You are on page 1of 31

Materi Geografi

LITOSFER

Andi Imam Safaat Babba (05)


X Neil Armstrong

TAHUN AJARAN 2017/2018


TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Dapat membuat skema pembagian tenaga geologi

2. Dapat menggambarkan siklus geologi dan siklus batuan


a. Siklus Geologi

b. Siklus Batuan
3. Dapat membedakan jenis-jenis batuan berdasarkan proses keterbentukan
a. Batuan Beku
batuan yang terbentuk karena pembentukan magma dan lava yang membeku
→ magma adalah batuan cair dan sangat panas yang berada di dalam kerak bumi/perut bumi
→lava adalah magma yang mencapai permukaan bumi
1) Batu Apung
Batu Apung

Ciri : warna keabu-abuan, berpori-pori, bergelembung, ringan, terapung dalam air


Cara terbentuk : dari pendinginan magma yang bergelembung-gelembung gas
Kegunaan : untuk mengamplas atau menghaluskan kayu, di bidang industri digunakan sebagai
bahan pengisi (filler), isolator temperatur tinggi dan lain-lain.

2) Obsidian

Batu Obsidian
Ciri : hitam, seperti kaca, tidak ada kristal-kristal
Cara terbentuk : terbentuk dari lava permukaan yang mendingin dengan cepat
Kegunaan : untuk alat pemotong atau ujung tombak (pada masa purbakala) dan bisa dijadikan
kerajinan
3) Granit

Batu Granit
Ciri : terdiri atas kristal-kristal kasar, warna putih sampai abu-abu, kadang-kadang jingga, Batuan
ini banyak di temukan di daerah pinggiran pantai dan di pinggiran sungai besar ataupun di dasar
sungai.
Cara terbentuk : dari pendinginan magma yang terjadi dengan lambat di bawah permukaan bumi
Kegunaan : sbg bahan bangunan

4) Basalt
Batu Basalt

Ciri : terdiri atas kristal-kristal yang sangat kecil, berwarna hijau keabu-abuandan berlubang-lubang
Cara terbentuk : dari pendinginan lava yanng mengandung gas tetapi gasnya telah menguap
Kegunaan : sebagai bahan baku dalam industri poles, bahan bangunan / pondasi bangunan (gedung,
jalan, jembatan, dll)

5) Diorit

Batu Diorit

Ciri : Kelabu bercampur putih, atau hitam bercampur putih


Cara terbentuk : dari hasil peleburan lantai samudra yang bersifat mafic pada suatu subduction
zone, biasanya diproduksi pada busur lingkaran volkanis, dan membentuk suatu gunung didalam
cordilleran ( subduction sepanjang tepi suatu benua, seperti pada deretan Pegunungan)
Kegunaan : sbg batu ornamen dinding maupun lantai bangunan gedung dan sbg bahan
bangunan (hiasan)

6) Andesit

Batu Andesit

Ciri : batuan bertekstur halus, berwarna abu-abu hijau tetapi sering merah atau jingga
Cara terbentuk : berasal dari lelehan lava gunung merapi yang meletus, terbentuk (membeku)
ketika temperatur lava yang meleleh turun antara 900 sampai dengan 1,100 derajat Celsius.
Kegunaan : Nisan kuburan, Cobek, Arca untuk hiasan, Batu pembuat candi

7) Gabro
Batu Gabro

Ciri : Berwarna hitam, hijau, dan abu-abu gelap. Struktur batuan ini adalah massive, tidak
terdapat rongga atau lubang udara maupun retakan-retakan. Batuan ini memeiliki tekstur fanerik
karena mineral-mineralnya dapat dilihat langsung secara kasat mata dan mineral yang besar
menunjukkan bahwa mineral tersebut terbentuk pada suhu pembekuan yang relatif lambat
sehingga bentuk mineralnya besar-besar
Cara terbentuk : terbentuk dari magma yang membeku di dalam gunung
Kegunaan : untuk penghasil pelapis dinding ( sebagai marmer dinding )

8) Liparit

Batu Liparit
Ciri : bertekstur porfiris dan umumnya berwarna putih, mineral pembentuknya feldspar, kuarsa,
biotit dan mungkin juga mineral berwarna gelap.
Cara terbentuk :
Kegunaan :
b. Batu Sedimen atau Endapan
batuan yang terbentuk karena pengendapan / hasil pelapukan dan pengikisan batuan yang dihanyutkan
oleh air atau terbawa oleh tiupan angin. Kemudian endapan ini menjadi keras karena tekanan atau ada zat-
zat yang merekat pd bagian-bagian endapan tersebut.

1) Konglomerat

BatuKonglomerat
Ciri : material kerikil-kerikil bulat, batu-batu dan pasir yang merekat satu sama lainnya
Cara terbentuk : dari bahan-bahan yang lepas karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan
terikat
Kegunaan : untuk bahan bangunan
2) Batu Pasir
Batu Pasir
Ciri : tersusun dari butiran-butiran pasir, warna abu-abu, kuning, merah
Cara terbentuk : dari bahan-bahan yang lepas karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan
terikat
Kegunaan : sebagai material di dalam pembuatan gelas/kaca dan sbg kontruksi bangunan
3) Batu Serpih

Batu Serpih

Ciri : lunak, baunya seperti tanah liat, butir-butir batuan halus, warna hijau, hitam, kuning,
merah, abu-abu
Cara terbentuk : dari bahan-bahan yang lepas dan halus karena gaya beratnya menjadi
terpadatkan dan terikat
Kegunaan : sbg bahan bangunan

4) Batu Gamping (kapur)

Batu Gamping (kapur)


Ciri : agak lunak, warna putih keabu-abuan, membentuk gas karbon dioksida kalau ditetesi asam
Cara terbentuk : dari cangkang binatang lunak seperti siput, kerang, dan binatang laut yang
telah mati. Rangkanya yang terbuat dari kapu tidak akan musnah, tapi memadat dan membentuk
batu kapur
Kegunaan : sebagai bahan baku semen

5) Breksi
Batu Breksi
Ciri : gabungan pecahan-pecahan yang berasal dari letusan gunung berapi
Cara terbentuk : terbentuk katena bahan-bahan iini terlempar tinggi ke udara dan mengendap di
suatu tempat
Kegunaan : dijadikan sbg kerajinan dan sbg bahan bangunan

6) Stalaktit dan Stalagmit

Stalaktit dan Stalagmit


Ciri : kuning, coklat, krem, keemasan, putih
Cara terbentuk : Air yang larut di daerah karst akan masuk ke lobang-lobang (doline)
kemudian turun ke gua dan menetes-netes dari atap gua ke dasar gua. Tetesan-tetesan air yang
mengandung kapur yg lama kelamaan kapurnya membeku dan menumpuk sedikit demi sedikit
lalu berubah jadi batuan kapur yang bentuknya runcing-runcing.
Kegunaan : sebagai keindahan alam (biasanya di gua-gua), dapat di jadikan

7) Batu Lempung

Batu Lempung
Ciri : Coklat, keemasan, coklat, merah, abu-abu
Cara terbentuk : lempung residu adalah sejenis lempung yang terbentuk karena proses
pelapukan (alterasi) batuan beku dan ditemukan disekitar batuan induknya. Kemudian material
lempung ini mengalami proses diagenesa sehingga membentuk batu lempung.
Kegunaan : dijadikan sbg kerajinan
c. Batuan Metamorf atau Batuan Malihan : batuan yang berasal dari batuan sedimen dan batuan beku
yang mengalami perubahan karena panas dan tekanan

1) Batuan Pualam atau Batu Marmer (dari batu gamping/kapur)


Batuan Pualam
Ciri : campuran warna berbeda-beda, mempunyai pita-pita warna, kristal-kristalnya sedang
sampai kasar, bila ditetesi asam akan mengeluarkan bunyi mendesah, keras dan mengkilap jika
dipoles
Cara terbentuk : terbemtuk bila batu kapur mengalami perubahan suhu dan tekanan tinggi
Kegunaan : untuk membuat patung dan lantai/ubin

