You are on page 1of 10

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR TEKNOLOGI BENIH (MKB 3306)

UJI KEKUATAN TUMBUH BENIH

Disusun oleh :
Kelompok II

Chicha Khaerunisa M P 1610631090036


Ditia Wijaya 1610631090056
Iswi Ardhayani 1610631090080
Johannes Rongga P S 1610631090084
Musahidin 1610631090108
Nadya Rizky Amalia 1610631090111
Rahadian Nandea J 1610631090124
Suhaendar Fahmi 1610631090147

Kelas 3D

PROGRAMSTUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2018
I. Tujuan
Untuk memahami bagaimana benih yang bermutu baik untuk proses
budidaya tanaman di lapangan produksi.

II. Landasan Teori


Proses perkecambahan dimulai dari munculnya radikula dan plumula
menenbus kulit biji/benih. Proses perkecambahan tersebut merupakan proses awal
dari sebuah kehidupan suatu tanaman. Menurut Tatipata, et al. (2004), suatu biji
tumbuhan dapat berkecambah jika syarat-syarat berikut ini terpenuhi, yaitu :
1. Embrio biji tersebut masih hidup
2. Biji tidak dalam keadaan dorman.
Melihat pada keberadaan kotiledon atau organ penyimpanan,
perkecambahan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu perkecambahan epigeal
dan perkecambahan hipogeal. Dalam proses perkecambahan, setelah radikel
menembus kulit benih, hipokotil memanjang melengkung menembus ke atas
permukaan tanah. Setelah hipokotil menembus permukaan tanah, kemudian
hipokotil meluruskan diri dan dengan cara demikian kotiledon yang masih
tertangkup tertarik ke atas permukaan tanah juga.
Kulit benih akan tertinggal di permukaan tanah, dan selanjutnya kotiledon
membuka dan daun pertama (plumula) muncul ke udara. Beberapa saat kemudian,
kotiledon meluruh dan jatuh ke tanah. Beberapa contoh benih dengan
perkecambahan epigeal adalah kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan lamtoro.
Tipe perkecambahan hipogeal berbeda dengan tipe epigeal, pada hipogeal
kotiledon tidak terangkat keatas permukaan tanah namun tetap tinggal di dalam
tanah. Beberapa contoh benih dengan perkecambahan hipogeal yaitu padi, jagung,
kelapa dan lain sebagainya.
Daya berkecambah (viabilitas) dan kekuatan tumbuh (vigor) merupakan
salah satu komponen dari mutu benih (selain, kemurnian dan kadar air). Viabilitas
benih harus diikuti dengan vigor yang tinggi, karena hanya dengan vigor tinggi
benih mampu untuk berkembangbiak atau menyebarkan spesiesnya pada kondisi
lingkungan yang optimum atau sub-optimum maupun dapat disimpan lama. Benih
yang mempunyai viabilitas dan vigor yang baik akan berdampak pada
produktivitas nantinya. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan
disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata
tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan
berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal.
Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium
adalah pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi di lapang yang sebenarnya
sangat beraneka ragam dan jarang didapati berada pada keadaan yang optimum.
Keadaan sub optimum yang tidak menguntungkan di lapangan tersebut dapat
menambah segi kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase
perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya.
Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi,
sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap
tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik. Vigor benih
di cerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing ‘kekuatan
tumbuh’ dan ‘daya simpan’ benih. Kedua nilai fisiologi ini menempatkan benih
pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal
meskipun keadaan di lapangan sub-optimum atau sesudah benih melampui suatu
periode simpan yang lama.
Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena
terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh
karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan
berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara
kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya
vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis,
fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia.
Viabilitas benih dapat diketahui dengan melakukan pengujian benih.
Berbagai macam metode pengujian benih dibuat untuk mendeteksi parameter
viabilitas benih. Pengujian daya berkecambah benih digunakan untuk mendeteksi
parameter viabilitas potensial benih. Daya berkecambah atau daya tumbuh benih
adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi
normal pada kondisi lingkungan yang optimum.
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi
yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung
presentase daya berkecambahnya (Sutopo, 2002). Persentase daya berkecambah
merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan
dalam kondisi dan periode tertentu. Bila daya uji kecambah benih memberikan
hasil yang negatif maka perlu diadakan usaha lain untuk mengetahui faktor
apakah yang mengakibatkan kegagalan perkecambahan. Prosedur uji daya
kecambah dilakukan dengan menjamin agar lingkungan menguntungkan bagi
perkecambahan seperti ketersediaan air, cahaya, suhu dan oksigen (Throneberry
and Smith, 2001).
Uji perkecambahan benih dapat dilakukan di laboratorium dengan
menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan media kertas dan
metode uji = UDK (Uji Di Atas Kertas), UDKm (Uji Diatas Kertas diMiringkan),
UAK (Uji Antar Kertas), UAKm (Uji Antar Kertas diMiringkan), UKD (Uji
Kertas Digulung), UKDp (Uji Kertas Digulung dalam Plastik), UKDd (Uji Kertas
Digulung Didirikan) dan UKDdp (Uji Kertas Digulung Didirikan dalam Plastik).
Uji perkecambahan benih di rumah kaca umumnya menggunakan media tanah
halus, pasir halus, serbuk gergaji dan media lainnya, dapat berupa campuran atau
tidak dicampur. (anonim, 2008).

