You are on page 1of 18

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tanah merupakan hasil pelapukan batuan yang berlangsung secara kimiawi

maupun fisik. Tanah memiliki horison-horison tanah atau lapisan-lapisan. Tanah

dapat mengalami suatu proses mengembang dan mengerut sesuai dengan kadar

air yang berada didalam tanah tersebut. Tanah yang mengembang kerap kali

disebut dengan istilah swelling dan tanah yang menyusut disebut dengan shrink.

Ciri-ciri tanah yang dapat dilihat dan dirasakan dengan indera meliputi

warna tanah, tekstur tanah, struktur tanah, dan konsistensi. Warna tanah

merupakan ciri yang paling jelas dan mudah ditentukan di lapang. Warna tanah

mencerminkan beberapa sifat tanah, seperti kandungan bahan organik yang tinggi

pada tanah akan menimbulkan warna gelap. Pengaruh warna juga dapat

berpengaruh terhadap keseimbangan panas dan kelembaban tanah yang secara

tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Tekstur tanah juga dapat menentukan sifat tanah. Secara kualitatif tanah

yang halus menunjukan tanah itu mampu menahan air relative tinggi, lengket,

drainase buruk, dan sulit diolah. Struktur tanah dan juga konsistensi tanah sangat

menentukan sifat tanah.

Sehingga untuk mengetahui beberapa sifat tanah perlu dilakukannya

pengamatan tanah dengan indera meliputi warna tanah, tekstur tanah, struktur

tanah, dan konsistensi. Dengan mengetahui sifat tanah, kita bisa melakukan

pengolahan tanah, evaluasi tanah ataupun budidaya tanaman secara tepat karena

media tumbuh tanaman adalah tanah itu sendiri.

60
B. Tujuan
1. Menetapkan warna dasar beberapa jenis tanah dengan menggunakan buku

Munsell Soil Color Chart.


2. Menentukan dan membandingkan struktur tanah pada jenis tanah yang

tersedia.
3. Menentukan dan membandingkan konsistensi tanah pada jenis tanah yang

tersedia.
4. Menetapkan konsistensi berbagai jenis tanah dalam keadaan basah, lembab,

dan kering.

61
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah merupakan bagian dari lapisan permukaan bumi. Pembentukan tanah

berasal dari proses pelapukan yaitu proses pemecahan atau penghancuran.

Pelapukan tersebut berasal dari batuan induk menjadi bahan induk tanah, diikuti

oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang lapuk oleh

mikroorganisme. Pelapukan bahan induk dipengaruhi oleh faktor iklim terutama

faktor curah hujan, suhu dan pengaruh aktivitas organisme hidup (termasuk

vegetasi, mikroba, organisme tanah dan manusia), pada suatu topografi atau relief

dalam jangka waktu tertentu. Karena adanya faktor-faktor tersebut, maka tanah

suatu tempat pasti berbeda dengan tempat lainnya. Perbedaan tersebut ada pada

ciri-ciri morfologi tanah baik itu dari warna, tekstur, struktur, hingga menyangkut

masalah unsur-unsur pembentukannya. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka dapat

diketahui profil tanah yang merupakan petunjuk dari proses-proses yang dialami

oleh suatu tanah selama pelapukan dan perkembangannya. Perbedaan intensitas

faktor-faktor pembentuk tanah dapat digunakan untuk menentukan suatu jenis

tanah (Buckman, 1982).

Sifat morfologi tanah adalah sifat – sifat tanah yang dapat diamati dan

dipelajari di lapang. Sebagian dari sifat-sifat morfologi tanah merupakan sifat-

sifat fisik dari tanah tersebut. Sifat fisik tersebut termasuk warna tanah, tekstur,

struktur tanah, konsistesi, dan drainase tanah (Hardjowigeno, 2010).

Warna merupakan salah satu sifat fisik tanah yang banyak digunakan untuk

mendeskripsikan karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung terhadap

tanaman, tetapi secara tidak langsung berpengaruh terhadap temperatur dan

62
kelembapan tanah.Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tidak murni seperti,

campuran kelabu, coklat, dan bercak, kerapkali terdapat 2-3 warna dalam bentuk

spot-spot yang disebut karatan (Tan, 1995).

Warna tanah merupakan komposit (campuran) dari warna-warna komponen-

komponen penyusunannya. Efek komponen-komponen terhadap warna komposit

ini secara langsung proporsial terhadap total permukaan tanah yang setara dengan

luas permukaan spesifik dikali proporsi volumetric masing-masingnya terhadap

tanah yang bermakna materi koloidal memiliki dampak terbesar terhadap warna

tanah, misal humus dan nesi-hidroksida secara jelas menentukan warna tanah

(Hanafiah, 2007).

Intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral dan

jumlahnya, (2) kandungan bahan organik tanah, dan (3) kadar air tanah dan

tingkat hidratasi. Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa

dapat menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan

beragam warna dari putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna

tanah menjadi merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik

maka warna tanah makin gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan

bahan organik tanah maka warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan

kadar air yang lebih tinggi atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna

tanah menjadi lebih gelap (kelam). Sedangkan tingkat hidratasi berkaitan dengan

kedudukan terhadap permukaan air tanah, yang ternyata mengarah ke warna

reduksi (gleisasi) yaitu warna kelabu biru hingga kelabu hijau. (Madjid, 2009)

63
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat)

yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir,

fraksi debu dan fraksi liat (Hanafiah, 2007). Tekstur merupakan sifat kasar-

halusnya tanah dalam percobaan yang ditentukan oleh perbandingan banyaknya

zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai kelompok ukuran, terutama perbandingan

antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan pasir berukuran 2 mm ke bawah

(Notohadiprawiro, 1998).

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat)

yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir

(sand) (berdiameter 2,00-0,20 mm atau 2000-200 µm, debu (slit) (berdiameter

0,20- 0,002 mm atau 200- 2µm) dan liat (clay) (<2 µm). Berdasarkan kelas

teksturnya maka tanah digolongkan menjadi :

1) Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung

minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung.

2) Tanah bertekstur halus atau tanah berliat mengandung minimal 37,5 % liat

atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3 macam).

3) Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung.

(Hanafiah, 2007)

Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir- butir tanah. Gumpalan-

gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang

berbeda-beda. Tanah dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak

melekat satu sama lain (disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau saling melekat

menjadi satu satuan yang padu (kompak) dan disebut massive atau pejal. Tanah

64
dengan struktur baik (granuler, remah) mempunyai tata udara yang baik, unsur-

unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah.Strukktur tanah yang baik

adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan

dengan rapat. (Hanafiah, 2007)

Apabila tekstur mencerminkan ukuran partikel dari fraksi-fraksi tanah, maka

struktur merupakan kenampakan bentuk susunan partikel-partikel primer tanah

(pasir, debu dan liat individual) hingga partikel-partikel sekunder (gabungan

partikel-partikel primer yang disebut ped (gumpalan) yang membentuk agregat

(bongkah). Tanah yang pertikel-partikelnya belum bergabung, terutama yang

bertekstur pasir, disebut tanpa struktur atau berstruktur lepas, sedangkan tanah

bertekstur liat, yang terlihat massif (padu tanpa ruang pori, yang lembek jika

basah dan keras jika kering) atau apabila dilumat dengan air membentuk pasta

disebut juga tanpa struktur (Hanafiah, 2007).

Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang penting, karena struktur

tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara tidak langsung berupa

perbaikan peredaran air, udara dan suhu, aktivitas mikroorganisme tanah,

tersedianya unsur hara bagi tanaman serta perombakan bahan organik . Adapun

pengaruh secara langsung struktur tanah yakni pada pergerakan akar tanaman.

Dengan demikian pengolahan tanah yang baik akan menjadikan tanah berstruktur

remah sehingga memudahkan pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman

(Kartasapoetra, 1989).

Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-

butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Konsistensi

65
adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada

saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya

gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel

dan air) dengan berbagai kelembaban tanah. Konsistensi tanah adalah suatu sifat

tanah yang menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – parkikel

tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang disebabkan

oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengarui bentuk tanah (Kohnke,

1968)

66
III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada acara 4 adalah buku Munsell Soil

Color Chart, air dan contoh tanah halus (<0,5mm) dan tanah yang masih

berbentuk gumpalan (Inseptisol, Andisol, Ultisol, Vertisol, Entisol).

B. Prosedur Kerja
1. Warna Tanah
a. Diambil sedikit tanah gumpal yang lembab secukupnya (permukaannya

tidak mengkilap).
b. Diletakkan di bawah lubang kertas buku Munsell Soil Color Chart.
c. Dicatat notasi warna (Hue, Value, Chroma) dan nama warna
2. Tekstur Tanah
a. Diambil sebongkah tanah kira – kira sebesar kelereng.
b. Dibasahi dengan air hingga tanah dapat ditekan.
c. Contoh tanah dipijit kemudian dibuat benang dan sambil dirasakan kasar

halusnya tanah.
d. Ditentukan tekstur tanahnya.
3. Struktur Tanah
a. Sebongkah tanah diambil, kemudian dipecah dengan cara dijatuhkan dari

ketinggian tertentu, sehingga bongkah tanah akan pecah secara alami.