2) Batuan Sabak

Batu Sabak
Ciri : abu-abu kehijau-hijauan dan hitam, dapat dibelah-belah menjadi lempeng-lempeng tipis
Cara terbentuk : terbentuk bila batu serpih kena suhu dan tekanan tinggi
Kegunaan : dijadikan sbg kerajinan, sbg batu tulis, sbg bahan bangunan, dan untuk membuat
atap rumah (semacam genting)

2) Batuan Gneiss (ganes)

Batu Gneiss (ganes)


Ciri : berwarna putih kebau-abuan, terdapat goresan-goresan yang tersusun dari minera-mineral,
mempunyai bentuk bentuk penjajaran yang tipis dan terlipat pada lapisan-lapisan, dan terbentuk
urat-urat yang tebal yang terdiri dari butiran-butiran mineral di dalam batuan tersebut
Cara terbentuk : terbentuk pada saat batuan sedimen atau batuan beku yang terpendam pada
tempat yang dalam mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi.
Kegunaan : dijadikan sebagai kerajinan

4) Batuan Sekis
Batu Sekis
Ciri : berwarna hitam, hijau dan ungu, mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi
berkas-berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap dan terkadang
ditemukan kristal garnet
Cara terbentuk : batuan metamorf regional yang terbentuk pada derajat metamorfosa tingkat
menengah.
Kegunaan : sebagai sumber mika yang utama (satu komponen penting dalam pembuatan
kondensator dan kapasitor dalam industri elektronika)

5) Batu Kuarsit

Kuarsit
Ciri : berwarna Abu-abu, kekuningan, cokelat, merah, sering berlapis-lapis dan dapat
mengandung fosil, lebih keras dibanding gelas dan terdapat butiran sedang
Cara terbentuk : metamorfose dari batuan pasir, jika strukturnya tak mengalami perubahan dan
masih menunjukan struktur aslinya. Kuarsit terbentuk akibat panas yang tinggi sehingga
menyebabkan rekristalisasi kwarsa dan felsdpar.
Kegunaan : dijadikan sebagai kerajinan, konstruksi jalan dan perbaikan

6) Batu Milonit

Batu Milonit
Ciri : butir-butir batuan ini lebih halus dan dapat dibelah, dan abu-abu, kehitaman,
coklat, biru
Cara terbentuk : Terbentuk oleh rekristalisasi dinamis mineral-mineral pokok yang
mengakibatkan pengurangan ukuran butir-butir batuaan
Kegunaan : dijadikan sebagai kerajinan

4. Dapat menjelaskan beberapa manfaat mineral dan batuan dalam kehidupan


a. dalam perlengkapan dapur
piring, gelas, cangkir, kaca lemari berasal dari mineral kuarsa
Panci, rantang, ketel, penggorengan berasal dari mineral bauksit
sendok, garbu, pisau, peralatan masak berasal dari mineral besi/baja
b. dalam bangunan rumah
pondisi rumah menggunakan batuan beku (andersit)
kerangka beton berasal dari miineral besi
bata dan genting terbuat dari tanah aterit/lempung
atap atau plafon rumah terbuat dari asbes atau giesum
lantai rumah menggunakan batu granit atau manner
cat rumah berasal dari mineral okor
semen campuran batu gamping, lempung, pasir kuarsa, pasir besi, dan gipsum.
keramik dan kaca bahan pembuatannya memerlukan pasir kuarsa
grendel, selot, dan engsel pintu/jendela besasal dari kuningan atau tembaga.

5. Dapat menggambarkan bentuk-bentuk intrusi dan ekstrusi magma


a. Bentuk intrusi magma
Intrusi magma atau disebut juga plutonisme, merupakan pergerakan magma memasuki celah-celah
kulit bumi, namun tidak sampai naik ke permukaan. Intrusi magma dapat menyebabkan terbentuknya
bagian-bagian bumi sebagai berikut.

1) Keping intrusi atau sill yakni magma beku yang bentuknya lebar namun tipis, mendatar berada di
antara lapisan sedimen.

2) Batolit, yakni dapur magma beku yang tidak beralas.

3) Lakolit, yakni magma yang berada di antara dua lapisan batu dengan bentuk cembung dengan alas
mendatar.

4) Korok atau gang, yakni magma beku yang posisinya memotong lapisan sedimen secara vertikal.

5) Apofisa, yakni cabang atau gumpalan dari korok.

b. Bentuk ekstrusi magma


Ekstrusi magma merupakan pergerakan magma dari dapur magma ke permukaan bumi. Kita dapat
menyaksikan peristiwa alam ini melalui letusan gunung berapi.

Ekstrusi magma berdasarkan materi yang dikeluarkan dibedakan menjadi tiga yaitu:

1) erupsi eksplosif, yakni keluarnya magma dengan cara terlempar dengan materi relatif padat,

2) erupsi effusif, yakni magma keluar dengan cara meleleh dan bentuk materi cair, dan

3) erupsi campuran, yakni keluarnya materi padat dan materi cair secara bergantian.

Peristiwa vulkanisme dapat mengubah kulit bumi sehingga terdapat bentuk permukaan bumi yang
seperti cekungan.
Pada gunung berapi, cekungan ini akan berbentuk seperti mangkuk yang menampung lava, kita
menyebutnya kawah. Kawah yang tidak terdapat di puncak gunung dan berukuran sangat luas disebut
kaldera.
Berdasarkan tempat keluarnya magma ke permukaan bumi proses ekstrusi atau erupsinya dibedakan
menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

a. Erupsi sentral, yaitu magma keluar dengan cara memusat pada sebuah titik seperti kawah atau
kepundan gunung api.

b. Erupsi linear, yaitu magma keluar melewati jalur patahan tanah yang memanjang sehingga tampak
seperti garis yang memanjang.

c. Erupsi areal, yaitu magma keluar ke permukaan bumi di areal yang luas karena dapur magmanya
sangat dangkal.

6. Dapat menghitung jarak episentrum dan menentukan lokasi titik episentrum dengan menggunakan
metode laska dan homosiesta
a. Metode Laska/Episentral
Episentral adalah jarak epientrum atau pusat gempa di stasiun pencatat gempa. Untuk menentukan
episentrum dengan menggunakan metode episentral diperlukan minimal tiga stasiuan pencatat gempa.
Untuk cara ini maka kita akan menggunakan hukum laska. Adapun rumus hukum laska adalah sebagai
berikut :
Rumus Hukum Laska
Delta = {(S – P) – 1’} 1.000 km
Keterangan :
Delta : jarak episentrum dengan stasiun pencatat gempa
S : gelombang sekunder (susulan) gempa
P : gelombang primer gempa
1’ : 1 menit

Cara Mencari Titik Pusat Gempa (Episentrum)


Contoh kasus :
Pada suatu daerah terjadi gempa. Berdasarkan tiga buah stasiun (stasiun A, B, dan C) pencatat gempa, tercatat getaran
gempa sebagai berikut ini :
Stasiun A

 Gelombang primer (P) pertama tercatat pukul 2.28’.25’’


 Gelombang sekunder (S) pertama tercatat pukul 2.30’.40’’

Stasiun B

 Gelombang primer (P) pertama tercatat pukul 2.30’.15’’


 Gelombang sekunder (S) pertama tercatat pukul 2.33’.45’’

Stasiun C

 Gelombang primer (P) pertama tercatat pukul 2.32’.15’’


 Gelombang sekunder (S) pertama tercatat pukul 2.36’.15’’
Untuk menentukan episentral dari masing – masing stasiun, caranya adalah sebagai berikut :
Delta A = {(2.30’.40’’ – 2.28’.25’’) – 1’} 1.000 km
= {2’.15’’ – 1’} 1.000 km

= {1’.15’’) 1.000 km  karena 1 menit = 60 detik, maka 1’.15’’ ditulis 75/60


= 75/60 x 1.000 km
= 1.250 km
Artinya, jarak episntrum gempa yang tercacat dari stasiun A berjarak 1.250 km

Delta B = {(2.33’.45’’ – 2.30’.15’’) – 1’} 1.000 km


= {3’.30’’ – 1’} 1.000 km
= {2’.30’’} 1.000 km
= 150/60 x 1.000 km
= 2.500 km
Artinya, jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun B berjarak 2.500 km

