Professional Documents
Culture Documents
TUGAS MENGANALISA Spiritual Imam
TUGAS MENGANALISA Spiritual Imam
TERAPI SPIRITUAL
Oleh:
Imam Jainuri
2013.02.055
BANYUWANGI
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
spiritual agam islam dapat terselesaikan. Tugas menganalisa ini merupakan salah
satu syarat untuk memenuhi nilai tugas agama pada rogram S1 keperawatan
STIKES Banyuwangi.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang
masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mohon kritik dan saran yang sifatnya
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sikap ini tercermin dari rumusan konstitusi dasar negara Pancasila, dalam
pernyataan sila pertamanya, Ketuhanan yang Maha Esa. Telah dipahami bersama
bahwa Dasar Negara Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum
perundangan yang ada di Indonesia harus merujuk dan tidak boleh bertentangan
Klien adalah anggota masyarakat yang merupakan bagian dari penduduk baik
dalam skala nasional (klien sebagai bagian dari penduduk suatu negara) maupun
mahluk individu, juga merupakan mahkuk sosial dan mahluk Tuhan. Berdasarkan
yang holistik yang terdiri atas aspek biologis (fisiologis), psikologis, sosiologis,
kultural dan spiritual. Hal ini seperti di nyatakan Xiaohan (2005) bahwa manusia
merupakan satu kesatuan yang utuh yang terdiri atas fisiologis (physiological),
psikologis (psychological), sosial (social), spiritual (spiritual), dan kultural
(cultural). Hal serupa dikemukakan Dossey & Dossey (1998), Govier (2000), dan
Stoter (1995) dalam Govier (2000) yang menyatakan bahwa manusia merupakan
mahluk unik dan kompleks yang terdiri atas berbagai dimensi. Dimensi yang
manusia adalah mahluk yang holistik yang tersusun atas body, main dan spirit.
bahwa manusia adalah mahluk unik yang utuh menyeluruh, yang tidak saja terdiri
atas aspek fisik, melainkan juga psikologis, sosial, kultural dan spiritual.
spiritual, dan kultural atau dimensi body, main dan spirit merupakan satu kesatuan
yang utuh. Tiap bagian dari individu tersebut tidaklah akan mencapai
mengobati dan menyembuhkan mata tanpa kepala, atau mengobati kepala tanpa
badan, demikian juga badan tanpa jiwa, karena bagian-bagian tersebut tidak akan
klien.
religius adalah sangat penting dalam kehidupan personal individu. Lebih lanjut
bagi perawat untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat
Sementara itu, jika kita lakukan analisis situasi saat ini, termasuk di
didasarkan oleh beberapa data yang didapat penulis dari hasil penelusuran
penulis pernah melaksanakan praktik klinik. Fakta tersebut antara lain seperti
yang menemukan bahwa banyak perawat mengakui belum memahami secara jelas
budaya dalam pelayanan kesehatan dan kedokteran yang lebih berespon terhadap
Disamping itu merujuk pada hasil riset yang dilakukan di negara lain
perlunya penelitian lanjutan yang serupa pada populasi dan lokasi (termasuk
memperluas data demografi meliputi tiga area antara lain lokasi dimana perawat
perawat (educational level of the nurse), dan lamanya bekerja (years of service in
pentingnya asuhan spiritual di satu sisi dan fakta permasalahan aplikasi asuhan
spiritual oleh perawat di sisi lainnya, sekaligus juga peluang dan tantangan untuka
melakukan studi lebih lanjut terkait dengan spiritualitas dan asuhan spiritual.
Untuk itu perlu direnungkan dan dilakukan pengkajian lebih lanjut bagaimana
persepsi perawat tentang konsep spiritualitas dan asuhan spiritual, sebagai langkah
spiritual, seperti juga aspek lainnya (fisik, psiko, dll). Setelah itu perlu pula studi
Kesejahteraan spiritual adalah suatu aspek yang terintegrasi dari manusia secara
keseluruhan, yang ditanai oleh makna dan harapan ( Clark at all, 1991 )
mengeksplorasi apa yang sangat bermakna dalam kehidupan mereka dan ketika
makalah ini akan membahas mengenai konsep umum spiritualitas pada lansia.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
pasien lansia.