III. Alat dan Bahan


a. Alat :
1. Pinset
2. Tempat air
3. Kertas merang
4. Kertas label
5. Bak plastik
b. Bahan :
1. Benih jagung sebanyak 10 butir
2. Benih kacang hijau sebanyak 10 butir
3. Benih padi sebanyak 10 butir
4. Air
IV. Prosedur Praktikum
1. Siapkan kertas merang/ stensilan berukuran 20x 30 cm sehingga rendam
dalam air hingga seluruhnya basah. Lakukan sebanyak 3 ulangan.

2. Siapkan kertas yang sudah direndam dalam air itu dan letakkan terhampar
di atas meja kerja.

3. Tanam 10 butir jagung/padi/kacang hijau di atas substrat itu dengan cara


menyusunnya secara teratur dalam posisi 1 baris pada 1/3 bagian lebar
substrat.

4. Tutup substrat yang telah ditanami dengan 2-3 kertas lembab lainnya.
5. Gulung materi pengujian itu ke arah panjang substrat
6. Tempatkan gulungan substrat pengujian itu dengan posisi vertikal.

7. Amati bentuk-bentuk kecambah normal dan abnormal setiap hari sampai 5


HST.
8. Hitunglah presentase kecambah kuat sebagai nilai keserempakan
berkecambah benih yang diuji dan dicatat di kertas kerja.

V. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
1. Hasil Uji Daya Berkecambah Benih Padi
Ulangan Ulangan Jumlah Benih Daya Berkecambah
Normal Normal Normal Abnormal Mati (%)
Kuat Kurang
Kuat

I - - 8 - 2 80
2 7 - - - 3 70
3 - - - 9 1 90%

2. Hasil Uji Daya Berkecambah Benih Kacang Hijau


Ulangan Ulangan Jumlah Benih Daya Berkecambah
Normal Normal Normal Abnormal Mati (%)
Kuat Kurang
Kuat

I 10 - - - - 100
2 10 - - - - 100
3 3 5 - 2 0 100
3. Hasil Uji Daya Berkecambah Benih Jagung

Ulangan Ulangan Jumlah Daya


Normal Normal Normal Abnormal Benih Mati Berkecambah (%)
Kuat Kurang
Kuat

I - - - - 10 0
2 - - - - 10 0
3 - - - - 10 0

2. Pembahasan

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 8 januari 2018 s/d 13 januari 2018
dengan prosedur yaitu mempersiapkan 3 jenis benih antara lain : benih padi, benih
jagung, dan benih kacang hijau. Benih tersebut diberi perlakuan dengan cara
menyemainya di dalam sebuah kertas merang yang telah direndam kemudian di
susun secara teratur memanjang dari 1/3 bagian kertas merang. Setelah disusun,
kertas tersebut ditutup dan digulung sehingga membentuk silinder yang kemudian
di simpan dengan posisi vertikal.