Delta C = {(2.36’.15’’ – 1.32’.15’’) – 1’} 1.000 km


= {4’ – 1’} 1.000 km
= {3’} 1.000 km
= 180/60 x 1.000 km
= 3.000 km
Artinya, jarak episentrum gempa yang tercatat di stasiun C berjarak 3.000 km

Dari ketiga episentral diatas, kita dapat memperoleh episentrumnya. Episentrum diperoleh dari perpotongan ketiga
lingkaran dengan radius (jari – jari) yang berupa jarak episentral dari masing – masing stasiun diatas

b. METODE HOMOSEISTA
Homoseista adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat di permukaan bumi yang
mencatat getaran gelombang seismic yang pertama pada waktu yang sama. Misalnya stasiun A,
B dan C mencatat getaran gempa pertama pada pukul 15: 11. 06, maka pada peta, ketiga stasiun
tersebut terletak pada satu homoseista.
7. Dapat menggambarkan bentuk-bentuk muka bumi akibat adanya tenaga Vulkanisme, Tektonisme, dan
eksogen
a. Tektonisme
Tenaga tektonisme adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi. Tektonisme adalah gerakan yang
berupa gerakan mendorong dan menarik secara vertikal maupun horizontal. Tektonisme terjadi akibat
adanya tekanan dari panas yang ada di dalam inti bumi. Inti bumi adalah bagain terdalam dari bumi. Suhu
panas yang ada di dalam inti bumi, menciptakan tenaga yang mendorong atau menarik lapisan batuan
yang ada di dalam bumi.
Lapisan bumi yangg tertarik dan terdorong, akan kebali menarik atau mendorong bagian lapisan di
atasnya, hingga menyebabkan perubahan pada bentuk permukaan bumi. akibat dari tektonisme, bumi
mengalami lipatan atau patahan. Lipatan adalah bentuk muka yang terjadi pada daerah yang lunak. Proses
terjadinya lipaan pada permukaan bumi berjalan lambat dan menyebabkan bumi menjadi berkerut.
Sedangkan patahan adalah proses perubahan muka bumi yang terjadi pada daerah yang keras dan cepat.
Pada proses ini, kulit bumi tidak sempat menyeimbangkan kekuatan yang keluar dari bumi, sehingga
permukaaan bumi menjadi patah. Tektonisme adalah salah satu penyebab terbentuknya gunung dan
lembah.
b. Vulkanisme
Vulkanisme adalah gerakan magma yang ada di dalam bumi. magma adalah cairan panas yang berasal
dari inti bumi. Magma yang panas, mendapatkan tekanan. Magma yang ditekan ini, akan keluar mencari
tempat dengan tekanan yang lebih rendah. Magma biasanya keluar melalui pipa alami yang ada di dalam
bumi. pipa tersebut bernama terusan kepunden. Magma yang keluar dari dalam perut bumi akan meletus
dan menjadi lava. Kedalaman dari kantong magma yang menyimpan magma mempengaruhi kekuatan
letusan dari gunung api.
Semakin dalam kantong magma, akan semakin besar letusan yang dihasilkan. Dalam proses
pembentukan muka bumi, lava yang membeku adalah kunci pembentukannya. Lava yang keluar dengan
letusan yang kecil dan cair, akan membentuk dataran tinggi yang luas disebut plato. Selain itu, magma
yang encer juga dapat menyebabkan bentuk gunung api menjadi semakin landai. Selain mengubah bentuk
gunung api menjadi landai, magma yang keluar dengan kekuatan yang besar lalu kecil, lalu kembali
menjadi besar, menyebabkan gunung menjadi semakin runcing pada puncaknya. Vulkanisme juga sebagai
penyebab terbentuknya danau atau kaldera serta dataran tinggi atau plato.
c. Tenaga Eksogen
Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi. Tenaga eksogen adalah tenaga yang
mengubah bentuk bumi yang telah di buat oleh tenaga endogen. Tenaga eksogen memakai bantuan angin,
air, maupun gletser dalam proses pembentukannya. Tenaga eksogen yaitu air, angin, ataupun gletser akan
mengikis permukaan bumi serta membawa materi yang lapuk, lalu menumpknya, sehingga membentuk
permukaan yang baru. Pada proses pembenukan muka bumi melalui tenaga eksogen, dapat dilakukan
dengan beberapa cara berikut:
Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pembentukan muka bumi memalui pengendapan materi- materi sedimen.
Materi sedimen berasal dari pelapukan batuan, pelapukan sisa- sisa mahkluk hidup, maupun pasir. Tenaga
yang membawa materi sedimen ini adalah air, angin, maupun gletser. Sedimentasi oleh tenaga air, terjadi
di sungai dan laut.
Dalam prosesnya, air membawa materi sedimen lalu mengendapkannya. Dalam proses pengendapan
ini lah tercipta daerah baru. Seperti pembentukan danau tapal kuda. Terbentuknya danau ini akibat
pengendapan materi yang terjadi di satu sisi sungai, yang menyebabkan sungai menjadi terputus dan
membentuk danau tapal kuda. Selain itu, materi sedimen yang terbawa oleh angin, dan terendap, akan
menjadi bukit pasir. Bukit pasir banyak ditemukan di sekitar pantai maupun gurun.
Erosi
Erosi adalah proses pengikisan yang terjadi di permukaan bumi. Air, angin, maupun gletser memiliki
kekuatan untuk mengikis permukaan bumi. Hasil pengikisan itulah yang menjadi materi sedimen. Erosi
sendiri terbagi menjadi 4 yaitu ablasi, abrasi, eksarasi, dan deflasi.

 Ablasi adalah pengikisan yang dilakukan oleh air. Air yang mengalir menyebabkan timbulnya gesekan pada
tanah maupun batuan. Akibatnya tercipta jurang atau air terjun. Pada proses ini, semakin kuat aliran airnya,
maka proses pengkisan semakin cepat terjadi. Materi yang terkikis, kemudian akan terbawa oleh air menuju
tempat pengendapan materi sedimen
 Abrasi adalah proses pengikisan oleh air laut. Proses pengikisan ini bergantung pada kuat lemahnya
gelombang. Semakin kuat gelombangnya, maka semakin besar pengikisan yang terjadi. Abrasi sering
menyababkan pengikisan pada pantai. Akibat dari abrasi terbentuklah tanjung atau teluk.
 Eksarasi adalah proses pengikisan oleh gletser. Proses ini terjadi akibat salju yang menumpuk oada lembah.
Akibat salju yang menumpuk pada lembah membeku, menyebabkan lembah tidak kuat menahan beban.
Akibatnya terjadi longsor es yang menyebabkan lembah tersebut menjadi terkikis
 Deflasi adalah pengikisan yang dilakukan oleh angin. Batuan yang besar akan terus menerus diterjang oleh
angin yang membawa materi berupa pasir dan kerikil. Pasir dan kerikil yang menghantam batuan besar, akan
mengikis batuan tersebut, sehingga batuan tersebut akan lebih tipis.
8. Dapat menyebutkan beberapa manfaat Vulkanisme, Tektonisme
a. Vulkanisme
terbentuknya tanah tanah yang subur
sumber berbagai bahan galian yang terbentuk dari magma seperti besi, tembaga timah alumunium
pemandangan alam yang indah
tersedianya bahan material yang berlimpah
sumber panas bumi
b. Tektonisme
Pembentuk gunung, baik gunung api maupun tidak berapi
Aktivitas tektonisme yang terjadi di bumi akan membawa dampak salah satunya adalah
terbentuknya relief- relief permukaan bumi yang tidak rata, seperti gunung, pegunungan, bukit dan
perbukitan dan juga lembah maupun jurang. Relief- relief muka bumi ini merupakan keuntungan
tersendiri bagi makhluk hidup, baik manusia, binatang dan juga tumbuh- tumbuhan. Selain karena
keindahan alamnya, relief juga mendatangkan keuntungan lain.
Menghasilkan tempat-tempat sumber tambang
Aktivitas tektonisme merupakan aktivitas yang ada di permukaan bumi. aktivitas ini
menyebabkan berbagai bentuk permukaan bumi, seperti lipatan dan juga patahan. Akibat adanya
lipatan dan patahan ini maka hasil bumi akan mudah terlihat ke atas. Maksudnya adalah banyak
logam- logam yang ada di dalam bumi yang akan terlihat sehingga menimbulkan tambang-
tambang baru. Berbagai tambang seperti emas, timah, tembaga, dan logam-logam lainnya akan
ditemukan, baik dari gunung maupun dari permukaan bumi yang berupa cekungan. Tambang-
tambang ini tentu memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai sumber daya alam dan bisa
juga menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat.
Menghasilkan objek pemandangan alam yang indah
Bentukan- bentukan relief permukaan bumi merupakan objek pemandangan yang sangat
indah. Bumi yang memiliki relief tidak rata ini menimbulkan pemandangan yang spektakuler.
Bayangkan saja jika bumi rata, maka akan tidak begitu menarik. Relief seperti tonjolan dan juga
cekungan ini merupakan bentukan dari aktivitas tektonisme. Keduanya memberikan warna yang
sangat menarik sehingga menjadi objek pemandangan alam yang sangat indah.