b. Pecahan tersebut menjadi agregat mikro (ped) yang merupakan kelas

struktur tanah.
c. Pecahan tanah ditentukan bentuk struktur, kelas struktur, dan derajat

struktur.
4. Konsistensi Tanah
a. Contoh tanah dalam berbagai kandungan air diamati dengan cara dipijit

dengan ibu jari dan telunjuk.


b. Pengamatan dimulai pada kondisi kering, lembab, dan basah dengan cara

pada contoh tanahnya ditambah air.


c. Diamati konsistensinya.

67
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Warna Tanah

Warna Tanah
No. JENIS TANAH Tekstur Tanah
Notasi Warna Nama Warna
1 Inceptisol 5YR 2,5/2 Dark Reddish Lempung

Brown Berliat(L)
2 Vertisol 5YR 3/1 Very Dark Grey Lempung

Berdebu(SIL)
3 Ultisol 10YR ¾ Dark Yellowish Lempung

Brown Berliat(L)
4 Andisol 2.5YR Dark Reddish Lempung

Brown Berliat(L)
5 Entisol 10YR 2/2 Very Dark Lempung

Brown Pasir(SL)

2. Struktur Tanah

No. JENIS TANAH STRUKTUR TANAH


Tipe Kelas Derajat
1 Inceptisol Gumpal Halus (F) Cukupan (2)
Bersudut
2 Ultisol Kersai Halus (F) Cukupan (2)
3 Vertisol Gumpal Kasar(C) Kuat (3)
4 Andisol Kersai Sedang(M) Cukupan (2)
5 Entisol Kersai Sangat Halus (VF) Lemah (1)
3. Konsistensi

No. JENIS TANAH Konsistensi Konsistensi Konsistensi


Kelekatan Keliatan Lembab Kering
1 Inceptisol Tak Plastis(P) Gembar (f) Agak
Lekat(SO Kersa(Sh)
)
2 Ultisol Tak Agak Gembar (f) Keras(h)
Lekat(SO Plastis(PS)

68
)
3 Vertisol Lekat(S) Tidak Sangat Teguh Sangat Keras
Plastis(PO) Sekali(et) Sekali(eh)
4 Andisol Agak Tidak Sangat Keras(h)
Lekat(SS) Plastis(PO) Gembur(Vf)
5 Entisol Agak Agak Sangat Lemak(s)
Lekat(SS) Plastis(PS) gembur(Vf)

B. Pembahasan

Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah karena warna

tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor dari dalam tanah. Warna tanah yang sering

kita jumpai adalah warna kuning, merah, coklat, putih, dan hitam serta warna-

warna tanah lainnya. warna tanah itu tidak murni, dalam suatu warna coklat

misalnya disana sini sering terdapat kumpulan titik dan corengan merah, kuning,

ataupun hitam yang merupakan warna noda atau warna bercak (Sutedjo, 1991).

Tekstur tanah adalah besar kecilnya ukuran partikel (fraksi) yang terkandung

dalam massa tanah sehingga menggambarkan tingkat kekasaran butirannya.

Tekstur tanah ditentukan oleh perbandingan diantara partikel kerikil, pasir, debu,

dan liat. Jenis-jenis tanah yang banyak mengandung kerikil dan pasir tentunya

memiliki tekstur yang lebih kasar dibandingkan tanah yang lebih banyak

mengandung debu dan liat (Utoyo, 2006).Menurut Hanafiah(2004) yang

merupakan resultante warna tanah adalah:

a) Kadar bahan organic

Kadar bahan organic yang berwarna gelap,makin tinggi makin gelap

b) Intensitas pelindian unsur hara

Intensitas pelindian unsur-unsur hara pada tanah tersebut makin intensif makin

terang.

69
c) Warna terang

Warna terang mencermikan dominanya kuarsa,aitu mineral tanpa nutritional

sama sekali,sehingga makin dominan makin terang dan makin miskin

Menurut Hardjowigeno(2010) penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya

oleh perbedaan kandungan bahan organic.Makin tinggi kandungan bahan organic ,warna tanah

semakin gelap.Di lapisan bawah,warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banaknya

senyawa Fe yang didapat.Beberapa jenis mineral seperti kuarsa dapat menyebabkan warna tanah

menjadi terang.