Berdasarkan hasil praktikum “Uji Kekuatan Benih” dengan 3 ulangan


didapatkan hasil antara lain . Benih kacang hijau memiliki kekuatan tumbuh yang
tinggi karena dari ketiga ulangan benih kacang hijau dapat berkecambah
seluruhnya hingga akhir pengamatan dengan keadaan kecambah yang normal.
Sebaliknya hasil kekuatan tumbuh benih jagung tidak mengalami perkecambahan,
baik dari percobaan pertama sampai percobaan terakhir. Hal ini mungkin
dikarenakan faktor kualitas benih yang buruk, sehingga benih tidak dapat
berkecambah walaupun faktor lingkungan sudah mendukung. Sedangkan
persemaian yang dilakukan pada benih padi dengan perlakuan yang sama dan
dengan pengulangan yang sama didapatkan persentase tumbuh 80 % dan 70 %.
Dari data tersebut menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang begitu nyata
antara percobaan 1 2, dan 3.
Berdasarkan data pengamatan diketahui bahwa terdapat benih yang mati dan
juga abnormal hal ini dikarenakan terjadinya penurunan viabilitas dan vigor
benih, penurunan ini disebsbkan karena kandungan secara fisiologis benih sudah
mengalami kemunduran sehingga pada saat benih berkecambah akan mengalami
ketidak normalan bahkan mati. Untuk benih yang mati kemungkinan benih yang
digunakan embrio sudah tidak mampu berkecambah bahkan embriobenih sudah
mengalami kematian.

VI. Kesimpulan
 Daya berkecambah atau daya tumbuh benih adalah tolok ukur bagi
kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada
kondisi lingkungan yang optimum.
 Faktor yang menjadi penentu hasil dari percobaan ini adalah kualitas
benih, karena semua benih diperlakukan dengan cara yang sama.
 Persemaian yang dilakukan pada benih padi dengan perlakuan yang sama
dan dengan pengulangan yang sama menunjukkan persentase tumbuh 70-
90 %
 Hasil kekuatan tumbuh benih jagung tidak mengalami perkecambahan
dikarenakan kualitas benih yang digunakan mengalami kerusakan atau
memiliki kualitas yang buruk.
 Benih yang memiliki kekuatan tumbuh tertinggi terdapat pada benih
kacang hijau dimana pada ketiga pengulangan tersebut didapat hasil
presentase perkecambaha 100%.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad., E. Widajati dan S. S. Vityaningsih. 2012. Kuantitas dan Kualitas


Kecambah Sengon pada Beberapa Tingkat Viabilitas Benih dan Inokulasi
Rhizoctonia sp. Silvikultur Tropika, 3(1): 49-56.

Kartahadimaja, J., E. E. Syuriani dan N. A. Hakim. 2013. Pengaruh Penyimpanan


Jangka Panjang (Long Term) terhadap Viabilitas dan Vigor Empat Galur
Benih Inbred Jangung. Pertanian Terapan, 13(3): 168-173.

Ningsih, D. R., N. W. Setyanto dan A. Rahma. 2014. Perancangan Sistem


Pengukuran Kinerja Unit Produksi Benih Padi Dan Palawija Dengan
Model Sink’s Seven Performance Criteria (Studi Kasus: PT. Sang Hyang
Seri (Persero) Kantor Unit Produksi Pasuruan). Rekayasa dan Manajemen
Sistem Industri. 2(1): 67-79.

Sunantara, I., 2005. Teknik Produksi Benih Kacang Hijau. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan (Teknologi Produksi Benih Kacang
Hijau).Bandung

Tatipata, Yudono, Purwantoro dan Mangoendidjoyo. 2004. Kajian Aspek


Fisiologi dan Biokimia Deteriosasi Benih Kedelai dalam Penyimpanan
(Study On Physiology And Biochemistry Aspects Of Soybean Seed
Deterioration In Storage). Ilmu Pertanian 11 (2), Hal. 76-87
.
LAMPIRAN

Pertumbuhan Benih Pertumbuhan Benih Jagung


Kacang Hijau

Pertumbuhan Benih Padi

You might also like