9. Dapat menjelaskan faktor-faktor pembentuk tanah


a) Iklim
Iklim sebetulnya terbagi menjadi beberapa unsur. Hanya saja, unsur iklim yang paling berpengaruh
terhadap proses pembentukan tanah adalah sekedar suhu udara dan curah hujan.
Suhu mempengaruhi kecepatan proses pelapukan fisik batuan, semakin tinggi suhu maka pelapukan
batuan akan semakin cepat, sedangkan semakin rendah suhu maka pelapukan akan semakin lambat.
Adapun curah hujan mempengaruhi kekuatan erosi dan leaching batuan induk. Curah hujan yang tinggi
akan membuat keasaman tanah semakin meningkat sehingga tanah terkorosi secara kimia.

b) Organisme

Organisme atau mahluk hidup seperti vegetasi dan mikrobia tanah juga merupakan salah satu faktor
pembentuk tanah. Faktor organisme sangat berpengaruhi terutama pada kandungan bahan organik
penyusun tanah. Faktor organisme mempengaruhi terjadinya proses pelapukan organik, membantu
pembentukan tanah humus, mempengaruhi jenis vegetasi yang tumbuh, serta kandungan kimia organik
yang terdapat di tanah.

c) Bahan Induk

Bahan induk batuan merupakan faktor pembentuk tanah yang paling mempengaruhi karakteristik
tanah yang nantinya dihasilkan. Bahan induk batuan ada beberapa jenis, misalnya batuan vulkanik, batuan
beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.

Tanah yang terbentuk dari pelapukan umumnya akan memiliki karakteristik yang memperlihatkan asal
bahan induk batuannya. Tanah yang mengandung kadar ion Ca+ tinggi umumnya berasal dari pelapukan
bahan induk yang kaya Ca. Tanah dengan persentase pasirnya tinggi diperoleh dari bahan induk dengan
kandungan pasir tinggi.

d) Topografi

Selain ketiga faktor di atas, topografi atau relief daerah juga akan mempengaruhi proses pembentukan
tanah. Faktor pembentuk tanah ini terkait erat dengan tingkat kemiringan dan sistem drainase dari suatu
daerah batuan yang mengalami pelapukan.

Tanah yang berada di topografi miring umumnya memiliki lapisan tanah yang tipis. Hal ini karena
adanya erosi yang terjadi akibat aliran air. Sedangkan tanah yang berada di topografi landai umumnya akan
memiliki lapisan yang tebal karena pengaruh sedimentasi. Adapun terkait dengan sistem drainase, pengaruh
akan terjadi pada sifat kimia tanah. Tanah yang berada di daerah dengan sistem drainase kurang baik akan
bersifat lebih asam karena dekomposisi bahan organiknya berjalan dengan sangat lambat.

e) Waktu
Faktor pembentuk tanah yang terakhir adalah waktu. waktu sangat mempengaruhi sifat fisik, kimia,
dan biologi dari tanah yang terbentuk. Hal ini menyebabkan dalam ilmu tanah kita mengenal istilah tanah
tua, tanah dewasa, dan tanah muda.

1. Tanah muda adalah tanah yang perbedaan bahan mineral dan bahan organik masih tampak sehingga bahan
induknya masih terlihat. Biasanya terbentuk dalam kurun waktu 100 tahun. Jenis tanah yang masuk kategori
tanah muda misalnya tanah aluvial, regosol, dan litosol.
2. Tanah dewasa adalah tahap perkembangan tanah muda tingkat lanjut yang membentuk horizon B dalam
susunan dekomposisi tanah. Biasanya terbentuk dalam kurun waktu 10.000 tahun. Jenis tanah yang masuk
kategori tanah muda misalnya tanah andosol, latosol, dan grumosol.
3. Tanah tua adalah tanah yang telah mengalami perubahan-perubahan nyata dalam waktu yang panjang
sehingga horizon A dan B dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan (A1, A2, A3, B1, B2, B3)
berdasarkan ciri fisik yang nampak. Jenis tanah yang masuk kategori tanah muda misalnya tanah podsolik dan
laterit.

10. Dapat menyebutkan jenis-jenis tanah dan persebarannya di Indonesia


1) Tanah Aluvial

Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang terjadi karena endapan lumpur biasanya yang terbawa karena aliran
sungai. Tanah ini biasanya ditemukan dibagian hilir karena dibawa dari hulu. Tanah ini biasanya bewarna coklat
hingga kelabu.

Karakteristik

Tanah ini sangat cocok untuk pertanian baik pertanian padi maupun palawija seperti jagung, tembakau dan
jenis tanaman lainnya karena teksturnya yang lembut dan mudah digarap sehingga tidak perlu membutuhkan kerja
yang keras untuk mencangkulnya.

Persebaran

Tanah ini banyak tersebar di Indonesia dari sumatera, Kalimantan, Sulawesi, papua dan jawa.
2) Tanah Andosol

Tanah andosol merupakan salah satu jenis tanah vulkanik dimana terbentuk karena adanya proses vulkanisme
pada gunung berapi. Tanah ini sangat subur dan baik untuk tanaman.

Karakteristik

Warna dari tanah andosol coklat keabu-an. Tanah ini sangat kaya dengan mineral, unsure hara, air dan mineral
sehingga sangat baik untuk tanaman. Tanah ini sangat cocok untuk segala jenis tanaman yang ada di dunia. persebaran
tanah andosol biasanya terdapat di daerah yang dekat dengan gunung berapi.

Persebaran

Di Indonesia sendiri yang merupakan daerah cincin api banyak terdapat tanah andosol seperti di daerah jawa,
bali, sumatera dan nusa tenggara.

3) Tanah Entisol

Tanah entisol merupakan saudara dari tanah andosol namun biasaya merupakan pelapukan dari material yang
dikeluarkan oleh letusan gunung berapi seperti debu, pasir, lahar, dan lapili.

Karakteristik

Tanah ini juga sangat subur dan merupakan tipe tanah yang masih muda. Tanah ini biasanya ditemukan tidak
jauh dari area gunung berapi bisa berupa permukaan tanah tipis yang belum memiliki lapisan tanah dan berupa
gundukan pasir seperti yang ada di pantai parangteritis Jogjakarta.

Persebaran

Persebaran tanah entisol ini biasanya terdapat disekitar gunung berapi seperti di pantai parangteritis
Jogjakarta, dan daerah jawa lainnya yang memiliki gunung berapi.
4) Tanah Grumusol

Tanah grumusol terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik. Kandungan organic di dalamnya
rendah karena dari batuan kapur jadi dapat disimpulkan tanah ini tidak subur dan tidak cocok untuk ditanami tanaman.

Karakteristik

Tekstur tanahnya kering dan mudah pecah terutama saat musim kemarau dan memiliki warna hitam. Ph yang
dimiliki netral hingga alkalis. Tanah ini biasanya berada di permukaan yang tidak lebih dari 300 meter dari permukaan
laut dan memiliki bentuk topografi datar hingga bergelombang. Perubahan suhu pada daerah yang terdapat tanah
grumusol sangat nyata ketika panas dan hujan.