Struktur tanah menggambarkan susunan atau agregasi gumpal tanah menjadi

bentuk-bentuk tertentu. Kondisi struktur berhubungan dengan tingkat kegemburan

atau keremahan tanah (Utoyo, 2006). Sedangkan konsistensi adalah salah satu

sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh

gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik

menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan

berbagai kelembaban tanah. Konsistensi tanah adalah suatu sifat tanah yang

menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – parkikel tanah dan

ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang disebabkan oleh tekanan

dan berbagai kekuatan yang mempengarui bentuk tanah (Sutedjo, 1991).

Menurut Hanafiah (2004) peran tekstur tanah sebagaimana diuraikan di atas akan

mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.Sedangkan pengamatan warna tanah bisa

digunakan untuk mengetahui kandungan bahan organic,kandungan Fe dan aerasi tanah.dengan

mengetahui bahan organic tanah dan kandungan Fe bisa digunakan untuk menentukan jenis

tanaman yang sesuai.Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi

70
drainase atau agregat tanah akan menghasilkan ruang yang lebih besar ketimbang susunan

antarpartikel primer.Konsistensi tanah sangat penting dalam fisika tanah dan digunakan tujuan,

diantaranya:

1. untuk mendapatkan criteria sifat fisika tanah untuk keperluan klasifikasi tanah

2. sebagaui indeks untuk klasifikasi tanah

3. sebagai indeks yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat akumulasi liat di dalam

profil tanah, dan

4. dapat digunakan dalam hubungannya dengan pengolahan tanah dan dalam merancang

alat-alat pertanian.

Menurut Hanafiah(2004) konsistensi ditetapkan dalam tiga kadar air tanah,yaitu:

a. Konsistensi basah digunakan untuk menilai derajat kelekatan tanah terhadap benda yang

menempelnya dan menentukan desrajat kekelenturan tanah terhadap perubahan bentuknya.

b. Konsitensi lembab digunakan untuk menilai derajat kegemburan-keteguhan tanah.

c. Konsistensi kering digunakan untuk menilai derajat kekerasan air tanah.

Pada praktikum kali ini, dihasilkan hasil pengamatan yaitu tanah vertisol

dengan notasi warna 5YR 3/1 dan nama warnanya very dark grey dengan

teksturnya yang lempung berdebu.Tanah vertisol memiliki tipe struktur gumpal,

kelas struktur kasar dan juga derajat strukturnya cukup. Konsistensi tanah vertisol

pada keadaan basah lekat dan tidak plastis, pada keadaan lembab sangat teguh

sekali serta pada keadaan kering sangat keras sekali.Hal ini sesuai dengan

Prasetyo (2007) yang menyatakan bahwa tanah vertisol berwarna abu-abu gelap

hingga kehitaman, bertekstur liat, bersturktur gumpal. Ketika basah, tanah

menjadi sangat lekat dan plastis serta kedap air, tapi ketika kering, tanah menjadi

71
sangat keras. Pada kondisi basah hasil praktikum tidak sesuai dengan literatur,

kemungkinan karena pengamatan dengan indra jadi hasil sesuai dengan indra

yang dirasakan oleh praktikan.

Pada tanah andisol dihasilkan warna tanah very dusky brown denga notasi

2,5 YR dan bertekstur lempung berliat.Tipe strukturnya remah/kersai dengan kelas

struktur sedang dan derajat strukturnya cukupan. Konsistensi andisol pada

keadaan basah agak lekat dan tidak plastis, pada keadaan lembab agak gembur

dan pada keadaan kering keras. Hal ini sesuai dengan Simamora (2015) yang

menyatakan bahwa tanah andisol memiliki warna coklat gelap, bertekstur

lempung, strukturnya remah serta konsistensinya gembur tidak liat.

Pada tanah ultisol didapatkan warna dark yellowish brown dengan notasi 10

YR ¾ teksturnya lempung berliat.Struktur tanah ultisol remah/kersai dengan kelas

struktur halus dan derajat strukturnya cukupan.Konsistensi tanah ultisol pada

keadaan basah tak lekat dan agak plastis, pada keadaan lembab gembur dan pada

keadaan kering keras.Hal ini sesuai dengan Prasetyo (2006) yang menyatakan

bahwa pada umumnya ultisol berwarna kuning kecoklatan hingga merah. Warna

tanah sangat bervariasi dengan hue dari 10 YR hingga 10 , nilai value dari 4

sampai 6 dan kroma dari 4 sampai 8. Tekstur tanah ultisol juga bervariasi dan

dipengaruhi oleh bahan induknya tanahnya. Tanah ultisol dari batu kapur , batuan

andesit, dan tufa cenderung mempunyai tekstur yang halus seperti lempung

berpasir. Ultisol pada umumnya mempunyai struktur sedang hingga kuat, dengan

bentuk gumpal bersudut dan kasar. Ultisol juga pada konsistensi basah bersifat

72
lekat, dan plastis, dalam keadaan lembab bersifat teguh dan pada konsistensi

kering bersifat keras.