2. Tujuan khusus
kematian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Spiritual
kasih, dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan
dan Maha Pencipta (Hamid, 1999). Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang
dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat
diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang
Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan
(Nelson, 2002).
berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus
pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Spiritual sebagai
konsep dua dimensi, dimensi vertikal sebagai hubungan dengan Tuhan atau Yang
spiritual tersebut dalam hubungan dengan seseorang dengan dirinya sendiri, orang
lain dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual mencakup hubungan intra,
inter, dan transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang
pemikiran dan perilaku serta dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain,
konsep yang dapat diterapkan pada seluruh manusia. Spiritual juga merupakan
aspek yang menyatu dan universal bagi semua manusia. Setiap orang memiliki
B. Karakateristik Spiritual
dan sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa depan,
orang tua dan orang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian
friksi.
Menurut Koezier & Wilkinson, 1993 cit Hamid, 2000, dimensi spiritual
dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapat kekuatan ketika sedang
menghadapi stres emosional, penyakit fisik atau kematian. kekuatan yang timbul
dan dimensi agama, Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan,
sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan
Yang Maha Penguasa. Spirituaiitas sebagai konsep dua dimensi. Dimensi vertikal
adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun
dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan
untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk
mengerti nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan
karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain (saudara,
agama yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi
kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat
menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan
(Hamid, 2000).
Mubarak et.al (2006), perkembangan spiritual yang terjadi pada lanjut usia
usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir
keadilan.
kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan dan
merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan dan kebutuhan untuk memberikan
adalah ibadah.
b. Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan
melemah.
e. Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. rasa bersaiah dan
berdosa ini merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi
kesehatan jiwa seseorang. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu pertama
secara vertikal adalah kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah, dan
berdosa kepada Tuhan. Kedua secara horisontal yaitu bebas dari rasa
f. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri {self acceptance dan self
lingkungannya.
masa depan. Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka
ingin agar derajatnya lebih tinggi dihadapan Tuhan maka dia senantiasa
dunia/kehidupan.
dan cinta.
ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama
menghadapi kematian, DR. Tony styobuhi mengemukakn bahwa maut sering kali
menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam factor,
seperti ketidak pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan
menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang
berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini.
harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan ,
masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu
seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran
seorang iman sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia. Dengan
demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik
saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia
berpuasa, berdoa bersama atau pengajian, membaca kitab suci atau al’quran dan
lain-lain).
F. Bagaimana sikap pasien lansia sesuai tingkat perkembangan lansia
Pada kelompok lansia saat menghadapi sakit dan kematian, lansia lebih
cenderung :
mawas diri.
dan merasa berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu
aspek spiritual keagamaan yang lebih utama dari aspek-aspek yang lain, sehingga
kelompok lansia lebih focus pada satu aktivitas spiritual keagamaan untuk
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kelompok lansia saat menghadapi sakit dan kematian, lansia lebih
untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama yang
diyakini oleh generasi muda, perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif
kesepian dan mawas diri, perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering
dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam
kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai
B. Saran
Rankin & DeLashmutt (2006). Finding spirituality and nursing presence: The
student’s challenge. Journal of holistic nursing. (Vol 24; number 4).
December 2006. Diambil pada tanggal 21 September 2007.
Rieg, Mason & Preston (2006). Spiritual care: Practical guidelines for
rehabilitation nurses. Nov/Dec 2006. Vol. 31. Diambil pada tanggal 15
Februari 2008.
Taylor, Lilis & LeMone. (1997). Fundamentals of nursing: The art and science
of nursing care. (3rd Ed.). Philadelphia: Lippincott.