Persebaran

Persebarannya di Indonesia seperti di Jawa Tengah (Demak, Jepara, Pati, Rembang), Jawa Timur (Ngawi,
Madiun) dan Nusa Tenggara Timur. Karena teksturnya yang kering maka akan bagus jika ditanami vegetasi kuat
seperti kayu jati.

5) Tanah Humus

Tanah humus merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan tumbuh-tumbuhan. Mengandung banyak unsur
hara dan mineral dan sangat subur.

Karakteristik

Tanah Humus sangat baik untuk melakukan cocok tanam karena kandungannya yang sangat subur dan baik
untuk tanaman. Tanah ini memiliki unsur hara dan mineral yang banyak karena pelapukkan tumbuhan hingga
warnanya agak kehitam hitaman.

Persebaran

Tanah ini terdapat di daerah yang ada banyak hutan. Persebarannya di Indonesia meliputi daerah Sumatera,
Kalimantan, Jawa, Papua dan sebagian wilayah dari Sulawesi.
6) Tanah Inceptisol

Inceptol terbentuk dari batuan sedimen atau metamorf dengan warna agak kecoklatan dan kehitaman serta
campuran yang agak keabu-abuan. Tanah ini juga dapat menopang pembentukan hutan yang asri.

Karakteristik

Ciri-ciri tanah ini adalah adanya horizon kambik dimana horizon ini kurang dari 25% dari horizon selanjutnya
jadi sangatlah unik. Tanah ini cocok untuk perkebunan seperti perkebunan kelapa sawit.Serta untuk berbagai lahan
perkebunan lainnya seperti karet.

Persebaran

Tanah inseptisol tersebar di berbagai derah di Indonesia seperti di sumatera, Kalimantan dan papua.

7) Tanah Laterit

Tanah laterit memiliki warna merah bata karena mengandung banyak zat besi dan alumunium. Di indonesia
sendiri tanah ini sepertinya cukup fimiliar di berbagai daerah, terutama di daerah desa dan perkampungan.

Karakteristik

Tanah laterit termasuk dalam jajaran tanah yang sudah tua sehingga tidak cocok untuk ditanami tumbuhan
apapun dan karena kandungan yang ada di dalamnya pula.

Persebaran

Persebarannya sendiri di Indonesia meliputi Kalimantan, Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
8) Tanah Latosol

Jenis tanah ini juga salah satu yang terdapat di Indonesia, tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan sedimen
dan metamorf.

Karakteristik

Ciri-ciri dari tanah latosol adalah warnanya yang merah hingga kuning, teksturnya lempung dan memiliki
solum horizon. Persebaran tanah litosol ini berada di daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan kelembapan yang
tinggi pula serta pada ketinggian berkisar pada 300-1000 meter dari permukaan laut. Tanah latosol tidak terlalu subur
karena mengandung zat besi dan alumunium.

Persebaran

Persebaran tanah latosol di daerah Sulawesi, lampung, Kalimantan timur dan barat, Bali dan Papua.

9) Tanah Litosol

Tanah litosol merupakan tanah yang baru mengalami perkembangan dan merupakan tanah yang masih muda.
Terbentuk dari adanya perubahan iklim, topografi dan adanya vulkanisme.

Karakteristik

Untuk mengembangkan tanah ini harus dilakukan dengan cara menanam pohon supaya mendapatkan mineral
dan unsur hara yang cukup. tekstur tanah litosol bermacam-macam ada yang lembut, bebatuan bahkan berpasir.

Persebaran

Biasanya terdapat pada daerah yang memiliki tingkat kecuraman tinggi seperti di bukit tinggi, nusa tenggara
barat, Jawa tengah, Jawa Barat dan Sulawesi.
10) Tanah Kapur

Seperti dengan namanya tanah kapur berasal dari batuan kapur yang mengalami pelapukan.

Karakteristik

Karena terbentuk dari tanah kapur maka bisa disimpulkan bahwa tanah ini tidak subur dan tidak bisa ditanami
tanaman yang membutuhkan banyak air. Namun jika ditanami oleh pohon yang kuat dan tahan lama seperti pohon jati
dan pohon keras lainnya.

Persebaran

Tanah kapur tersebar di daerah yang kering seperti di gunung kidul Yogyakarta, dan di daerah pegunungan
kapur seperti di Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur.

11) Tanah Mergel

Hampir sama dengan tanah kapur, jenis tanah ini juga berasal dari kapur, namun dicampur dengan berbagai
bahan lainnya yang membedakan adalah ia lebih mirip seperti pasir. Tanah mergel terbentuk dari batuan kapur, pasir
dan tanah liat dan mengalami pembentukan dengan bantuan hujan namun tidak merata.

Karakteristik

Tanah ini subur dan bisa ditanami oleh persawahan dan perkebunan. Selain itu juga terdapat banyak mineral
dan air di dalamnya.

Persebaran

Tanah ini banyak terdapat di daerah dataran rendah seperti di Solo (Jawa Tengah), Madiun dan Kediri (Jawa
Timur).
12) Tanah Organosol

Tanah organosol terbentuk dari pelapukan benda organic seperti tumbuhan, gambut dan rawa. Biasanya
terdapat di daerah yang memiliki iklim basah dan memiliki curah hujan tinggi.

Karakteristik

Ketebalan dari tanah ini sangat minim hanya 0.5 mm saja dan memiliki diferensiasi horizon yang jelas,
kandungan organic di dalam tanah organosol lebih dari 30% dengan tekstur lempung dan 20% untuk tanah yang
berpasir. Kandungan unsur hara rendah dan memiliki tingkat kelembapan rendah (PH 0,4) saja.

Persebaran

Tanah ini biasanya ditemukan di daerah pantai dan hampir tersebar di seluruh pulau di Indonesia seperti
sumatera, papua, Kalimantan, jawa, Sulawesi dan nusa tenggara.

13) Tanah Oxisol

Tanah oxisol merupakan tanah yang kaya akan zat besi dan alumunium oksida. Tanah jenis ini juga sering kita
temui di daerah tropis di Indonesia dari daerah desa hingga perkotaan.

Karakteristik

Ciri-ciri dari tanah oxisol ini antara lain adalah memiliki solum yang dangkal dan ketebalannya hanya kurang
dari 1 meter saja. warnanya merah hingga kuning dan memiliki tekstur halus seperti tanah liat.

Persebaran
Biasanya terdapat di daerah beriklim tropis basah dan cocok untuk perkebunan subsisten seperti tebu, nanas,
pisang dan tumbuhan lainnya.

14) Tanah Padas

Tanah padas sebenarnya tidak juga bisa dibilang sebagai tanah karena sangat keras hampir seperti dengan
batuan.

Karakteristik

Hal ini dikarenakan kandungan air didalamnya hampir tidak ada karena tanah padas sangat padat bahkan tidak
ada air. Unsur hara yang ada di dalamnya sangat rendah dan kandungan organiknya sangat rendah bahkan hampir
tidak ada. Tanah padas tidak cocok digunakan untuk bercocok tanam.

Persebaran

Jenis tanah ini tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia secara merata.

15) Tanah Pasir

Seperti dengan namanya tanah pasir merupakan pelapukan dari batuan pasir. Tanah ini biasanya banyak di
daerah sekitar pantai atau daerah kepulauan.

Karakteristik

Tanah pasir tidak memiliki kandungan air dan mineral karena teksturnya yang sangat lemah. Tanah pasir akan
sangat mudah ditemukan di daerah yang berpasir di Indonesia. Sebagai negara kepulauan, Indonesia adalah salah satu
negara dengan jumlah tanah pasir terluas di dunia. Jenis tanaman yag cocok untuk tanah ini adalah umbi-umbian.

Persebaran

Hampir seluruh wilayah di Indonesia memiliki persebaran tanah pasir.

16) Tanah Podsol


Tanah podsol memiliki berbagai campuran tekstur mulai pasir hingga bebatuan kecil.

