menjadi bahan masuk-


antara lain adalah: semua orang dapat an untuk memperbaiki suhu, kelembab-
masuk Instalasi Gizi, petugas tidak an, dan pencahayaan tempat penyim-
menggunakan APD, petugas pengelola panan makanan yang tidak sesuai de-
makanan tidak dapat mencuci tangan ngan standar praktik higiene dan sanitasi
dengan benar, pendidikan yang dimiliki makanan minuman yang baik, serta un-
petugas pengelola makanan tidak se- tuk mengadakan pelatihan higiene dan
muanya tinggi, serta buruknya kondisi sanitasi untuk petugas pengelola ma-
bangunan, selokan, dan lantai. kanan minuman, sehingga dalam tindak-
Salah satu hal yang dilakukan untuk an sehari-hari akan menjadi lebih baik
meningkatkan upaya higiene dan sani- lagi. Penambahan petugas pengolah
tasi di Instalasi Gizi adalah memperbaiki makanan juga perlu dipertimbangkan un-
gedung Instalasi Gizi. Kegiatan tersebut tuk lebih menjamin dapat terlaksananya
sudah sesuai dengan teori yang ada tugas mereka dengan baik.
yaitu bahwa untuk meningkatkan penye- Bagi petugas pengelola makanan
lenggarakan higiene dan sanitasi, salah diharapkan selalu menggunakan pakai-
satunya adalah memperbaiki faktor ba- an kerja dengan lengkap dan selalu ber-
ngunan 5). hati-hati dalam bekerja agar kecelakaan
Selain itu, petugas penanggung-ja- dalam bekerja dapat dihindari.
wab Instalasi Gizi juga membuat peratur- Adapun bagi peneliti lain yang ingin
an yang ketat, bahwa tidak semua orang mengembangkan penelitian ini, untuk
dapat masuk ke dalam ruangan dan se- memperoleh hasil penelitian yang lebih
tiap orang yang akan masuk harus akurat, disarankan untuk menggunakan
menggunakan APD yang telah disedia- sampel dan waktu pengamatan yang le-
kan. Sampai dengan saat ini peraturan bih banyak.
tersebut telah dilaksanakan sehingga
praktik higiene dan sanitasi makanan mi- DAFTAR PUSTAKA
numan di RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi
Klaten pun menjadi lebih baik. 1. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 tentang
KESIMPULAN Kesehatan, 2009. (http://ereport.al-
kes.kemkes.go.id/dat/UU_No._36_T
Dari hasil penelitian dapat disimpul- h_2009_ttg_Kesehatan.pdf, diunduh
kan beberapa hal, yaitu: 1) berdasarkan 29 November 2014).
hasil pengamatan praktik higiene dan 2. Keputusan Menteri Kesehatan Re-
sanitasi makanan minuman di Instalasi publik Indonesia Nomor 1197/Men-
Gizi RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi, Kla- kes/SK/X2004 tentang Standar Pe-
ten, diperoleh skor 3140 atau 92,08 % layanan Farmasi di Rumah Sakit,
dari nilai maksimal yang berarti tindakan 2004 (http://www.hukor.depkes.go.id
higiene dan sanitasi yang dilakukan di- /up_prod_kepmenkes/KMK%20No.
nyatakan laik; 2) suhu dan kelembaban %201197%20ttg%20Standar%20Pe
gudang penyimpanan bahan makanan, layanan%20Farmasi%20Di%20RS.
serta pencahayaan dan suhu tempat pe- pdf, diunduh 29 November 2014).
nyimpanan makanan jadi tidak memenu- 3. Undang-Undang Republik Indonesia
hi standar yang berlaku; 3) sebanyak Nomor 44 Tahun 2009 tentang Ru-
enam petugas dari 10 petugas yang be- mah Sakit, 2009. (http://www.gizi-
kerja pada saat penelitian, tidak meng- kia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/
gunakan salah satu perlengkapan pakai- downloads/2012/07/UU-No.-44-Th-
an kerja, yaitu tutup kepala. 2009-ttg-Rumah-Sakit.pdf, diunduh
29 November 2014).
SARAN 4. Keputusan Menteri Kesehatan Re-
publik Indonesia Nomor 1204/Men-
Bagi Direktur RSJD Dr. R. M. Soe- kes/SK/VII/2004 tentang Persyarat-
djarwadi, Klaten, hasil penelitian ini di- an Kesehatan Lingkungan Rumah

166
Putri, Sudaryanto & Purwanto, Kajian Higiene dan …

Sakit (http://www.hukor.depkes.go. Gizi RSJD Dr. Amino Gondohutomo


id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No Semarang, Jurnal Kesehatan Ma-
.%201204%20ttg%20Persyaratan% syarakat Indonesia, 6 (1): hal. 50-
20Kesehatan%20Lingkungan%20R 64. (http://jurnal.unimus.ac.id, diun-
S.pdf, diunduh 29 November 2014). duh 26 Februari 2015).
5. Depkes R. I., 2007. Pedoman Pe- 9. Depkes R. I., 2013. Pedoman PGRS
nyelenggaraan Makanan Rumah Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Di-
Sakit, Direktorat Jenderal Bina Pela- rektorat Jenderal Bina Gizi Dan Ke-
yanan Medik, Jakarta. sehatan Ibu dan Anak, Jakarta.
6. Sarbaguna, Boy, Rubaya, A. K., dan 10. Peraturan Menteri Kesehatan Repu-
Sukmaniah, S., 2011. Sanitasi Ma- blik Indonesia Nomor 1096/Menkes/
kanan dan Minuman Menuju Pe- Per/VI/2011 tentang Higiene Sanita-
ningkatan Efisiensi Rumah Sakit, si Jasaboga. (http://www.hukor.dep-
Salemba Medika, Jakarta. kes.go.id/up_prod_permenkes/PMK
7. Djarismawati, B., Sukana, dan Sugi- %20No.%201096%20ttg%20Higien
harti. 2004. Pengetahuan dan peri- e%20Sanitasi%20Jasaboga.pdf,
laku penjamah tentang sanitasi pe- diunduh 2 Maret 2015).
ngolahan makanan pada instalasi 11. Rachmania, S., 2006. Evaluasi Pe-
gizi rumah sakit di Jakarta, Media laksanaan Pelatihan Higiene dan
Litbang Kesehatan, 14 (3) (http:// Sanitasi terhadap Peningkatan Pe-
ejournal.litbang.depkes.go.id/index.p ngetahuan CPOB Pegawai pada PT
hp/MPK/article/viewFile/905/819, di- PNF., Thesis Magister Manajemen
unduh 26 Februari 2015). Universitas Gadjah Mada (http://etd.
8. Meikawati, Wulandari, Astuti, R., repository.ugm.ac.id/index.php?mod
dan Susilawati, 2010. Hubungan pe- =penelitian_detail&sub=PenelitianD
ngetahuan dan sikap petugas pen- etail&act=view&typ=html&buku_id=3
jamah makanan dengan praktek hi- 4337v, diunduh 11 Agustus 2015).
giene dan sanitasi makanan di Unit

167

You might also like