Pada tanah inceptisol dihasilkan warna reddish brown dengan notasi warna 5

YR 2,5/2 dan bertekstur lempung berliat. Strukturnya gumpal bersudut,halus dan

cukupan.Konsistensinya pada keadaan basah tak lekat dan plastis, pada keadaan

lembab gembur dan pada saat kering agak keras. Hal ini sesuai dengan Ketaren

(2014) yang menyatakan bahwa karakteristik tanah inceptisol memiliki warna

hitam atau kelabu sampai dengan cokelat tua, tekstur pasir, debu, dan lempung,

struktur tanah remah konsistensi gembur.

Pada tanah entisol dihasilkan warna very dark brown dengan notasi warna

10 YR 2/2 dan bertekstur lempung berpasir.Struktur tanahnya kersai, sangat halus

dan lemah. Konsistensinya pada saat basah agak lekat dan agak plastis, pada saat

lembab sangat gembur dan pada saat kering lunak. Hal ini sesuai dengan Gaol

(2014) yang menyatakan bahwa tanah Entisol berwarna kuning coklat, bertekstur

kasar dan pasir serta mempunyai konsistensi lepas, struktur lepas, tingkat agregasi

rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara rendah serta bahan organik yang

rendah.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Warna tanah adalah salah satu sifat tanah yang dengan mudah dapat dilihat

dan dapat menunjukkan terutama sifat fisiknya. Warna tanah merupakan

campuran dari komponen-komponen warna lain yang terjadi oleh pengaruh

73
berbagai faktor atau senyawa tunggal atau bersama yang memberikan jenis

warna tertentu.
2. Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah ( separat )

yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi ( % ) relatif antara fraksi

pasir, debu, dan liat. Partikel berukuran diatas 2 mm seperti kerikil dan

bebatuan kecil tidak tergolong sebagai fraksi tanah.


3. Struktur merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel primer

tanah hingga partikel-partikel primer yang disebut ped yang membentuk

agregat (bongkah).
4. Konsistensi tanah merupakan ketahanan tanah terhadap tekanan gaya-gaya

dari luar yang merupakan indicator derajat manifestasi kekuatan dan corak

gaya – gaya fisik (kohesi dan adhesi).

B. Saran

Sebaiknya pratikan lebih teliti dan benar-benar mengamati dengan indra

dalam mengamati warna tanah, tekstur tanah, struktur tanah dan konsistensi tanah,

sehingga hasil yang didapat sesuaidengan literatur.

74
DAFTAR PUSTAKA

Buckman, H.O.1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.

Hakim, N. et al,. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung,


Lampung.

Hanafiah,K.A.2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

________. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Kartasapoetra, A.G. 1989. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha Untuk


Merehabilitasinya. PT Bina Aksara. Jakarta.

Ketaren, S.E., P. Marbun, dan P. Marpaung. 2014. Klasifikasi inceptisol ada


ketinggian tempat yang berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten
Hasundutan. Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol. 2. No. 4. Hal 1451-
1458.

Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company


Ltd.: Bombay.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah Dan Lingkungan. Direktorat


Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Prasetyo, B.H, dan D. A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologi


pengelolaan tanah Ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di
Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 25. No. 2. Hal. 39-47.

Prasetyo, B.H. 2007. Perbedaan Sifat-sifat Tanah Vertisol dari Berbagai Bahan
Induk. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 9. No. 1 Hal. 20-31.

75
Priandana, K., A.S. Zulfikar, dan Sukarman. 2014. Mobile Munsell Soil Color
Chart berbasis android menggunakan histogram ruang citra HVC dengan
klasifikasi KNN. Jurnal Ilmu Komputer-Agri Informatika. Vol. 3. No. 2.
Hal. 93-101.

Simamora, J., P. Marpaung, dan A. Lubis. 2015. Penentuan jenis mineral liat
alofan tanah Andisol di Desa Dolat Rakyat Kecamatan Tiga Panah
Kabupaten Karo. Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol. 3. No. 3. Hal. 1005-
1011.
Sutedjo,M.M., dan Kartasapoetra, A.G. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka
Citra. Jakarta.

Tan, Kim. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Balai Penelitian Teh & Kina.
Bandung.

Utoyo, B. 2006. Geografi: Membuka Cakrawala Dunia. PT Setia Purna Inves.


Bandung.

76
LAMPIRAN

77

You might also like