Karakteristik

Ciri-ciri dari tanah podsol antara lain tidak memiliki perkembangan profil, warnanya kuning hingga kuning
keabuan serta memiliki tekstur pasir hingga lempung. Kandungan organiknya sangat rendah karena terbentuk dari
curah hujan yang tinggi tapi suhunya rendah.

Persebaran

Persebaran tanah ini antara lain meliputi Kalimantan utara, Sulawesi utara dan papua serta daerah lainnya
yang tidak pernah kering alias selalu basah.

17) Tanah Podsolik Merah Kuning

Tanah ini sangat mudah ditemukan di seluruh wilayah Indonesia karena persebarannya yang hampir rata.

Karakteristik

Tanah ini bewarna merah hingga kuning dan kandungan organic serta mineralnya akan sangat mudah
mengalami pencucian oleh air hujan. Oleh karena itu untuk menyuburkan tanah ini harus ditanami tumbuhan yang
memberikan zat organic untuk kesuburan tanah serta pupuk baik hayati maupun hewani.

Persebaran

Tanah ini dapat digunakan untuk perkebunan dan persawahan serta dapat ditemukan di Sumatera, Sulawesi,
Papua, Kalimantan dan Jawa terutama jawa bagian barat.

18) Tanah Liat


Tanah liat adalah jenis tanah yang terdiri dari campuran dari aluminium serta silikat yang memiliki diameter
tidak lebih dari 4 mikrometer. Tanah liat terbentuk dari adanya proses pelapukan batuan silika yang dilakukan oleh
asam karbonat dan sebagian diantaranya dihasilkan dari aktivitas panas bumi.

Karakteristik

Tanah liat tersebar di sebagian besar wilayah Indonesia secara merata. Biasanya digunakan untuk membuat
kerajinan hingga keperluan lainnya. Tanah liat biasanya memiliki warna abu abu pekat atau hampir mengarah ke
warna hitam, biasanya terdapat di bagian dalam tanah ataupun di bagian permukaan.

Persebaran

Tanah liat hampir tersebar secara merata di seluruh wilayah di Indonesia, hanya yang membedakannya adalah
kedalaman tanah tersebut. Selain 18 Jenis tanah ada 10 jenis tanah lainnya yang ada di Indonesia ataupun di dunia.

11. Dapat menjelaskan kelas-kelas kemampuan lahan dan pemanfaatannya


a) Kelas Kemampuan I
Lahan kelas kemampuan I mempunyai sedikit penghambat yang membatasi penggunaannya.
Lahan kelas I sesuai untuk berbagai penggunaan pertanian, mulai dari tanaman semusim (dan
tanaman pertanian pada umumnya), tanaman rumput, padang rumputm hutan produksi, dan cagar
alam. Tanah-tanah dalam kelas kemampuan I mempunyai salah satu atau kombinasi sifat dan kualitas
sebagai berikut: (1) terletak pada topografi datar (kemiringan lereng < 3%), (2) kepekaan erosi sangat
rendah sampai rendah, (3) tidak mengalami erosi, (4) mempunyai kedalaman efektif yang dalam, (5)
umumnya berdrainase baik, (6) mudah diolah, (7) kapasitas menahan air baik, (8) subur atau responsif
terhadap pemupukan, (9) tidak terancam banjir, (10) di bawah iklim setempat yang sesuai bagi
pertumbuhan tanaman umumnya.
b) Kelas Kemampuan II
Tanah-tanah dalam lahan kelas kemampuan II memiliki beberapa hambatan atau ancaman
kerusakan yang mengurangi pilihan penggunaannya atau mengakibatkannya memerlukan tindakan
konservasi yang sedang. Lahan kelas II memerlukan pengelolaan yang hati-hati, termasuk di
dalamnya tindakan-tindakan konservasi untuk mencegah kerusakan atau memperbaiki hubungan air
dan udara jika tanah diusahakan untuk pertanian tanaman semusim. Hambatan pada lahan kelas II
sedikit, dan tindakan yang diperlukan mudah diterapkan. Tanah-tanah ini sesuai untuk
penggunaan tanaman semusim, tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan produksi dan cagar
alam.
Hambatan atau ancaman kerusakan pada lahan kelas II adalah salah satu atau kombinasi dari
faktor berikut: (1) lereng yang landai atau berombak (>3 % – 8 %), (2) kepekaan erosi atau tingkat
erosi sedang, (3) kedalaman efetif sedang (4) struktur tanah dan daya olah kurang baik, (5) salinitas
sedikit sampai sedang atau terdapat garam Natrium yang mudah dihilangkan akan tetapi besar
kemungkinabn timbul kembali, (6) kadang-kadang terkena banjir yang merusak, (7) kelebihan air
dapat diperbaiki dengan drainase, akan tetapi tetap ada sebagai pembatas yang sedang tingkatannya,
atau (8) keadaan iklim agak kurang sesuai bagi tanaman atau pengelolannya.
c) Kelas Kemampuan III
Tanah-tanah dalam kelas III mempunyai hambatan yang berat yang mengurangi pilihan
pengunaan atau memerlukan tindakan konservasi khusus atau keduanya. Tanah-tanah dalam lahan
kelas III mempunyai pembatas yang lebih berat dari tanah-tanah kelas II dan jika digunakan bagi
tanaman yang memerlukan pengolahan tanah, tindakan konservasi yang diperlukan biasanya lebih
sulit diterapkan dan dipelihara. Lahan kelas III dapat digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman
yang memerlukan pengolahan tanah, tanaman rumput, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung
dan suaka marga satwa.
Hambatan yang terdapat pada tanah dalam lahan kelas III membatasi lama penggunaannya
bagi tanaman semusim, waktu pengolahan, pilihan tanaman atau kombinasi pembatas-pembatas
tersebut. Hambatan atau ancaman kerusakan mungkin disebabkan oleh salah satu atau beberapa hal
berikut: (1) lereng yang agak miring atau bergelombang (>8 – 15%), (2) kepekaan erosi agak tinggi
sampai tinggi atau telah mengalami erosi sedang, (3) selama satu bulan setiap tahun dilanda banjir
selama waktu lebih dari 24 jam, (4) lapisan bawah tanah yang permeabilitasnya agak cepat, (5)
kedalamannya dangkal terhadap batuan, lapisan padas keras (hardpan), lapisan padas rapuh
(fragipan) atau lapisan liat padat (claypan) yang membatasi perakaran dan kapasitas simpanan air, (6)
terlalu basah atau masih terus jenuh air setelah didrainase, (7) kapasitas menahan air rendah, (8)
salinitas atau kandungan natrium sedang, (9) kerikil dan batuan di permukaan sedang, atau (1)
hambatan iklim yang agak besar.
d) Kelas kemampuan IV
Hambatan dan ancaman kerusakan pada tanah-tanah di dalam lahan kelas IV lebih besar dari
pada tanah-tanah di dalam kelas III, dan pilihan tanaman juga lebih terbatas. Jika digunakan untuk
tanaman semusim diperlukan pengelolaan yang lebih hati-hati dan tindakan konservasi yang lebih
sulit diterapkan dan dipelihara, seperti teras bangku, saluran bervegatasi dan dam penghambat,
disamping tindakan yang dilakukan untuk memelihara kesuburan dan kondisi fisik tanah. Tanah di
dalam kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman pertanian dan pada umumnya,
tanaman rumput, hutan produksi, padang penggembalaan, hutan lindung dan cagar alam.
Hambatan atau ancaman kerusakan tanah-tanah di dalam kelas IV disebabkan oleh salah satu
atau kombinasi faktor-faktor berikut: (1) lereng yang miring atau berbukit (> 15% – 30%), (2)
kepekaan erosi yang sangat tinggi, (3) pengaruh bekas erosi yang agak berat yang telah terjadi, (4)
tanahnya dangkal, (5) kapasitas menahan air yang rendah, (6) selama 2 sampai 5 bulan dalam setahun
dilanda banjir yang lamanya lebih dari 24 jam, (7) kelebihan air bebas dan ancaman penjenuhan atau
penggenangan terus terjadi setelah didrainase (drainase buruk), (8) terdapat banyak kerikil atau batuan
di permukaan tanah, (9) salinitas atau kandungan Natrium yang tinggi (pengaruhnya hebat), dan/atau
(1) keadaan iklim yang kurang menguntungkan.
e) Kelas Kemampuan V
Tanah-tanah di dalam lahan kelas V tidak terancam erosi akan tetapi mempunyai hambatan
lain yang tidak praktis untuk dihilanghkan yang membatasi pilihan pengunaannya sehingga hanya
sesuai untuk tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan produksi atau hutan lindung dan cagar
alam. Tanah-tanah di dalam kelas V mempunyai hambatan yang membatasi pilihan macam
penggunaan dan tanaman, dan menghambat pengolahan tanah bagi tanaman semusim. Tanah-tanah ini
terletak pada topografi datar tetapi tergenang air, selalu terlanda banjir, atau berbatu-batu (lebih dari
90 % permukaan tanah tertutup kerikil atau batuan) atau iklim yang kurang sesuai, atau mempunyai
kombinasi hambatan tersebut.
Contoh tanah kelas V adalah: (1) tanah-tanah yang sering dilanda banjir sehingga sulit
digunakan untuk penanaman tanaman semusim secara normal, (2) tanah-tanah datar yang berada di
bawah iklim yang tidak memungknlah produksi tanaman secara normal, (3) tanah datar atau hampir
datar yang > 90% permukaannya tertutup batuan atau kerikil, dan atau (4) tanah-tanah yang tergenang
yang tidak layak didrainase untuk tanaman semusim, tetapi dapat ditumbuhi rumput atau pohon-
pohonan.
f) Kelas Kemampuan VI
Tanah-tanah dalam lahan kelas VI mempunyai hambatan yang berat yang menyebabkan
tanah-tanah ini tidak sesuai untuk pengunaan pertanian. Penggunaannya terbatas untuk tanaman
rumput atau padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung, atau cagar alam. Tanah-tanah
dalam lahan kelas VI mempunyai pembatas atau ancaman kerusakan yang tidak dapat dihilangkan,
berupa salah satu atau kombinasi faktor-faktor berikut: (1) terletak pada lereng agak curam (>30% –
45%), (2) telah tererosi berat, (3) kedalaman tanah sangat dangkal, (4) mengandung garam laut atau
Natrium (berpengaruh hebat), (5) daerah perakaran sangat dangkal, atau (6) iklim yang tidak sesuai.
Tanah-tanah kelas VI yang terletak pada lereng agak curam jika digunakan untuk
penggembalaan dan hutan produksi harus dikelola dengan baik untuk menghindari erosi. Beberapa
tanah di dalam lahan kelas VI yang daerah perakarannya dalam, tetapi terletak pada lereng agak
curam dapat digunakan untuk tanaman semusim dengan tindakan konservasi yang berat seperti,
pembuatan teras bangku yang baik.
g) Kelas Kemampuan VII
Lahan kelas VII tidak sesuai untuk budidaya pertanian, Jika digunakan untuk padanag rumput
atau hutan produksi harus dilakukan dengan usaha pencegahan erosi yang berat. Tanah-tanah dalam
lahan kelas VII yang dalam dan tidak peka erosi jika digunakan unuk tanaman pertaniah harus dibuat
teras bangku yang ditunjang dengan cara-ceara vegetatif untuk konserbvasi tanah , disamping yindkan
pemupukan. Tanah-tanah kelas VII mempunuaio bebetapa hambatan atyai ancaman kerusakan yang
berat da tidak dapatdihiangkan seperti (1) terletak pada lereng yang curam (>45 % – 65%), dan / atau
(2) telah tererosi sangat berat berupa erosi parit yang sulit diperbaiki.
h) Kelas kemampuan VIII
Lahan kelas VIII tidak sesuai untuk budidaya pertanian, tetapi lebih sesuai untuk dibiarkan
dalam keadaan alami. Lahan kelas VIII bermanfaat sebagai hutan lindung, tempat rekreasi atau cagar
alam. Pembatas atau ancaman kerusakan pada lahan kelas VIII dapat berupa: (1) terletak pada lereng
yuang sangat curam (>65%), atau (2) berbatu atau kerikil (lebih dari 90% volume tanah terdiri dari
batu atau kerikil atau lebih dari 90% permukaan lahan tertutup batuan), dan (3) kapasitas menahan air
sangat rendah. Contoh lahan kelas VIII adalah puncak gunung, tanah mati, batu terungkap, dan pantai
pasir.

12. Dapat membedaan ciri-ciri lahan potensial dan lahan kritis di Indonesia
 Lahan Potensial
a. Tingkat Kesuburan Tinggi
Lahan yang subur adalah lahan dengan tanah yang banyak mengandung mineral untuk
kebutuhan hidup tanaman. Hal ini sangat tergantung pada jenis tanaman yang diusahakan. Untuk
tanaman biji-bijian banyak membutuhkan mineral posfor, untuk tanaman sayuran membutuhkan
mineral zat lemas (N2), dan tanaman umbiumbian membutuhkan mineral alkali. Jadi agar lahan dapat
berproduksi secara optimal harus disesuaikan, antara jenis mineral yang dikandung lahan dengan jenis
tanaman yang akan diusahakan.
b. Memiliki Sifat Fisis yang Baik
Lahan yang memiliki sifat fisis baik adalah lahan yang daya serap air dan sirkulasi udara di
dalam tanahnya cukup baik. Sifat fisis ini ditunjukkan oleh tekstur dan struktur tanahnya. Tekstur
tanah adalah sifat fisis tanah yang berkaitan dengan ukuran partikel pembentuk tanah. Partikel utama
pembentuk tanah adalah pasir, lanau (debu), dan lempung (tanah liat).
c. Belum Terjadi Erosi
Terjadinya erosi pada suatu lahan akan menyebabkan berubahnya lahan potensial menjadi
lahan kritis. Lahan yang telah mengalami erosi, tingkat kesuburannya berkurang, sehingga kurang
baik untuk pertumbuhan tanaman. Erosi mengakibatkan lahan tanah yang paling atas terkelupas.
Sisanya tinggal
tanah yang tandus, bahkan sering merupakan batuan yang keras (padas). Proses erosi yang kuat
sering dijumpai di daerah pantai, akibat abrasi (pengikisan oleh gelombang laut) dan di daerah
pegunungan dengan lereng terjal serta miskin tumbuhan. Erosi di pegunungan akibat adanya longsor
dan soil creep (tanah merayap)
 Ciri-ciri Lahan Kritis
i. Tidak Subur
Lahan tidak subur adalah lahan yang sedikit mengandung mineral yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman. Umumnya lahan tidak subur terdapat di daerah yang resiko
ancamannya besar (ancaman erosi dan banjir)
ii. Miskin Humus
Lahan yang miskin humus umumnya kurang baik untuk dijadikan lahan pertanian,
karena tanahnya kurang subur. Anda pernah mendengar istilah tanah humus? Tanah Humus
adalah tanah yang telah bercampur dengan daun dan ranting pohon yang telah membusuk.
Tanah humus dapat dijumpai di daerah yang tumbuhannya lebat, contohnya hutan primer.
Sedangkan lahan yang miskin humus adalah lahan yang terdapat di daerah yang miskin atau
jarang tumbuhan, contohnya kawasan pegunungan
yang hutannya rusak.
Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif atau lahan yang telah mengalami kerusakansecara fisik, kimia, dan
biologis bias juga dikatakan lahan yang tidak mempunyai nilai ekonomis..Meskipun dikelola, produktivitas lahan
kritis sangat rendah. Bahkan, dapat terjadi jumlah produksiyang diterima jauh lebih sedikit daripada biaya
pengelolaannya. Lahan ini bersifat tandus, gundul,tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian, karena tingkat
kesuburannya sangat rendah.

13. Dapat membedakan struktur dan tekstur tanah


a. Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan gambaran tingkat kekasartan atau kehalusan bahan mineral yang
menyusun tanah.Tekstur tanah di tentikan oleh proporsi tiga jenis partikel tanah,yaitu
pasir,debu/endapan lumpur,dan lempung/liat.pembagian ini berdasarklan ukuran partikel ketiga jenis
tanah tersebut.Pasir memiliki ukuran partikel paling besar sedangkan lempung memiliki ukuran
partikel paling kecil.
Tekstur tanah sangat menentukan kualitas tanah terutama dalam dalam hal kemampuannya
menahan air.tekstur tanah merupakan gambaran tinkat kekasaran atau kehalusan bahan mineral yang
menyusun tanah.disini tekstur tanah ditentukan 3 jenis partikel tanah yaitu,pasir,debu/endapan
lumpur,dan lempung/liat.disini dijelaskan pula bahwa tanah yang mengandung banyak lempung
dianggap memiliki tingkat kesuburan yang tinggi.

b. Struktur Tanah
Struktur tanah terbentuk melalui Agregasi berbagai partikel tanah yang menghasilkan
bentuk/susunan tertentu pada tanah.Struktur tanah juga menentukan ukuran dan jumlah rongga antar
partikel tanah yang mempengaruhi pergerakan air,udara,akar tumbuhan,dan organisme
tanah.Beberapa jenis struktur tanah adalah remah,butir(granular), lempeng, balok,prismatik,dan tiang.
Pembagian jenis tanah yang dilakukan oleh para ilmuan ada berbagai macam.Berikut ini
adalah beberapa jenis tanah berdasarkan USDA(United States Department of Agriculture) :
 Entisols,adalah tanah yang terbentuk dari sedimen vulkanik serta batuan kapur & metamorf.
 Histosols,adalah tanah yang terbentuk dari pembusukkan jaringan tanaman sehingga mengandung
banyak bahan organik.
 Inceptisols,adalah tanah mineral yang usianya masih muda.
 Verticols,adalah tanah mineral dengan warna abu kehitaman, mengandung lempung 30 % banyak
terdapat di daerah beriklim kering dan memiliki batuan induk kaya akan kation.
 Oxisols,adalah tanah yang mengalami pencucian sehingga kandungan zat hara sedikit sementara
kandungan alumunium dan besi tinggi.
 Andisols,adalah tanah berwarna gelap yang terbentuk dari endapan vulkanik.
 Mollisols,adalah tanah mineral yang serupa dgn tanah praire, terbentuk dari batuan kapur.
 Ultisols,adalah tanah yang berwarna kuning-merah yang telah mengalami pencucian.

14. Dapat menggambarkan profil atau horizon tanah


15. Dapat menjelaskan cara-cara pemulihan dan pelestarian (konservasi) tanah secara mekanik, biologi,
dan kimiawi
 Metode Biologi
Metode biologi adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman sebagai
sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997). Tanaman penutup tanah ini selain untuk mencegah atau
mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan
organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah.
Metode biologi untuk konservasi tanah dan air termasuk antara lain: penanaman penutup lahan (cover
crop) berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah
kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan mempertahankan
tingkat produktivitas tanah (Seloliman, 1997).
Penanaman rumput kegunaannya hampir sama dengan penutup tanah, tetapi mempunyai manfaat lain,
yakni sebagai pakan ternak dan penguat terras. Cara penanamannya dapat secara rapat, barisan
maupun menurut kontur.
Penggunaan sisa tanaman untuk konservasi tanah dapat berbentuk mulsa atau pupuk hijau. Dengan
mulsa maka daun atau batang tumbuhan disebarkan di atas permukaan tanah, sedangkan dengan
pupuk hijau maka sisa-sisa tanaman tersebut dibenamkan ke dalam tanah (Arsyad, 1989).
Syarat-syarat dari tanaman penutup tanah, antara lain:
1. Dapat berkembang dan daunnya banyak.
2. Tahan terhadap pangkasan.
3. Mudah diperbanyak dengan menggunakan biji.
4. Mampu menekan tanaman pengganggu.
5. Akarnya dapat mengikat tanah, bukan merupakan saingan tanaman pokok.
6. Tahan terhadap penyakit dan kekeringan.
7. Tidak berduri dan bersulur yang membelit.
Selain dengan penanaman tanaman penutup tanah (cover crop), cara vegetatif lainnya adalah:
1. Tanaman dengan lajur berselang-seling, pada kelerengan 6 – 10 % dengan tujuan:
• Membagi lereng agar menjadi lebih pendek.
• Dapat menghambat atau mengurangi laju aliran permukaan.
• Menahan partikel-partikel tanah yang terbawa oleh aliran permukaan.
Tipe-tipe tanaman lajur berseling adalah:
• Countur strip cropping, adalah penanaman berselang berdasarkan garis kontur.
• Field strip cropping, digunakan untuk kelerengan yang tidak bergelombang dengan jalur dapat
melewati garis kontur, tetapi tanaman tidak melewati garis kontur.
• Wind strip cropping, digunakan pada lahan yang datar atau kelerengan yang tidak tajam dengan jalur
tanaman tegak lurus arah angin, sehingga kadang-kadang arah alur searah dengan kelerengan.
• Buffer strip cropping, adalah lajur tanaman yang diselingi dengan lajur rumput atau legume sebagai
penyangga.
2. Menanam secara kontur (Countur planting), dilakukan pada kelerengan 15 – 18 % dengan tujuan
untuk memperbesar kesempatan meresapnya air sehingga run off berkurang.
3. Pergiliran tanaman (crop rotation).
4. Reboisasi atau penghijauan.
5. Penanaman saluran pembuang dengan rumput dengan tujuan untuk melindungi saluran pembuang
agar tidak rusak.
 Metode mekanik
Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan menggunakan sarana fisik
seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya. Tujuannya untuk memperlambat aliran air
di permukaan, mengurangi erosi serta menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman,
1997).
Termasuk dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya pengolahan tanah.
Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk
menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah
adalah menyiapkan tempat tumbuh bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan
sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma (Arsyad, 1989).
Pengendalian erosi secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha pengawetan tanah untuk
mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian dengan cara mekanis tertentu.
Sehubungan dengan usaha-usaha perbaikan tanah secara mekanik yang ditempuh bertujuan untuk
memperlambat aliran permukaan dan menampung serta melanjutkan penyaluran aliran permukaan
dengan daya pengikisan tanah yang tidak merusak.
Pengolahan tanah menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan tanah (pembajakan, pencangkulan,
pemerataan) mengikuti garis kontur sehingga terbentuk alur-alur dan jalur tumpukan tanah yang
searah kontur dan memotong lereng. Alur-alur tanah ini akan menghambat aliran air di permukaan
dan mencegah erosi sehingga dapat menunjang konservasi di daerah kering. Keuntungan utama
pengolahan tanah menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan yang
memungkinkan penyerapan air dan menghindari pengangkutan tanah. Oleh sebab itu, pada daerah
beriklim kering pengolahan tanah menurut kontur juga sangat efektif untuk konservasi ini.
Pembuatan terras adalah untuk mengubah permukaan tanah miring menjadi bertingkat-tingkat untuk
mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan serta menampungnya agar lebih banyak air
yang meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi (Sarief, 1986). Menurut Arsyad (1989),
pembuatan terras berfungsi untuk mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi
kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan oleh tanah, dengan demikian
erosi berkurang.
 Metode kimia
Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah
terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara kimia dalam usaha pencegahan erosi, yaitu dengan
pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah
sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).
Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap stabilitas
agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut tahan terhadap mikroba
tanah. Permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi berkurang. Bahan tersebut juga memperbaiki
pertumbuhan tanaman semusim pada tanah liat yang berat (Arsyad, 1989).
Penggunaan bahan-bahan pemantap tanah bagi lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang baru
dibuka sesunggunya sangat diperlukan mengingat:
• Lahan-lahan bukaan baru kebanyakan masih merupakan tanah-tanah virgin yang memerlukan
banyak perlakuan agar dapat didayagunakan dengan efektif.
• Pada waktu penyiapan lahan tersebut telah banyak unsur-unsur hara yang terangkat.
• Pengerjaan lahan tersebut menjadi lahan yang siap untuk kepentingan perkebunan, menyebabkan
banyak terangkut atau rusaknya bagian top soil, mengingat pekerjaannya menggunakan peralatan-
peralatan berat seperti traktor, bulldozer dan alat-alat berat lainnya

You might also like